TINJAUAN PUSTAKA
daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap,
perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses
ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat
keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa maupun orang. Dalam
sistem wilayah keluar masuk orang atau barang dan jasa relatif bersifat lebih
terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2007).
adalah “Suatu usaha yang sistematik dari pelbagai pelaku (aktor), baik umum (publik)
berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial,
(a) Physical Planning (Perencanaan fisik). Perencanan yang perlu dilakukan untuk
lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jaringan
perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara
perencanaan wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam
bentuk master plan (tata ruang, lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan
penggunaan lahan).
menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang
pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja,
pengembangan wilayah.
Fianstein dan Norman (1991) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam
yang didasarkan pada pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat
perencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem kota yang
pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada
perencanaan terdiri dari; physical planning and economic planning, allocative and
planning. Selanjutnya menurut Tarigan (2005) di Indonesia juga dikenal jenis top-
down and bottom-up planning, vertical and horizontal planning, dan perencanaan
yang melibatkan masyarakat secara langsung dan yang tidak melibatkan masyarakat
sama sekali. Uraian di atas masing-masing jenis itu dikemukakan sebagai berikut:
didasarkan atas isi atau master dari perencanaan. Namun demikian, orang awam
fisik yang lebih didasarkan atas kelayakan teknis. Perlu dicatat bahwa apabila
atas perbedaan visi dari perencanaan tersebut, yaitu antara perencanaan model
pada level yang lebih tinggi atau telah menjadi kesepakatan bersama. Jadi, inti
kegiatannya berupa koordinasi dan sinkronisasi agar sistem kerja untuk mencapai
tujuan itu dapat berjalan secara efektif dan efesien sepanjang waktu. Karena
perencana lebih memiliki kebebasan, baik dalam menetapkan target maupun cara
menetapkan prosedur atau cara-cara, yang penting target itu dapat dicapai atau
dilampaui. Perencanaan inovatif juga berlaku apabila ada kegiatan baru yang
perlu dibuat prosedur atau sistem kerjanya, yang selama ini belum ada.
Pembedaan ini didasarkan atas luas pandang (skop) yang tercakup, yaitu antara
apabila sasaran yang hendak dicapai adalah sesuatu yang dinyatakan dengan tegas
membangun 100 unit rumah di suatu lokasi tertentu. Perencanaan bertujuan ini
sasaran lain dengan dibukanya jalan baru yang bisa saja tidak dinyatakan secara
tegas dalam rencana itu sendiri. Misalnya, makin lancarnya komunikasi sehingga
perencanaan fisik ada yang bertujuan tunggal tetapi ada juga yang bertujuan
jamak.
Pembedaan ini didasarkan atas konkret atau tidak konkretnya isi rencana tersebut.
tujuan dan sasaran dari perencanaan tersebut, yang sasarannya dapat diukur
dibandingkan dengan sasaran. Tujuan belum tentu dapat diukur walaupun bisa
kapita dari $ 400 menjadi $ 500 per tahun, dalam jangka waktu tiga tahun yang
menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya pun kurang jelas sehingga sulit untuk
dijabarkan. Tujuan perencanaan laten sering dikejar secara tidak sadar, misalnya
ingin hidup lebih bahagia, kehidupan dalam masyarakat yang aman, nyaman, dan
didasarkan atas ketegasan dari isi perencanaan dan tingkat kewenangan dari
yang hendak dicapai hanya dinyatakan dalam bentuk indikasi, artinya tidak
dipatok dengan tegas. Tujuan bisa juga dinyatakan dalam bentuk indikator
tertentu, namun indikator ini sendiri bisa konkret dan bisa hanya perkiraan
(indikasi). Tidak diatur bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak
sebaiknya rencana itu dijalankan, tetapi pedoman itu sendiri tidak terlalu
serta alat-alat yang dapat dipakai untuk menjalankan rencana tersebut. Itulah
lapangan tidak berhak mengubah apa yang tertera dalam rencana. Hampir mirip
kombinasi terakhir ini lebih didasarkan atas kewenangan dari institusi terlibat.
dengan sistem rangsangan, yaitu apabila pemerintah pada level yang lebih tinggi
memberi rangsangan kepada pemerintah yang lebih rendah. Hal ini terjadi jika
pemerintah pada level yang lebih rendah mau melaksanakan program yang
didasarkan atas kewenangan dari institusi yang terlibat. Perencanaan model up-
down dan bottom-up hanya berlaku apabila terdapat beberapa tingkat atau lapisan
top-down adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada
institusi yang lebih tinggi di mana institusi perencana pada level yang lebih
Rencana dari institusi yang lebih tinggi tersebut harus dijadikan bagian rencana
institusi yang lebih rendah. Umumnya terjadi adalah kombinasi antara kedua
model tersebut. Akan tetapi dari rencana yang dihasilkan oleh kedua level
institusi perencanaan tersebut, dapat ditentukan model mana yang lebih dominan.
sama. Tidak diutamakan keterkaitan antar sektor atau apa yang direncanakan oleh
sektor lainnya, melainkan lebih melihat kepada kepentingan sektor itu sendiri itu
bagaimana hal ini dapat dilaksanakan oleh berbagai jenjang pada instansi yang
sama di berbagai daerah secara baik dan terkoordinasi untuk mencapai sasaran
planning melihat pentingnya koordinasi antar berbagai instansi pada level yang
sektor pada level yang sama. Antara kedua model perencanaan itu harus terdapat
yang diberikan kepada institusi perencanaan yang sering kali terkait dengan luas
langsung adalah apabila sejak awal masyarakat telah diberitahu dan diajak ikut
masyarakat adalah apabila masyarakat tidak dilibatkan sama sekali dan paling-
dan tidak secara langsung bersangkut paut dengan kepentingan orang banyak.
