Anda di halaman 1dari 30

RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH

Di susun oleh:

Ferdiana Dwi Rohmawati 2120101045

Ika Nur Safitri 2120101050

Romadhon Dwi Cahyo Nugroho 2140101132

Rizqi Hanung Handika 2240101195

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TIDAR

2023
BAGIAN I

PENDAHULUAN

Perencanaan pembangunan mengacu pada proses menetapkan tujuan, strategi, dan


tindakan untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan perubahan positif dalam
masyarakat atau organisasi. Ini mencakup berbagai faktor dan kegiatan yang bertujuan untuk
mendorong kemajuan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Ruang lingkup perencanaan
pembangunan sangat luas, karena melibatkan dimensi dan pemangku kepentingan yang
bekerja sama untuk menuju tujuan bersama. Hal ini melibatkan perumusan kebijakan dan
strategi untuk meningkatkan produktivitas. Ruang lingkup ini juga melibatkan pertimbangan
lingkungan ke dalam kebijakan dan peraturan untuk mempromosikan keberlanjutan dan
ketahanan jangka panjang.

Perencanaan Pembangunan menurut (W. Arthur Lewis, 1966) adalah suatu kumpulan
kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang masyarakat dan swasta untuk
menggunakan sumberdaya yang tersedia secara lebih produktif. Menurut Dror dalam
(Sudharto P Hadi, 2005) perencanaan merupakan suatu proses untuk mempersiapkan
seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan masa depan. Sedangkan menurut Fridman
dalam (Sudharto P Hadi, 2005), perencanaan merupakan suatu strategi untuk pengambilan
keputusansebelumnya sebagai suatu aktivitas tentang keputusan dan implementasi.

Dalam ketentuan (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, 2004) tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwasannya RPJP Nasional merupakan
penjabaran dari pada tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia yang mana
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, dalam bentuk visi, misi,dan arah pembangunan
nasional (Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional).

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi para perencana adalah tujuan mereka
tidak dapat dirumuskan dengan benar. Seringkali tujuan-tujuan tersebut tidak didefinisikan
dengan jelas karena kadang-kadang ditetapkan oleh pihak lain. Perencanaan mengacu pada
masa depan. Bagian penting dari perencanaan adalah faktor waktu. Tujuan perencanaan
dirancang untuk dicapai di masa depan.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan suatu perencanaan
pembangunan untuk mengantisipasi kegagalan mekanisme pasar, ketidakpastian masa yang
akan datang, dan untuk mengarahkan kegiatan pembangunan.
BAGIAN II

MATERI

A. PENGERTIAN PERENCANAAN WILAYAH DAN PEMBANGUNAN


Menurut (Glasson, 1977) berbagai definisi perencanaan dapat ditemui, namun
pada dasarnya perencanaan merupakan serangkaian tindakan berurutan yang
ditujukan pada pemecahan persoalan-persoalan di masa datang. Dari definisi tersebut
tiga hal penting yang dikaji adalah :
1. Persoalan-persoalan.
2. Di masa datang (peramalan keadaan masa datang).
3. Tindakan untuk menghindari persoalan masa datang.
Menurut (Djoko Sujarto, 1980) perencanaan merupakan suatu usaha
pemikiran secara rasional untuk mencapai kebutuhan baru di masa mendatang. Pada
definisi yang diberikan di atas mengandung arti bahwa :
1. Adanya peramalan kebutuhan di masa datang.
2. Adanya keinginan pemenuhan kebutuhan yang rasional (dapat dilaksanakan) di
masa datang.
Menurut (sjafrizal, 2009) Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik,
atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien
dengan sumber daya yang tersedia. Perencanaan pembangunan adalah kerangka yang
dibangun dengan hati-hati yang memiliki cakupan jangka panjang. Hal ini biasa
digunakan untuk membantu komunitas atau negara di berbagai situasi. Rencana ini
sering disusun oleh sektor pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi
(seperti BAPPENAS) dan biasanya ditinjau setiap tahun. Setiap 3-5 tahun rencana
biasanya benar-benar diperbarui, agar lebih selaras dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat.

Perencanaan pembangunan ekonomi dapat digambarkan sebagai program,


serangkaian kebijakan, atau kegiatan yang berupaya membangun kapasitas untuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang mandiri. Sementara pemerintah pusat dan
lembaga / organisasi pengembangan ekonomi lokal sering memimpin dalam
mengembangkan program pengembangan ekonomi, pemerintah lokal/daerah dapat
memainkan peran utama untuk merencanakan pembangunan ekonomi yang
meningkatkan pekerjaan, basis pajak lokal, kelestarian lingkungan, pemerataan sosial,
dan kualitas hidup yang baik.

Menurut (Friedman,J., 1977), perencanaan wilayah adalah proses perumusan


dan penegasan tujuan-tujuan sosial dan ekonomi dalam berbagai kegiatan dalam
ruang yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah kota (biasanya disebut dengan
supra-urban). Selain itu, Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata fenomena
dalam dimensi lokal dan regional namun juga merupakan bagian tak terpisahkan dari
kepentingan Pembangunan makro (skala nasional) (Rustiadi et al., 2018). Dalam
pengertian tersebut tergambarkan bahwa perencanaan wilayah biasanya selalu terkait
dengan tujuan-tujuan sosial,seperti perkembangan penduduk, kesempatan kerja,
kesejahteraan masyarakat, keamanan, akses yang lebih baik terhadap pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya,serta permasalahan ekonomi,seperti masalah
pertumbuhan ekonomi, perluasan sektor industri dan jasa, peningkatan produktivitas
sektor pertanian.

B. PENTINGNYA PERENCANAAN WILAYAH


Pentingnya perencanaan wilayah diperkuat beberapa alasan/faktor yang
meliputi (Tarigan, 2009) :
a. Banyak diantara potensi wilayah terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui;
b. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia;
c. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat
diubah/diperbaiki kembali;
d. Lahan dibutuhkan oleh setiap manusia untuk menopang kehidupannya,
sementara kemampuan manusia untuk mendapatkan lahan tidak sama, sehingga sering
terjadi konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan yang tersedia;
e. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian masyarakat yang
berdomisili di wilayah tersebut;
f. Potensi wilayah yang berasal dari alam dan hasil karya manusia di masa lalu
adalah aset yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat dalam jangka
panjang dan lestari. Dengan demikian pemanfaatan aset harus direncanakan secara
cermat.
C. TUJUAN POKOK DAN FUNGSI PERENCANAAN WILAYAH
Secara umum tujuan dari perencanaan wilayah adalah menciptakan
kehidupan yang efisien, nyaman, dan lestari, serta pada tahap akhirnya
menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang
direncanakan, baik oleh pemerintah ataupun swasta. Lokasi yang dipilih
memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah
memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak (Tarigan, R., 2009).
Berdasarkan (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, 2004), Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah suatu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana- rencana pembangunan
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Perencanaan itu
dibuat sebagai tindak antisipasi kegagalan mekanisme pasar dalam menghadapi
ketidakpastian masa yang akan datang, juga untuk mengarahkan kegiatan
pembangunan.

