istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environt-ment and
Development (WCED), tahun 1987. Dalam dokumen tersebut, sustainability development
diartikan sebagai: ”development that meets the needs of the present without compromising
the ability of future generations to meet their own needs. In a way that "promote[s]
harmony among human beings and between humanity and nature". Dalam ekonomi,
pengembangan seperti ini mempertahankan atau meningkatkan modal saat ini untuk
menghasilkan pendapatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Modal yang dimaksud disini
tidak hanya berupa modal fisik yang bersifat privat, namun juga dapat berupa infrastruktur
publik, sumberdaya alam (SDA), dan sumberdaya manusia (SDM).
Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan ini muncul dari pemikiran untuk menanggapi
tantangan global di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, melalui pengembangan ketiga
komponen tersebut secara sinergi. Konsep ini memperhatikan kualitas pertumbuhan,
bukan hanya kuantitasnya saja. Dengan demikian, secara singkat pembangunan
berkelanjutan ini dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan perekonomian dan
pembangunan sosial tanpa mengganggu kelangsungan lingkungan hidup yang sangat
penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, pembangunan
keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait dan
mendukung, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi, 2) pemerataan sosial, dan 3) pelestarian
lingkungan hidup.
Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka diharapkan
penataan ruang yang akan dilakukan merupakan:
1. Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
2. Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan dirumuskan
menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan
oleh Pemerintah maupun masyarakat.
3. Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang dapat
menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola
ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan per-kembangan
antarsektor, antardaerah, dan antara sektor dengan daerah.
4. Penataan ruang yang berkelanjutan, artinya penataan ruang yang menjamin keles-
tarian kemampuan daya dukung sumberdaya alam.
Untuk menjalankan kedua pendekatan tersebut, maka diperlukan data dan informasi
wilayah makro mulai dari level nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta data dan
informasi wilayah mikro daerah, seperti peruntukan industri (KPI), daerah industri (KI), dan
sentra-sentra industri kecil menengah (Kawasan industri) pada masing-masing kab/kota.
F.1.3 Pendekatan Yuridis
Ismail Saleh, 1990 dalam bukunya Hukum dan ekonomi menyatakan bahwa “apabila kita
mengundang para investor, maksudnya tidak lain untuk lebih membangun Negara,
memberikan kesejahteraan lahir batin dan memberikan kemakmuran kepada rakyat.
Untuk itu digunakan dua pendekatan dalam pelaksanaan investasi, yaitu pendekatan
kepentingan nasional dan kepentingan ekonomi. Dua pendekatan tersebut harus disusun
dalam satu jalur hukum yang serasi dan saling mendukung. Dengan pendekatan dari segi
ekonomi bertujuan agar investasi, baik domestik maupun asing ikut membantu ekonomi
Indonesia. Dilihat dari pendekatan kepentingan nasional, tujuan yang ingin dicapai dalam
investasi ini tidak lain adalah untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan
batin kepada Negara”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris, yaitu
1. pendekatan yuridis normatif digunakan dengan alasan bahwa kawasan industri
merupakan institusi yang menjalankan perannya berdasarkan norma-norma hukum,
2. pendekatan yuridis empiris digunakan untuk melihat bagaimana pembangunan
kawasan industri berjalan dalam realitanya. Sedangkan data yang diperoleh dianalisa
secara kualitatif.
Sumantoro, 1986 dalam bukunya Hukum Ekonomi mengemukakan bahwa investasi
mempunyai peranan dan sumbangan penting dalam pembangunan. Di dalam lingkup
rencana pembangunan, pemerintah mengarahkan agar investasi mempunyai peranan
dalam pembangunan, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan investasi tidak hanya
berorientasi kepada motif mendapatkan keuntungan saja, melainkan juga diarahkan
kepada pemenuhan tugas pembangunan pada umumnya. Untuk itu sebaiknya investasi
diarahkan pada serangkaian pengaturan oleh pemerintah agar dapat berperan serta dalam
mencapai tujuan-tujuan pembangunan menurut prioritas sebagaimana tercantum pada
setiap rencana pembangunan, seperti :
a. Peningkatan produksi nasional/penggalian potensi-potensi ekonomi;
b. Penciptaan lapangan kerja;
F.2 METODOLOGI
F.2.1 Kerangka Pola Pikir
Pembangunan industri daerah dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing daerah yang
berdampak pada peningkatan daya saing Nasional. Yang menjadi tantangan adalah
bagaimana arah pembangunan industri berangkat dari keunggulan sumber daya daerah.