Persetujuan DPRD pun umumnya tidak dimintakan untuk perencanaan seperti itu.
dan kecamatan. Untuk wilayah yang lebih luas, biasanya hanya mungkin dengan
hanya dilibatkan pada diskusi awal untuk memberikan masukan dan pada diskusi
akhir untuk melihat bahwa aspirasi mereka sudah tertampung. Perencanaan yang
Sebagai basis teoritis strategi pengembangan Kota Medan ini, didasarkan pada
referensi Buku, C.N. Osmond, Corporate Planning Its Impact On Management Long
Kota Medan) :
Medan secara keseluruhan, maka pada periode 2006-2016 ini, adalah komitmen
kawasan Medan Utara ini akan menjadi salah satu landasan bagi keberhasilan
sistem sarana dan prasarana (primer) kota, serta menjamin kepastian kekuatan
hukum bagi pembangunan di kawasan Medan Utara ini, dan dengan pelaksanaan
telah ditetapkan.
membangun kawasan Medan Utara ini, maka strategi berikutnya adalah perlunya
pemerintah kota untuk melakukan Strategi Pelanggan, ialah untuk dapat menarik
Utara. Dengan kata lain pemerintah kota harus dapat memberikan insentif, baik
dari aspek fisik, hukum, sosial dan ekonomi, guna menarik para stakeholder
4. Control Strategy (Strategi Pengendalian). Pada saat ini, secara ekonomis para
kawasan Medan Selatan ini, yang akhirnya akan menjadi terjadinya degradasi
lingkungan, maka pemerintah kota harus cukup taktis untuk mencegah hal ini,
Medan Selatan. Sudah barang tentu penerapan strategi pengendalian ini mutlak
pentingnya peran masyarakat kota dalam mentaati peraturan dan hukum yang
6. Sinergy Strategy (Strategi Sinergis). Mengingat peran Kota Medan yang sangat
tinggi dalam konteks nasional dan konstelasi regional Mebidang, serta besarnya
Medan. Serta dilain pihak secara internal kompleksitas kaitan antar sektor dalam
pembangunan kota sangat tinggi, maka perlu dilaksanakan pula Strategi Sinergis
semangat kerjasama yang sinergis, baik antar wilayah (administratif) Kota Medan
yang terkait, yang dampak dari pelaksanaan strategi ini, hasilnya tidak saja bagi
keberhasilan pembangunan Kota Medan itu sendiri, tetapi akan pula memberikan
pengaruh yang positif bagi pembangunan regional Mebidang (Master Plan Kota
Medan 2016).
untuk memperbaiki penggunaan sumber daya yang ada. Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
yang nyata, baik aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses
(Kuncoro, 2005).
dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan antara lain adalah
mewujudkan keterpaduan dan sinergi pembangunan antar dinas dan instansi dan antar
perencanaan.
1. RPJP
2. RPJM
3. RKP
4. Renstra kementrian/SKPD
5. Renja kementrian/SKPD
Dasar 1945. RPJP ini selanjutnya dijadikan landasan utama penyusunan Rencana
dijadikan dasar utama untuk penyusunan Rencana Tahunan (Annual Planning) yang
bersifat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan.
Bahkan rencana tahunan yang harus dibuat tersebut telah menggunakan istilah lain
yaitu Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada tingkat nasional atau RKPD untuk
tingkat daerah yang mengisyaratkan bahwa rencana tahunan tersebutlah yang menjadi
indikatif.
Pemerintah Daerah diwajibkan pula menyusun RPJM Daerah yang berisikan arah dan
strategi kebijakan pembangunan daerah dan program kerja satuan perangkat daerah,
baik yang bersifat lintas sektoral maupun lintas wilayah. Termasuk dalam RPJM
Daerah ini adalah rencana kerja dan kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat
ditetapkan perlu diusahakan secara kuantitatif, walaupun disadari hal ini tidak dapat
dilakukan untuk semua sektor. Target yang bersifat kuantitatif tersebut nantinya juga
RKPD pada dasarnya merupakan jabaran dari RPJM Daerah yang berisikan rencana
pendanaannya, baik yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung oleh
dana pada tahun yang bersangkutan. Dengan adanya RKP/D tersebut maka akan
(PPBS).
perencanaan pembangunan terpadu, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat
daerah melalui keterkaitan yang erat antara RPJP, RPJM, Renstra SKPD, dan Renja
SKPD dan penyusunan anggaran. Keterpaduan ini sangat penting artinya untuk
mewujudkan proses pembangunan yang saling menunjang menuju kepada suatu arah
pembangunan masa depan nasional yang jelas. Sementara itu, masing-masing daerah
RKPD daerah sekitarnya. Pada dasarnya, RKP tersebut merupakan jabaran dari
RPJM dan berisikan program dan proyek pembangunan yang kongkrit dan
operasional sesuai dengan dana pembangunan yang tersedia pada tahun bersangkutan.
