Anda di halaman 1dari 16

USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN

TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

F.1 PENDEKATAN PEKERJAAN


F.1.1 Pendekatan Mix Scanning Planning
Pada dasarnya Penyusunan Kajian Rencana Pembangunan Industri Kabupaten Di Wilayah
Kabupaten Sumedang ini merupakan lokasi pemusatan kegiatan industri kecil dan industri
menengah yang menghasilkan produk sejenis, menggunakan bahan baku sejenis dan atau
mengerjakan proses produksi yang sama, dilengkapi sarana dan prasarana penunjang.
Dengan demikian pendekatan pengembangan merupakan integrasi dan konektivitas
semua sumberdaya pada Kawasan Industri yang bersangkutan, yang dilengkapi dengan
dukungan sarana dan prasarana serta sistem pengelolaan yang berkelanjutan ke dalam
suatu sistem perwilayahan berbasis kegiatan industri.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-1
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Pendekatan Mixed Scanning Planning Approach (MSPA) adalah sistem perencanaan


kewilayahan yang mempertimbangkan bahwa wilayah makro tetap menjadi bagian dari
sistem wilayah yang lebih mikro, walaupun tidak secara menyeluruh, dan sebaliknya.
Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman keruangan secara lebih lengkap, karena
mempertimbangkan keseluruhan sistem yang mempengaruhi, baik sistem eksternal
maupun internal.
Secara teori, pendekatan MSPA merupakan kombinasi antara pendekatan rasional
menyeluruh dengan pendekatan terpilah (incremental), yaitu menyederhanakan pende-
katan menyeluruh dalam lingkup wawasan secara sekilas dan memperdalam tinjauan atas
unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh. Ciri utama pendekatan
perencanaan ini adalah:
 Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi
(atas);
 Perencanaan dilatarbelakangi oleh suatu wawasan menyeluruh serta memfokuskan
pendalaman penelaahan pada unsur-unsur yang diutamakan;
 Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis, serta
proses teknis penyusunan rencana karena terdapat penyederhanaan dalam penelaahan
dan analisis makro.
 Untuk menunjang dan analisis sekilas, maka proses pemantauan, pengumpulan
pendapat, komunikasi, dan konsultasi dengan masyarakat yang berkepentingan dan
pemerintah dilakukan secara menerus mulai dari perumusan sasaran dan tujuan
rencana pembangunan.
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara lebih substantif,
pendekatan dalam pekerjaan ini dapat dibagi atas:
 Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor determinan yang dianggap mempengaruhi dalam penentuan arah
pengembangan, seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi
dinamika global, dan lain-lain. Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi
gambaran tentang peluang yang tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam
penataan ruang suatu wilayah atau daerah.
 Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam penataan ruang dipertimbangkan
faktor-faktor lingkungan strategis yang berpengaruh, seperti kondisi fisik dan
lingkungan, kependudukan, perekonomian, kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait
dengan potensi yang dimiliki dan permasalahan yang akan dihadapi dalam penataan
ruang suatu wilayah.
F.1.2 Pendekatan Sustainability Development
Pendekatan sustainability development saat ini umum digunakan dalam hal-hal yang
terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika bisnis, terutama sejak dipublikasikannya

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-2
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environt-ment and
Development (WCED), tahun 1987. Dalam dokumen tersebut, sustainability development
diartikan sebagai: ”development that meets the needs of the present without compromising
the ability of future generations to meet their own needs. In a way that "promote[s]
harmony among human beings and between humanity and nature". Dalam ekonomi,
pengembangan seperti ini mempertahankan atau meningkatkan modal saat ini untuk
menghasilkan pendapatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang dimaksud disini
tidak hanya berupa modal fisik yang bersifat privat, namun juga dapat berupa infrastruktur
publik, sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan ketiga
komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas pertumbuhan,
bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat pembangunan
berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan perekonomian dan
pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan hidup yang sangat
penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan
keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait dan
mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3) pelestarian
lingkungan hidup.

