Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1. Afindah Firliana (170231100031)


2. Kurina Fitriyani (170231100032)
3. Lisa Rosalina (170231100037)
4. Rif’ad Nur Annisah A (170231100127)
5. Moh Rudy (170231100130)
6. Vika Yuliantiesa P (170231100140)
7. Afifatur Rohmah (170231100141)

ABSTRAK

Kebijakan pembangunan nasional sangat strategis dan penting


fungsi dan peran untuk pencapaian sasaran pembangunan nasional. Itu
Keberhasilan pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh
peran pemerintah, tetapi juga harus didukung oleh peran sektor swasta
dan masyarakat untuk para pemangku kepentingan pembangunan.
Peran penting berbeda dari orang ekonomi dalam penyerapan
tenaga kerja. Masalah kekurangan modal yang dihadapi oleh Indonesia, dapat
dipecahkan dengan pola investasi buruh yang solid, karena dapat menciptakan
lebih banyak unit bisnis serta peluang pekerjaan, sehingga dapat memecahkan
masalah pengangguran.

A. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan


luas wilayah hampir 2 juta km2 dan berpenduduk lebih 206 juta jiwa pada tahun
2000, memiliki potensi sumberdaya alam baik di laut (marine natural resources)
dan di darat (land natural resources) yang sangat besar.

Kenyataan bahwa sumberdaya yang berlimpah tersebut tidak merata


beradadi seluruh daerah. Hal yang sama terjadi dengan sebaran sumberdaya
manusia yang merupakan “aktor” pembangunan tersebar juga tidak merata.
Implikasi dari ketidak-merataan keberadaan kedua sumberdaya tersebut adalah
belum baiknya tingkat pelayanan infrastruktur wilayah melayani kebutuhan
wilayah dan masyarakat, terutama daerah-daerah terisolir dan tertinggal.

Untuk mengoptimalkan nilai manfaat sumberdaya yang berlimpah tetapi


tidak merata tersebut bagi pengembangan wilayah nasional secara berkelanjutan
dan menjamin kesejahteraan umum secara luas (public interest), diperlukan
intervensi kebijakan dan penanganan khusus oleh Pemerintah untuk pengelolaan
wilayah yang tertinggal.  Secara sederhana, pembangunan ekonomi dapat
dipahami sebagai upaya melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya
yang ditandai oleh 3membaiknya faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi
tersebut adalah kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan
dalam proses produksi.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuaan dari penulisan makalah ini yang lebih spesifik membahas
mengenai “PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
DI INDONESIA” agar pembaca lebih memahami cara pemanfaatan sumberdaya
yang berlimpah disuatu negara dan untuk memahami pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi.

B. KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Perencanaan Ekonomi

Sebenarnya belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai
pengertian istilah perencanaan ekonomi. Perencanaan sering disamakan dengan
sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis dan campuran. Setiap bentuk
campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan juga sebagai
perencanaan. Oleh sebab itu perencanaan dapat dikatakan sebagai teknik atau cara
untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
serta telah dirumuskan oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan perencanaan ekonomi
adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan
tujuannya dan jalannya.

Perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal yaitu :

a. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan.

b. Pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna


mencapai tujuan-tujuan tersebut. Perencanaan pembangunan ditandai dengan
adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang
bersifat pembangunan tertentu.
Ciri-ciri suatu perencanaan pembangunan adalah:

a) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan


sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini
dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.
b) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan
per kapita.
c) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali
disebut sebagai usaha diversifikasi ekonomi.
d) Usaha perluasan kesempatan kerja.
e) Usaha pemerataan pembangunan , sering disebut sebagai distributive
justice.
f) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.
g) Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok sebagai


berikut:

a) Kebijakan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini


merupakan dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam
unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.
b) Adanya kerangka kerja makro. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai
variabel-variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.
c) Perkiraan sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan
keterbatasan yang strategis, sehingga perlu diperkirakan dengan seksama.
d) Uraian tentang kerangka kebijakan yang konsisten seperti misalnya
kebijakan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta kebijakan sektoral
lainnya. Berbagai kebijakan tersebut perlu untuk dirumuskan dan
kemudian dilaksanakan.
e) Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan
secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini
dilakukan bersama- sama dengan penyusunan rencana-rencana sasaran.
f) Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang
mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut.