Bahkan SPPN 2004 selanjutnya menetapkan pula bahwa RKP menjadi dasar
demikian, sistem penyusunan RAPBD yang biasanya dilakukan oleh Tim KUA
(Kebijakan Umum Anggaran) sesuai dengan KEPMENDAGRI 29, tahun 2003 sudah
tidak berlaku lagi dan diganti dengan PERMENDAGRI 13 tahun 2006 tentang
RPJMD RPJPD
Renstra
SKPD 5 Tahun
5 Tahun
1 Tahun
Renja RKPD RKP
SKPD
1 Tahun
KUA PPA
RKA
PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD
SKPD
RAPERDA
APBD
Gambar 2.1 Proses Teknokratis dan Proses Politik Dalam Perencanaan Program dan Anggaran
Sumber : RKPD Kota Medan Tahun 2007
Anggaran (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) dan Rencana
Kerja Anggaran (RKA). Penyusunan KUA dimaksudkan untuk dapat memilah dan
menentukan program dan kegiatan yang menjadi urusan daerah sehingga dapat
dibiayai dengan APBD. PPA dimaksudkan untuk dapat menentukan program dan
kegiatan yang diprioritaskan untuk dibiayai pada tahun bersangkutan berikut plafon
anggarannya, baik untuk tingkat program maupun untuk SKPD secara keseluruhan.
Sedangkan RKA dimaksudkan untuk dapat memadukan antara program dan kegiatan
plafon yang ditetapkan melalui Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dan DPRD.
Dengan cara demikian, keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran akan dapat
dalam lemari. Sebenarnya kedua dokumen tersebut mempunyai sifat yang berbeda
SPPN 2004 memberikan ketentuan yang sangat jelas tentang kedua dokumen
sehingga ruang lingkupnya adalah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari institusi
yang bersangkutan. Pada tingkat pusat, dokumen yang disusun adalah RENSTRA-KL
karena institusi yang terlibat adalah kementerian dan lembaga. Sedangkan pada
tingkat daerah dokumen yang disusun adalah RENSTRA-SKPD karena institusi yang
terlibat adalah satuan kerja perangkat daerah seperti dinas dan instansi.
wilayah tertentu baik secara nasional maupun pada tingkat daerah. Dalam satu
wilayah biasanya terdapat berbagai institusi baik yang tergabung dalam unsur
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Karena itu, RPJM mencakup tidak hanya
daerah, tetapi juga yang dilakukan oleh 298 pihak swasta maupun kelompok
merupakan jabaran dari RPJM untuk institusi tertentu, dan juga dapat berfungsi
sebagai masukan untuk penyusunan RPJM yang sudah akan final melalui
jelas adalah untuk dapat mewujudkan sistem pembangunan yang terpadu dan saling
menunjang satu sama lainnya sehingga proses pembangunan akan menjadi lebih
lancar. Kedua, sebagai alat untuk menyerap partisipasi masyarakat dalam penyusunan
alim ulama dan pemuka adat. Tujuan utama dalam hal ini adalah agar perencanaan
berarti bahwa, MUSRENBANG juga berfungsi sebagai alat untuk dapat mewujudkan
MUSRENBANG KECAMATAN
MUSRENBANG PROPINSI
MUSRENBANG NASIONAL
komprehensif, tidak hanya dalam rangka koordinasi program dan proyek yang akan
dilakukan setiap tahun, tetapi dilakukan untuk semua tingkat perencanaan, baik RPJP,
RPJM dan RKP. Hal ini dilakukan agar koordinasi dan singkronisasi dapat dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu, baik secara sektoral maupun menurut tingkat
Penyusunan rencana dan kegiatan kerja ini memperhatikan hal-hal yang telah
Renja SKPD.
sasaran, program dan kegiatan. Indikator kinerja dan kelompok sasaran yang
indikatif artinya jelas sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program dan
kegiatan. Koordinasi penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD dilakukan masing-
masing SKPD.
2.3.1 Kota
mana orang bekerja bersama untuk kepentingan umum. Jenis daerah perkotaan bisa
Sebuah kota adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen,
terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Kota adalah
salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling kompleks. Kebanyakan
ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota
sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah paling
penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena permukiman
Kota yang dipandang sebagai suatu obyek studi di mana di dalamnya terdapat
masyarakat manusia yang sangat komplek, telah mengalami proses interelasi antar
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang struktur ruang kota, diantaranya
1. Teori Konsentris; Menurut pengamatan Burgess, sesuatu kota akan terdiri dari
kawasan pusat kota, (II) kawasan pabrik, (III) kawasan transisi, (IV) kawasan
pemukiman pekerja, (V) kawasan pemukiman yang lebih baik, dan (VI) Kawasan
pengembangan.
