Anda di halaman 1dari 26

PERENCANAAN PEMERINTAHAN

DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Dosen Pengampu

Herni Ramayanti M.Si

Disusun Oleh

Nama: Niken Selli Dwi Putri

Npm : 1952057

UNIVERSITAS BATURAJA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

TAHUN AJARAN

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Bab I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

Bab II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan Ekonomi

B. Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan

Bab III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

B. Teori- Teori Perencanaan Pembangunan Ekonomi

B. Unsur- Unsur Perencanaan Pembangunan Ekonomi

C. Fungsi Perencanaan Pembangunan Ekonomi

D. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan

E. Sistem Perencanaan Pembangunan

F. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional

G. Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional

H. Perencanaan Pembangungan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan


I. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Bab IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya

kami dapat menyelesaikan makalah ini .Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan

kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga

kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.

Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu

rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,

sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik

lagi. Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari

aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni

didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan

saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas

di kemudian hari.

Baturaja, 08 Maret 2022


Penulis
Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan

perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan

yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka

terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan

data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang

diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Struktur

perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi waktunyaberdasarkan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

dibagi menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek(tahunan),

sehingga dengan Undang-Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan

wilayah yaitu apa yang disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis

Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat

Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya. Perencanaan pembangunan daerah seperti

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah

untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua

puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini

kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang berdurasi

waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan

daerah, kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai
dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang

disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)yang memuat rancangan kerangka

ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencanakerja, dan pendanaannya, baik yang

dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong

partisipasi masyarakat.

B. Rumusan Masalah.

a. Apakah Perencanaan Pembangunan Ekonomi Itu?

b. Apa saja Aspek Legal Perencanaan Pembangunan?

c. Apa Sistem Perencanaan Pembangunan?

d. Bagaimana Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional?

e. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Nasional Menurut Teori Tradisional?

f. Bagaimana Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan?

g. Bagaimana Cara Perencanaan Pembangunan Partisipatif?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan ekonomi.

b. Untuk mengetahui aspek perencanaan pembangunan.

c. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan nasional dan tradisional.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan informasi dalam

menentukan kebijakan pengembangan potensi ekonomi dan dapat digunakan sebagai

tambahan masukan dan menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

Bab II

TTINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Perencanaan Pembangunan

Perencanaan menurut Abe (2001, 43) tidak lain dari susunan (rumusan) sistematik

mengenai langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor

eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Sedangkan, proses perencanaan merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam rangka

mencapai sebuah kestabilan. Sehingga setiap aktivitas yang ada di dalamnya merupakan

usaha yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai satu kondisi keseimbangan dalam

konteks problem solving, future oriented dan resource allocation. Sistem perencanaan

nasional dirancang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia dan mengikat semua

tingkatan pemerintahan. Namun, masing-masing rencana memiliki cakupan dana berbeda-

beda. Dilihat dari tingkatan pemerintahan, sistem perencanaan pembangunan nasional

memuat : (1) Perencanaan Pusat; dan (2) Perencanaan Daerah. Di dalam era otonomi, campur

tangan pemerintah pusat semakin berkurang dan daerah diberikan kewenangan yang lebih

besar untuk mengelola pembangunan di daerahnya masing-masing, maka sistem perencanaan

pembangunan daerah yang semula lebih bersifat sektoral berubah menjadi lebih bersifat

regional. Perencanaan pembangunan daerah sekarang lebih banyak memperhatikan potensi

dan karakteristik khusus daerah. Sedangkan perencanaan nasional lebih banyak bersifat
makro dan hanya akan memberikan arah dan sasaran umum agar pembangunan daerah dapat

dikoordinasikan dengan baik dan efisien.

Disamping itu, perencanaan makro hanya ditekankan pada masalah-masalah utama

pembangunan yang bersifat nasional. UU no. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional disusun pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan

perencanaan pembangunan yang dirasakan dimasa lalu. Sasaran perbaikan yang diharapkan

antara lain adalah mewujudkan keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran serta

untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan partisipasi masyarakat dalam penyusunan

perencanaan melalui acara Musrenbang.

B. Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan

Salah satu kelemahan utama yang dirasakan selama ini dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional dan daerah di Indonesia adalah Kurangnya keterpaduan, baik lintas

sektoral, antar provinsi dengan nasional, antar sesama provinsi yang berdekatan, serta antar1
2
kabupaten/kota. Akibatnya masing-masing program pembangunan yang ditetapkan menjadi

kurang saling mendukung satu sama lain sehingga sinergi yang diharapkan akan dapat

mendorong proses pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dimanfaatkan secara

maksimal. Permasalahan semakin serius dengan diterapkannya otonomi daerah dimana

masing-masing daerah cenderung mementingkan daerah masing-masing sehingga melupakan

kepentingan nasional. Kondisi ini selanjutnya menyebabkan kurang terarahnya kegiatan

pembangunan daerah untuk mencapai tujuan nasional pembangunan Indonesia secara

keseluruhan. Dalam era otonomi daerah, masalah ketidakterpaduan perencanaan pembanguan

menjadi makin serius dan bahkan dapat dikatakan cenderung menjadi tidak terkendali secara

1
UU no. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disusun
pemerintah untuk memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan di masa lalu
2
Andi erwing, kebijakan penanggulangan kemiskinan (Jakarta: Fisip UI, 2010), hal. 8.
nasional. Pelaksanaan otonomi daerah secara tidak terduga ternyata telah mendorong

terjadinya ego daerah dan ego kesukuan.

Tujuan utama UU 25 tahun 2004 adalah untuk meningkatkan kembali koordinasi

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Koordinasi tersebut baik antara perencanaan

nasional dan daerah, antar masing-masing daerah serta masing-masing instansi pemerintah

yang terlibat. Koordinasi pembangunan jangka panjang secara nasional dilakukan melalui

penyusunan RPJP Nasional periode 20 tahun. RPJP Nasional ini berisi vis, misi, dan arah

pembangunan secara nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan terbentuknya

pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. RPJP

Nasional ini selanjutnya dijadikan landasan utama penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional untuk periode 5 tahun. RPJM Nasional ini memuat

strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program kementerian/lembaga, program

kewilayahan serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian

nasional secara menyeluruh, termasuk kebijakan fiskal dan kerangka pendanaan. RPJM

Nasional tersebut selanjutnya dijadikan dasar utama untuk penyusunan Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) yang merupakan Rencana Tahunan (Annual Planning) yang bersifat

operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. RKP tersebut

berisikan prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro, program

kemeterian/lembaga, program kewilayahan dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten/kota, UU SPPN 2004 juga mengamanatkan

keterkaitan yang sama antar perencanaan guna mewujudkan keterpaduan dan sinergi dalam

proses pembangunan. Setelah gambaran umum tentang dokumen perencanaan pada tingkat

nasional diperoleh, maka masing-masing daerah diwajibkan pula untuk menyusun beberapa

dokumen perencanaan berikutnya. Dengan berpedoman pada rancangan RPJP Nasional,

Pemerintah daerah di seluruh Indonesia dengan dibantu oleh masing-masing BAPPEDA


diwajibkan menyusun RPJP Daerah. Dalam menyusun RPJP Daerah tersebut, potensi

ekonomi dan kekhususan sosial budaya daerah harus diperhitungkan secara sempurna.

