Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Aditya Rizky Pratama*

Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

ABSTRAK
Pembangunan daerah merupakan adalah tahapan awal yang melibatkan pemangku kepentingan
di dalamnya. Tujuan pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui perencanaan pembangunan
daerah. Dengan menggunakan metode kualitatif dan menggunakan studi literatur sebagai sumber
datanya. Hasil menunjukkan bahwa ada dua temuan dari kasus perencanaan pembangunan
daerah yaitu di daerah Kota Metro Provinsi Lampung dan di daerah Kabupaten Mentawai
provinsi Sumatera Barat dengan tahun anggaran 2012-2017. Kesimpulannya adalah ada
perbedaan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah diantara kota Metro Provinsi
Lampung, di daerah Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, dan Kabupaten Mentawai Provinsi
Sumatera Barat pada tahun anggaran 2012-2017

Kata Kunci : Perencanaan Pembangunan Daerah

PENDAHULUAN
Sebelum suatu pembangunan dilaksanakan, terlebih dahulu harus melalui tahap
perencanaan. Mencocokkan tujuan pembangunan dengan sumber daya yang
tersedia dan alternatif potensial lainnya sangat penting, dan di sinilah perencanaan
masuk. Lalu, apa dan bagaimana perencanaan pembangunan itu. Frasa
"perencanaan pembangunan" telah mengandung beberapa pengertian. UU No. 25
tahun 2004 yang menetapkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
berfungsi sebagai dasar untuk perencanaan pembangunan di Indonesia. Menurut
undang-undang tersebut, perencanaan pembangunan adalah metode untuk
memutuskan tindakan terbaik untuk masa depan dengan mempertimbangkan
sumber daya yang tersedia. Mengikuti konsep ini adalah Peraturan Pemerintah
No. 8/2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Tim Kajian PKP2A III LAN
Samarinda 2010).
Saat ini telah ada kesepakatan yang luas bahwa perencanaan pembangunan
daerah sangat penting untuk mencapai hasil yang terbaik. Penggunaan model dan
teknik perencanaan pembangunan daerah yang efektif akan menghasilkan rencana
pembangunan yang baik. (Nugroho 2004:23).
Karena pentingnya proses perencanaan ini bagi pembangunan daerah,
maka setiap daerah harus mampu mengurangi kesalahan-kesalahan yang berkaitan
dengan pembangunan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembangunan
daerah. Dalam menyusun rencana pembangunannya, setiap daerah memiliki
keunikan permasalahan atau tantangan yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah strategis dan isu-isu umum yang akan dihadapi pemerintah daerah
terkait erat dengan proses perencanaan pembangunan daerah (Setianingsih,
Setyowati, dan Siswidiyanto 2013:1931).
Tergantung pada sumber daya, kebutuhan, dan kapasitas masing-masing
daerah, pembangunan di tingkat regional memiliki penekanan yang berbeda.
Indikator-indikator ekonomi dan sosial yang ada di suatu daerah dapat menjadi
dasar bagi indikator-indikator pembangunan daerah (Pratama 2020).
Masalah pembangunan daerah otonom dapat dilihat dari kinerja yang
dinilai secara aktual sebagai topik pembangunan itu sendiri; kategorisasi indeks
secara keseluruhan atau universal ini mampu mengukur derajat kualitas manusia
suatu negara yang meliputi pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan
daerah otonom (Sumaryadi 2005:5).
Sebaliknya, kesenjangan pembangunan merupakan permasalahan yang
kompleks dihadapi negara Indonesia. Permasalahan kesenjangan yang paling
mencuat di Indonesia antara lain kesenjangan antar daerah, antar sektor, antar
wilayah antara Kawasan Barat Indonesia dengan Kawasan Timur Indonesia,
antara perkotaan dan perdesaan. Kesenjangan tersebut tidak hanya dipandang dari
aspek ekonomi, tapi juga aspek non ekonomi termasuk pemabangunan dalam era
otonomi daerah. Bentuk kesenjangan yang beberapa periode belakangan ini
menjadi isu penting di Indonesia, telah menghasilkan suatu konsekuensi berupa
pemusatan hasil pembangunan pada sebagian wilayah (Kholik 2020:60).
Tentu saja, ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan kegagalan
atau inefisiensi dalam membuat rencana, khususnya dalam merencanakan
pertumbuhan daerah. Yang pertama adalah masih adanya ego sektoral di kalangan
aparat pemerintah dalam melaksanakan operasi pembangunan. Kedua, pemisahan
antara penganggaran dengan perencanaan. Ketiga, karena keterlibatan masyarakat
dalam pembuatan rencana pembangunan belum sepenuhnya dimanfaatkan, maka
sebagian besar rencana masih merupakan hasil perencanaan dari atas ke bawah
(top-down) (Sjafrizal 2014). Dari sinilah saya tertarik membuat sebuah paper ini
dengan judul perencanaan pembangunan daerah beserta studi kasusnya.

KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah
Dasar di balik perencanaan pembangunan adalah bahwa hal itu merupakan
proses jangka panjang dan berkelanjutan yang melibatkan kebijakan para
pengambil keputusan yang disusun secara metodis dan berdasarkan sumber daya
yang mudah diakses. (Soekartawi 1990:3).
Perencanaan Pembangunan Daerah adalah proses penyusunan tahapan-
tahapan tindakan yang mengikutsertakan berbagai pemangku kepentingan dalam
rangka pemanfaatan dan pendistribusian sumber daya guna meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah atau daerah dalam jangka
waktu tertentu. (Perda No 4 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah).

Tujuan Perencanaan Pembangunan Daerah


Pemecahan masalah yang muncul dalam skala regional merupakan tujuan
dari perencanaan pembangunan daerah. Isu-isu regional tidak diragukan lagi
berbeda dari isu-isu nasional, dan UU No. 32 tahun 2004 dan Peraturan
Pemerintahnya telah menetapkan pedoman bagi setiap tingkat pemerintahan
mengenai tanggung jawab mereka dalam situasi ini. (Purwadi 2013:94).
Lebih jauh lagi, tujuan perencanaan pembangunan adalah untuk
menciptakan rencana pembangunan yang berfungsi sebagai peta jalan atau titik
acuan bagi pemerintah daerah ketika mereka melaksanakan pembangunan
berdasarkan kemampuan dan potensi sumber daya lokal dan kemungkinan
ekonomi yang ada saat ini, yang memungkinkan eksploitasi peluang-peluang
tersebut dengan cepat. Selain itu, diantisipasi bahwa manfaatnya akan
meningkatkan kualitas hidup dan standar hidup masyarakat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan daerah yang cepat dan berkelanjutan dan
masyarakat dapat menikmati kualitas hidup yang lebih tinggi dari sebelumnya
(Mahi dan Trigunarso 2017:48).

Manfaat Perencanaan Pembangunan Daerah


Manfaat perencanaan pembangunan daerah adalah sebagai berikut (Bastian
2009):
1. Sebagai bahan estimasi dalam rangka memilih opsi terbaik untuk skala
penggunaan sumber daya yang tersedia.
2. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan.
3. Sebagai alat untuk mengukur, standar untuk pengawasan atau evaluasi.

Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah


Menurut Bery dalam (Mahi dan Trigunarso 2017:1–2) , prinsip-pinsip
perencanaan perkotaan, yang dapat diterapkan pada perencanaan secara umum,
menyebutkan dalam tiga prinsip, yaitu;
1. Ameliorative Problem Solving adalah perencanaan yang didasarkan pada
masalah yang ada dan seringkali bersifat jangka pendek.
2. Modifikasi Trend Modification; perencanaan berdasarkan tren yang ada
untuk meramalkan kesulitan di masa depan; akibatnya, perencanaan
berorientasi pada masa depan.
3. Exploitative Opportunity Seeking; perencanaan mengabaikan potensi
masalah di masa depan demi menilai dengan cepat setiap peluang baru
yang muncul dengan sendirinya.

