ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Adapun tujuaan dari penulisan makalah ini yang lebih spesifik membahas
mengenai “PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI
DI INDONESIA” agar pembaca lebih memahami cara pemanfaatan sumberdaya
yang berlimpah disuatu negara dan untuk memahami pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi.
B. KAJIAN TEORI
Sebenarnya belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai
pengertian istilah perencanaan ekonomi. Perencanaan sering disamakan dengan
sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis dan campuran. Setiap bentuk
campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan juga sebagai
perencanaan. Oleh sebab itu perencanaan dapat dikatakan sebagai teknik atau cara
untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
serta telah dirumuskan oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan perencanaan ekonomi
adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan
tujuannya dan jalannya.
a. Penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan.
Seperti kita ketahui bersama bahwa salah satu tujuan penting perencanaan
ekonomi di Negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk di Indonesia adalah
untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan
pertumbuhan tersebut berarti perlu juga meningkakan laju pembentukan modal
dengan cara meningkatakan tingkat pendapatan, tabungan dan investasi. Untuk
negara Indonesia peningkatan laju pembentukan modal ini menghadapi berbagai
kendala, salah satunya adalah kemiskinan masyarakat Indonesia itu sendiri. Hal
ini diakibatkan karena tingkat tabungan yang rendah, tingkat tabungan rendah
karena tingkat pendapatan juga rendah. Akibatnya laju investasi juga rendah dan
berpengaruh pada rendahnya modal dan produktivitas. Keadaan inilah yang sering
disebut dengan “lingkaran setan kemiskinan”. Salah satu cara untuk memotong
lingkaran setan ini adalah diperlukan suatu pembangunan yang terencana. Ada
dua (2) cara untuk memotong lingkaran setan kemiskinan tersebut:
"Dengan menjadi bagian dari rantai pasokan global, kita nanti bisa mengurangi
ketergantungan pada komoditas yang rentan terhadap perkembangan harga
global,” kata mantan menteri keuangan tersebut.
"Butuh waktu lama. Artinya, ada proses. Dan, yang penting adalah ada semangat
untuk reindustrialisasi. Itu yang paling penting. Jadi, manufaktur-manufaktur yang
bisa dikembangkan, kita kembangkan," papar Bambang
Peningkatan nilai tambah ini misalnya dilakukan oleh industri berbasis agro dan
tambang mineral yang telah menghasilkan berbagai produk hilir seperti turunan
kelapa sawit dan stainless steel. Untuk jumlah ragam produk hilir kelapa sawit,
meningkat menjadi 154 produk sepanjang tahun 2015-2017 dibanding tahun 2014
sekitar produk.
Sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja cukup banyak, antara lain industri
makanan dan minuman lebih dari 3,3 juta orang, industri otomotif sekitar 3 juta
orang, industri tekstil dan produk tekstil sebanyak 2,73 juta, serta industri furnitur
berbahan baku kayu dan rotan nasional untuk tenaga kerja langsung dan tidak
langsung mencapai 2,5 juta orang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan
pada Januari-November 2017 naik 14,25 persen dibanding periode yang sama
tahun 2016. Sementara itu, pada semester I tahun 2017, ekspor industri
pengolahan non-migas mencapai USD59,78 miliar atau naik 10,05 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar USD 54,32 miliar.
Saling berkolaborasi
Menperin menyatakan, pihaknya bersama pemangku kepentingan terkait saling
berkolaborasi untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi di sektor
industri Tanah Air. Langkah strategis yang dilakukan, antara lain melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif dan kepastian hukum, penggunaan
teknologi terkini untuk mendorong peningkatan mutu, efisiensi dan produktivitas,
serta pemberian fasilitas berupa insentif fiskal.
‘“Selanjutnya, perlu didukung pula ketersediaan bahan baku, harga energi yang
kompetitif, sumber daya manusia (SDM) kompeten, serta kemudahan akses pasar
dan pembiayaan,” ungkapnya. Lebih lanjut, pertumbuhan konsumsi juga harus
dijaga dan kembali ditingkatkan agar permintaan terhadap produk-produk industri
semakin meningkat.
Hambatan tarif ini masih terjadi karena sejumlah perjanjian kerja sama ekonomi
belum rampung disepakati, di antaranya dengan Eropa, Amerika Serikat, dan
Australia. “Saat ini dalam proses negosiasi untuk bilateral agreementtersebut,
seperti bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5-20 persen,
sedangkan ekspor Vietnam ke Amerika dan Eropa sudah nol persen,” imbuhnya.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161231163758-92-183362/bappenas-
menjadikan-sektor-manufaktur-supply-chain-global?