Gambar 3.1 Tiga pilar utama pembangunan berkelanjutan

Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
1. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
2. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan dirumuskan
menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan
oleh Pemerintah maupun masyarakat.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-3
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

3. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang dapat
menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola
ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan per-kembangan
antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah.
4. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin keles-
tarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
Untuk menjalankan kedua pendekatan tersebut, maka diperlukan data dan informasi
wilayah makro mulai dari level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta data dan
informasi wilayah mikro daerah, seperti peruntukan industri (KPI), daerah industri (KI), dan
sentra-sentra industri kecil menengah (Kawasan industri) pada masing-masing kab/kota.
F.1.3 Pendekatan Yuridis
Ismail Saleh, 1990 dalam bukunya Hukum dan ekonomi menyatakan bahwa “apabila kita
mengundang para investor, maksudnya tidak lain untuk lebih membangun Negara,
memberikan kesejahteraan lahir batin dan memberikan kemakmuran kepada rakyat.
Untuk itu digunakan dua pendekatan dalam pelaksanaan investasi, yaitu pendekatan
kepentingan nasional dan kepentingan ekonomi. Dua pendekatan tersebut harus disusun
dalam satu jalur hukum yang serasi dan saling mendukung. Dengan pendekatan dari segi
ekonomi bertujuan agar investasi, baik domestik maupun asing ikut membantu ekonomi
Indonesia. Dilihat dari pendekatan kepentingan nasional, tujuan yang ingin dicapai dalam
investasi ini tidak lain adalah untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan
batin kepada Negara”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yaitu
1. pendekatan yuridis normatif digunakan dengan alasan bahwa kawasan industri
merupakan institusi yang menjalankan perannya berdasarkan norma-norma hukum,
2. pendekatan yuridis empiris digunakan untuk melihat bagaimana pembangunan
kawasan industri berjalan dalam realitanya. Sedangkan data yang diperoleh dianalisa
secara kualitatif.
Sumantoro, 1986 dalam bukunya Hukum Ekonomi mengemukakan bahwa investasi
mempunyai peranan dan sumbangan penting dalam pembangunan. Di dalam lingkup
rencana pembangunan, pemerintah mengarahkan agar investasi mempunyai peranan
dalam pembangunan, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan investasi tidak hanya
berorientasi kepada motif mendapatkan keuntungan saja, melainkan juga diarahkan
kepada pemenuhan tugas pembangunan pada umumnya. Untuk itu sebaiknya investasi
diarahkan pada serangkaian pengaturan oleh pemerintah agar dapat berperan serta dalam
mencapai tujuan-tujuan pembangunan menurut prioritas sebagaimana tercantum pada
setiap rencana pembangunan, seperti :
a. Peningkatan produksi nasional/penggalian potensi-potensi ekonomi;
b. Penciptaan lapangan kerja;

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-4
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

c. Peningkatan pemerataan hasil-hasil pembangunan/partisipasi rakyat dalam


pembangunan/kegiatan ekonomi;
d. Pemerataan kegiatan pembangunan daerah

F.2 METODOLOGI
F.2.1 Kerangka Pola Pikir
Pembangunan industri daerah dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing daerah yang
berdampak pada peningkatan daya saing Nasional. Yang menjadi tantangan adalah
bagaimana arah pembangunan industri berangkat dari keunggulan sumber daya daerah.
Karenanya, pendekatan harus diawali dengan mendapatkan sumber keunggulan daerah
yang berpeluang memberikan kontribusi besar dan dalam memberi manfaat bagi pasar,
berpotensi untuk diaplikasikan di beragam pasar (dapat menghasilkan beragam produk
yang bernilai) dan sulit ditiru. Dengan demikian daerah harus mampu memilih komoditas/
produk yang memiliki kriteria tersebut. Komoditas berbasis pertanian, perkebunan, hasil
hutan, laut dan perikanan atau berbasis agro, hasil tambang merupakan sumber daya yang
dapat dikembangkan untuk menjadi potensi dan peluang pengembangan industri.
Pengertian Perindustrian dalam Undang Undang No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
menyebutkan bahwa: adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan
industri, sedangkan Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Perindustrian diselenggarakan berdasarkan asas (a) kepentingan nasional (b) demokrasi
ekonomi; (c) kepastian berusaha; (d) pemerataan persebaran; (e) persaingan usaha yang
sehat; dan (f) keterkaitan Industri.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran
pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara
terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen
perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi panduan bagi
seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan industri nasional.
Penyelenggaraan Pembangunan Industri secara nasional dilaksanakan oleh Pemeritah dan
dalam hal ini adalah Presiden melalui Menteri yang membidangi industri. Sedangkan
penyelenggaraan pembangunan industri di daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten / Kota. Hal ini diatur dalam UU Perindustrian, yang menyangkut
pembagian tugas penyelenggaraan pembangunan industri tersebut.
Berkaitan dengan penyusunan Rencana Pembangunan Industri Nasional juga diatur
sebagai suatu jenjang perencanaan yaitu:
a. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) disusun oleh Pemerintah Pusat.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-5
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

