Dosen Pengampu
Disusun Oleh
Npm : 1952057
UNIVERSITAS BATURAJA
TAHUN AJARAN
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini .Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi. Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan
yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka
data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang
diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Struktur
dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek(tahunan),
sehingga dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan
wilayah yaitu apa yang disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana
Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua
puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini
kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi
waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang
disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)yang memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencanakerja, dan pendanaannya, baik yang
partisipasi masyarakat.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan informasi dalam
Bab II
TTINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik
eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan, proses perencanaan merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam rangka
mencapai sebuah kestabilan. Sehingga setiap aktivitas yang ada di dalamnya merupakan
usaha yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai satu kondisi keseimbangan dalam
konteks problem solving, future oriented dan resource allocation. Sistem perencanaan
nasional dirancang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan mengikat semua
memuat : (1) Perencanaan Pusat; dan (2) Perencanaan Daerah. Di dalam era otonomi, campur
tangan pemerintah pusat semakin berkurang dan daerah diberikan kewenangan yang lebih
pembangunan daerah yang semula lebih bersifat sektoral berubah menjadi lebih bersifat
dan karakteristik khusus daerah. Sedangkan perencanaan nasional lebih banyak bersifat
makro dan hanya akan memberikan arah dan sasaran umum agar pembangunan daerah dapat
pembangunan yang bersifat nasional. UU no. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
perencanaan pembangunan yang dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan
antara lain adalah mewujudkan keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran serta
Salah satu kelemahan utama yang dirasakan selama ini dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional dan daerah di Indonesia adalah Kurangnya keterpaduan, baik lintas
sektoral, antar provinsi dengan nasional, antar sesama provinsi yang berdekatan, serta antar1
2
kabupaten/kota. Akibatnya masing-masing program pembangunan yang ditetapkan menjadi
kurang saling mendukung satu sama lain sehingga sinergi yang diharapkan akan dapat
menjadi makin serius dan bahkan dapat dikatakan cenderung menjadi tidak terkendali secara
1
UU no. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disusun
pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan di masa lalu
2
Andi erwing, kebijakan penanggulangan kemiskinan (Jakarta: Fisip UI, 2010), hal. 8.
nasional. Pelaksanaan otonomi daerah secara tidak terduga ternyata telah mendorong
nasional dan daerah, antar masing-masing daerah serta masing-masing instansi pemerintah
yang terlibat. Koordinasi pembangunan jangka panjang secara nasional dilakukan melalui
penyusunan RPJP Nasional periode 20 tahun. RPJP Nasional ini berisi vis, misi, dan arah
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. RPJP
Jangka Menengah (RPJM) Nasional untuk periode 5 tahun. RPJM Nasional ini memuat
nasional secara menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal dan kerangka pendanaan. RPJM
Nasional tersebut selanjutnya dijadikan dasar utama untuk penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) yang merupakan Rencana Tahunan (Annual Planning) yang bersifat
operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. RKP tersebut
Pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten/kota, UU SPPN 2004 juga mengamanatkan
keterkaitan yang sama antar perencanaan guna mewujudkan keterpaduan dan sinergi dalam
proses pembangunan. Setelah gambaran umum tentang dokumen perencanaan pada tingkat
nasional diperoleh, maka masing-masing daerah diwajibkan pula untuk menyusun beberapa
ekonomi dan kekhususan sosial budaya daerah harus diperhitungkan secara sempurna.
Karena itu, dapat dipahami bahwa RPJP Daerah tersebut akan sangat bervariasi satu sama
lain, tetapi sejalan dan tidak bertentangan dengan RPJP Nasional. Dengan mempedomani
rancangan RPJP Daerah yang telah selesai disusun, Pemerintah Daerah diwajibkan pula
menyusun RPJM Daerah yang berisikan arah dan strategi kebijakan pembangunan daerah
program kerja satuan perangkat daerah, baik yang bersifat lintas sektoral maupun lintas
wilayah. Termasuk dalam RPJM Daerah ini adalah rencana kerja dan kerangka regulasi dan
pendanaan yang bersifat indikatif. Agar perencanaan menjadi lebih konkrit, maka target-
target yang ditetapkan perlu diusahakan secara kuantitatif, walaupun disadari hal ini tidak
dapat dilakukan untuk semua sektor. Target yang bersifat kuantitatif tersebut nantinya juga
akan sangat diperlukan pada waktu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan
pelaksanaan program. Rancangan RPJM Daerah yang telah selesai selanjutnya dijadikan
dasar untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana
tahunan (Annual Planning) bersifat operasional. RKPD pada dasarnya merupakan jabaran
dari RPJM Daerah yang berisikan rencana kerja pembangunan daerah, prioritas, dan program
maupun tidak langsung oleh pemerintah daerah untuk tahun yang bersangkutan. Peranan
pembangunan jangka menengah yang kurang operasional dengan perencanaan anggaran yang
sangat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Dengan
adanya RKPD tersebut maka akan terdapat keterpaduan antara perencanaan, program dan
pendanaan sesuai dengan prinsip Ilmu Perencanaan yaitu Planning, Programming and
Budgeting System. Disini jelas terlihat bahwa UU 25 tahun 2004 berupaya untuk
mewujudkan perencanaan pembangunanm terpadu, baik pada tingkat nasional maupun pada
tingkat daerah melalui keterkaitan yang erat antara RPJP, RPJM, Renstra KL, dan Renja KL
Bab III
PEMBAHASAN
Belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai pengertian istilah
Perencanaan sering disamakan dengan sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis,
dan campuran. Setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan
juga sebagai perencanaan. Perencanaan dapat dikatakan sebagai: Teknik atau cara untuk
mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah
dirumuskan oleh badan perencana pusat. Menurut Mochamad Hatta, tujuan perencanaan
adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya
dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro, perencanaan pada asasnya berkisar
pada dua hal : pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan. Yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien
serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang
meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-
ukuran atau kriteria kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula. Namun
demikian, walaupun tidak ada kesepakatan pendapat di antara para ahli ekonomi, mereka
tetap sependapat bahwa perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan
perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan
tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula. Perencanaan pembangunan ditandai
dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang
ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam
b) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
c) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali disebut
kegiatan-kegiatan pembangunan.
