Di susun oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TIDAR
2023
BAGIAN I
PENDAHULUAN
Perencanaan Pembangunan menurut (W. Arthur Lewis, 1966) adalah suatu kumpulan
kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk
menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih produktif. Menurut Dror dalam
(Sudharto P Hadi, 2005) perencanaan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan
seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan masa depan. Sedangkan menurut Fridman
dalam (Sudharto P Hadi, 2005), perencanaan merupakan suatu strategi untuk pengambilan
keputusansebelumnya sebagai suatu aktivitas tentang keputusan dan implementasi.
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi para perencana adalah tujuan mereka
tidak dapat dirumuskan dengan benar. Seringkali tujuan-tujuan tersebut tidak didefinisikan
dengan jelas karena kadang-kadang ditetapkan oleh pihak lain. Perencanaan mengacu pada
masa depan. Bagian penting dari perencanaan adalah faktor waktu. Tujuan perencanaan
dirancang untuk dicapai di masa depan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan suatu perencanaan
pembangunan untuk mengantisipasi kegagalan mekanisme pasar, ketidakpastian masa yang
akan datang, dan untuk mengarahkan kegiatan pembangunan.
BAGIAN II
MATERI
2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan
apa yang perlu dikembangkan. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan,
karena investor mendapatkan kepastian hukum tentang lokasi dan menjamin
keteraturan serta menjauhkan dari benturan kepentingan;
4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih mikro, tetapi lebih
detail, misalnya perencanaan lokasi pasar, sekolah, tempat ibadah, dan prasarana
lainnya serta perencanaan yang bersifat sektoral;
5. Lokasi perencanaan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan
kegiatan tertentu pada lokasi harus memberi nilai tambah maksimal bagi masyarakat.
Maksudnya, harus menghasilkan suatu manfaat secara optimal dari lokasi tersebut.
1. Mengetahui lokus.
Artinya dalam melakukan perencanaan pembangunan harus sudah mengetahui dan
memahami kondisi umum daerah yang dijadikan sasaran dalam pembangunan.
2. Memiliki visi dan misi Pembangunan.
Dalam rencananya harus memuat untuk apa, siapa, dan mengapa pembangunan itu
harus dilaksanakan.
3. Mempunyai sasaran dan target pembangunan.
Dalam perencanaan pembanggunan tentunya harus bisa dilaukukan dalam tindakan
nyata yang akan dilakukan serta jangka waktu yang dibutuhkan dari tujuan yang ingin
dicapai.
4. Memiliki strategi Pembangunan.
Bertujuan agar pelaksanaan berjalan secara kronologis serta mengutamakan
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, dengan tepat dan terarah.
5. Adanya prioritas Pembangunan.
Hal tersebut guna untuk mewujudkan pengoptimalisasian terhadap pencapaian sasaran
pembangunan dengan dana dan sumber daya yang terbatas.
6. Memiliki program dan kegiatan pembangunan yang jelas.
Sebagai bentuk intervensi dari pemerintah dengan menggunakan sejumlah sumber
daya, termasuk dana dan tenaga dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan.
Dari segi substantif perencanaan wilayah dan kota menyangkut tiga lingkup
perencanaan yaitu perencanaan yang berkaitan dengan upaya pengembangan
kemasyarakatan atau social (social Planning), perencanaan yang berkaitan dengan
pengembangan ekonomi (economic planning), yang terakhir ini selalu pula dikaitkan
dengan pengrtian aspek keruangan dan perencanaan tata ruang.