Adapun tujuan pokok dari perencanaan wilayah, yaitu:

1. Perencanaan wilayah harus mampu menggambarkan proyeksi penduduk dari


berbagai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut, di masa yang
akan datang. Sehingga, sejak awal telah terlihat arah pengembangan lokasi yang
dipersiapkan untuk dibangun dan yang akan dijadikan sebagai wilayah penyangga;

2. Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih kegiatan
apa yang perlu dikembangkan. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan,
karena investor mendapatkan kepastian hukum tentang lokasi dan menjamin
keteraturan serta menjauhkan dari benturan kepentingan;

3. Sebagai acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah


pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah penggunaan lahan;

4. Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih mikro, tetapi lebih
detail, misalnya perencanaan lokasi pasar, sekolah, tempat ibadah, dan prasarana
lainnya serta perencanaan yang bersifat sektoral;
5. Lokasi perencanaan dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan
kegiatan tertentu pada lokasi harus memberi nilai tambah maksimal bagi masyarakat.
Maksudnya, harus menghasilkan suatu manfaat secara optimal dari lokasi tersebut.

a) Fungsi Perencanaan Pembangunan Ekonomi secara umum:


1. Terdapat pengarahan atau pedoman kegiatan.
Perencanaan pembangunan berfungsi sebagai alat strategis yang memungkinkan
organisasi, masyarakat, dan pemerintah untuk menavigasi tantangan yang kompleks dan
bergerak menuju masa depan yang diinginkan. Dengan menyediakan pendekatan
terstruktur, maka akan menumbuhkan fokus, optimalisasi sumberdaya, kolaborasi, dan
kemampuan beradaptasi yang merupakan bagian integral dari keberlanjutan
pembangunan.
2. Perkiraan potensi,prospek,dan hambatan.
Perencanaan pembangunan memainkan peran penting dalam memperkirakan potensi
peluang, prospek, dan hambatan. Dengan memanfaatkan peluang, mengelola tantangan,
dan menetapkan tujuan yang jelas, perencanaan pembangunan memberikan pendekatan
terstruktur dan sistematis untuk mencapai hasil yang diinginkan.
3. Adanya pilihan yang terbaik.
Fungsi perencanaan pembangunan adalah untuk memungkinkan para pengambil
keputusan untuk membuat pilihan berdasarkan informasi dan mengambil tindakan
terkoordinasi menuju pembangunan berkelanjutan.
4. Penyusunan skala prioritas.
Hal ini memastikan bahwa sumber daya yang terbatas dialokasikan secara efisien dan
berbagai perspektif pemangku kepentingan dipertimbangkan. Perencanaan pembangunan
berkontribusi pada kemajuan keseluruhan, keberlanjutan, dan pertumbuhan inklusif
dengan mempromosikan pilihan berdasarkan informasi dan memprioritaskan tindakan
yang akan memiliki dampak jangka panjang terbesar.
5. Mengukur atau standar pengawasan evaluasi.
Perencanaan pembangunan memungkinkan organisasi untuk mengukur dan
mengevaluasi standar pengawasan secara efektif. Pendekatan terstruktur ini digunakan
untuk menilai kinerja supervisor, mengidentifikasi area untuk perbaikan, memungkinkan
organisasi untuk melacak kemajuan mereka dan memastikan mereka memenuhi standar
yang diinginkan, dan menyelaraskan tujuan individu dan tim dengan tujuan organisasi.
b) Fungsi Perencanaan pembangunan Ekonomi dari sudut pandang ekonomi:
1. Alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan.
Perencanaan pembangunan memainkan peran penting dalam membantu
meminimalkan kesenjangan regional dengan memastikan distribusi sumber daya yang adil
di berbagai wilayah.
2. Perkembangan dan Pertumbuhan ekonomi
Perencanaan pembangunan memungkinkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia
secara efektif, mendorong inovasi, dan memfasilitasi kemajuan teknologi. Hal ini
memberikan peta jalan untuk kemajuan ekonomi, memastikan bahwa sumber daya suatu
negara dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan
inklusif.
3. Stabilitas ekonomi.
Fungsi perencanaan pembangunan dilihat dari perspektif ekonomi adalah untuk
menyediakan jalan menuju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengalokasikan
sumber daya secara efisien, mengurangi volatilitas, dan mempromosikan pembangunan
yang adil. Dengan mengadopsi pendekatan strategis dan proaktif, perencanaan
pembangunan dapat berkontribusi pada stabilitas ekonomi secara keseluruhan dan
kemakmuran suatu wilayah.

D. UNSUR UNSUR DASAR DALAM PERENCANAAN WILAYAH


Berdasarkan berbagai definisi perencanaan, setidaknya ada 4 unsur dasar
dalam perencanaan, yakni (Conyers & Hills, 1984):
1. Merencana berarti memilih
2. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya
3. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
4. Perencanaan adalah untuk masa yang akan datang.

Uraian keempat unsur dasar perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:


a. Merencanakan berarti memilih; artinya, perencanaan merupakan proses memilih di
antara berbagai kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang diinginkan itu
dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu yang bersamaan. Hal itu menyiratkan
pengertian bahwa hubungan antara perencanaan dan proses pengambilan keputusan
sangat erat. Oleh karena itu, banyak buku mengenai perencanaan membahas
pendekatan alternatif dalam proses pengambilan keputusan, terutama berkaitan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan urutan
tindakan di dalam proses pengambilan keputusan.
b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah
sumber daya menunjukkan segala sesuatu yang dianggap berguna dalam
pencapaian suatu tujuan tertentu. Sumber daya mencakup sumber daya manusia;
sumber daya alam (tanah, air, hasil tambang, dan sebagainya); sumber daya buatan.
Perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana sumber
daya yang tersedia itu digunakan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kuantitas dan
kualitas sumber daya tersebut sangat berpengaruh dalam proses memilih di antara
berbagai pilihan tindakan yang ada.
c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan. Konsep perencanaan sebagai
alat pencapaian tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses penetapan tujuan.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa
tujuan-tujuan mereka kurang dapat dirumuskan secara tepat. Sering kali tujuan-
tujuan tersebut didefinisikan secara kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan
tersebut ditetapkan oleh pihak lain.
d. Perencanaan mengacu ke masa depan. Salah satu unsur penting dalam perencanaan
adalah unsur waktu. Tujuan perencanaan dirancang untuk dicapai pada masa yang
akan datang. Oleh karena itu, perencanaan berkaitan dengan antisipasi ke masa
depan, bukan semata-mata menjawab persoalan-persoalan masa kini.