Sedangkan fungsi-fungsi perencanaan adalah sbb:

a) Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kekegiatan,


adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan
kepada pencapaian tujuan pembangunan.
b) Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi,
prospek- prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin
dihadapi pada masa yang akan datang.
c) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang
terbaik.
d) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi
pentingnya tujuan.
e) Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan
pengawasan dan evaluasi.

Dari sudut pandang ekonomi, alasan perlunya perencanaan adalah :

a) Agar penggunaan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas bisa


lebih efisien.
b) Agar perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menjadi lebih
mantap.
c) Agar tercapai stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus konjungtur.
Perencanaan.

2.2 Perlunya Strategi Pembangunan Ekonomi

Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan penting perencanaan
ekonomi di Negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk di Indonesia adalah
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan
pertumbuhan tersebut berarti perlu juga meningkakan laju pembentukan modal
dengan cara meningkatakan tingkat pendapatan, tabungan dan investasi. Untuk
negara Indonesia peningkatan laju pembentukan modal ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya adalah kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal
ini diakibatkan karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah
karena tingkat pendapatan juga rendah. Akibatnya laju investasi juga rendah dan
berpengaruh pada rendahnya modal dan produktivitas. Keadaan inilah yang sering
disebut dengan “lingkaran setan kemiskinan”. Salah satu cara untuk memotong
lingkaran setan ini adalah diperlukan suatu pembangunan yang terencana. Ada
dua (2) cara untuk memotong lingkaran setan kemiskinan tersebut:

 Melakukan pembangunan yang terencana dengan mencari modal dari luar


negeri yang disebut “ Industrialisasi yang diproteksi”.
 Dengan cara menghimpun tabungan wajib yang disebut “ Industrialisasi
dengan kemampuan sendiri.”.

Dasar pemikiran timbulnya perencanaan tersebut adalah :

 Untuk memperbaiki dan memperkuat mekanisme pasar.


 Untuk mengurangi pengangguran.
Jadi singkat kata bahwa perencanan pembangunan sangat diperlukan
karena merupakan jalan terbaik untuk mengatasi kemiskinan di NSB dan Negara
Indonesia (khususnya). Perencanaan yang baik diperlukan untuk mengatasi
ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pendapatan
nasional dan pendapatan per kapita, meningkatakan kesempatan kerja dan untuk
pmbangunan secara keseluruhan. Perencanaan Ekonomi adalah usaha secara sadar
dari suatu pemerintahan untuk mempengaruhi, mengarahkan serta mengendalikan
perubahan variabel- variabel ekonomi yang utama (misalnya GDP, Konsumsi,
Investasi, Tabungan dan lain-lain). Suatu rencana ekonomi bisa juga dianggap
serangkaian sasaran (target) ekonomi secara kuantitatif yang khusus dan harus
dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu. Rencana ekonomi bisa mencakup
keseluruhan (komprehensif) maupun secara parsial (sebagian). (Wibowo, 2008)

2.3 Proses Perencanaan Ekonomi


Proses perencanaan ekonomi melalui beberapa tahap dan masing-masing
tahap tersebut sudah ditentukan dahulu apa yang ingin dicapai pada setiap tahap
tersebut. Tahap-tahap tersebut adalah:
a. Menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan ekonomi tersebut, di
antaranya: untuk pertumbuhan, penciptaan kesempatan kerja, distribusi
pendapatan, pengurangan kemiskinan dan sebagainya.
Perencanaan dan Strategi Pembangunan di Indonesia (Edi Wibowo) 19