pertama kali dikemukan oleh Hoyt. Secara konseptual, model teori sektor
bagian yang lebih jauh) diberi peranan yang besar dalam pembentukan pola
Menurut gambar di atas teori sektor terdiri dari (1) Kawasan Pusat Kota (CBD),
(2) Kawasan pabrik, (3) Kawasan permukiman kelas rendah, (4) kawasan
dicetuskan oleh C.D. Harris dan FL. Ulman. Menurut pendapatnya, bahwa
sederhana, yang hanya ditandai oleh pusat kegiatan saja, namun terbentuk
sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi yang berlanjut dan terus
menerus dari sejumlah pusat-pusat kegiatan terpisah satu sama lain dalam suatu
tidak ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor jarak dari CBD serta membentuk
faktor dan pengaruh faktor-faktor ini akan menghasilkan pola-pola keruangan yang
Pusat Kota, (2) Kawasan Industri, (3) Kawasan pemukiman kelas bawah, (4)
Kawasan pemukiman kelas sedang, (5) Kawasan pemukiman kelas atas, (6)
Kawasan industri ringan, (7) Kawasan sub pengembangan kota, (8) Kawasan sub
NORTH
CITY
MIDDLE CENTER
REMARKS :
PORT ZONE
INDUSTIAL
ZONE
GOODS
TERMINAL
AND PORT
GREEN OPEN
AREA
CONSERVATIO
N GREEN AREA
DEVELOPMENT
GUIDE LINE
CITY CENTER
CBD
CITY SUB
CENTER
sesuai dengan Teori Morfologi Kota yaitu Teori Multiple Nuclei (teori pusat kegiatan
banyak) yang dicetus oleh oleh C.D. Harris dan FL. Ulman.
perkembangan sesuai dengan kondisi kota tersebut. Seperti terjadi di kota-kota besar,
Pada gambar diatas dapat dilihat perkembangan kota mengikuti pola kegiatan
dengan mengadopsi teori basis ekonomi, teori lokasi dan teori model bangkitan dan
ke bagian pinggir kota, yang berakibat pada perubahan struktur ruang dan bentuk
kota (Burnley dan Murphy 1995; Davis et al. 1994; Nelson 1992). Burnley dan
ketimpangan wilayah perkotaan karena wilayah sub urban yang dibangun belum
dilengkapi jaringan infrastruktur yang memadai. Menurut Herbes (1987) daerah sub
urban yang baru dibangun oleh arus urbanisasi tumbuh dan berkembang mengikuti
kita menyadari sebagai proses pembangunan kota telah membawa implikasi terhadap
Bahl dkk,1992).
masyarakat mengenai bagaimana seharusnya pola tata guna lahan suatu lingkungan
pada masa yang akan datang. Dalam rencana itu ditentukan daerah-daerah yang akan
kebutuhan umum. Ditentukan pula azas dan standar yang harus diterapkan pada
pembangunan atau pelestarian di daerah itu. Di dalam suatu rencana tata guna lahan
biasanya tercantum naskah uraian dan beberapa peta. Di dalam uraiannya terkandung
rencana pada ruang yang tersedia, baik secara umum maupun terperinci, dengan
seperti listrik, gas dan air; berbagai macam prasarana masyarakat dan masalah-
pelestarian lingkungan.
Sifat rencana tata guna lahan bias berlainan karena jenis dan luas lingkungan,
kabupaten yang mengatur soal perlahanan. Misalnya, suatu rencana tata guna lahan
untuk sebuah dusun di pedesaan barangkali akan lain sekali ruang lingkupnya dan
tidak begitu mendesak seperti rencana tata guna lahan di sebuah kota industri yang
besar. Sebuah rencana tata guna lahan di daerah pemukiman sekitar pusat kota
mungkin berorientasi lain daripada rencana tata guna lahan di daerah pusat kota.
Suatu rencana tata guna lahan untuk suatu wilayah yang dikelola beberapa
rancangan pelaksanaan yang lain sama sekali daripada rencana sejenis untuk suatu
wilayah kotamadya atau kabupaten dengan pemerintahan tunggal. Dan suatu rencana
tata guna lahan untuk suatu lingkungan di dalam wilayah pemerintahan yang
memiliki sedikit saja atau sama sekali tidak memiliki peraturan-peraturan mengenai
rencana tata guna lahan untuk wilayah pemerintahan yang memiliki perencanaan
jauh jangkauannya ke masa depan. Suatu rencana jangka panjang biasanya menuju ke
sasaran yang terletak 20 atau 25 tahun yang akan datang, sedangkan suatu rencana
tertentu mungkin hanya menjangkau sasaran 5 tahun atau kurang. Misalnya, kota
mengharuskan penyusunan rencana-rencana tata guna lahan berjangka waktu 1,5 dan
suatu rencana tata guna lahan biasanya hanya merupakan unsur fungsional dari suatu
tiap kotamadya dan kabupaten harus menyusun serta mensahkan rencana menyeluruh
1. Perbaikan modal
5. Pelestarian alam
7. Perumahan
Unsur-unsur tambahan berikut ini bersifat mana suka tetapi yang pertama dan
kedua merupakan keharusan bagi pemerintah daerah yang berpenduduk lebih dari
50.000 jiwa:
d. Parkir halaman
f. Pola kemasyarakatan
h. Keselamatan
indah
j. Pembangunan ekonomi
rencana tata guna lahan menjadi titik pusat semua rencana menyeluruh itu dan
merupakan semacam tali pengikat yang menyatukan unsur-unsur lain. Bagi suatu
lingkungan masyarakat, rencana tata guna lahan ibarat sebuah rencana dasar bagi
bagaimana, berapa banyak dan mengapa kegiatan tersebut harus dilakukan. Rencana
terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air
limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta
fasilitas umum lainnya. Rencana tata guna lahan juga membuka kesempatan bagi
Dengan cara demikianlah rencana tata guna lahan meletakkan kerangka dasar
bagi hal-hal terperinci yang dicantumkan pada banyak segi lain di dalam rencana