Siklus Teoritis Perencanaan


Dengan model sistem yang memiliki komponen-komponen yang dapat
dikarakteristikkan sebagai, proses perencanaan dapat didekati menurut (Mahi dan
Trigunarso 2017:4–5), sebagai berikut:
a. Tentukan tujuan dan sasaran perencanaan dengan mendiagnosis masalah,
mendefinisikannya secara tepat melalui masalah-masalah terkait,
menemukan masalah pengganti yang terbaik, dan banyak lagi..
b. Perumusan tujuan sangat bergantung pada kemampuan untuk menciptakan
masalah, oleh karena itu penciptaan masalah yang jelas dan tepat akan
membantu dalam perumusan tujuan yang tepat dan jelas. Sebelum
membuat rencana lebih lanjut, perumusan tujuan ini merupakan fase yang
harus diselesaikan.
c. Proyeksi dan estimasi adalah perhitungan yang berbeda dari keuntungan
atau kerugian dari berbagai opsi dan potensi perkembangan di masa depan.
Keakuratan data dan informasi yang digunakan untuk mendukung prediksi
dan prakiraan, serta sifat fenomena yang sedang berlangsung yang sedang
dipelajari, akan menentukan apakah mereka cocok untuk digunakan..
d. Pengembangan alternatif; keragaman alternatif yang dipertimbangkan
selama proses ini menentukan kualitas keputusan perencanaan yang akan
dibuat; sebagai akibatnya, kualitas keputusan ditentukan oleh pilihan-
pilihan alternatif yang tersedia
e. Perencanaan sangat penting dalam proses ini, karena analisis kelayakan,
faktor politik, ekonomi, dan sosial dari berbagai kemungkinan dalam
membuat keputusan terus dikaji.
f. Evaluasi, melakukan evaluasi ulang dari sekian banyak alternatif yang
telah dipilih, untuk menemukan mana yang akan dapat menjamin bahwa
alternatif tersebut akan mendukung perencanaan yang efektif, efisiensi
dengan premis bahwa pilihan mana yang dapat memberikan lebih banyak
keuntungan dengan biaya yang lebih sedikit.
g. Implementasi memerlukan komitmen politik yang kuat, yang tampaknya
merupakan persyaratan utama untuk keberhasilan implementasi keputusan
apa pun.

METODE PENELITIAN
Penelitian semacam ini dikategorikan sebagai kualitatif. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain,
secara holistik dan melalui deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah, dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Barlian 2016:60). Dengan mempelajari buku-buku, catatan-catatan,
laporan-laporan, dan literatur-literatur serta memikirkan bagaimana masalah-
masalah yang disajikan oleh para peneliti berhubungan satu sama lain, studi
literatur digunakan sebagai pendekatan pengumpulan data (Nazir 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Metro Provinsi Lampung


Kolaborasi beberapa pemangku kepentingan yang bekerja untuk memajukan
pembangunan pemerintah daerah sangat penting dalam proses perencanaan
pembangunan daerah. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya proses
perencanaan pembangunan daerah adalah keterlibatan masyarakat dan stakeholder
terkait. Bappeda Kota Metro merumuskan perencanaan pembangunan daerah
dengan melewati banyak tahapan proses pendekatan di Kota Metro. Berikut ini
beberapa strategi yang digunakan oleh Bappeda Kota Metro dalam proses
perencanaan pembangunan daerah, menurut wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan kepala Bappeda Kota Metro :
a. Pendekatan Teknokratik, Pendekatan teknokratik dalam perencanaan
pembangunan daerah dilaksanakan dengan menggunakan metode dan
kerangka berfikir ilmiah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
daerah.
b. Pendekatan Partisipatif, Pendekatan Partisipatif dipraktikkan dengan
melibatkan banyak pemangku kepentingan.
c. Pendekatan politik diwujudkan dengan memasukkan visi dan tujuan
Kepala Daerah terpilih ke dalam dokumen perencanaan pembangunan
jangka menengah berbasis diskusi.
d. Pendekatan Bottom-Up merupakan hasil dari perencanaan terkoordinasi
yang dilakukan dalam musyawarah pembangunan yang dilakukan di
semua tingkatan, mulai dari Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,
Provinsi, hingga Nasional.
Bappeda Kota Metro juga berkonsultasi dengan peraturan perundangan
yang relevan dalam merencanakan pembangunan daerah Kota Metro sehingga
memiliki landasan hukum yang kuat, terkoordinasi dalam pelaksanaannya, dan
tidak bertentangan dengan arahan kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi Lampung.
Kemampuan Pemerintah Daerah Kota Metro dalam merencanakan
pembangunan daerah dalam satu tahun kerja dengan perencanaan pembangunan
yang matang dan lengkap serta tidak bertentangan dengan arahan kebijakan
Pemerintah Pusat dan Provinsi Lampung merupakan indikator kunci seberapa
baik kebijakan RKPD Kota Metro dilaksanakan. Hal ini memungkinkan
pemerintah daerah untuk menyederhanakan anggaran daerah sehingga sesuai dan
tepat sasaran. (Heldan, Malik, dan Pratito 2021).

2. Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Mentawai Sumatera


Barat pada tahun 2012-2017
Kegiatan seperti Musrenbang, yang diprakarsai oleh pemerintah daerah
Kabupaten Mentawai pada tahun 2016, dapat digunakan untuk melibatkan
masyarakat. Danis Hidayat Sumadilaga, staf ahli dari Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Komisaris PT Wiskita Karya, dan Direktur Bio-
Energi dari Kementerian Sumber Daya Manusia, semuanya menghadiri
Musrenbang. Musrenbang telah melalui proses perencanaan yang berlarut-larut,
dimulai dengan Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan, dan Forum
Gabungan SKPD yang dilakukan beberapa waktu yang lalu, untuk memahami
ambisi masyarakat. Pemerintah akan melaksanakan rencana RPJMD, menurut
Bupati Yudas Sabaggalet, agar dapat memenuhi permintaan masyarakat yang
menginginkan kebutuhannya terpenuhi saat ini. Selain itu, Yudas mengatakan
bahwa selama empat tahun menjabat, ia telah meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pemerintah akan meningkatkan infrastruktur masyarakat, program
pendidikan, dan fasilitas kesehatan tahun ini.
Perencanaan RPJMD adalah contoh bagaimana kebijakan dan aturan
menghasilkan strategi top-down. Adanya kebijakan pemerintah daerah di
Mentawai yang mendorong strategi top-down, termasuk eksploitasi hutan yang
luas dan jangka panjang di wilayah Goisok Oinan oleh polisi dan militer, dan
selanjutnya giliran mereka yang ingin menebang pohon untuk membangun rumah
atau ingin memulai perusahaan kayu tetapi dianggap melanggar hukum oleh
pemerintah. Isu ketimpangan kebijakan ini tidak hanya berdampak pada Goisok
Oinan, tetapi juga berdampak pada sejumlah lokasi di Mentawai, termasuk
Matobe, Betumonga, Saureinu, Katiet, dan Sioban. Isu ini tampaknya merupakan
isu yang aktual. Di Kabupaten Mentawai, banyak sekali masyarakat yang
keberatan jika tanah mereka dieksploitasi tanpa persetujuan mereka, seperti yang
peneliti temukan ketika sering berkunjung ke kantor Bupati. Kami sebenarnya
sudah beberapa kali bertemu dengan kepala eksekutif daerah untuk membahas
masalah properti milik masyarakat, tetapi belum ada keputusan atau kesimpulan
yang jelas sampai sekarang (Juanti 2020:87).

3. Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Probolinggo Jawa


Timur
Perencanaan pembangunan daerah Kota Probolinggo merupakan
komponen penting dalam pembangunan nasional dan harus dilakukan secara
seimbang dan terkoordinasi untuk mendorong pertumbuhan yang harmonis antar
daerah dan menghindari terkikisnya semangat kekuatan daerah. Menurut Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang telah
mengalami sejumlah amandemen, yang terbaru adalah Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015, desentralisasi dilakukan. Oleh karena itu, dokumen RPJPD, RPJMD,
dan RKPD harus dapat diakses ketika membuat rencana. Perencanaan
pembangunan Kabupaten Probolinggo merupakan hasil dari upaya-upaya yang
metodis, menyeluruh, terkoordinasi, dan berlangsung lama. Setiap OPD
menyadari manfaat dari perencanaan, dan para pemangku kepentingan dapat
memanfaatkan atau mengoptimalkan semua sumber daya yang dialokasikan
dalam rencana pembangunan secara optimal, efisien, efisien, dan bertanggung
jawab. Dengan demikian, dampak dari perencanaan pembangunan dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Probolinggo secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Probolinggo senantiasa
memprioritaskan kegiatan perencanaan yang efektif dan efisien dalam
pelaksanaan pembangunan daerah.
Menurut Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan peraturan
perundangan nasional lainnya, prosedur perencanaan pemerintah Kabupaten
Probolinggo kemudian mengambil bentuk rencana pembangunan yang berfungsi
sebagai dasar untuk berbagai jenis pembangunan tahunan. Prioritas pembangunan
daerah, kerangka kerja daerah untuk pertumbuhan ekonomi, rencana kerja
pemerintah daerah, dan subsidi untuk proyek-proyek yang terkait dengan kertas
rencana kerja, semuanya tercakup dalam RKPD (Aisyah 2021).

KESIMPULAN
Dari beberapa pembahasan di atas maka disimpulkan bahwa:
1. Perencanaan pembangunan daerah kota Metro memiliki empat pendekatan
diatas untuk dasar-dasar perencanaan pembangunan.
2. Perencanaan pembangunan di Kabupaten Mentawai jika mulai
direncanakan pembangunan harus ada keterlibatan pimpinan daerah
Sumatera Barat.
3. Perencanaan pembangunan di Kabupaten Probolinggo harus dokumen
RPJPD, RPJMD, dan RKPD harus dapat diakses ketika membuat rencana.
Perencanaan pembangunan Kabupaten Probolinggo merupakan hasil dari
upaya-upaya yang metodis, menyeluruh, terkoordinasi, dan berlangsung
lama.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Rika Nur. 2021. “Efektivitas Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Probolinggo.” Jurnal Sosial Politik Integratif 1(1):39–49.

Barlian, Eri. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Padang:


Sukabina Press.

Bastian, Indra. 2009. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan


Daerah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Heldan, Elip, Malik Malik, dan Muhammad Ario Pratito. 2021. “Efektivitas
Implementasi Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah (Studi Kasus
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Metro).” Jurnal Kebijakan Dan
Pelayanan Publik 7(2).
Juanti, Meyer. 2020. “Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan
Mentawai Tahun 2012-2017.” Jurnal Demokrasi Dan Politik Lokal
2(1):78–92. doi: 10.25077/jdpl.2.1.78-92.2020.

Kholik, Saeful. 2020. “Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi


Daerah.” Jurnal Hukum Mimbar Justitia 6(1):56–70. doi:
10.35194/jhmj.v6i1.1023.

Mahi, A. K., dan S. I. Trigunarso. 2017. Perencanaan Pembangunan Daerah


Teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana.

Nazir, M. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nugroho. 2004. “Model Ekonomi Basis untuk Perencanaan Pembangunan


Daerah.” Dinamika Pembangunan 1(1):23–30.

Pratama, C. D. 2020. “Indikator Keberhasilan Pembangunan Ekonomi.” Kompas.

Purwadi, Ari. 2013. “Harmonisasi Pengaturan Perencanaan Pembangunan Antara


Pusat dan Daerah Era Otonomi Daerah.” Perspektif 18(2):86–96. doi:
10.30742/perspektif.v18i2.117.

Setianingsih, Budhi, Endah Setyowati, dan Siswidiyanto. 2013. “Efektivitas


Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SIMRENDA).” Jurnal
Administrasi Publik 3(11):1930–36.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi Daerah.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi. 1990. Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Rajawali


Press.

Sumaryadi, I. N. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom Dan


Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Citra Utama.

Tim Kajian PKP2A III LAN Samarinda. 2010. “Efektivitas Perencanaan


Pembangunan Daerah di Kalimantan.” Jurnal Borneo Administrator 6(10).

Anda mungkin juga menyukai