E. UNSUR POKOK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI


Dalam melakukan pembangunan, pemerintah harus memiliki perencanaan
yang matang dan mantap agar pembangunan dapat berdaya guna dan berhasil guna.
Dalam perencanaan pembangunan terdapat unsur-unsur pokok yang harus dimiliki,
yaitu sebagai berikut.

1. Mengetahui lokus.
Artinya dalam melakukan perencanaan pembangunan harus sudah mengetahui dan
memahami kondisi umum daerah yang dijadikan sasaran dalam pembangunan.
2. Memiliki visi dan misi Pembangunan.
Dalam rencananya harus memuat untuk apa, siapa, dan mengapa pembangunan itu
harus dilaksanakan.
3. Mempunyai sasaran dan target pembangunan.
Dalam perencanaan pembanggunan tentunya harus bisa dilaukukan dalam tindakan
nyata yang akan dilakukan serta jangka waktu yang dibutuhkan dari tujuan yang ingin
dicapai.
4. Memiliki strategi Pembangunan.
Bertujuan agar pelaksanaan berjalan secara kronologis serta mengutamakan
pencapaian tujuan secara efektif dan efisien, dengan tepat dan terarah.
5. Adanya prioritas Pembangunan.
Hal tersebut guna untuk mewujudkan pengoptimalisasian terhadap pencapaian sasaran
pembangunan dengan dana dan sumber daya yang terbatas.
6. Memiliki program dan kegiatan pembangunan yang jelas.
Sebagai bentuk intervensi dari pemerintah dengan menggunakan sejumlah sumber
daya, termasuk dana dan tenaga dalam rangka melaksanakan kebijakan pembangunan.

F. CIRI CIRI ATAU KARAKTERISTIK PERENCANAAN PEMBANGUNAN


WILAYAH

Adapun karakteristik yang baik dari sebuah perencanaan pembangunan, diantaranya :

1. Mempunyai hubungan yang jelas dengan perencanaan pembangunan lainnya.


Karakteristik mendasar dari perencanaan pembangunan yang baik adalah
kemampuannya untuk membangun hubungan yang jelas dengan rencana pembangunan
yang lainnya. Ini memastikan pendekatan yang terkoordinasi dan terintegrasi,
memaksimalkan sumber daya, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya
pembangunan secara keseluruhan.
2. Menerjemahkan tujuan ke target pembangunan.
Menerjemahkan tujuan ke dalam target pembangunan merupakan aspek penting dari
perencanaan pembangunan yang efektif, dengan menetapkan target yang spesifik dan
terukur, perencana pembangunan dapat memastikan bahwa upaya terfokus, efisien, dan
pada akhirnya berkontribusi pada kemajuan yang berarti menuju tujuan yang lebih luas.
3. Tersusun secara lengkap termasuk sektor swasta.
Perencanaan pembangunan yang baik memerlukan pendekatan yang terorganisir
dengan baik dan inklusif yang melibatkan sektor swasta. Keterlibatan mereka membawa
sumber daya, keahlian, efisiensi, keberlanjutan, dan akuntabilitas yang berharga. Dengan
menciptakan lingkungan kolaboratif, pemerintah dapat memanfaatkan kekuatan sektor
swasta untuk mendorong inisiatif pembangunan yang holistik dan berdampak.
4. Berisi perencanaan kebutuhan investasi.
Pencantuman kebutuhan investasi perencanaan merupakan karakteristik fundamental
dari perencanaan pembangunan yang baik. Dengan menganalisis dan memprioritaskan
persyaratan investasi, pembuat kebijakan dapat memastikan bahwa sumber daya
dialokasikan secara efektif untuk mendorong pertumbuhan pembangunan yang
berkelanjutan dan kemajuan sosial.
5. Memuat perkiraan atau proyeksi selama periode perencanaan.
Memasukkan perkiraan atau proyeksi memainkan peran penting dalam perencanaan
pembangunan yang efektif. Ini memungkinkan pengambilan keputusan, manajemen
resiko, dan pemantauan kemajuan yang lebih baik. Dengan mempertimbangkan
perkiraan, perencana pembangunan dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
mencapai hasil yang diinginkan dalam periode perencanaan.
6. Strategi dan kebijakan bersifat spesifik.
Kerangka kerja strategis ini memberikan peta jalan yang jelas dan memastikan
pemanfaatan sumber daya yang efisien. Dengan menyediakan peta jalan dan fokus
koheren, kerangka kerja ini mengoptimalkan alokasi sumber daya dan mempromosikan
tindakan yang ditargetkan. Melalui evaluasi berkala, inisiatif pembangunan dapat
disesuaikan dengan keadaan yang berubah, selain itu pelibatan pemangku kepentingan
dan penyelarasan dengan agenda pembangunan global meningkatkan efektivitas dan
dampak perencanaan pembangunan.
7. Memasukkan evaluasi perekonomian tahun sebelumnya.
Dengan dimasukkannya evaluasi ekonomi masa lalu akan memberikan landasan
untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi, memfasilitasi tantangan dan
peluang, dan memungkinkan alokasi sumber daya yang strategis.
8. Merinci tujuan dan prioritas pembangunan.
Secara keseluruhan, perincian tujuan dan prioritas pembangunan merupakan elemen
penting dari perencanaan pembangunan yang efektif, memfasilitasi akuntabilitas,
mempromosikan koherensi, dan pada akhirnya mengarah pada kemajuan sosial ekonomi
yang diinginkan suatu wilayah atau bangsa.
G. JENIS JENIS RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH

1. RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH SUBSTANSIF

Dari segi substantif perencanaan wilayah dan kota menyangkut tiga lingkup
perencanaan yaitu perencanaan yang berkaitan dengan upaya pengembangan
kemasyarakatan atau social (social Planning), perencanaan yang berkaitan dengan
pengembangan ekonomi (economic planning), yang terakhir ini selalu pula dikaitkan
dengan pengrtian aspek keruangan dan perencanaan tata ruang.