Karena itu, dapat dipahami bahwa RPJP Daerah tersebut akan sangat bervariasi satu sama

lain, tetapi sejalan dan tidak bertentangan dengan RPJP Nasional. Dengan mempedomani

rancangan RPJP Daerah yang telah selesai disusun, Pemerintah Daerah diwajibkan pula

menyusun RPJM Daerah yang berisikan arah dan strategi kebijakan pembangunan daerah

program kerja satuan perangkat daerah, baik yang bersifat lintas sektoral maupun lintas

wilayah. Termasuk dalam RPJM Daerah ini adalah rencana kerja dan kerangka regulasi dan

pendanaan yang bersifat indikatif. Agar perencanaan menjadi lebih konkrit, maka target-

target yang ditetapkan perlu diusahakan secara kuantitatif, walaupun disadari hal ini tidak

dapat dilakukan untuk semua sektor. Target yang bersifat kuantitatif tersebut nantinya juga

akan sangat diperlukan pada waktu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan

pelaksanaan program. Rancangan RPJM Daerah yang telah selesai selanjutnya dijadikan

dasar untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana

tahunan (Annual Planning) bersifat operasional. RKPD pada dasarnya merupakan jabaran

dari RPJM Daerah yang berisikan rencana kerja pembangunan daerah, prioritas, dan program

pembangunan daerah, berikut pendanaannya, baik yang dilaksanakan secara langsung

maupun tidak langsung oleh pemerintah daerah untuk tahun yang bersangkutan. Peranan

RKPD demikian penting karena dokumen perencanaan ini memadukan perencanaan

pembangunan jangka menengah yang kurang operasional dengan perencanaan anggaran yang

sangat operasional sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Dengan

adanya RKPD tersebut maka akan terdapat keterpaduan antara perencanaan, program dan

pendanaan sesuai dengan prinsip Ilmu Perencanaan yaitu Planning, Programming and

Budgeting System. Disini jelas terlihat bahwa UU 25 tahun 2004 berupaya untuk

mewujudkan perencanaan pembangunanm terpadu, baik pada tingkat nasional maupun pada
tingkat daerah melalui keterkaitan yang erat antara RPJP, RPJM, Renstra KL, dan Renja KL

dan penyusunan anggaran.

Bab III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai pengertian istilah

perencanaan ekonomi (pembangunan). Di kepustakaan ekonomi istilah tersebut sangat lentur.

Perencanaan sering disamakan dengan sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis,

dan campuran. Setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan

juga sebagai perencanaan. Perencanaan dapat dikatakan sebagai: Teknik atau cara untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah

dirumuskan oleh badan perencana pusat. Menurut Mochamad Hatta, tujuan perencanaan

adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya

dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro, perencanaan pada asasnya berkisar

pada dua hal : pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang

hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang

bersangkutan. Yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien

serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang

meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-

ukuran atau kriteria kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula. Namun
demikian, walaupun tidak ada kesepakatan pendapat di antara para ahli ekonomi, mereka

tetap sependapat bahwa perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan

perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan

tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula. Perencanaan pembangunan ditandai

dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang

bersifat pembangunan ter-tentu. Inilah yang membedakan perencanaan pembangunan dengan

perencanaan-perencanaan yang lain.

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan :

a) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial

ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam

usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.

b) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.

c) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali disebut

sebagai usaha diversifikasi ekonomi.

d) Usaha perluasan kesempatan kerja.

e) Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice. 3

f) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang

kegiatan-kegiatan pembangunan.

g) Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

B. Teori- Teori Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Perencanaan berasal dari kata rencana,yang artinya rancangan atau rangka sesuatu

yang akan dikerjakan. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa

komponen penting , yakni tujuan (apa yang ingin dicapai), kegiatan (tindakan-tindakan untuk

merealisasikan tujuan) dan waktu(kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan).

3
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta, 1999, hlm. 12.
Pintarekonomi, 2017, teori-teori pembangunan ekonom
Apapun yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan dimasa depan (untuk

masa depan). Dengan demikian suatu perencanaan bisa dipahami sebagai respon (reaksi)

terhadap masa depan. (Abe,2005:27)

Menurut Tjokroamidjojo (dalam Syafalevi,2011:28) perencanaan dalam arti seluas-

luasnya merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara

bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih

efektif dan efisien.

Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua asapek , yaitu

formulasi perencanaan dan pelaksanaannya. Perencanaan dapat digunakan untuk mengontrol

dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat rencana itu adalah sebagai pedoman

pelaksanaan kegiatan. (Listyangsih,2014:90).

Menurut Terry (dalam Riyadi, 2005 : 3), perencanaan adalah upaya untuk memilih

dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenal

masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan

yang di perhatikan untuk mencapai hasil yang di inginkan.

Defenisi perencanaan dapat diartikan hubunggan antara apa yang ada sekarang (what

is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan

penentuan tujuan, prioritas program, dan alokasi sumber. (Uno,2006 :1)

C. Unsur-Unsur Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok sebagai

berikut :
a) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini merupakan

dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam unsur-unsur pokok

perencanaan pembangunan lainnya.

b) Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai variabel-

variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.

c) Perkiraan sumber-sumber pembangunan khususnya sumber-sumber pembiayaan

pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan keterbatasan

yang strategis, sehingga perlu diperkirakan dengan seksama.

d) Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten seperti misalnya

kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta kebijaksanaan sektoral

lainnya. Berbagai kebijaksanaan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan.

e) Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral.

Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan

penyusunan rencana-rencana sasaran.

f) Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang mendukung usaha

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut.

C. Fungsi Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Sementara itu, fungsi-fungsi perencanaan adalah sebagai berikut :

a) Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya

pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian

tujuan pembangunan.

b) Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-

prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa

yang akan datang.


c) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

d) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

e) Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan

pengawasan evaluasi.

Sedangkan dari sudut pandang ekonomi alasan perlunya perencanaan adalah : 4

a) Agar penggunaan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas bisa lebih

efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan.

b) Agar perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menjadi lebih mantap.

c) Agar tercapai stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus konjungtur.

D. Aspek Legal Perencanaan Pembangunan

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut perubahan

paradigma perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif mengarah kepada

transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Merujuk

pada UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang

tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional dimaksud upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu kesatuan tata cara perencanaan

pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan

masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

4
Prof. Firmanzah, PhD, Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI
Sumber: Metro Kolom | Sabtu, 20 maret 2022
Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004, antara lain:

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-

ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin

tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan

berkelanjutan

Lebih lanjut proses perencanaan menurut UU Nomor 25 Tahun 2009, yakni:

1. Proses Politik: Pemilihan langsung Presiden dan Kepala Daerah menghasilkan

rencana pembangunan hasil proses (publik choice theory of planning) Khususnya

penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM

2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional, atau

oleh lembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan

khususnya dalam pemantapan peran, fungsi dan kompetensi lembaga perencana

3. Proses partisipatif: perencanaan yang melibatkan masyarakat (stakeholders) antara

lain melalui pelaksanaan Musrenbang

4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke

bawah atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan.

E. Sistem Perencanaan Pembangunan

Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada

pergeseran nilai, pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang terjadi

setelah reformasi meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik, dari pendekatan
top down menjadi bottom up sudah jelas dampak langsungnya adalah diberikannya

kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Selanjutnya kedua Undang-undang

tersebut disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan diikuti Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem perencanaan

pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu untuk dimantapkan dan

disempurnakan, guna lebih menjamin penyelenggaraan pembangunan di pusat dan daerah

yang lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan

daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2),

dengan jenjang

perencanaan jangka panjang (25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka

pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah (propinsi/kabupaten/kota) harus menetapkan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dalam Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga dinyatakan

bahwa rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang


ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional/Daerah, yang penyusunannya dengan mengacu pada dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/Daerah.