b. Rencana Pembangunan Industri Provinsi disusun oleh Gubernur dan di syahkan oleh
DPRD Provinsi sebagai Peraturan Daerah Provinsi. Rencana Pembangunan Industri
Provinsi tersebut harus mengacu kepada RIPIN. (Pasal 10 UU No.3 tahun 2014).
c. Rencana Pembangunan Industri Daerah disusun oleh Bupati/Walikota, dan ditetapkan
dalam Perda Kabupaten / Kota. Rencana Pembangunan Industri Daerah tersebut harus
mengacu kepada RIPIN dan Kebijakan Industri Nasional. (Pasal 11 UU No.3 tahun
2014).
Dalam penyusunan Rencana pembangunan Industri Daerah Kabupaten harus mengacu dan
memperhatikan :
 Potensi sumber daya industri daerah;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota; dan.
 Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya dukung
industri.

Gambar 3.2 Kerangka Pola Pikir Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten

F.2.2 3.1.2. Rencana Pembakuan Industri Kabupaten/Kota


Pasal 11 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan
bahwa setiap Bupati dan Walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri
Kabupaten/Kota. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota yang disusun, mengacu
pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan Kebijakan Industri Nasional.
Selanjutnya Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota tersebut ditetapkan dengan

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-6
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota setelah dievaluasi oleh Gubernur sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana Pembangunan Industri Kab/Kota disusun paling sedikit memperhatikan:
 Potensi sumber daya industri daerah;
 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota; dan
 Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya dukung
industri.
Dalam rangka membangun daya saing industri secara berkelanjutan, dan penyebaran serta
pemerataan industri, maka pengembangan industri prioritas daerah terutama di daerah
tertinggal perlu diprioritaskan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dengan
daerah yang sudah lebih maju.
Dalam rangka membangun daya saing industri secara berkelanjutan, dan penyebaran serta
pemerataan industri, maka pengembangan industri prioritas daerah terutama di daerah
tertinggal perlu diprioritaskan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dengan
daerah yang sudah lebih maju. Berdasarkan data Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal tahun 2012, daerah tertinggal di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten
Sumedang, dan Kabupaten Garut. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah tidak terdapat
daerah tertinggal, namun perekonomian beberapa Kabupaten di Provinsi tersebut masih
dibawah Kabupaten lain seperti Kabupaten Demak dan Kabupaten Sumedang. Meskipun
demikian, potensi pengembangan industri ke depan di Kabupaten tersebut cukup bagus.
Agar pengembangan industri prioritas di daerah tertinggal tersebut terarah, terencana, dan
selaras dengan Kebijakan lndustri Nasional, maka perlu disusun Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
Demak sesuai amanat UU Nomor 3 Tahun 2014 pasal 11.
Sehubungan dengan itu, Direktorat Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah II pada Tahun
Anggaran 2015 memfasilitasi Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupalen
dimaksud. Untuk itu diperlukan Jasa Konsultan untuk menyusun Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten dimaksud. Rancangan yang disusun dari kegiatan ini dijadikan sebagai
masukan dalam menyusun Draft Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten/Kota.
Pembangunan daerah pada Kabupaten/Kota merupakan seluruh rangkaian dari upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, yang ada di daerah, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional
dalam membangun. Pembangunan industri daerah dilaksanakan dengan tujuan
meningkatkan daya saing daerah yang berdampak pada peningkatan daya saing nasional.
Pembangunan industri daerah dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat yang ada di sekitarnya.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-7
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Yang menjadi tantangan adalah bagaimana arah pembangunan industri berangkat dari
keunggulan sumber daya daerah dan kerjasama dengan daerah sekitar. Karenanya,
pendekatan harus diawali dengan mendapatkan sumber keunggulan daerah yang
berpeluang memberikan kontribusi besar dan dalam memberi manfaat bagi pasar,
berpotensi untuk diaplikasikan di beragam pasar (dapat menghasilkan beragam produk
yang bernilai) dan sulit ditiru. Dengan demikian daerah harus mampu memilih
komoditas/produk yang memiliki kriteria tersebut.
Sebagai contoh, komoditas berbasis pertanian, perkebunan, hasil hutan, laut dan perikanan
atau berbasis agro, hasil tambang merupakan sumber daya yang dapat dikembangkan
untuk menjadi potensi dan peluang pengembangan industri. Selain itu terdapat pula
keistimewaan yang melekat pada keterampilan spesifik SDM. Hal inilah yang perlu digali
mendalam dari daerah kabupaten/kota dan Provinsi.
F.2.3 Keterkaitan Dengan Kebijakan Tata Ruang dan Sektoral
Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota ini ada keterkaitan
beberapa kebijakan baik yang menyangkut ke ruangan maupun sektoral sebagaimana
terlihat dalam matrik berikut ini.
Tabel 3.1 Keterkaitan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota dengan
Kebijakan Tata Ruang dan Kebijakan Sektoral.
INDUSTRI TATA RUANG OTONOMI LINGKUNGAN
UU No.3 / 2014 UU No.26 /2007 UU No.23 / 2014 UU No.32 / 2009
Perindustrian Penataan Ruang Pemerintahan Daerah Lingkungan Hidup
PP No.17 / 1986 PP No.26 / 2008 PP No. 28 / 2007 PP No. 27 / 1999
Pengaturan Wewenang Tata Ruang Nasional Pembagian Kewenangan Analisis Mengenai
Pengaturan Pembinaan PP No.34 /2009 Pemerintah Pusat dan Dampak Lingkungan
Industri Pedoman Pengelolaa Daerah
Kawasan Perkotaan
PP.No.15 / 2010
Penyelenggaran
Penataan Ruang
PP No 14 /2015 Rencana Tata Ruang UU No.23 / 2014 UU No.32 / 2009
Rencana Induk Provinsi Jawa Barat Pemerintahan Daerah Lingkungan Hidup
Pembangunan Industri Rencana Tata Ruang
Nasional Kabupaten Sumedang
Rencana Tata Ruang
Garut
Rencana Tata Ruang
Provinsi Jawa Tengah
Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sumedang
Rencana Tata Ruang
Kabupaten Demak

Dari tabel matrik tersebut terlihat bahwa Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota
terkait dengan kebijakan Provinsi dan Nasional merupakan keterpaduan dari beberapa
rencana pembangunan yang sudah ada.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-8
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

F.2.4 Keterkaitan dengan Rencana Pembangunan lainnya.