Perencanaan sosial adalah segala usaha perencanaan pembangunan yang berorientasi


dan bermotivasi kepada segi-segi kehidupan kemasyarakatan. Produk perencanaan social
merupakan arahan pedoman pengembangan dan pembangunan social seperti misalnya
rencana pegembangan pendidikan, kependudukan dan keluarga berencan, perencanaan
kelembagaan, perencanaan pengembangan kelembagaan, perencanaan pengembangan
politik dll.

Perencanaan ekonomi adalah segala upaya perencanaan pembangunan yang


berorientasi dan bermotivasi ke pengembangan perekonomian. Produk perencanaan
ekonomi termasuk rencana pengembangan produksi, pengembangan pendapatan per
kapita, regional dan nasional, lapangan kerja, distribusi konsumsi, pengembangan
perangkutan dan perhubungan, rencana moneter dll.

Perencanaan fisik adalah segala upaya perencanaan yang berorientasi dan


bermotivasi aspek fisik. Dalam hal perencanaan wilyah dan kota maka perencanaan adalah
fisik berwawasan penataan ruang untuk dapat menefesienkan dan mengefektifkan
pemanfaatan ruang dan sumber daya. Pada kenyataannya perencanaan fisik merupakan
upaya untuk mewujudkan wadah dan struktur nyata dalam rangka menjabarkan kebutuhan
social ekonomis masyarakat. Produk perencanaan fisik termasuk, perencanaan tata ruang
yang berwawasan luas, tata guna lahan sebagai salah satu pengewajatahan perencanaan tata
ruang, perencanaan prasarana dan sarana fisik.

Didalam keseluruhan proses perencanaan ketiga sub sistem tersebut tidaklah terlepas
satu sama lain. Perencanaan sosial merupakan landasan bagi perencanaan ekonomi,
demikian pula sebaliknya perencanaan ekonomi perlu dilandaskan kepada rencana
pengembangan social. Perencanaan fisik tidak dapat dikembangkan tanpa ditunjang oleh
rencana-rencana pengembangan sosial ekonomi. Rencana pengembangan ekonomi juga
akan sangat erat kaitannya dengan pengembangan wilayah secara tata ruang.(sujarto djoko,
1977)

Dalam sub sistem perencanaan substantif terbagi atas 3 sub sistem yaitu:

A. Perencanaan Sosial
Dalam kaitannya dengan perencanaan substantif yaitu perencanaan sosial, maka kata
sosial dapat diartikan baik secara luas maupun sempit (Kartasasmita Ginanjar, 1996). Secara
luas kata sosial menunjuk pada pengertian umum mengenai bidang-bidang atau sektor-
sektor pembangunan yang menyangkut aspek manusia dalam konteks masyarakat atau
kolektifitas. Istilah sosial dalam pengertian ini mencakup antara lain bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan, politik, hukum, budaya, atau pertanian.

B. Perencanaan Ekonomi

Adapun salah satu isu dalam perencanaan ekonomi dianataranya perkembangan


penduduk dan urbanisasi. Adapun Urbanisasi adalah persekutuan atau penyekutuan suku-
suku yang bertetangga yang berkumpul ke suatu pusat yang digunakan sebagai tempat
bersama untuk maksud pemujaan, perlindungan dan semacamnya (Gallion & Eisner, 1996)

C. Perencanaan Fisik

Segala Usaha perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi aspek


fisik dalam upaya menjabarkan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat. Dalam kenyataannya,
ketiga perencanaan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, pertimbangan perencanaan sosial
akan menyangkut aspek fisik dan ekonomi, demikian pula perencanaan fisik akan
menyangku aspek ekonomi dan sosial dan perencanaan ekonomi akan menyangkut aspek
sosial dan fisik. Dengan demikian aspek perencanaan yang menyangkut kehidupan yang
luas merupakan perencanaan yang sangat kompleks, karena berbagai hal saling
mempengaruhi satu sama lain.

2. RUANG LINGKUP PERENCANAAN WILAYAH TERITORIAL

Territorial pada hakikatnya adalah segala sesuatu yang mempunyai kaitan dengan
pengertian dan batasan perwilayahan atau area.(sujarto djoko, 1977)

Adapun sub-sub perencanaan territorial adalah :

A. Wilayah.
Bagian dari permukaan bumi yang batasannya ditentukan berdasarkan kriteria
(Homogenitas) geografis baik di atas permukaan bumi ataupun di bawahnya. Contoh :
Wilayah pantai, wilayah hutan, wilayah perkotaan dan pedesaan, wilayah dataran
tinggi.
B. Kawasan
Adapun permasalahan Khusus dalam Perencanaan/Pembangunan Kota terkait
dengan konsep rencana tata ruang kota yang tanggap terhadap dinamika
pembangunan kota perlu pemahaman terhadap aspek-aspek permasalahan yaitu :

a. Manajemen lahan
b. Lingkungan hidup perkotaan
c. Prasarana perkotaan
d. Pembiayaan dan Investasi
e. Kerjasama pemerintah, swasta & Masyarakat

C. Daerah
Suatu area wilayah di permukaan bumi yang batasannya ditentukan oleh
wewenang administratif pemerintahan dan ditetapkan melalui perundang-undangan.

Adapun isu mengenai pembangunan daerah :

a. Belum tertatanya mekanisme perencanaan pusat dan daerah sesuai dengan UU


25/2004 tentang Perencanaan Pembangunan.
b. Lemahnya sistem perencanaan daerah bidang kessos (misleading dalam
perencanaan penanggulangan masalah sosial dan kemiskinan).
c. Lemahnya networking perencanaan dengan stakeholders internal dan eksternal.

H. MANFAAT PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH


Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaatnya (Tarigan,
2009) :
a. Perencanaan wilayah harus mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai
kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan wilayah di masa datang;
b. Dapat membantu/memandu pelaku ekonomi memilih kegiatan yang perlu
dikembangkan di masa datang dan lokasi kegiatan yang diijinkan. Hal ini akan
mempercepat proses pembangunan karena investor mendapat kepastian hukum
lokasi usaha dan mencegah benturan kepentingan;
c. Sebagai acuan pemerintah untuk mengendalikan/mengawasi arah pertumbuhan
kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan;
d. Sebagai landasan bagi rencana lain yang lebih sempit tetapi detail (misalnya
perencanaan sektoral dan perencanaan prasarana);
e. Optimalisasi manfaat lokasi. Lokasi dapat dipergunakan untuk berbagai
kegiatan, penetapan kegiatan tertentu pada suatu lokasi harus memberi nilai
tambah (value added) maksimal bagi masyarakat. Penetapan lokasi dan
peruntukan lokasi harus menjamin keserasian ruang (spatial), keselarasan antar
sektor, mengoptimasi investasi, menciptakan efisiensi dalam kehidupan
masyarakat dan menjamin kelestarian lingkungan hidup.