b. Mengukur ketersediaan sumberdaya-sumberdaya yang langka selama periode


perencanaan tersebut, misalnya: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan
pemerintah, penerimaan ekspor, tenaga kerja yang terlatih dan lain-lain.
c. Memilih berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai
tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek-proyek investasi seperti :
jalan raya, jaringan irigasi, pabrik-pabrik, pusat-pusat kesehatan. Selain itu juga
perencanaan nasional tentang: kebijakan harga, seperti nilai kurs, tingkat
bunga, upah, pengaturan pajak, subsidi dan lain-lain.
d. Mengerjakan proses pemilihan kegiatan-kegiatan yang mungkin dan penting
untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu oleh adanya
kendala-kendala sumberdaya dan organisasional. (Arsyad,1999)
2.4 Syarat-Syarat Keberhasilan Suatu Perencanaan
Kunci keberhasilan suatu perencanaan biasanya memerlukan adanya hal-hal
sebagai berikut:
1. Komisi perencanaan
Sebagai badan pelaksana perencanaan yang terorganisir dengan tepat.
2. Data Statistik
Perencanaan yang baik membutuhkan analisis yang menyeluruh tentang potensi
sumberdaya yang dimiliki, beserta kekurangannya.
3. Tujuan
Perencanaan harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai.
4. Penetapan sasaran dan prioritas
Penetapan sasaran dan prioritas untuk mencapai suatu tujuan dibuat secara
makro dan sektoral.
5. Mobilisasi Sumberdaya
Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai
dasar mobilisasi sumberdaya yang tersedia.
6. Keseimbangan dalam perencanaan
Suatu perencanaan hendaknya mampu menjamin keseimbangan dalam
perekonomian untuk menghindarkan kelangkaan maupun surplus pada periode
perencanaan.
7. Sistem Administrasi yang Efisien
Administrasi yang baik dan efisien dan tidak korup adalah syarat mutlak
keberhasilan suatu perencanaan.
8. Kebijakan pembangunan yang tepat
Pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi
berhasilnya rencana pembangunan dan untuk menghindari kesulitan yang
mungkin timbul dalam proses pelaksanannya.
9. Administrasi yang ekonomis
Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya
dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintah.

10. Dasar pendidikan


Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat.
Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika
masyarakat.
11. Teori konsumsi.
Salah satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan modern adalah
bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi.
12. Dukungan masyarakat.
Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu
perencanaan di dalam suatu negara yang demokratis. (Jhingan,1994)
3. PEMBAHASAN

Bappenas: Menjadikan Sektor Manufaktur Supply Chain Global


Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang
PS Brodjonegoro mengatakan bahwa sektor manufaktur Indonesia harus
dipersiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global.

"Pemerintah Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan


mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian
dari supply chainglobal,” ujarnya dalam diskusi Evaluasi Akhir 2016 dan Harapan
2017, seperti dilansir Antara, Sabtu (31/12).

Caranya, kata Bambang, sektor manufaktur Indonesia harus mampu memproduksi


barang-barang yang dibutuhkan oleh pasar global dengan menjaga kualitas
terbaik. Dengan demikian, pasar global akan menjadikan produk Indonesia
sebagai bagian dari rantai tersebut.

"Dengan menjadi bagian dari rantai pasokan global, kita nanti bisa mengurangi
ketergantungan pada komoditas yang rentan terhadap perkembangan harga
global,” kata mantan menteri keuangan tersebut.

Ia melanjutkan, Indonesia harus kembali mengembangkan sektor manufaktur


untuk menjadi bagian mata rantai global supply chain. Sebab, manufaktur
merupakan prasyarat untuk negara maju di dunia.

"Prasyarat untuk negara maju di dunia adalah minimal kontribusi manufakturnya


dalam produk domestik bruto (PDB) mencapai 30 persen lebih. Saat ini, Indonesia
baru mencapai 20 persen. Masih sangat jauh," terangnya.

Ia menambahkan, upaya untuk mendapatkan 10 persen kekurangan kontribusi


manufaktur, membutuhkan waktu yang lama. Meski demikian, upaya pemerintah
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan perbaikan sektor tersebut
menjadi hal penting yang harus diapresiasi.