Beberapa konsentrasi atau pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Industri Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten/Kota.
b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten/Kota.
c. Rencana Pembangunan Industri Daerah Provinsi tersebut.
d. Rencana Strategi pengembangan Industri Unggulan Provinsi.
e. Rencana Strategi pengembangan Industri Unggulan Kabupaten /Kota yang sudah ada.
f. Kompetensi Inti Industri daerah Kabupaten / Kota dan Kabupaten/Kota Sekitar
sehingga terbangun kerjasama antar daerah (Regional) dalam bentuk pemerintah
dengan pemerintah, pemerintah dengan swasta, swasta dengan swasta.
Dengan pertimbangan seperti itu, maka penyusunan Rencana Pembangunan Industri
Kabupaten/Kota menjadi sangat penting sebagai bagian dari RIPIN.
F.2.5 Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Daerah Menurut UU No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU tersebut terdapat pembagian tugas dan wewenang antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah. Ada urusan pemerintahan yang bersifat absolut yang hanya
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan ada yang bersifat konkuren yang dilakukan
bersama sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pembangunan Industri
merupakan bentuk pemerintahan yang bersifat konkuren dimana Pemerintah Daerah
dapat melakukan atau menyusun Rencana Pembangunan Industri dengan tetap
berpedoman kepada kebijakan Pusat. (Pasal 12 UU No.23 tahun 2014)
F.2.6 Diagram Alir Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten
Alur pikir penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota, diawali dari
analisa kondisi daerah, berupa daya dukung dan prasyarat dalam pengembangan industri
unggulan. Diagram Alir penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten disajikan
pada Gambar berikut.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-9
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Gambar 3.3 Diagram Alir Penyusunan RPI Kabupaten

F.2.7 Metoda Pengambilan Data


Jenis data, Sumber Data dan Metoda pengambilan data adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Jenis Data, Sumber Data dan Metoda Pengambilan Data
No. Jenis Data Sumber Data Metoda Pengambilan Data
1. Kondisi Geografis Daerah, meliputi BPS Daerah, BPS Pusat, Provinsi Instansional Survey, FGD
Statistik Provinsi, Sumber Daya Alam, Dalam Angka, Kabupaten dalam
Kependudukan, Ketenaga Kerjaan, Angka 3 tahun terakhir
Perkeonomian, Pendidikan,
Aministrasi dan Pemerintahan
2 Produk Unggulan Provinsi, termasuk BAPPEDA Provinsi dan Instansional Survey, FGD
Produk Andalan Daerah BAPPEDA Kabupaten/ Kota.
Disperindagkop / SKPD terkait,
Studi Literatur, RPJMD Provinsi,
RPJMD Kabupaten / Kota
3 Data IUP Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Perindustrian dari Instansional Survey
Jawa Tengah Kajian Terdahulu
4 Data KIID Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Perindustrian dari Instansional Survey
Jawa Tenah untuk kerjasama antara Kajian Terdahulu dan
daerah dan KIID untuk Kabupaten Implementasinya
Kota yang pokok yaitu:
1) Kabupaten Sumedang, Provinsi
Jawa Barat

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-10
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

No. Jenis Data Sumber Data Metoda Pengambilan Data


2) Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat
3) Kabupaten Sumedang, Provinsi
Jawa Tengah
4) Kabupaten Demak, Provinsi Jawa
Tengah
5 Perencanaan Lainnya : Kemenperin: RIPIN, KIN Instansional Survey, FGD
RIPIN, KIN BAPPEDA Provinsi, BAPPEDA
RUTR Prov / RUTR Kab/Kota Kab/Kota, RUTR Provinsi,
RPJMD Prov/Kab/Kota Kab/Kota, RPJMD Provinsi,
RPJMDKab/kota.
6 Isu-isu Strategis BAPPEDA, SKPD terkait, Tokoh Instansional Survey, Survey
Masyarakat, dan Perguruan Tinggi Lapangan (insitu survey),
FGD
7 Infrastruktur Pendukung BAPPEDA, Dinas PU, SKPD Instansional Survey, Survey
Pembangunan Industri terkait, Lapangan (insitu survey),
FGD

Survey Instansi (Instansional Survey)