Karenanya, pendekatan harus diawali dengan mendapatkan sumber keunggulan daerah
yang berpeluang memberikan kontribusi besar dan dalam memberi manfaat bagi pasar,
berpotensi untuk diaplikasikan di beragam pasar (dapat menghasilkan beragam produk
yang bernilai) dan sulit ditiru. Dengan demikian daerah harus mampu memilih komoditas/
produk yang memiliki kriteria tersebut. Komoditas berbasis pertanian, perkebunan, hasil
hutan, laut dan perikanan atau berbasis agro, hasil tambang merupakan sumber daya yang
dapat dikembangkan untuk menjadi potensi dan peluang pengembangan industri.
Pengertian Perindustrian dalam Undang Undang No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian
menyebutkan bahwa: adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian dengan kegiatan
industri, sedangkan Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang
yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.
Perindustrian diselenggarakan berdasarkan asas (a) kepentingan nasional (b) demokrasi
ekonomi; (c) kepastian berusaha; (d) pemerataan persebaran; (e) persaingan usaha yang
sehat; dan (f) keterkaitan Industri.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran
pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara
terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen
perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi panduan bagi
seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan industri nasional.
Penyelenggaraan Pembangunan Industri secara nasional dilaksanakan oleh Pemeritah dan
dalam hal ini adalah Presiden melalui Menteri yang membidangi industri. Sedangkan
penyelenggaraan pembangunan industri di daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten / Kota. Hal ini diatur dalam UU Perindustrian, yang menyangkut
pembagian tugas penyelenggaraan pembangunan industri tersebut.
Berkaitan dengan penyusunan Rencana Pembangunan Industri Nasional juga diatur
sebagai suatu jenjang perencanaan yaitu:
a. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) disusun oleh Pemerintah Pusat.
b. Rencana Pembangunan Industri Provinsi disusun oleh Gubernur dan di syahkan oleh
DPRD Provinsi sebagai Peraturan Daerah Provinsi. Rencana Pembangunan Industri
Provinsi tersebut harus mengacu kepada RIPIN. (Pasal 10 UU No.3 tahun 2014).
c. Rencana Pembangunan Industri Daerah disusun oleh Bupati/Walikota, dan ditetapkan
dalam Perda Kabupaten / Kota. Rencana Pembangunan Industri Daerah tersebut harus
mengacu kepada RIPIN dan Kebijakan Industri Nasional. (Pasal 11 UU No.3 tahun
2014).
Dalam penyusunan Rencana pembangunan Industri Daerah Kabupaten harus mengacu dan
memperhatikan :
Potensi sumber daya industri daerah;
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota; dan.
Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi serta daya dukung
industri.
Gambar 3.2 Kerangka Pola Pikir Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten
Yang menjadi tantangan adalah bagaimana arah pembangunan industri berangkat dari
keunggulan sumber daya daerah dan kerjasama dengan daerah sekitar. Karenanya,
pendekatan harus diawali dengan mendapatkan sumber keunggulan daerah yang
berpeluang memberikan kontribusi besar dan dalam memberi manfaat bagi pasar,
berpotensi untuk diaplikasikan di beragam pasar (dapat menghasilkan beragam produk
yang bernilai) dan sulit ditiru. Dengan demikian daerah harus mampu memilih
komoditas/produk yang memiliki kriteria tersebut.
Sebagai contoh, komoditas berbasis pertanian, perkebunan, hasil hutan, laut dan perikanan
atau berbasis agro, hasil tambang merupakan sumber daya yang dapat dikembangkan
untuk menjadi potensi dan peluang pengembangan industri. Selain itu terdapat pula
keistimewaan yang melekat pada keterampilan spesifik SDM. Hal inilah yang perlu digali
mendalam dari daerah kabupaten/kota dan Provinsi.
F.2.3 Keterkaitan Dengan Kebijakan Tata Ruang dan Sektoral
Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota ini ada keterkaitan
beberapa kebijakan baik yang menyangkut ke ruangan maupun sektoral sebagaimana
terlihat dalam matrik berikut ini.
Tabel 3.1 Keterkaitan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota dengan
Kebijakan Tata Ruang dan Kebijakan Sektoral.