Didalam keseluruhan proses perencanaan ketiga sub sistem tersebut tidaklah terlepas
satu sama lain. Perencanaan sosial merupakan landasan bagi perencanaan ekonomi,
demikian pula sebaliknya perencanaan ekonomi perlu dilandaskan kepada rencana
pengembangan social. Perencanaan fisik tidak dapat dikembangkan tanpa ditunjang oleh
rencana-rencana pengembangan sosial ekonomi. Rencana pengembangan ekonomi juga
akan sangat erat kaitannya dengan pengembangan wilayah secara tata ruang.(sujarto djoko,
1977)
Dalam sub sistem perencanaan substantif terbagi atas 3 sub sistem yaitu:
A. Perencanaan Sosial
Dalam kaitannya dengan perencanaan substantif yaitu perencanaan sosial, maka kata
sosial dapat diartikan baik secara luas maupun sempit (Kartasasmita Ginanjar, 1996). Secara
luas kata sosial menunjuk pada pengertian umum mengenai bidang-bidang atau sektor-
sektor pembangunan yang menyangkut aspek manusia dalam konteks masyarakat atau
kolektifitas. Istilah sosial dalam pengertian ini mencakup antara lain bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan, politik, hukum, budaya, atau pertanian.
B. Perencanaan Ekonomi
C. Perencanaan Fisik
Territorial pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan
pengertian dan batasan perwilayahan atau area.(sujarto djoko, 1977)
A. Wilayah.
Bagian dari permukaan bumi yang batasannya ditentukan berdasarkan kriteria
(Homogenitas) geografis baik di atas permukaan bumi ataupun di bawahnya. Contoh :
Wilayah pantai, wilayah hutan, wilayah perkotaan dan pedesaan, wilayah dataran
tinggi.
B. Kawasan
Adapun permasalahan Khusus dalam Perencanaan/Pembangunan Kota terkait
dengan konsep rencana tata ruang kota yang tanggap terhadap dinamika
pembangunan kota perlu pemahaman terhadap aspek-aspek permasalahan yaitu :
a. Manajemen lahan
b. Lingkungan hidup perkotaan
c. Prasarana perkotaan
d. Pembiayaan dan Investasi
e. Kerjasama pemerintah, swasta & Masyarakat
C. Daerah
Suatu area wilayah di permukaan bumi yang batasannya ditentukan oleh
wewenang administratif pemerintahan dan ditetapkan melalui perundang-undangan.
Ditinjau dari sudut isi, perencanaan wilayah sebetulnya dapat dirumuskan dalam
sebuah kalimat sederhana yaitu “menetapkan kegiatan apa yang perlu dibangun dan
dimana lokasinya”. Dari definisi sederhana ini sebetulnya mencakup bidang yang
sangat luas karena menyangkut seluruh sektor kegiatan dan lokasinya menyangkut
seluruh wilayah analisis (Tarigan, 2009). Melihat luasnya bidang yang tercakup di
dalam perencanaan wilayah maka ilmu perencanaan wilayah dapat dibagi atas berbagai
sub bidang meliputi:
b. Sub bidang perencanaan tata ruang/tata guna lahan, dapat diperinci lagi atas:
5) Rencana rinci (detailed design) penggunaan lahan untuk wilayah yang lebih
sempit, termasuk perencanaan teknis, terutama di wilayah perkotaan (misalnya untuk
pengaturan IMB).
1) Perencanaan lingkungan;
3) Perencanaan transportasi.
d. Sub bidang perencanaan proyek (site planning), dapat diperinci lagi atas:
Sama seperti pada tingkat provinsi, perencanaan yang sudah umum dikenal di
tingkat kabupaten kota adalah RPJM. Isi dan metode penyusunannya yang sama yang
dilakukan pada tingkat provinsi. Sebagian besar kabupaten atau kota juga sudah
membuat rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang sifatnya lebih detail dibanding
(RSTRP) provinsi. Pada tingkat kota perencanaann tataruang terdapat tambahan
berupa rencana penataan ruang terbuka hijau (RTH).
Dalam melakukan perencanaan wilayah, ada 3 aspek yang wajib untuk dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dan analisis dalam melakukan perencanaan wilayah yaitu
(Rumata, 2022):
1. Aspek fisik/lingkungan : berfungsi untuk untuk mengenali karakteristik sumber daya
alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan
lahan dalam pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara
optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
2. Aspek ekonomi : penilaian ekonomi bagi pengembangan wilayah dan/atau kawasan
adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu serta
permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas
ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau kawasan tersebut. Hal
yang mendasar dalam analisis ekonomi pengembangan wilayah dan/atau kawasan
yaitu perlunya mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan, sehingga akan terjadi efisiensi tindakan. Dengan
usaha yang minimum akan diperoleh hasil yang optimum yang kesemuanya
bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi seluruh
masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana.