menyeluruh, seperti transportasi, tenaga listrik, air bersih dan gas, fasilitas dan
indah. Hal-hal itu diusahakan untuk mencapainya secara mencoba menciptakan suatu
pola pengembangan lahan yang masuk akal dan bukan pola pengembangan dan
terjadi jika tidak diciptakan pola pengembangan yang masuk akal, melainkan
Bagi pelaksanaan rencana tata guna lahan tidak ada penjadwalan pasti
menyeluruh. Penjadwalan bergantung pada hasil penelitian atau unsur rencana mana
yang sudah tersedia; kendala-kendala anggaran, penjadwalan, dan politik, juga para
hukum pada pemerintahan federal, negara bagian atau daerah di bawahnya. Lagipula,
Tetapi karena hal-hal lain bernilai sama maka dapat disebut beberapa
yaitu:
1. Penelitian kependudukan
2. Penelitian ekonomi
3. Analisis lingkungan
unsur-unsur mengenai transportasi, listrik, air bersih dan gas, serta fasilitas umum)
lahan. Hal itu tergantung pada struktur, jadwal dan kendala-kendala yang terdapat
a. Rencana-rencana untuk daerah yang lebih kecil, seperti daerah pemukiman, pusat-
Sekalipun mungkin ada tahapan analitis yang ideal (tentunya sampai batas-batas
dan hal-hal yang menimbulkan keresahan masyarakat yang sering menjadi faktor
penentu mengenai bagaimana dan kapan pelaksanaan rencana tata guna lahan
Proyek perencanaan tata guna lahan biasanya seperti dilukiskan pada gambar
1. sebenarnya proses ini lebih bersifat umum karena dapat diterapkan secara sama,
perencanaan menyeluruh, Perencanaan tata guna lahan itu sendiri, dan perencanaan
tata guna lahan sebagai bagian dalam perencanaan menyeluruh. Dalam pengertian
dimana tempat anda, (2) kemana anda hendak pergi dan (3) bagaimana cara
pencapaiannya.
berganti-ganti, demikian pula berapa jauh keterkaitan tata guna lahan sebagai
masalah tersendiri atau sebagai bagian dalam suatu proses perencanaan yang lebih
dilaksanakan proses perencanaan tata guna lahan, atau langkah itu mungkin perlu
mencakup pengumpulan dan analisa informasi, mungkin sebagian sudah atau belum
dapat diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya, tetapi sudah hampir dapat
Dalam mempelajari bagian ini mungkin akan bermanfaat bila melihat lagi
diagram dasar pada gambar untuk mengetahui bagian mana saja yang tepat untuk
3. ANALISIS
9. PELAKSANAAN DIMANA ANDA INFORMASI
PROGRAM DAN
PROYEK
BAGAIMANA UNTUK
SAMPAI KE SANA
4. TENTUKAN
8. WUJUDKAN SASARAN-SASARAN
ANDA HENDAK
RENCANA MENJADI MASYARAKAT
KEMANA
PROGRAM DAN
wilayah sangat diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya
spontan dan terputus–putus dalam keadaaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui
(Sjafrizal, 2008).
tingkat perubahan secara menyeluruh sehingga suatu sistem sosial yang telah
yang beraneka ragam dalam sistem tersebut akan bergerak menjauhi kondisi hidup
yang secara umum dianggap kurang memuaskan dan mengarah ke situasi atau
dapat melakukan secara bersama hal-hal yang tidak dapat dilakukan secara individu.
kehidupan masyarakat dari kondisi yang tidak baik menjadi kondisi yang lebih baik.
Siagian (1983) mendefinisikan bahwa pembangunan itu adalah sebagai usaha atau
rangkaian usaha yang pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam
1. Pembangunan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional riil
dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini tidak memuaskan, karena
pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang terjadi bukan kemajuan
kenaikan pendapatan riil per kapita dalam suatu jangka waktu yang panjang”.
tingkat kesejahteraan ekonomi. Misalnya pendapatan nasional riil per kapita naik
(a) kenaikan pendapatan nasional atau per kapita riil, si kaya bertambah kaya dan
kenaikan pendapatan nasional riil, dan (c) harus dipertimbangkan tidak saja
barang apa yang diproduksi, tetapi juga bagaimana barang tersebut diproduksi.
Untuk itu diperlukan pendekatan yang penting didalami adalah teori yang berkaitan
dengan pengembangan wilayah, dan adapun teori tersebut adalah sebagai berikut:
mengenai pemilihan lokasi kegiatan ekonomi dan sosial, serta analisa interaksi antar
wilayah. Teori Lokasi menjadi penting dalam analisa ekonomi karena pemilihan
ongkos angkut sehingga mendorong terjadinya efisiensi baik dalam bidang produksi
antara lain: yaitu (1) penghematan skala (scale economies), penghematan lokasi
secara internal bila skala produksinya ditingkatkan. Biaya tetap yang besar
sebagai akibat investasi dalam bentuk pabrik dan peralatan, yang memungkinkan
dilaksanakan pemanfaatan pabrik dan peralatan tersebut dalam skala besar dapat
membagi-bagi beban biaya-biaya tetap pada berbagai unit terdapat dalam sistem
besar dimaksudkan untuk menghundari unit biaya operasi yang eksesif. Hal ini
dinikmati oleh semua perusahaan dalam suatu industri yang sejenis pada suatu
lokasi tertentu. Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah keluaran (total
membutuhkan investasi modal yang eksesif dan dapat beroperasi tanpa dilayani
oleh tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang tinggi dan spesialistis.