I. CAKUPAN BIDANG PERENCANAAN WILAYAH

Ditinjau dari sudut isi, perencanaan wilayah sebetulnya dapat dirumuskan dalam
sebuah kalimat sederhana yaitu “menetapkan kegiatan apa yang perlu dibangun dan
dimana lokasinya”. Dari definisi sederhana ini sebetulnya mencakup bidang yang
sangat luas karena menyangkut seluruh sektor kegiatan dan lokasinya menyangkut
seluruh wilayah analisis (Tarigan, 2009). Melihat luasnya bidang yang tercakup di
dalam perencanaan wilayah maka ilmu perencanaan wilayah dapat dibagi atas berbagai
sub bidang meliputi:

a. Sub bidang perencanaan ekonomi-sosial wilayah, dapat diperinci lagi atas:

1) Ekonomi sosial wilayah (mencakup hal-hal dasar dan berlaku umum);


2) Ekonomi sosial perkotaan (mencakup butir a ditambah masalah spesifik
perkotaan);

3) Ekonomi sosial perdesaan (mencakup butir a ditambah masalah spesifik


perdesaan).

b. Sub bidang perencanaan tata ruang/tata guna lahan, dapat diperinci lagi atas:

1) Tata ruang tingkat Nasional;

2) Tata ruang tingkat Provinsi;

3) Tata ruang tingkat Kabupaten/Kota;

4) Tata ruang tingkat Kecamatan/Desa;

5) Rencana rinci (detailed design) penggunaan lahan untuk wilayah yang lebih
sempit, termasuk perencanaan teknis, terutama di wilayah perkotaan (misalnya untuk
pengaturan IMB).

c. Sub bidang perencanaan khusus, dapat diperinci lagi atas:

1) Perencanaan lingkungan;

2) Perencanaan permukiman dan perumahan;

3) Perencanaan transportasi.

d. Sub bidang perencanaan proyek (site planning), dapat diperinci lagi atas:

1) Perencanaan lokasi proyek pasar;

2) Perencanaan lokasi proyek pendidikan

3) Perencanaan lokasi proyek rumah sakit;

4) Perencanaan lokasi proyek real estate;

5) Perencanaan lokasi proyek pertanian.

J. TINGKAT PERENCANAAN WILAYAH

Tingkat-tingkat dari perencanaan wilayah menurut (Tarigan, 2009) meliputi


tingkat perencanaan dan sumber dana, perencanaan wilayah tingkat provinsi,
perencanaan wilayah tingkat kabupaten kota, perencanaan wilayah tingkat kecamatan
dan perencanaan pada level proyek.

a. Perencanaan Tata Ruang Provinsi

Setelah diberlakukan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah diwajibkan menyusun RPJP (Rencana
pembangunan jangka Panjang) dengan masa perencanaan 20 tahun ke depan dan
RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) dengan masa perencanaan 5 tahun
ke depan.RPJM dirinci ke dalam rencana tahunan yang disebut RKPD (Rencana Kerja
Pembangunan Daerah). RPJM juga dirinci oleh masing-masing instansi pelaksana
dengan menyusun Renstra SKPD (Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Desa).

b. Perencanaan Tata Ruang Kabupaten/Kota

Sama seperti pada tingkat provinsi, perencanaan yang sudah umum dikenal di
tingkat kabupaten kota adalah RPJM. Isi dan metode penyusunannya yang sama yang
dilakukan pada tingkat provinsi. Sebagian besar kabupaten atau kota juga sudah
membuat rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang sifatnya lebih detail dibanding
(RSTRP) provinsi. Pada tingkat kota perencanaann tataruang terdapat tambahan
berupa rencana penataan ruang terbuka hijau (RTH).

K. ASPEK-ASPEK PERENCANAAN WILAYAH

Dalam melakukan perencanaan wilayah, ada 3 aspek yang wajib untuk dijadikan
sebagai dasar pertimbangan dan analisis dalam melakukan perencanaan wilayah yaitu
(Rumata, 2022):
1. Aspek fisik/lingkungan : berfungsi untuk untuk mengenali karakteristik sumber daya
alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan
lahan dalam pengembangan wilayah dan/ atau kawasan dapat dilakukan secara
optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
2. Aspek ekonomi : penilaian ekonomi bagi pengembangan wilayah dan/atau kawasan
adalah upaya untuk menemukenali potensi dan sektor-sektor yang dapat dipacu serta
permasalahan perekonomian, khususnya untuk penilaian kemungkinan aktivitas
ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah dan/atau kawasan tersebut. Hal
yang mendasar dalam analisis ekonomi pengembangan wilayah dan/atau kawasan
yaitu perlunya mengenali potensi lokasi, potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan, sehingga akan terjadi efisiensi tindakan. Dengan
usaha yang minimum akan diperoleh hasil yang optimum yang kesemuanya
bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi seluruh
masyarakat, serta terjadinya investasi dan mobilisasi dana.
3. Aspek sosial : pada hakekatnya pengukuran indikator sosial budaya tidak berdiri
sendiri melainkan terkait erat dengan kegiatan lainnya, yaitu aspek ekonomi dan
kelembagaan. Seringkali sulit untuk menemukan indikator yang sederhana dan hanya
mengukur satu aspek saja karena keberhasilan pengembangan suatu kawasan sangat
ditentukan oleh kinerja sektoral dan berbagai pelaku utama pembangunan
(stakeholders) seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sendiri.
L. PERSPEKTIF PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Terdapat dua perspektif pembangunan perekonomian yaitu responsif terhadap


kebutuhan eksternal dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal (Blakely,
1989). Responsif terhadap kebutuhan eksternal merupakan praktik perencanaan yang
banyak dianut. Sedangkan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal merupakan
pendekatan baru yang baru naik daun. Berikut alternatif pendekatan perencanaan
(Mudrajad, 2018) :

Alternatif Pendekatan Perencanaan

Perspektif Responsif Perspektif Perencanaan

Pra-aktif Reaktif Proaktif Interaktif

Praktik model Recruitment Impact planning Perencanaan Perencanaan


perencanaan planning strategik kontingensi

Kebijakan Industrialisasi Deindustrialisasi Perusahaan Membangun


industri “pribumi” baru berbasis
perusahaan
yang sudah ada

Jenis Bantuan Disponsori oleh Teknologi Berbasis


perusahaan penyesuaian pemerintah tinggi/teknologi Masyarakat
korporat baru

Model Industri Program yang Pembangunan Pembangunan


intervensi didorong dibiayai oleh berdasarkan berdasarkan
Pembangunan belanja inisiatif publik inisiatif
pemerintah masyarakat