Perencanaan berasal dari kata rencana,yang artinya rancangan atau rangka sesuatu
yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa
komponen penting , yakni tujuan (apa yang ingin dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk
3
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999, hlm. 12.
Pintarekonomi, 2017, teori-teori pembangunan ekonom
Apapun yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan dimasa depan (untuk
masa depan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi)
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua asapek , yaitu
dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat rencana itu adalah sebagai pedoman
Menurut Terry (dalam Riyadi, 2005 : 3), perencanaan adalah upaya untuk memilih
masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan
Defenisi perencanaan dapat diartikan hubunggan antara apa yang ada sekarang (what
is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan
berikut :
a) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini merupakan
dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam unsur-unsur pokok
b) Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai variabel-
tujuan pembangunan.
prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa
tujuan.
pengawasan evaluasi.
paradigma perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif mengarah kepada
Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional dimaksud upaya yang dilaksanakan oleh
semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
4
Prof. Firmanzah, PhD, Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI
Sumber: Metro Kolom | Sabtu, 20 maret 2022
Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun
berkelanjutan
4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke
Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada
pergeseran nilai, pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang terjadi
setelah reformasi meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik, dari pendekatan
top down menjadi bottom up sudah jelas dampak langsungnya adalah diberikannya
kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.
tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem perencanaan
pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu untuk dimantapkan dan
daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2),
dengan jenjang
perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka
telah mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945
tersebut, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan
kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan nasional; dan (3) diperkuatnya otonomi daerah dan
ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Ketetapan MPR ini menjadi landasan hukum bagi
Presiden untuk dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan
Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya
bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab ini
menyangkut masalah proses pengerjaan, pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat,
bangsa dan negara, maka terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang
pada gilirannya akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan
nasional.
Menurut Growth (1960) teori pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan menjadi beberapa
tahap yaitu:
Masyarakat menciptakan produksi yang amat rendah sehingga pendapatan per kapita
yang kurang pemerataan, di bidang pertanian sumber tenaga mesin sangat kurang maka
masyarakat atau pemerintah bahan memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai
b. Masyarakat Dewasa
Tahap masyarakat dewasa dalam arti masyarakat yang mampu memilih dan memberi
respon terhadap perubahan dan mampu mengendalikan masa depannya sehingga tidak
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi sangat penting
artinya bagi upaya meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Semangat seperti itulah yang saat ini terus bergulir ditengah-tengah masyarakat, meskipun
dalam prakteknya belum sebagaimana yang diharapkan banyak pihak. Barangkali itulah
proses yang harus dilalui secara bertahap dan berkesinambungan untuk bisa menghasilkan
sesuatu yang lebih baik. Kalau merujuk pada UU No 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi
daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
undangan. Dengan kata lain bahwa otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk
mengatur urusan rumah tangganya sendiri, termasuk bagaimana suatu daerah melakukan
Surakarta sejak tahun 2001 telah mencoba melakukan perencanaan pembangunan partisipatif
tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut
dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu
saja disana-sini masih terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun
umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga
(bottom-up approach). Nampaknya mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah
pembangunan yang melibatkan semua unsur / komponen yang ada dalam masyarakat tanpa
membeda-bedakan ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan, tersebut paling tidak
merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati dan dikembangkan secara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan
merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang harus dituruti jika
didampingi dengan peganggaran karena tanpa penganggaran suatu kegiatan itu tidak dapat
dijalankan. Anggaran adalah suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi
keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung
besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana
yang matang. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu
dapat diwujudkan dengan cara mengubah struktur ekonomi yang terdahulu dan berusaha
proses sistem perencanaan dengan tujuan menjamin adanya keterkaitan dan kosistensi antara
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan
yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka
data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang
diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Menghadapi
kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat
pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang
dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu
Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa saran dalam mengatasi masalah
dengan teliti dan harus tau apa yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh masyarakat.
2. Bappeda mestinya dapat menerima aspirasi masyarakat yang akan dikembangkan menjadi
Abe, Alexader, 2002, Perencanaan daerah partisipatif, Penerbit Pondok Edukasi, Solo
Abdul Gafar S, 2013, Jurnal Pembangunan Daerah Vol. I Edisi, CDR Potensi yang terbaik
dalam Pembangunan Daerah, Kegiatan membangun sekitar areal kerja Perusahaan atau
Tri Pranadji, 2011, Jurnal Pembangunan Daerah Vol.XV/EDISI 03/2011 Pertanian dalam
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,
Pembangunan Daerah;
Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 40 Tahun 2012 tentang Tatacara Perhitungan Pagu