yang erat antara kegiatan ekonomi yang ada pada konsentrasi tersebut baik dalam
bentuk keuntungan eksternal bagi para pengusaha, baik dalam bentuk penghematan
biaya produksi, ongkos angkut bahan baku, dan hasil produksi serta penghematan
tersebut selanjutnya akan dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan oleh para
Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis dan struktur herarkis pusat-
pusat kota atau wilayah-wilayah nodal, tetapi tidak menjelaskan bagaimana pola
georafis tersebut terjadi secara gradual dan bagaimana pola tersebut mengalami
dikatakan bersifat statis. Agar teori tempat sentral mampu menjelaskan gejala-gejala
dinamis, maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan wilayah. Salah satu
Teori tempat sentral sebagian brsifat positif karena berusaha menjelaskan pola
aktual arus pelayanan jasa, dan sebagian lagi bersifat normatif karena berusaha
daerah pertanian yang tersusun secara herarkis dan berpenduduk merata. Dengan
tumbuhnya kota-kota maka muncullah jasa-jasa yang tidak berkanaan dengan pasar
penyediaan air minum, listrik, angkutan umum, demikian pula kebutuhan fasilitas
oleh tempat sentral. Analisis tempat sentral menekankan pada peranan sektor
Kegiatan manufaktur dianggap sebagai kegiatan produktif non tempat sentral. Hal ini
tidak sesuai dengan kenyataan. Banyak kota-kota besar dan kota-kota lainnya sering
kali mengalami perluasan dalam hal lokasi manufaktur karena kota-kota yang
wilayah berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula masalah pokok yang
Hirschman mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pendapatan yang lebih tinggi,
terdapat keharusan untuk membangun sebuah atau beberapa buah pusat kekuatan
ekonomi dalam wilayah suatu negara, atau yang disebut sebagai pusat-pusat
pertumbuhan (growth point atau growth pole). Terdapat elemen yang sangat
menentukan dalam konsep kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang tidak dapat
dielakkan dari suatu unit ekonomi terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh
tersebut semata adalah dominasi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang
geografis dan dimensi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan
dimensi tata ruang (geographic space and space dimension. Proses pertumbuhan
adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi (economic space theory), dimana
geografis, meliputi terpencil dan pertumbuhan ini terjadi melalui dampak hubungan
baik fungsi idiologi maupun fungsi politik. Di dalam suatu arti idiologis dan pada
suatu tingkat teoritis yang tidak dapat diambil melalui pertanyaan-pertanyaan sosial
yang lebih mendalam. Teori kutub pertumbuhan bersandar terhadap mekanisme harga
dengan unit-unit lain di dalam ekonomi. Asumsi Perroux adalah tujuan sosial dari
Boudeville dapat dianggap sebagai pelengkap terhadap teori tempat sentral yang
dan fasilitas komunikasi, maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan
semakin lancar. Teori Konvergen dapat terjadi jika negara yang bersangkutan telah
Menyamaratakan faktor harga antara wilayah dalam suatu wilayah melalui integrasi
akan meningkatkan faktor mobilitas sehingga dengan demikian akan ada pencapaian
migrasi, sehingga menarik investor dengan biaya pekerja yang rendah. Teori
konvergen akan terus berlanjut sampai para pekerja dan penghasilan seimbang.
Karena wilayah yang produktivitas dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih
tinggi kedepannya akan lebih sulit menghitung hasil pengurangnya. Akibatnya, untuk
pada posisi yang lemah. Teori harga Factor Price Equalization (FPE) sudah menjadi
dasar pemikiran yang kuat dalam perdagangan bebas internasional sejak Heckscher
Ohlin pada awal abad ini, dan disempurnakan oleh Paul Samuelson menyempurnakan
secara matematis. Dalam analisa integrasi perekonomian dunia, beberapa ahli seperti
Porter dan Krugman mulai melihat pentingnya jarak geografis. Bertil Ohlin membuat
asumsi bahwa dua faktor produksi merupakan hal yang penting di setiap negara, yang
sebahagian faktor tersebut merupakan hal yang tidak penting pada beberapa negara.
atau biaya transportasi. Dari pandangannya, perdagangan bebas telah cukup mampu
bebas akan menyebabkan harga pada negara –negara menjadi sama. Dan jika kedua
faktor harganya sebenarnya akan menjadi sama tanpa pergerakkan. Kesamaan faktor
harga ini (FPE) dibuktikan secara matematis oleh Samuelson. Teori konvergen masih
digunakan sebagai model dalam literatur teori pertumbuhan, yang menyatakan bahwa
liberalisasi dalam asas dasar dapat meningkatkan proses konvergen melalui wilayah
(Hwang, 1996).
Divergence terjadi pada saat modal dan tenaga kerja ahli cenderung
membuat kebijakan yang akan mengurangi ketimpangan wilayah (Jeong, 1995). Bila
wilayah miskin mampu untuk menaikkan pendapatan per kapita masyarakat secara
(Dapeng, 1998).
