Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PARTISIPATIF


DI MUSRENBANG RKP DAERAH

Oleh:
Yana Seftiyana (1810511018)

Dosen Pengampu: Drs. Itok Wicaksono, M.Si


Mata Kuliah: Perencanaan Pembangunan

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
TAHUN 2020

i
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan penulis kesempatan
dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini hadir untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perencanaan Pembangunan sebagai tugas Ujian Akhir Semester (UAS) yang
diberikan.
Penulis mengucapka terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Perencanaan Pembangunan kepada Drs. Itok Wicaksono, M.Si dan berkolaborasi
dengan Akbar Maulana, S.IP., M.Si atas ilmu yang telah diberikan selama semester 3.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini tak luput dari kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran dari pembaca sekalian.
Besar harapan bahwa dengan hadirnya makalah ini, semoga dapat
memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai pendekatan demokratis dan
partisipatif dalam musrenbang penyusunan RKP Daerah, serta dapat menjadi
referensi bagi penulis selanjutnya.

Jember, 18 Januari 2020

Penulis

ii
Daftar Isi
Halaman Sampul...................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu (Artikel Terkait)............................................................5
2.2 Konseptualisasi................................................................................................7
2.2.1 Pengertian Partisipatif................................................................................7
2.2.2 Pengertian Musrenbang..............................................................................9
2.3 Teori................................................................................................................11
2.3.1 Teori Implementasi....................................................................................11
2.4 Landasan Hukum.............................................................................................12
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................14
3.1 Implementasi Pendekatan Partisipatif di Musrenbang RKP Daerah...............14
3.2 Mekanisme Musrenbang Kabupaten RKP Daerah..........................................15
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................17
4.1 Kesimpulan......................................................................................................17
4.2 Saran................................................................................................................17
Daftar Pustaka.......................................................................................................18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan Pembangunan Nasional telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mencakup
landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menetapkan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan
melibatkan masyarakat.
Dalam Permendagri No. 86 Tahun 2017, Perencanaan pembangunan Daerah
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan Daerah dalam rangka peningkatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing Daerah.
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah disusun secara berjangka meliputi Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun, dan
rencana pembangunan tahunan daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) (Karlina Listiya Resmi, 2012).
RKPD sebagaimana dimaksud dalam Permendagri No. 86 Tahun 2017
merupakan penjabaran dari RPJMD yang memuat rancangan kerangka ekonomi
Daerah, prioritas pembangunan Daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RKP dan
program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan implementasi dari RPJM Daerah yang

1
2

merupakan penjabaran visi-misi Kepala Daerah. RKPD merupakan dokumen rencana


kerja tahunan dari prioritas tahunan RPJM Daerah.
RKPD ini memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan keikutsertaan
masyarakat untuk kesejahteraan rakyat (Rahmah, 2019).
RKPD menjadi dokumen acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan merupakan dasar utama dalam penyusunan
RAPBD untuk tahun bersangkutan yang prosesnya dimulai dengan penyusunan
Kebijakan Umum APBD (KUA), Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS),
dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) (Sidik, 2016).
Dalam penyusunan RKPD, terdapat suatu proses yang melibatkan seluruh
stakeholder atau pemangku kepentingan, yaitu pada tahap Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Adanya Undang-Undang No. 25 Tahun 2004
memberikan perubahan yang signifikan mengenai perencanaan pembangunan,
dimana dalam proses perencanaan pembangunan melibatkan masyarakat. Melibatkan
masyarakat melalui partisipasi masyarakat baik dari desa, kecamatan, dan kabupaten
untuk tingkat perencanaan pembangunan daerah.
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menekankan pentingnya
partisipasi masyarakat sebagai elemen untuk mencapai tujuan kesejahteraan
masyarakat, menciptakan rasa memiliki masyarakat dalam pengelolaan pemerintahan
daerah, menjamin terdapatnya transparansi, akuntabililitas dan kepentingan umum,
serta perumusan program dan pelayanan umum yang memenuhi aspirasi masyarakat.
Musyawarah perencanaan pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang
adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana
pembangunan Daerah (Permendagri No. 86 Tahun 2017). Musrenbang merupakan
langkah penting dalam penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.
Dalam proses musrenbang partisipasi masyarakat masih terlihat kurang baik.
Dalam praktiknya, forum Musrenbang memiliki sejumlah kelebihan dan
kekurangan. Buruknya, salah satu bentuk konflik yang muncul adalah model
3