Survey ini dilakukan dengan cara mendatangi instansi sumber data dengan terlebih dahulu
membuat proposal survey yang berisikan jenis data yang akan diambil, tujuan survey dan
waktu kedatangan. Kunjungan ke instasi tersebut juga akan dilakukan dalam bentuk diskusi
dan rapat dengan aparat instansi tersebut sehingga data yang diperoleh cukup informatif.
Dalam kegiatan ini akan dibuat daftar hadir, serta Berita Acara Kunjungan, sehingga
menjadikan kegiatan survey tersebut menjadi terdokumentasi.
Focuss Group Discussion (FGD)
FGD merupakan cara pengumpulan data melalu pertemuan dan diskusi. Untuk itu perlu
persiapan sebelum FGD dengan cara mengirim surat tentang kegiatan FGD, lingkup
bahasan dan data yang harus dibawa oleh peserta FGD. FGD dalam kegiatan ini meliputi 2
kali FGD di daerah dimana FGD I merupakan paparan awal kondisi eksisting, ekspektasi dan
panduan untuk penyusunan RPID sehingga dapat dirumuskan industri prioritas di
Kabupaten tersebut dengan dipandu Tenaga Ahli dengan stakeholder Bupati Kepala
Daerah, SKPD, DPRD, Akademisi, Industri Besar/IKM, Asosiasi dan stakeholder terkait
lainnya. Pada FGD II sudah dapat disampaikan draft Rencana Pembangunan Industri hasil
masukan FGD I dan Pusat sehingga dapat dijaring masukan pendapat dan perbaikannya
sehingga langkah selanjutnya finalisasi di Pusat.
FGD juga bisa dipergunakan untuk diskusi mengabil kesimpulan atau keputusan bersama,
dan metoda ini sering dipergunakan untuk merumuskan prioritas program (Hierearchy).
Metoda pengolahan data yang sering dipergunakan adalah AHP dengan keterlibatan
pendapat stakeholder.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-11
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Survey Lapangan (in site survey)


Kegiatan untuk melihat langsung peristiwa atau fakta yang akan dijadikan data. Dalam
survey lapang ini lebih bersifat kwantitatif dan terukur. Untuk itu diperlukan alat rekam
data (data recording) berupa Formulir Isian, Gambar atau sketsa dan photografic. Survey
lapangan ini harus dilakukan oleh tenaga surveyor yang sudah berpengalaman. Dalam
lingkup kegiatan ini survey lapangan meliputi aspek:
• Kebedaraan sumber daya alam dan sumber daya industri
• Keberadaan infrastruktur
• Peruntukan atau zonasi kawasan industri
• Topography wilayah.

F.2.8 Metoda Pengolahan dan Analisa Data


Metoda pengolahan dan analisa data disesuaikan dengan kebutuhan ruang lingkup dan
konten laporan. Tabel berikut ini memperlihatkan hubungan ruang lingkup yang diminta
dalam KAK dengan konten laporan:
Tabel 3.2 Hubungan Ruang Lingkup dalam KAK dengan Konten Penulisan Dalam
Dokumen (Buku) Rencana Pembangunan Industri.

Konten Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Industri


No. Ruang Lingkup Dalam KAK
Kabupaten/Kota
1 Melakukan survey, pengumpulan data, dan informasi  Aspek Geografi dan Demografi
 Aspek Daya Saing Daerah
 Kemampuan Ekonomi Daerah Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
 Iklim Berinvestasi
 Sumberdaya Manusia
 Aspek Perkembangan Sektor Industri
 Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri
 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
 Jumlah Unit Usaha Sektor Industri
 Ekspor dan Impor Produk Industri
2 Melakukan kajian terhadap kebijaksanaan dan Pendahuluan:
peraturan yang ada, serta studi-studi terdahulu yang 1. Latar Belakang
telah dilakukan, sebagai dasar program pembangunan 2. Dasar Hukum Penyusunan
industri. 3. Sistematika Penulisan
4. Maksud dan Tujuan
Hubungan Dengan Dokumen Perencanaan Lain:
1. Hubungan dengan RPJPD Provinsi dan RPJPD Kabupaten/Kota
2. Hubungan dengan RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota
3. Hubungan dengan RIPIN
3 Identifikasi potensi pembangunan induslri dan sisi Gambaran Umum Kondisi Daerah:
keunggulan SDA, industri prioritas, dan kompetensi 1. Aspek Geografi dan Demografi
SDM, sarana dan prasarana pendukung industri 2. Aspek Daya Saing Daerah
seperti infrastruklur jalan, energi, air, telekomunikasi,  Kemampuan Ekonomi Daerah
dukungan fasilitas pendidikan, dan lain-lain yang ada  Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
di daerah  Iklim Berinvestasi
 Sumberdaya Manusia
4 Identifikasi rencana pengembangan industri dan Pemetaan Industri Besar dan Kecil eksisting, Infrastruktur pendukung dan
sarana prasarana pendukung industri seperti yang diperlukan jangka menengah