Ada tiga strategi dasar dimana para pembuat kebijakan bisa membantu variasi
basis ekonomi wilayah. Masing-masing strategi ini memiliki tingkat risiko berbeda,
antara lain:
serta
(c) jangkauan dan pengaruh industri melibatkan kombinasi satu industri atau lebih
2.4.6 Pendapatan
Secara lengkap terdapat empat pelaku ekonomi yakni sektor rumah tangga,
sektor perusahaan (swasta), sektor pemerintah (publik), dan sektor luar negeri
kearah sektor rumah tangga sebagai akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi
yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Aliran itu meliputi (1) gaji dan
upah, yang merupakan pendapatan tenaga kerja, (2) sewa yang merupakan
pendapatan dari tanah dan bangunan, (3) bunga, yang merupakan pendapatan dari
Sebagian dari pendapatan ini tidak diterima oleh rumah tangga. Keuntungan-
untuk membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Sisa pendapatan
rumah tangga, yaitu setelah dikurangi pajak, pengeluaran untuk konsumsi dan
pengeluaran untuk membeli barang impor akan ditabung di lembaga keuangan, yang
kemudian lembaga keuangan akan meminjamkan dana yang didapat dari tabungan
yang diciptakan oleh sesuatu perekonomian tiga cara penghitungan dapat digunakan,
yaitu:
2. Cara produksi atau produk neto. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung
dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh
pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apa pun, yang diterima oleh penduduk
sesuatu negara.
penerimanya, yaitu rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli
barang-barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi biasanya tidak semua
(Yd) dan pendapatan pribadi (Yp), dan (ii) pendapatan disposebel (Yd) dengan
konsumsi dan tabungan, di bawah ini dinyatakan formula (rumus) dari hubungan
tersebut :
(i) Yd = Yp - T
(ii) Yd = C + S
r
sF
r1
r0
I1
I0
0 S,I
S0=I0 S1=I1
melakukan investasi dan meminjam modal digambarkan oleh kurva I0 dan penawaran
tabungan adalah SF. Maka pasaran modal akan seimbang apabila investasi = I0 sama
dengan suku bunga = r0. Tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga adalah S0=I0,
dan pengeluaran rumah tangga adalah C0. Pada keseimbangan ini pengeluaran
! " #
" #
&
% " #
&
& +
&
& , %
&
&
% %
&
"- ()).#
*/0) %
'
*/1) */2)
&
"' ())*#
- "*//1#
- ' %
*/1) */2)
menolak pendapat kaum neoklasik yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal
tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu keseimbangan atau kemerataan. Pada
prinsipnya ada beberapa bentuk ketimpangan yang terjadi antara lain distribution
income disparities, urban rural income disparities, dan regional income disparities
Rumus:
n
Gi = 1 - ( Pi - Pi – 1 ) ( Qi + Qi-1 ), 0 Gi 1
i-1
Dimana:
Gi = 0, Perfect Equality
Gi = 1, Perfect Inequality
Lorenz digambarkan pada sebuah bidang persegi bujur sangkar dengan bantuan
kurva ini menjauhi diagonal berarti ketimpangan yang terjadi semakin tinggi.
setelah menghitung angka Gini atau seperti terlihat pada gambar berikut ini:
B
100%
% Qi
A
% Pi 100%
0
12%,
17%.
memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah pembangunan yang lebih
(Colclough, 1990).
(Harrison, 1984).
sudah maju dan yang sedang berkembang. Ditemukan bahwa selama tahap awal
terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap yang lebih “matang”, dilihat dari
(Yi − Y ) 2 fi / n
IW =
Y
Dimana:
Masalah ketimpangan ekonomi antar daerah tidak hanya tampak pada wajah
lebih diperhatikan di masa mendatang. Strategi alokasi anggaran itu harus mendorong
keterampilan tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu daerah
kecenderungan terjadinya ketimpangan antar daerah dan antar sektor ekonomi suatu
daerah. Bertitik tolak dari kenyataan itu, Ardani (1992) mengemukakan bahwa
Menurut Kuncoro (2002), konsep entropi Theil dari distribusi pada dasarnya
dan konsentrasi industri. Studi empiris yang dilakukan Theil dengan menggunakan
indeks entropi menawarkan pandangan yang tajam mengenai pendapatan regional per
menggunakan indeks entropi Theil. Indeks entropi Theil tersebut dapat dibagi/diurai
menjadi dua subindikasi, yaitu ketimpangan regional dalam wilayah dan ketimpangan
indeks entropi Theil akan diketahui ada tidaknya ketimpangan yang terjadi di
kabupaten/kota. Rumus dari indeks entropi Theil adalah sebagai berikut (Ying, 2000):
Di mana:
selama kurun waktu tertentu. Indeks ketimpangan entropi Theil juga dapat
konsentrasi geografis selama periode tertentu; sedang yang kedua juga penting ketika
kita mengkaji gambaran yang lebih rinci mengenai ketimpangan spasial. Sebagai
contoh ketimpangan antar daerah dalam suatu negara dan antar subunit daerah dalam
&
3!