"Butuh waktu lama. Artinya, ada proses. Dan, yang penting adalah ada semangat
untuk reindustrialisasi. Itu yang paling penting. Jadi, manufaktur-manufaktur yang
bisa dikembangkan, kita kembangkan," papar Bambang

Adapun, beberapa sektor manufaktur yang bisa dikembangkan di antaranya,


manufaktur berbasis sumber daya alam, manufaktur yang menyerap lapangan
kerja, manufaktur yang berorientasi pada konsumsi, consumer goods, dan
otomotif.
"Sektor manufaktur tersebut sangat berpotensi mendongkrak perekonomian. Jadi,
kita harus berfokus pada sektor-sektor yang potensial seperti
itu,” tutupnya. (bir/bir)

Sektor-Sektor Manufaktur Andalan Tahun 2018

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memproyeksikan subsektor yang akan


memacu pertumbuhan manufaktur nasional di tahun 2018, yaitu industri baja dan
otomotif, elektronika, kimia, farmasi, serta makanan dan minuman. Subsektor ini
diharapkan mampu mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non-migas
tahun 2018 yang telah ditetapkan sebesar 5,67 persen.
 
‘’Pada triwulan III tahun 2017, beberapa subsektor tersebut kinerjanya di atas
pertumbuhan ekonomi. Misalnya, industri logam dasar sebesar 10,60 persen,
industri makanan dan minuman 9,49 persen, serta industri alat transportasi 5,63
persen,” kata Menperin sesuai keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (1/1).

Menperin meyakini, sektor manufaktur masih menjadi kontributor terbesar bagi


perekonomian nasional, di antaranya melalui peningkatan pada nilai tambah
bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa
dari ekspo.

Peningkatan nilai tambah ini misalnya dilakukan oleh industri berbasis agro dan
tambang mineral yang telah menghasilkan berbagai produk hilir seperti turunan
kelapa sawit dan stainless steel. Untuk jumlah ragam produk hilir kelapa sawit,
meningkat menjadi 154 produk sepanjang tahun 2015-2017 dibanding tahun 2014
sekitar produk.

Pada periode 2015-2017, telah berproduksi industri smelter terintegrasi dengan


produk turunannya berupa stainless steel yang memiliki kapasitas dua juta ton per
tahun. Jumlah ini naik dibanding dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 65 ribu
ton produk setengah jadi berupa feronikel dan nickel matte.

Mengenai penyerapan tenaga kerja, Kemenperin memprediksi total tenaga kerja


yang terserap di sektor manufaktur pada 2017 sebanyak 17,01 juta orang, naik
dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 15,54 juta orang. Capaian ini
mendorong pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia yang
cukup signifikan.

Sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja cukup banyak, antara lain industri
makanan dan minuman lebih dari 3,3 juta orang, industri otomotif sekitar 3 juta
orang, industri tekstil dan produk tekstil sebanyak 2,73 juta, serta industri furnitur
berbahan baku kayu dan rotan nasional untuk tenaga kerja langsung dan tidak
langsung mencapai 2,5 juta orang.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan
pada Januari-November 2017 naik 14,25 persen dibanding periode yang sama
tahun 2016. Sementara itu, pada semester I tahun 2017, ekspor industri
pengolahan non-migas mencapai USD59,78 miliar atau naik 10,05 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar USD 54,32 miliar.

Ekspor industri pengolahan non-migas tersebut memberikan kontribusi sebesar


74,76 persen dari total ekspor nasional pada semester I/2017 yang mencapai USD
79,96 miliar. Negara tujuan ekspor nonmigas, antara lain ke China, Amerika
Serikat, Jepang, dan Uni Eropa.

Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar


terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada triwulan III/2017 dengan
mencapai 17,76 persen. Sedangkan, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas
pada triwulan III/2017 sebesar 5,49 persen atau di atas pertumbuhan ekonomi
sebesar 5,06 persen.

Selain itu, industri menjadi penyumbang terbesar dari pajak dan cukai.


Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, realisasi
penerimaan pajak dari sektor industri hingga triwulan III/2017 mencapai
Rp224,95 triliun atau tumbuh 16,63 persen dibanding periode yang sama pada
tahun sebelumnya.
 