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-12
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Konten Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Industri


No. Ruang Lingkup Dalam KAK
Kabupaten/Kota
infrastruktur dan sebagainya
5 Melakukan review terhadap kajian Kompetensi Inti KIID untuk daerah kajian diantaranya:
Industri Kabupaten/Kota apabila sudah ada 1. Kabupaten Sumedang - produk unggulan Komponen Logam -
Kemampuan produksi dan pemasaran.
2. Kabupaten Garut - Produk unggulan Kulit dan Barang Kulit -
Kemampuan produksi dan inovasi.
3. Kabupaten Sumedang - Produk unggulan Komponen otomotif/knalpot
- Kemampuan design dan produksi.
4. Kabupaten Demak - Produk unggulan Ikan dan olahannya -
Kemampuan produksi bersih dan pemasaran.
6 Analisa potensi dan daya saing daerah Aspek Daya Saing Daerah:
 Kemampuan Ekonomi Daerah
 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
 Iklim Berinvestasi
 Sumberdaya Manusia
7 Analisa rantai nilai atas produk yang telah ditentukan 1. Aktivitas Utama
 Logistik Masuk (Inbound Logistics).
 Operasi (Operations)
 Logistik Keluar (Outbound Logistics).
 Pemasaran dan Penjualan (Marketing and Sales).
 Pelayanan (Service)

2. Aktivitas Pendukung
 Pengadaan (Procurement utama.
 Pengembangan Teknologi (Technology Development
 Pengelolaan SDM (Human Resource Management.
 Infrastruktur (Infrastructure
 Margin
8 Melakukan analisis terhadap produk industri prioritas , Aspek Perkembangan Sektor Industri
meliputi: analisa pasar, analisa teknologi, analisa  Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri
SWOT, dan sebagainya  Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
 Jumlah Unit Usaha Sektor Industri
 Ekspor dan Impor Produk Industri
9 Analisis isu-isu strategis Analisis Isu Isu Strategis.
1. Perumusan Permasalahan Pembangunan Industri Provinsi
 Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Program Prioritas
Pembangunan Industri Provinsi
 Identifikasi Permasalahan untuk Pemenuhan Penyelenggaraan
 Urusan Pemerintahan Bidang Industri
2. Isu-Isu Strategis
10 Menyusun konsep pembangunan industri prioritas Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Industri
yang memuat sasaran, strategi, arah kebijakan, serta 1. Visi
rencana aksi pengembangan industri, pemanfaatan 2. Misi
ruang, sarana dan prasarana industri (infrastruktur dan 3. Tujuan dan Sasaran
sebagainya).
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Industri.
1. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Kesatu)
2. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Kedua)
3. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Ketiga)
4. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Keempat)
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Industri Provinsi
1. Kebijakan Umum
2. Arah Kebijakan dan Pelaksanaan Strategi
 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Pertama
 Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kedua

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-13
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Konten Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Industri