Sumber : Bergman (1981) dalam Blakely (1989 : 83)

M. TAHAP-TAHAP PERENCANAAN WILAYAH

Perencanaan dapat ditinjau pula dari sudut langk ah-langkah yang harus
terdapat dalam kegiatan perencanaan yang dilakukan. (Glasson, 1974) dalam
mengatakan bahwa ‘major features of general planning include a sequence of
actions which are designed to solve problems in the feature’. Dengan demikian
perencanaan dalam arti umum adalah menyangkut serangkaian tindakan yang
ditujukan untuk memecahkan persoalan di masa depan (Tarigan, 2009). Glasson
menetapkan urutan langkah-langkah sebagai berikut:

a. The identification of the problem ( Identifikasi Permasalahan )

Mengidentifikasi perencanaan di suatu daerah sangat penting untuk


pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan yang efektif. Dengan mengenali
masalah berarti mencari solusi permasalahan yang bersangkutan.

b. The formulation of general goals and more specific and measurable objectives
relating to the problem ( Perumusan tujuan-tujuan umum dan sasaran -sasaran )

c. The identification of possible constraints ( Identifikasi pembatas-pembatas yang


mungkin terjadi )

d. Projection of the future situation ( Proyeksi dampak di masa yang akan datang )

e. The generation and evaluation of alternative courses of action and the production
of a preferred plan, which in generic form may include any policy statement or
strategy as well as a definitive plan ( Pembuatan dan evaluasi tindakan alternatif dan
pembuatan rencana pilihan, yang dalam bentuk umum dapat mencakup pernyataan
kebijakan atau strategi serta rencana definitive ).

Khusus untuk kebutuhan perencanaan di Indonesia, apa yang


dikemukakan Glasson tersebut masih perlu diperluas (Tarigan, 2009).
Perencanaan wilayah di Indonesia setidaknya memerlukan unsur-unsur yang
urutan/langkah-langkahnya meliputi:
a. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan (baik jangka pendek,
menengah, maupun panjang). Untuk dapat menggambarkan kondisi saat ini (existing
condition) dan permasalahan yang dihadapi diperlukan pengumpulan data terlebih
dahulu (data primer dan sekunder);

b. Penetapan visi, misi, dan tujuan umum;

c. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang
diperkirakan dihadapi pada masa mendatang;

d. Pemproyeksian berbagai variabel terkait, baik yang dapat dikendalikan


maupun yang di luar jangkauan pengendalian perencana.

e. Penetapan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu
(berupa tujuan yang dapat diukur);

f. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran tersebut


(dengan memperhatikan keterbatasan dana dan faktor produksi yang tersedia);

g. Pemilihan alternatif yang terbaik, termasuk menentukan berbagai kegiatan


pendukung yang akan dilaksanakan;

h. Penetapan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan;

i. Penyusunan kebijakan dan strategi agar kegiatan pada tiap lokasi berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.

N. INDIKATOR KEBERHASILAN PERENCANAAN WILAYAH

Indikator pembangunan ekonomi adalah ukuran atau acuan yang digunakan


untuk menilai keberhasilan suatu negara dalam pembangunan ekonomi. Dalam
Indikator pembangunan ekonomi mengacu pada kumpulan variabel atau ukuran yang
digunakan untuk mengukur dan menganalisis kinerja ekonomi suatu negara, daerah,
atau wilayah. Indikator-indikator ini memberikan gambaran tentang pertumbuhan
ekonomi, stabilitas, distribusi pendapatan, kesejahteraan masyarakat, dan berbagai
aspek penting lainnya yang terkait dengan pembangunan ekonomi.

Indikator pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara


yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan,
dan harga makanan pokok yang rendah.

Berikut adalah beberapa indikator pembangunan ekonomi yang sering digunakan:

1. Pendapatan per kapita

Indikator ini mengukur rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap individu dalam
suatu negara. Semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin baik tingkat
kesejahteraan masyarakat.

2. Struktur ekonomi

Indikator ini menggambarkan perubahan struktur perekonomian dari struktur ekonomi


agraris menjadi struktur ekonomi industri. Semakin majunya struktur ekonomi suatu
negara, semakin baik hasil pembangunan ekonomi yang dicapai.

3. Urbanisasi

Indikator ini mengukur persentase penduduk yang tinggal di kota. Semakin tinggi
tingkat urbanisasi, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi suatu negara.

4. Angka tabungan

Indikator ini mengukur jumlah tabungan yang dimiliki oleh masyarakat. Semakin
tinggi angka tabungan, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi suatu negara.

5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator ini menggambarkan kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, yang
meliputi pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita. Semakin tinggi IPM,
semakin baik hasil pembangunan ekonomi yang dicapai.

6. Inflasi

Indikator ini mengukur tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa dalam suatu
negara. Semakin rendah tingkat inflasi, semakin baik tingkat pembangunan ekonomi
suatu negara.

7. Indeks Kualitas Hidup (IKH)


Indikator ini mengukur kualitas hidup masyarakat suatu negara, yang meliputi
pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Semakin tinggi IKH, semakin baik
hasil pembangunan ekonomi yang dicapai.

Penggunaan indikator pembangunan ekonomi sangat penting untuk menilai


keberhasilan suatu negara dalam pembangunan ekonomi. Namun, indikator-indikator
tersebut tidak dapat dipandang sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan
pembangunan ekonomi, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi
pembangunan ekonomi suatu negara.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pembangunan ekonomi yang


terencana dengan baik dan berkelanjutan, serta menciptakan akses dan kesempatan
yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan
kesejahteraan, serta mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah.