3. Aspek sosial : pada hakekatnya pengukuran indikator sosial budaya tidak berdiri
sendiri melainkan terkait erat dengan kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan
kelembagaan. Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang sederhana dan hanya
mengukur satu aspek saja karena keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat
ditentukan oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama pembangunan
(stakeholders) seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sendiri.
L. PERSPEKTIF PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH
Perencanaan dapat ditinjau pula dari sudut langk ah-langkah yang harus
terdapat dalam kegiatan perencanaan yang dilakukan. (Glasson, 1974) dalam
mengatakan bahwa ‘major features of general planning include a sequence of
actions which are designed to solve problems in the feature’. Dengan demikian
perencanaan dalam arti umum adalah menyangkut serangkaian tindakan yang
ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan (Tarigan, 2009). Glasson
menetapkan urutan langkah-langkah sebagai berikut:
b. The formulation of general goals and more specific and measurable objectives
relating to the problem ( Perumusan tujuan-tujuan umum dan sasaran -sasaran )
d. Projection of the future situation ( Proyeksi dampak di masa yang akan datang )
e. The generation and evaluation of alternative courses of action and the production
of a preferred plan, which in generic form may include any policy statement or
strategy as well as a definitive plan ( Pembuatan dan evaluasi tindakan alternatif dan
pembuatan rencana pilihan, yang dalam bentuk umum dapat mencakup pernyataan
kebijakan atau strategi serta rencana definitive ).
c. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang
diperkirakan dihadapi pada masa mendatang;
e. Penetapan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu
(berupa tujuan yang dapat diukur);
i. Penyusunan kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Indikator ini mengukur rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap individu dalam
suatu negara. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin baik tingkat
kesejahteraan masyarakat.
2. Struktur ekonomi
3. Urbanisasi
Indikator ini mengukur persentase penduduk yang tinggal di kota. Semakin tinggi
tingkat urbanisasi, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi suatu negara.
4. Angka tabungan
Indikator ini mengukur jumlah tabungan yang dimiliki oleh masyarakat. Semakin
tinggi angka tabungan, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi suatu negara.
Indikator ini menggambarkan kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, yang
meliputi pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita. Semakin tinggi IPM,
semakin baik hasil pembangunan ekonomi yang dicapai.
6. Inflasi
Indikator ini mengukur tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa dalam suatu
negara. Semakin rendah tingkat inflasi, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi
suatu negara.
Koordinasi yang baik antara pemerintah dan sektor swasta merupakan hal
penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Namun, seringkali terjadi
ketidakefektifan dalam koordinasi antara kedua belah pihak. Hal ini dapat
menghambat pencapaian tujuan pembangunan daerah dan memperlambat
implementasi proyek-proyek pembangunan. Sebagai contoh, dalam proyek
pengembangan industri di suatu kawasan, kurangnya koordinasi antara pemerintah
daerah dan sektor swasta dapat menyebabkan keterlambatan dalam perizinan,
konflik kepentingan, dan ketidakjelasan tanggung jawab antara pihak-pihak terkait.
b. Ahli bidang bidang ilmu sektoral sesuai dengan bidang/sektor yang direncanakan.
b. Metode bersangkut paut dengan urut-urutan yang lazim ditempuh manusia dalam
menyusun rencana untuk memanfaatkan ruang dan memperbaiki kehidupannya.