perencanaan ini tidaklah mampu memuaskan semua pihak. Hal itu dikarenakan sejak
awal desain Musrenbang masih kental dengan nuansa sentralistis (top down planning)
yang antara lain ditandai dengan penyeragaman (uniformity) pendekatan perencanaan
di pusat dan daerah, disiplin waktu pelaksanaan Musrenbang yang kaku dan
cenderung dipaksakan, dan ketergantungan daerah terhadap alokasi anggaran dan
program pemerintah pusat masih cukup tinggi (Sunarti, 2015).
Dalam pelaksanaan musrenbang, partisipasi masyarakat menjadi penentu bagi
keberhasilan musrenbang tersebut. Akan tetapi, partisipasi masyarakat minim untuk
berperan langsung dalam proses pelaksanaannya, hal tersebut dikarenakan problem
kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat
karena terbatasnya ruang bagi masyarakat untuk memberikan aspirasi mengenai
keadaannya kedepan dalam kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan (Azhar,
2015).
Dalam kegiatan perencanaan pembangunan daerah, yang berorientasi pada proses,
menggunakan pendekatan teknokratik, partisipatif, politis, dan atas-bawah (top-down)
dan bawah-atas (bottom-up). Selama ini kebanyakan hanya pendekatan top-down
yang digunakan dengan sedikit mengesampingkan pendapat masyarakat atau
partisipasi dari masyarakat yang berasal dari bottom-up melalui proses musrenbang,
baik yang dimulai dari musudus, musdes, musrenbangdes, musrenbang kecamatan,
sampai musrenbang kabupaten. Keterlibatan suara atau partisipasi masyarakat sangat
penting dalam proses perencanaan pembangunan. Akibat dari kurangnya partisipasi
oleh masyarakat dan para stakeholder, sehingga banyak ditemukan masyarakat yang
merasa tidak mendapatkan manfaat dari adanya pembangunan, contohnya masyarakat
miskin.
Kegiatan musrenbang RKPD ini menggunakan pendekatan partisipatif yang
melibatkan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan. Kegiatan Musrenbang
RKPD dihadiri oleh Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, DPRD Kabupaten, Organisasi
Perangkat Daerah, Unsur Kecamatan, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan PKK.
Tujuan dari penyelenggaraan Musrenbang RKPD adalah untuk Menyelaraskan
prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kabupaten dengan arah kebijakan,
4

prioritas dan sasaran pembangunan daerah Provinsi, mengklasifikasi usulan program


dan kegiatan yang disampaikan masyarakat kepada Pemerintah Kabupaten pada
Musrenbang Kecamatan, mempertajam indikator kinerja program dan kegiatan
prioritas daerah, menyepakati program dan kegiatan prioritas pembangunan daerah
yang disinergikan dengan sasaran prioritas pembangunan Provinsi, serta prioritas
pembangunan nasional (RKPD Provinsi dan RKP Pusat).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Pendekatan Partisipatif di Musrenbang RKP
Daerah?
2. Mengapa Pendekatan Partisipatif Digunakan di Musrenbang RKP Daerah?
3. Bagaimana Mekanisme Musrenbang di RKP Daerah?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui Implementasi Pendekatan Partisipatif di Musrenbang RKP
Daerah.
2. Mengidentifikasi Tujuan Digunakannya Pendekatan Partisipatif di
Musrenbang RKP Daerah.
3. Mengetahui Mekanisme Musrenbang di RKP Daerah.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu (Artikel Terkait)
Penelitian terdahulu pada beberapa artikel terkait menjadi salah satu acuan dalam
melakukan penyusunan makalah ini, sehingga membantu dan memperkaya literasi
dan referensi. Dari beberapa artikel mengenai pendekatan partisipatif dan
Musrenbang, penulis tidak menemukan judul yang sama dengan makalah ini.
Sehingga penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
memperkaya bahan kajian pada penyusunan makalah ini. Berikut beberapa penelitian
terdahulu yang berupa jurnal atau artikel terkait dengan judul makalah ini.
Tabel 1
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Ahmad Mustanir, Partisan Partisipasi Masyarakat Penelitian ini
Abadi, 2017 Dalam Musyawarah menemukan bahwa
Rencana masyarakat
Pembangunan Di menunjukkan
Kelurahan Kanyuara kurang partisipasi
Kecamatan Watang mereka selama
Sidenreng Kabupaten musrembang,
Sidenreng Rappang sementara pada saat
yang sama, faktor
sosial-budaya yang
disebutkan di atas
dapat dikategorikan
berpengaruh dan
bahkan sebagian
besar berpengaruh
terhadap partisipasi
masyarakat.

Perbedaan: penelitian yang dilakukan Ahmad Mustanir, Partisan Abadi, 2017


membahas faktor masyarakat terhadap partisipasi selama musrenbang,
sedangkan pada makalah ini membahas pendekatan partisipasi masyarakat yang
digunakan selama musrenbang.
6

Tabel 2
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Dewi Andriany, 2015 Pengembangan Model Hasil ini
Pendekatan Partisipatif menunjukkan bahwa
Dalam model tersebut
Memberdayakan merupakan
Masyarakat Miskin pendekatan
Kota Medan Untuk partisipatif yang
Memperbaiki Taraf sesuai untuk
Hidup komunitas Usaha
Kecil di Kabupaten
Deli yang layak
untuk diterapkan di
Medan, harus
diintegrasikan ke
dalam Program
Perkotaan PNPM
Mandiri atau
kelanjutan dari
program yang
PPMBK

Perbedaan: penelitian yang dilakukan Dewi Andriany, 2015 membahas tentang


pendekatan partisipatif dalam pemberdayaan masyarakat miskin, sedangkan
pada makalah ini membahas keterlibatan partisipatif masyarakat selama
musrenbang untuk penyusunan RKP Daerah.