INDUSTRI TATA RUANG OTONOMI LINGKUNGAN
UU No.3 / 2014 UU No.26 /2007 UU No.23 / 2014 UU No.32 / 2009
Perindustrian Penataan Ruang Pemerintahan Daerah Lingkungan Hidup
PP No.17 / 1986 PP No.26 / 2008 PP No. 28 / 2007 PP No. 27 / 1999
Pengaturan Wewenang Tata Ruang Nasional Pembagian Kewenangan Analisis Mengenai
Pengaturan Pembinaan PP No.34 /2009 Pemerintah Pusat dan Dampak Lingkungan
Industri Pedoman Pengelolaa Daerah
Kawasan Perkotaan
PP.No.15 / 2010
Penyelenggaran
Penataan Ruang
PP No 14 /2015 Rencana Tata Ruang UU No.23 / 2014 UU No.32 / 2009
Rencana Induk Provinsi Jawa Barat Pemerintahan Daerah Lingkungan Hidup
Pembangunan Industri Rencana Tata Ruang
Nasional Kabupaten Sumedang
Rencana Tata Ruang
Garut
Rencana Tata Ruang
Provinsi Jawa Tengah
Rencana Tata Ruang
Kabupaten Sumedang
Rencana Tata Ruang
Kabupaten Demak
Dari tabel matrik tersebut terlihat bahwa Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota
terkait dengan kebijakan Provinsi dan Nasional merupakan keterpaduan dari beberapa
rencana pembangunan yang sudah ada.
2. Aktivitas Pendukung
Pengadaan (Procurement utama.
Pengembangan Teknologi (Technology Development
Pengelolaan SDM (Human Resource Management.
Infrastruktur (Infrastructure
Margin
8 Melakukan analisis terhadap produk industri prioritas , Aspek Perkembangan Sektor Industri
meliputi: analisa pasar, analisa teknologi, analisa Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri
SWOT, dan sebagainya Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
Jumlah Unit Usaha Sektor Industri
Ekspor dan Impor Produk Industri
9 Analisis isu-isu strategis Analisis Isu Isu Strategis.
1. Perumusan Permasalahan Pembangunan Industri Provinsi
Identifikasi Permasalahan untuk Penentuan Program Prioritas
Pembangunan Industri Provinsi
Identifikasi Permasalahan untuk Pemenuhan Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan Bidang Industri
2. Isu-Isu Strategis
10 Menyusun konsep pembangunan industri prioritas Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Industri
yang memuat sasaran, strategi, arah kebijakan, serta 1. Visi
rencana aksi pengembangan industri, pemanfaatan 2. Misi
ruang, sarana dan prasarana industri (infrastruktur dan 3. Tujuan dan Sasaran
sebagainya).
Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Industri.
1. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Kesatu)
2. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Kedua)
3. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Ketiga)
4. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Tujuan dan Sasaran : (Misi
Keempat)
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Industri Provinsi
1. Kebijakan Umum
2. Arah Kebijakan dan Pelaksanaan Strategi
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Pertama
Arah Kebijakan Pelaksanaan Strategi Misi Kedua
Selanjutnya metoda analisis dilakukan untuk memenuhi konten laporan yang disusun
Outline Draft Laporan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota. Proses Penetapan
Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/ Kota dalam bentuk Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota; Proses penetapan Rencana Pembangunan Industri Provinsi/Kabupaten/
Kota menjadi Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota mengacu pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu alat formulasi strategi dengan cara mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi suatu tujuan. Hasil analisis
SWOT biasanya digunakan dalam pengambilan keputusan, dan selama ini banyak
digunakan oleh perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strength
(kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan eksternal opportunity (peluang)
dan threat (ancaman). Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan dan peluang. Namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan
ancaman.
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatifterhadap pesaing
dan kebutuhan pasar suatu perusahaan. Kelemahan merupakan keterbatasan dalam
sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja suatu
perusahaan. Peluang merupakan situasi yang menguntungkan perusahaan, berbagai
kecenderungan adalah salah satu peluang seperti peraturan-peraturan, dan perubahan
teknologi. Sedangkan ancaman adalah situasi yang tidak menguntungkan, rintangan
perusahaan seperti masuknya pesaing baru, perubahan teknologi dan peraturan baru atau
perubahan yang direvisi (Pearce dan Robinson 1991 dalam Wijayanto 2001).
Posisi di kuadran satu (support on aggressive strategy) adalah situasi yang paling
menguntungkan, dimana sistem pengelolaan mempunyai peluang dan kekuatan.
Jikasistem berada pada kuadran dua (support diversification strategy), berarti sistem
menghadapi ancaman akan tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal, jikasistem
berada pada kuadran tiga (support a turnaround oriented stretegy), berarti sistem tersebut