F. Paradigma Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan

landasan konstitusional penyelenggaraan negara, dalam waktu relatif singkat (1999-2002),

telah mengalami 4 (empat) kali perubahan. Dengan berlakunya amandemen UUD 1945

tersebut, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan pembangunan, yaitu : (1) penguatan

kedudukan lembaga legislatif dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN); (2) ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai pedoman

penyusunan rencana pembangunan nasional; dan (3) diperkuatnya otonomi daerah dan

desentralisasi pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai dokumen

perencanaan pembangunan nasional yang selama ini dilaksanakan dalam praktek

ketatanegaraan adalah dalam bentuk GBHN yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Ketetapan MPR ini menjadi landasan hukum bagi

Presiden untuk dijabarkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan dengan

memperhatikan saran DPR. sekarang tidak ada lagi.

G. Perencanaan Pembangunan Nasional menurut Teori Tradisional

Pemerintah memiliki wadah yang sangat luas dalam pembangunan. Dengan adanya

keterbukaan dalam proses penyelenggaraan negara maka pemerintah mendorong masyarakat

untuk berpartisifasi aktif dalam pemerintahan atau dalam pelaksanaan pembangunan,

mendorong masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap setiap kebijaksanaan

pemerintah, sehingga akan terhindar terjadinya KKN dalam pemerintahan.


Dengan keterbukaan berarti pemerintah atau penyelenggara negara sanggup

bertanggungjawab terhadap kegiatan yang dilakukan kepada rakyat. Tanggung jawab ini

menyangkut masalah proses pengerjaan, pembiayaan dari segi manfaatnya bagi masyarakat,

bangsa dan negara, maka terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah dan rakyat yang

pada gilirannya akan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan

nasional.

Menurut Growth (1960) teori pertumbuhan ekonomi dapat dikemukakan menjadi beberapa

tahap yaitu:

a. Tahap Masyarakat Tradisional

Masyarakat menciptakan produksi yang amat rendah sehingga pendapatan per kapita

yang kurang pemerataan, di bidang pertanian sumber tenaga mesin sangat kurang maka

masyarakat atau pemerintah bahan memperbaiki kondisi ekonomi sosial dan budaya berbagai

komunitas menginvestasikan ke dalam kehidupan bangsa, menciptakan kemampuan

menjalankan bangsa. Tahap

b. Masyarakat Dewasa

Tahap masyarakat dewasa dalam arti masyarakat yang mampu memilih dan memberi

respon terhadap perubahan dan mampu mengendalikan masa depannya sehingga tidak

bergantung kepada pihak lain.

H. Perencanaan Pembangunan Partisipatif Antara Tantangan Dan Harapan

Seiring dengan penerapan UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan

UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

atau yang lebih dikenal dengan otonomi daerah, maka peran daerah menjadi sangat penting

artinya bagi upaya meningkatkan peran serta dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Semangat seperti itulah yang saat ini terus bergulir ditengah-tengah masyarakat, meskipun

dalam prakteknya belum sebagaimana yang diharapkan banyak pihak. Barangkali itulah

proses yang harus dilalui secara bertahap dan berkesinambungan untuk bisa menghasilkan

sesuatu yang lebih baik. Kalau merujuk pada UU No 22 Tahun 1999, yang dimaksud otonomi

daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Dengan kata lain bahwa otonomi daerah memberikan keleluasaan daerah untuk

mengatur urusan rumah tangganya sendiri, termasuk bagaimana suatu daerah melakukan

perencanaan pembangunan di daerahnya masing-masing.

I. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang

dikembangkan adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Pemerintah Kota (Pemkot)

Surakarta sejak tahun 2001 telah mencoba melakukan perencanaan pembangunan partisipatif

didalam kerangka menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah

tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut

dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu

saja disana-sini masih terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun

implementasinya di masyarakat. Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola

pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada

umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga

nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah

(bottom-up approach). Nampaknya mudah dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah

implementasinya karena banyak factor yang perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana

sosialisasi konsep itu di tengah-tengah masyarakat. Meskipun demikian, perencanaan

pembangunan yang melibatkan semua unsur / komponen yang ada dalam masyarakat tanpa
membeda-bedakan ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan, tersebut paling tidak

merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati dan dikembangkan secara

berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun dalam tataran

implementasinya di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus, pendekatan baru dalam

perencanaan pembangunan ini yang membedakan dengan pola-pola pendekatan perencanaan

pembangunan sebelumnya yang cenderung sentralistis.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan adalah suatu rangkaian persiapan tindakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan

merupakan pedoman, garis-garis besar atau petunjuk-petunjuk yang harus dituruti jika

menginginkan hasil yang baik sebagaimana direncanakan. Dalam perencanaan sangat

didampingi dengan peganggaran karena tanpa penganggaran suatu kegiatan itu tidak dapat

dijalankan. Anggaran adalah suatu alat untuk perencanaan dan pengawasan operasi

keuntungan dalam suatu organisasi laba dimana tingkat formalitas suatu budget tergantung

besar kecilnya organisasi. Untuk melaksanakan tugas di atas, tentu saja diperlukan rencana

yang matang. Dengan demikian dari gambaran tersebut dapat terasa pentingnya suatu

perencanaan dan pengawasan. Setelah adanya penganggaran pemerintah daerah dapat

melakukan kegiatan pembangunan. Pembangungan adalah adalah kemajuan ekonomi yang

dapat diwujudkan dengan cara mengubah struktur ekonomi yang terdahulu dan berusaha

untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Jadi perencanaan pembangunan adalah suatu

proses sistem perencanaan dengan tujuan menjamin adanya keterkaitan dan kosistensi antara

perencanaan pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan pembangunan di BAPEEDA

Kabupaten disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional bertanggung jawab dalam penyusunan rencana,

penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan pada tingkat daerah.

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan

perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan

yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka

terjadi peningkatan permintaan data dan indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan

data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan indikator-indikator pembangunan yang

diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Menghadapi

realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan mengakibatkan


adanya pekerjaan berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat

kebijakan. Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat

kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana. Upaya

pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang

dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu

wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan.

Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan

pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:

1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat

dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.

2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapat pita masyarakat.

3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian

4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.

5. Adanya pemerataan pembangunan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa saran dalam mengatasi masalah

yang dihadapi dalam proses perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan:

1. Mekanisme perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan sebaiknya dilakukan

dengan teliti dan harus tau apa yang dibutuhkan dan diinginkan langsung oleh masyarakat.

2. Bappeda mestinya dapat menerima aspirasi masyarakat yang akan dikembangkan menjadi

suatu perencanaan agar pembangunan sesuai keinginan rakyat.


3. Sebaiknya Bapedda bisa meningkatkan koordinasi bidang untuk meningkatkan efisiensi

dan efektifitas perencanaan dan penganggaran kegiatan pembangunan dibidang ekonimi,

sosial, dan prasarana wilayah agar target pembangunan tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexader, 2002, Perencanaan daerah partisipatif, Penerbit Pondok Edukasi, Solo

Tarigan, Robinson, 2012, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta, Bumi Aksara.

Abdul Gafar S, 2013, Jurnal Pembangunan Daerah Vol. I Edisi, CDR Potensi yang terbaik

dalam Pembangunan Daerah, Kegiatan membangun sekitar areal kerja Perusahaan atau

Community Development Responsibility (CDR.

Tjokroaminoto, Bintoro dan Mustopadipradja. (1988). Kebijakan dan Administrasi

Pembangunan : Perkembangan Teori dan Penerapan, Jakarta: LP3ES.

Tri Pranadji, 2011, Jurnal Pembangunan Daerah Vol.XV/EDISI 03/2011 Pertanian dalam

perspektif perencanan pembangunan nasional.

Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN .

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4286);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

Undang-Undang Nomor 23 Tahun Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;


Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 18 Tahun 2012 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Daerah;

Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 40 Tahun 2012 tentang Tatacara Perhitungan Pagu

Indikatif Wilayah Kecamatan dan Penyusunan Program Pembangunan Prioritas.

Anda mungkin juga menyukai