% " # &
- 4 "*/15# - "()).# 2
&
&
" #
8 7
4 " #
% -
*/1) */2) ,
&
terkonsentrasinya para produsen telah diterima luas sebagai salah satu penyebab
terciptanya kota. Eksternalitas dalam spasial dalam arti berkaitan dengan kedekatan
(external benefits) dengan berlokasi saling berdekatan satu dengan yang lain.
suatu tempat atau tersebar di lebih dari satu tempat. Karena itu, ekonomi aglomerasi
disebabkan oleh faktor-faktor aglomerasi yang unik, bukan hanya karena orientasi
lokasi seperti orientasi tenaga kerja (labor orientation) dan transportasi (transport
orientation).
kekuatan (forces) yang mempengaruhi biaya produksi (production costs), yaitu (i)
ekonomi skala besar (large-scale economies), suatu skala ekonomi internal terhadap
perusahaan pada suatu lokasi tertentu (Mills; Dixit,); (ii) ekonomi lokalisasi
industri pada suatu lokasi tertentu tetapi internal terhadap kawasan perkotaan (Arnott;
Sebagian besar model ukuran kota (city size) yang menjelaskan keberadaan
(agricultural allocation theory) dari von Thunen. Dalam modelnya, von Thunen
dataran yang subur. Produk-produk tertentu yang biaya transportasi paling tinggi di
produksi berlokasi paling dekat dengan kota dengan tujuan mengurangi biaya
transportasi. Terdapat hubungan terbalik (inverse) antara sewa tanah (land rent) dan
biaya transportasi, semakin jauh jarak suatu lokasi dari kota semakin rendah tingkat
sewa tanah. Keberlakuan hubungan ini dengan mudah diubah menjadi zona
adalah dengan mengubah pusat kota di tengah-tengah dataran menjadi distrik pusat
bisnis (central business district/CDB). Untuk selanjutnya distrik pusat bisnis akan
kita sebut sebagai DPB. Lokasi DPB berada tepat di tengah kota dikelilingi oleh
daerah pinggiran kota suburbs) dimana para konsumen dan pekerja tinggal. Semua
Dua karya utama dalam ekonomi skala besar adalah makalah-makalah yang
ditulis berturut-turut oleh Mills dan Dixit. Mills mengasumsikan suatu kota berpusat
(increasing returns to scale), karena itu produsen barang bersifat monopoli. Mills
(increasing returns) dalam produksi barang, semakin tidak elastis (in elastic)
permintaan terhadap barang tersebut. Persyaratan ini diperlukan bagi produsen agar
dapat membayar nilai produk marginal (value of marginal product) dari faktor-faktor
produksi (inputs).
Model struktur kota yang bersifat lebih umum dikembangkan oleh Dixit.
Tema utama dari karya Dixit adalah ukuran kota optimum (optimum city size) yang
lalulintas (congestion). Dixit membuat asumsi bahwa hanya terdapat satu perusahaan
yang memproduksi komoditi tunggal dan skala hasil yang meningkat. Seperti model
yang dikembangkan oleh Mills, model yang dikembangkan oleh Mills, Dixit
dibandingkan dengan model Mills, model yang dikembangkan oleh Dixit bersifat
umum. Dixit mengintegrasikan manfaat sebagai fungsi dari barang industri dan
peningkatan (degree of increasing returns) sama dengan rasio sewa tanah terhadap
nilai output.
mengenai ekonomi aglomerasi dalam suatu rangka yang lebih umum, namun kritik
keras terhadap model ini adalah pemberlakuan skala ekonomi dalam sistem monopoli
dianggap terlalu sederhana. Skala peningkatan internal (internal returns to scale) bagi
produsen yang memiliki kekuatan monopoli susah untuk diterima sebagai penyebab
keadaan kota modern sebenarnya. Fenomena suatu kota modern adalah terdapat
banyak produsen dan terjadi perdagangan antarkota, keadaan ini jauh berbeda dari
keadaan pasar monopoli. Kritik ini juga berlaku pada model yang dikembangkan oleh
Mills.
lain, oleh Henderson. Ciri utama dari model Henderson adalah mengasumsikan
peningkatan hasil (increasing returns) yaitu skala ekonomi bersifat eksternal terhadap
perusahaan. Kita dapat menyebut jenis eksternalitas seperti ini sebagai skala ekonomi
ala Chipman, karena Chipman yang mengusulkan pendekatan ini. Karena itu, produk
berbeda dengan produk marginal sosial (social marginal product). Keadaan ini
Pasar dicirikan oleh persaingan sempurna karena setiap perusahaan yang ikut
output dari fungsi produksi, karena itu kita anggap model Henderson memperlihatkan
(Nishiola 1994).
informasi. Menurut Song dkk (2000) terdapat lima variabel yang menjadi faktor yang
modal manusia, jumlah penduduk dan letak geografis. Menurut hasil penelitian
penggunaan teknologi dalam proses produksi. Menurut Wilder dkk. (1999) perbedaan
Shangkar dan Shah (2003) kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan alokasi
pendapatan di masyarakat.
pendapatan seperti inflasi dan pengangguran menurut studi Mocan (1999) dan Blejer
& &
&
: "()))#
' "*///#
4 "*//2#
& &
pendapatan yang terjadi di daerah di Indonesia antara lain di Kutai Kartanegara oleh
BPS (2005) yang menemukan koefisien Gini sebesar 0,31. Koefisien Gini ini
Penelitian lain khususnya di Kabupaten Banyumas pernah dilakukan oleh Suroso dkk
masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah satu tolok
ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat
tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan
aspek pemerataan pendapatan yang telah tercapai. Walaupun hal ini tidak
petunjuk untuk melihat arah dari perkembangan yang terjadi. Selama ini untuk
sebenarnya, ada yang membesarkan ada pula yang mengecilkan. Selain itu terkadang
menjadi tidak etis pada sebagian orang untuk meminta informasi mengenai
tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan masyarakat maka akan semakin besar
tingkat pengeluaran. Asumsi ini menjadi acuan dalam kajian untuk mengukur