Metode ini terkadang sudah ada yang baku, baik yang sudah ditentukan oleh
pemerintah maupun yang sudah disepakati secara luas;
c. Alat analisis adalah berbagai teknik analisis yang membantu dan memantapkan
metode perencanaan yang diterapkan.Dalam prakteknya ketiga komponen pokok
ilmu perencanaan tersebut tidaklah terpisah secara tegas, terkadang terjadi saling
tumpang tindih (overlapping), sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Sebagai
contoh suatu topik ilmu bisa dikategorikan sebagai substansi apabila digunakan
untuk analisis kondisi saat ini (existing condition), berubah menjadi alat analisis
apabila dipergunakan untuk proyeksi atau untuk mengatur kebijakan di masa
datang.Bidang keahlian seorang perencana wilayah masih harus dilengkapi dengan
pengetahuan pendukung untuk melengkapi kemampuannya meliputi diantaranya
(Tarigan, 2009) :
a. Teori lokasi;
CONTOH RIIL
PENJELASAN
Mandalika adalah proyek pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang terletak di
Pulau Lombok, Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk mengubah Mandalika menjadi
destinasi pariwisata berkelas internasional. Kawasan ini mempunyai potensi alam yang indah,
termasuk pantainya yang mempesona, namun sebelumnya belum tergarap secara maksimal.
PERMASALAHAN
RENCANA PENYELESIAN
Hasil Pencapaian
1. Mandalika telah mengalami transformasi signifikan menjadi destinasi wisata populer di
Indonesia yang menarik wisatawan domestik dan internasional.
2. Pembangunan infrastruktur telah meningkatkan tingkat konektivitas dan kemudahan
aksesibilitas sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
3. Investasi swasta di hotel dan resort telah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
lokal dan memberikan dorongan ekonomi.
4. Upaya pelestarian lingkungan berhasil menjaga keindahan alam Mandalika sekaligus
mendukung pertumbuhan pariwisata berkelanjutan.
BAGIAN IV
REFERENSI
Bappenas Official Website. (2023). Terapkan Protokol Masyarakat Produktif Dan Aman
Covid-19,BappenasDorong Contactless Dan Cashless Society.
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/terapkan-
protokolmasyarakat-produktif-dan-aman-covid-19-bappenas-dorong-
contactless-dancashless-society/. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.
Conyers, D., & Hills, P. J. (1984). An introduction to development planning in the third
world. New York.
Djunaedi, A. (2014). Pengantar perencanaan wilayah dan kota. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Fajarica, S. D., Teluma, A. R. L., & Safitri, B. V. (2022). Persepsi Masyarakat Sekitar
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Terhadap Informasi Publik
Pembangunan Sirkuit MotoGP. JCommsci-Journal Of Media and
Communication Science, 5(1), 1-11.
Friedman, J., & Alonso, W. (Eds.). (1975). Regional policy: Readings in theory and
applications. Cambridge, MA: The MIT Press.
Gallion, A. B. (1996). Pengantar perancangan kota: Desain dan perencanaan kota: Jil: 1.
Jakarta: Erlangga.
Kemhan.go.id. (2019) .Desain organisasi sebagai jawaban terhadap harmonisasi tugas dan
fungsi antar satuan kerja yang sering terlupakan.
https://www.kemhan.go.id/pusbmn/2019/05/23/desain-organisasi-
sebagai-jawaban-terhadap-harmonisasi-tugas-dan-fungsi-antar-satuan-
kerja-yang-sering-terlupakan.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.
Muhyiddin, M., & Nugroho, H. (2020). Edisi Khusus tentang Covid-19, New Normal, dan
Perencanaan Pembangunan. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
Indonesian Journal of Development Planning, 4(2).
Muljarijadi, I. B., & SE, M. (2017). Ruang lingkup perencanaan wilayah. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sjafrizal. (2009). Teknik praktis penyusunan rencana pembangunan daerah. Baduose Media.
Soegijoko, S. (2005). Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21 Konsep dan Pendekatan
Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Penerbit URDI–YSS.
Sujarto djoko. (1977). Pendekatan pembangunan perkotaan ditinjau dari segi perencanaan
lokal. Balai Pembinaan Administrasi: Universitas Gadjah Mada.