O. MASALAH YANG DIHADAPI PERENCANA WILAYAH

Permasalahan yang sering dihadapi perencana wilayah yaitu :

1. Sumber Daya yang Kurang Memadai

Salah satu masalah utama yang menghambat perencanaan pembangunan


adalah kurangnya sumber daya yang memadai. Alokasi sumber daya yang
memadai merupakan faktor krusial dalam perencanaan pembangunan daerah,
namun seringkali terjadi kekurangan alokasi yang dapat menyebabkan proyek
tidak selesai atau tidak berhasil. Sumber daya yang tidak mencukupi juga dapat
mengakibatkan kurangnya waktu dan tenaga kerja, sehingga menyulitkan
penyelesaian proyek dalam jangka waktu yang ditentukan. Selain itu, keterbatasan
sumber daya dapat menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap pendanaan
eksternal, yang mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan
demikian, kurangnya sumber daya yang memadai dapat menghambat perencanaan
dan kemajuan pembangunan secara signifikan.
2. Ketidakstabilan politik dan korupsi

Ketidakstabilan politik dan korupsi merupakan hambatan besar lainnya


dalam perencanaan pembangunan. Korupsi yang merajalela dan ketidakstabilan
politik dapat menurunkan kepercayaan investor, menghambat investasi, dan pada
akhirnya memperlambat pertumbuhan ekonomi. Korupsi juga dapat menyebabkan
alokasi sumber daya yang tidak memadai dan penyalahgunaan dana, yang
selanjutnya menghambat upaya perencanaan pembangunan. Oleh karena itu,
mengatasi ketidakstabilan politik dan korupsi sangat penting untuk keberhasilan
perencanaan pembangunan.

3. Kurangnya data dan informasi untuk perencanaan

Kurangnya data dan informasi untuk perencanaan juga merupakan kendala


utama dalam perencanaan pembangunan. Data dan informasi yang tidak akurat
dapat mengakibatkan perencanaan tidak efektif dan proyek tidak berhasil. Sangat
penting untuk memiliki data dan informasi yang akurat dan terkini untuk membuat
keputusan dan mengembangkan strategi yang efektif. Selain itu, keterampilan dan
keahlian yang tidak memadai dalam analisis dan interpretasi data dapat semakin
menghambat upaya perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, memastikan
ketersediaan data dan informasi yang akurat dan dapat diandalkan sangat penting
untuk keberhasilan perencanaan pembangunan.

4. Ketidakefektifan koordinasi antara Pemerintah dan Sektor Swasta.

Koordinasi yang baik antara pemerintah dan sektor swasta merupakan hal
penting dalam perencanaan pembangunan daerah. Namun, seringkali terjadi
ketidakefektifan dalam koordinasi antara kedua belah pihak. Hal ini dapat
menghambat pencapaian tujuan pembangunan daerah dan memperlambat
implementasi proyek-proyek pembangunan. Sebagai contoh, dalam proyek
pengembangan industri di suatu kawasan, kurangnya koordinasi antara pemerintah
daerah dan sektor swasta dapat menyebabkan keterlambatan dalam perizinan,
konflik kepentingan, dan ketidakjelasan tanggung jawab antara pihak-pihak terkait.

P. KEAHLIAN YANG DIBUTUHKAN MENJADI PERENCANA WILAYAH

Secara umum keahlian di bidang perencanaan wilayah dapat dibedakan


menjadi:
a. Ahli bidang substansi/metode/teknik analisis perencanaan wilayah; dan

b. Ahli bidang bidang ilmu sektoral sesuai dengan bidang/sektor yang direncanakan.

Seorang perencana wilayah juga harus menguasai ilmu perencanaan wilayah


yang secara umum tercakup di dalamnya 3 (tiga) hal pokok, yaitu: substansi
(substance), metode (method), dan alat analisis (tools) (Tarigan, 2009). Dengan
penjelasan singkat masing-masing komponen pokok ilmu perencanaan wilayah
sebagai berikut:

a. Substansi/materi bersangkut paut dengan isi/inti masalah yaitu bagaimana


manusia bertingkah laku dalam ruang wilayah dalam kehidupannya yang unik
dan berbeda satu wilayah dengan wilayah lainnya, dalam rangka menyelenggarakan
kehidupannya, adaptasi, dan mencapai kesejahteraan. Setiap wilayah mempunyai
potensi yang berbeda dengan wilayah lainnya. Cara adaptasi manusia terhadap
kondisi tersebut, serta penerapan prinsip efisiensi untuk mendapatkan kemakmuran
setinggi mungkin dan faktor jarak cukup berpengaruh dalam interaksi antara lokasi
satu dengan yang lainnya. Berbagai cabang ilmu terkait dengan hal tersebut antara
lain: teori lokasi, ruang dan perwilayahan, potensi wilayah dan kesesuaian lahan,
prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya dan khususnya ilmu ekonomi regional;

b. Metode bersangkut paut dengan urut-urutan yang lazim ditempuh manusia dalam
menyusun rencana untuk memanfaatkan ruang dan memperbaiki kehidupannya.
Metode ini terkadang sudah ada yang baku, baik yang sudah ditentukan oleh
pemerintah maupun yang sudah disepakati secara luas;

c. Alat analisis adalah berbagai teknik analisis yang membantu dan memantapkan
metode perencanaan yang diterapkan.Dalam prakteknya ketiga komponen pokok
ilmu perencanaan tersebut tidaklah terpisah secara tegas, terkadang terjadi saling
tumpang tindih (overlapping), sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Sebagai
contoh suatu topik ilmu bisa dikategorikan sebagai substansi apabila digunakan
untuk analisis kondisi saat ini (existing condition), berubah menjadi alat analisis
apabila dipergunakan untuk proyeksi atau untuk mengatur kebijakan di masa
datang.Bidang keahlian seorang perencana wilayah masih harus dilengkapi dengan
pengetahuan pendukung untuk melengkapi kemampuannya meliputi diantaranya
(Tarigan, 2009) :
a. Teori lokasi;

b. Teori ekonomi pembangunan dan ekonomi regional;

c. Teknik analisis aplikatif untuk mengetahui potensi dan struktur ekonomi


wilayah;

d. Metode perencanaan wilayah;

e. Berbagai alat analisis wilayah sesuai topik (proyeksi penduduk, model


gravitasi, linier programming, analisis statistik, decesion theory, metode
pembobotan, dan sebagainya);

f. Pengetahuan tentang sistem dan proses perencanaan dan administrasi


pembangunan, sistem organisasi dan pembiayaan pembangunan;

g. Pengetahuan aspek sosial kemasyarakatan dan budaya;

h. Pengetahuan aspek lingkungan hidup.


BAGIAN III

CONTOH RIIL

Proyek Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Lombok, Indonesia

PENJELASAN

Mandalika adalah proyek pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) yang terletak di
Pulau Lombok, Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk mengubah Mandalika menjadi
destinasi pariwisata berkelas internasional. Kawasan ini mempunyai potensi alam yang indah,
termasuk pantainya yang mempesona, namun sebelumnya belum tergarap secara maksimal.