Selanjutnya, selama 10 tahun terakhir, penerimaan negara dari cukai semakin
meningkat. Data BPS memperlihatkan tren positif ini sejak 2007 dengan total
penerimaan dari cukai sebesar Rp44,68 triliun dan terus bertambah hingga
Rp145,53 triliun pada 2016.

Saling berkolaborasi
Menperin menyatakan, pihaknya bersama pemangku kepentingan terkait saling
berkolaborasi untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi di sektor
industri Tanah Air. Langkah strategis yang dilakukan, antara lain melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif dan kepastian hukum, penggunaan
teknologi terkini untuk mendorong peningkatan mutu, efisiensi dan produktivitas,
serta pemberian fasilitas berupa insentif fiskal.

‘“Selanjutnya, perlu didukung pula ketersediaan bahan baku, harga energi yang
kompetitif, sumber daya manusia (SDM) kompeten, serta kemudahan akses pasar
dan pembiayaan,” ungkapnya. Lebih lanjut, pertumbuhan konsumsi juga harus
dijaga dan kembali ditingkatkan agar permintaan terhadap produk-produk industri
semakin meningkat.

Menurut Airlangga, masih terdapat hambatan yang perlu diantisipasi ke depannya,


salah satunya adalah penetapan tarif bea masuk di beberapa negara untuk produk-
produk industri dari Indonesia. "Kami melihat kalau hambatannya itu dikurangi,
kinerja indusri tekstil dan alas kaki juga akan ikut naik,” ungkapnya.

Hambatan tarif ini masih terjadi karena sejumlah perjanjian kerja sama ekonomi
belum rampung disepakati, di antaranya dengan Eropa, Amerika Serikat, dan
Australia. “Saat ini dalam proses negosiasi untuk bilateral agreementtersebut,
seperti bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5-20 persen,
sedangkan ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah nol persen,” imbuhnya.

Dalam jangka panjang, Airlangga menambahkan, pihaknya akan terus mendorong


industri dalam negeri untuk berinovasi sehingga mampu bersaing di kancah
global. Sejalan dengan itu, dalam jangka menengah, Kemenperin sedang
menyiapkan SDM industri yang kompeten melalui program pendidikan yang link
and match antara Sekolah Menengah Kejuruan dan industri.

Merujuk laporan World Economic Forum (WEF),daya saing Indonesia dalam


Global Competitiveness Index 2017-2018 berada pada posisi ke-36 dari 137
negara atau naik lima peringkat dibandingkan tahun sebelumnya yang menduduki
posisi ke-41. Tahun 2013 posisi ke-38 dari 148 negara, tahun 2014 posisi ke-34
dari 144 negara, dan tahun 2015 posisi ke-37 dari 140 negara.

 Hasil publikasi tahun tersebut juga menyebutkan bahwa Indonesia menempati


peringkat ke-31 dalam inovasi dan ke-32 untuk kecanggihan bisnis. Bahkan,
Indonesia dinilai sebagai salah satu inovator teratas di antara negara berkembang,
bersama dengan China dan India.

“Bahkan, Indonesia menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang


industri manufakturnya memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB),” ungkap Airlangga. Indonesia mampu menyumbang hingga 22
persen setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23
persen).

Selanjutnya, United Nations Industrial Development Organization (UNIDO)


mencatat, Indonesia menduduki peringkat ke-9 di dunia ata naik dari peringkat
tahun sebelumnya di posisi ke-10 untuk kategori manufacturing value
Added. Peringkat ke-9 ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi
dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi


Daerah. Yogyakarta: BPFE

Badwin, Robert E.1986. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-


negara Berkembang.Jakarta: PT Bina Aksara.

Jhingan, ML.1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Jakarta: Raja


Granfindo Perkasa

Tjokroamidjojo, Bintoro.1987. Perencanaan Pembangunan. Jakarta.CV Haji


MasagungXWibowo, E. (2008). Perencanaan Dan Strategi Pembangunan Di
Indonesia. PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DI
INDONESIA, 8(1), 16–24.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161231163758-92-183362/bappenas-
menjadikan-sektor-manufaktur-supply-chain-global?

Anda mungkin juga menyukai