No. Ruang Lingkup Dalam KAK
Kabupaten/Kota
 dst…
3. Program Pembangunan Industri Prioritas Provinsi
 Program Pembangunan Industri A
 Program Pembangunan Industri B
 dst…
4. Fokus Pembangunan Industri Prioritas Provinsi
 Fokus Pembangunan Industri A
 Fokus Pembangunan Industri B
 dst…
Indikasi Rencana Program Prioritas
1. Prioritas Pembangunan Industri
2. Indikasi Rencana Program Pembangunan Industri Prioritas dan Pagu
11 Melaksanakan rapat teknis /FGD di daerah masing- FGD I untuk pengumpulan data dan wawancara, tenaga ahli memaparkan
masing 2 (dua) kali hasil identifikasi awal (KIID, Produk Unggulan, Potensi Industri Besar dan
IKM, Fasilitas infrastruktur, Kondisi Obyektif Daerah dll) dan forum
penentuan pendapat arah prioritas industri yang akan dikembangkan. FGD
II sudah menyerahkan draft RPID Kabupaten untuk dilakukan telaah dan
masukan sehingga operasional
12 Menyusun draft lampiran Perda tentang Rencana Draft lampiran Perda tentang Rencana Pembangunan Industri Kabupaten
Pembangunan Industri Kabupaten yang merupakan lampiran dari Laporan Akhir

Selanjutnya metoda analisis dilakukan untuk memenuhi konten laporan yang disusun
Outline Draft Laporan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota. Proses Penetapan
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/ Kota dalam bentuk Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota; Proses penetapan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/
Kota menjadi Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu alat formulasi strategi dengan cara mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi suatu tujuan. Hasil analisis
SWOT biasanya digunakan dalam pengambilan keputusan, dan selama ini banyak
digunakan oleh perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength
(kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan eksternal opportunity (peluang)
dan threat (ancaman). Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatifterhadap pesaing
dan kebutuhan pasar suatu perusahaan. Kelemahan merupakan keterbatasan dalam
sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja suatu
perusahaan. Peluang merupakan situasi yang menguntungkan perusahaan, berbagai
kecenderungan adalah salah satu peluang seperti peraturan-peraturan, dan perubahan
teknologi. Sedangkan ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan, rintangan
perusahaan seperti masuknya pesaing baru, perubahan teknologi dan peraturan baru atau
perubahan yang direvisi (Pearce dan Robinson 1991 dalam Wijayanto 2001).

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-14
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

Rangkuti (2005) menyatakan bahwa analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi


berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman
(Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian perencana strategis
(strategicplanner) harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis
situasi dimana model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT.
Strategi Pembangunan Industri Kabupaten dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal
daneksternal untuk dapat membandingkan antara kekuatan dan kelemahan (diwakili
garishorizontal) dengan peluang dan ancaman (diwakili garis vertikal). Pada diagram
tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif, sedangkan kelemahan dan ancaman
diberi tanda negatif. Dengan menempatkan selisih nilai S (kekuatan) - W (kelemahan) pada
sumbu (x), dan menempatkan selisih nilai antara O (peluang) - T (ancaman) pada (y), maka
ordinat (x,y) akan menempati salah satu sel dari diagram SWOT.
Dengan melihat posisi nilai S - W dan O - T dalam diagram SWOT maka akan dapat
ditentukan arah strategi Pembangunan Industri Kabupaten/Kota.

Posisi di kuadran satu (support on aggressive strategy) adalah situasi yang paling
menguntungkan, dimana sistem pengelolaan mempunyai peluang dan kekuatan.
Jikasistem berada pada kuadran dua (support diversification strategy), berarti sistem
menghadapi ancaman akan tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal, jikasistem
berada pada kuadran tiga (support a turnaround oriented stretegy), berarti sistem tersebut

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-15
KABUPATEN SUMEDANG
USULAN PENYUSUNAN KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KABUPATEN
TEKNIS DI WILAYAH KABUPATEN SUMEDANG

mempunyai peluang yang besar tetapi dilain pihak menghadapi beberapa


kendala/kelemahan, dan apabila sistem berada pada kuadran empat berarti sistem
menghadapi situasi yang paling tidak menguntungkan karena mempunyai ancaman dan
kelemahan internal. Setiap kuadran pada diagram SWOT memperlihatkan ciri yang berbeda
dari suatu strategi, sehingga keputusan memerlukan strategi pengembangan dan langkah
aksi yang spesifik.

DINAS KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN


Bagian F-16
KABUPATEN SUMEDANG

Anda mungkin juga menyukai