PERMASALAHAN

1. Kemiskinan dan Pengangguran: Sebagian besar penduduk Mandalika hidup dalam


kondisi perekonomian rendah, dan angka pengangguran masih tinggi.
2. Konservasi Alam: Upaya pembangunan besar-besaran berpotensi merusak lingkungan
alam yang unik, termasuk pantai, hutan, dan ekosistem laut.
3. Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur dasar seperti jalan, listrik dan sanitasi masih
terbatas dan perlu ditingkatkan.

RENCANA PENYELESIAN

1. Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur dasar, antara lain jalan, bandara,


pelabuhan, dan listrik, menjadi prioritas utama. Hal ini akan meningkatkan konektivitas
dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.
2. Pengembangan Hotel dan Resort: Investasi swasta didorong untuk membangun hotel dan
resort berkualitas tinggi untuk menarik wisatawan internasional.
3. Pendidikan dan Pelatihan: Program pendidikan dan pelatihan bagi penduduk setempat
untuk meningkatkan keterampilannya, sehingga dapat bekerja di industri pariwisata yang
sedang berkembang.
4. Konservasi Lingkungan: Kebijakan ketat diterapkan untuk melindungi lingkungan alam,
termasuk penetapan zona konservasi dan pembatasan pembangunan di kawasan rentan.
5. Pengembangan Wisata Budaya : Mendorong pengembangan wisata budaya yang
menjaga warisan budaya lokal dan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat
setempat.

Hasil Pencapaian
1. Mandalika telah mengalami transformasi signifikan menjadi destinasi wisata populer di
Indonesia yang menarik wisatawan domestik dan internasional.
2. Pembangunan infrastruktur telah meningkatkan tingkat konektivitas dan kemudahan
aksesibilitas sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
3. Investasi swasta di hotel dan resort telah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
lokal dan memberikan dorongan ekonomi.
4. Upaya pelestarian lingkungan berhasil menjaga keindahan alam Mandalika sekaligus
mendukung pertumbuhan pariwisata berkelanjutan.
BAGIAN IV

REFERENSI

Bappedalitbang.banjarmasinkota.go.id . (2011). Pengertian Perencanaan, Tujuan


Perencanaan, Prinsip Perencanaan, Filosofi Perencanaan Program.
https://bappedalitbang.banjarmasinkota.go.id/2011/05/pengertian-
perencanaan-tujuan.html?m=1. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Bappenas Official Website. (2023). Terapkan Protokol Masyarakat Produktif Dan Aman
Covid-19,BappenasDorong Contactless Dan Cashless Society.
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/terapkan-
protokolmasyarakat-produktif-dan-aman-covid-19-bappenas-dorong-
contactless-dancashless-society/. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Conyers, D., & Hills, P. J. (1984). An introduction to development planning in the third
world. New York.

Diklat.lpem.org. (2023). Perencanaan Pembanguanan. https://diklat.lpem.org/perencanaan-


pembangunan/. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Djpb.kemenkeu.go.id. (2021). Inilah Beberapa Cara Peningkatan Kualitas Pelayanan


Publik.
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/baturaja/id/data-publikasi/artikel/
2925-inilah-beberapa-cara-peningkatan-kualitas-pelayanan-
publik.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Djunaedi, A. (2014). Pengantar perencanaan wilayah dan kota. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Fajarica, S. D., Teluma, A. R. L., & Safitri, B. V. (2022). Persepsi Masyarakat Sekitar
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Terhadap Informasi Publik
Pembangunan Sirkuit MotoGP. JCommsci-Journal Of Media and
Communication Science, 5(1), 1-11.

Friedman, J., & Alonso, W. (Eds.). (1975). Regional policy: Readings in theory and
applications. Cambridge, MA: The MIT Press.
Gallion, A. B. (1996). Pengantar perancangan kota: Desain dan perencanaan kota: Jil: 1.
Jakarta: Erlangga.

Ipdn.ac.id. (2011). Kajian


Perencanaan.http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-
perencanaan. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Kartasasmita Ginanjar. (1996). Pembangunan untuk rakyat : memadukan pertumbuhan dan


pemerataan. Jakarta: Cides.

Kemhan.go.id. (2019) .Desain organisasi sebagai jawaban terhadap harmonisasi tugas dan
fungsi antar satuan kerja yang sering terlupakan.
https://www.kemhan.go.id/pusbmn/2019/05/23/desain-organisasi-
sebagai-jawaban-terhadap-harmonisasi-tugas-dan-fungsi-antar-satuan-
kerja-yang-sering-terlupakan.html. Diakses tanggal 30 Agustus 2023.

Kuncoro, M. (2018). Perencanaan pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Lewis, W.A. (1966). Development planning. London: Routledge.

Muhyiddin, M. (2020). Covid-19, new normal, dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.


Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal of
Development Planning, 4(2), 240-252.

Muhyiddin, M., & Nugroho, H. (2020). Edisi Khusus tentang Covid-19, New Normal, dan
Perencanaan Pembangunan. Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
Indonesian Journal of Development Planning, 4(2).

Muljarijadi, I. B., & SE, M. (2017). Ruang lingkup perencanaan wilayah. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Prasetyo, A. (2021). Mandalika: Pembangunan proyek termasuk sirkuit dituding melanggar


HAM, ‘Hak belum dipenuhi tapi pembangunan jalan terus, ini
pemaksaan’. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-56197886.
Diakses tanggal 12 September 2023.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional. Jakarta: Legalitas.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R. (2018). Perencanaan dan pengembangan
wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sari, R. (2021). Kontroversi di Balik Pembangunan Mega Proyek Mandalika. DW Indonesia.


https://www.dw.com/id/kontroversi-di-balik-pembangunan-mega-
proyek-mandalika/a-56599981. Diakses tanggal 12 September 2023.

Sjafrizal. (2009). Teknik praktis penyusunan rencana pembangunan daerah. Baduose Media.

Soegijoko, S. (2005). Pembangunan Kota Indonesia Dalam Abad 21 Konsep dan Pendekatan
Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Penerbit URDI–YSS.

Sudharto P Hadi. (2005). Dimensi lingkungan perencanaan pembangunan. Gadjah Mada


University Press.

Sujarto djoko. (1977). Pendekatan pembangunan perkotaan ditinjau dari segi perencanaan
lokal. Balai Pembinaan Administrasi: Universitas Gadjah Mada.

TARIGAN, R. (2009). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, E. (2008). Perencanaan dan strategi pembangunan di Indonesia. Jurnal Ekonomi


Dan Kewirausahaan, 8(1).

Anda mungkin juga menyukai