Tabel 3
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Sunarti S, 2015 Efektivitas Hasil penelitian
Pelaksanaan menunjukkan bahwa
Musyawarah efektivitas
Perencanaan pelaksanaan
Pembangunan Di Musrenbang di Desa
Kelurahan Besusu Besusu tengah,
Tengah Kecamatan cukup efektif.
Palu Timur Kota Palu Namun, dalam
pencapaian aspek
obyektif, ada
7

beberapa saran yang


kurang diakomodir,
dalam proses
pelaksanaan
musrenbang dapat
dinyatakan bahwa
itu adalah yang
terburuk terhadap
tujuan musrenbang
itu sendiri.
Sedangkan dua (2)
aspek lain yaitu
intergasi dan
adaptasi, telah
berjalan dengan baik
berdasarkan daftar
kegiatan program
prioritas Rapat
Perencanaan
Pembangunan di
Desa Besusu Tengah
pada tahun 2014.

Perbedaan: penelitian yang dilakukan Sunarti S, 2015 membahas tentang


keefektivitasan pelaksanaan musrenbang, sedangkan pada makalah ini
membahas tentang partisipasi masyarakat dalam kegiatan musrenbang.

2.2 Konseptualisasi
2.2.1 Pengertian Partisipatif
Secara etimologi atau segi bahasa partisipasi berasal dari kata participate,
participation yang berarti ikut serta, pengambilan bagian, peran serta. Partisipasi
tumbuh pada diri seseorang tanpa adanya paksaan dan tekanan untuk ikut serta dalam
dalam interaksi sosial dan di lingkungan masyarakat.
Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan
dengan keadaan lahiriahnya. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat
8

berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,
mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan
dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO
PNPM PPK, 2007).
Menurut Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa,
partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang
berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.
Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian
sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu
atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.
Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif
tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan
lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial
untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan
berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin
keilmuan (Andriany, 2015)
Menurut konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan
atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini
tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.
Partisipasi masyarakat menurut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses
ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil
peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka.
Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat,
tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan
kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,
9

karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai
rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya
partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu
hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu pembangunan
yang diarahkan demi perbaikan nasib manusia.
Menurut Sastropeotro (2011:01) “partisipasi adalah keterlibatan mental atau
fikiran dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk
memberi sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan tertentu serta
turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan”.
Hal ini berarti seseorang ikut serta membangun kelompoknya dengan
bertanggungjawab atas kontribusi apa yang telah ia berikan.
Menurut Wazir (2009:01), “partisipasi diartikan sebagai keterlibatan
seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu”.
Dengan pengertian ini, seseorang dapat berpartisipasi apabila ia
mengemukakan dirinya dengan atau dalam kelompok melalui berbagai proses berbagi
kepada orang lain, seperti nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan, dan tanggung
jawab bersama.
Dapat disimpulkan bahwa, partisipasi merupakan kegiatan ikut serta terhadap
suatu hal yang sedang terjadi tanpa adanya beban dan paksaan dari orang lain.
Keikutsertaan di sini berarti ikut serta secara aktif dalam segala hal.
2.2.2 Pengertian Musrenbang
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008
Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah, Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang
selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam
rangka menyusun rencana pembangunan daerah. Pemangku kepentingan adalah
pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak
dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.
10

Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) pada hakikatnya


adalah forum perencanaan pembangunan formal yang berusaha mempertemukan
aspirasi masyarakat dari bawah dengan usulan program pembangunan dari instansi
pemerintah. Dalam forum musrenbang, masyarakat dapat menyampaikan aspirasi
mereka mereka untuk proses pembangunan yang akan dilaksanakan sebagaimana
yang seharusnya dilakukan pemerintah serta sebalikya yang harus dilakukan
masyarakat dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Proses musrenbang
memajukan setiap daerah mulai dari Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,
Provinsi hingga pusat (Abdullah, 2018).
Pengertian musrenbang yang terdiri atas sebagai berikut:
a) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tingkat
Desa/Kelurahan. Musrenbang tingkat Desa adalah masyarakat desa mulai dari
ketua RT/RW, tokoh-tokoh masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat,
Kelompok Tani, Kelompok Nelayan, Pemuda, Pengrajin, dan berbagai lapisan
masyarakat desa yang memiliki kebutuhan riil dapat berpartisipasi dalam
melakukan kebijakan pembangunan bersama pemerintah desa.
b) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Murenbang) Tingkat Kecamatan.
Musrenang tingkat kecamatan adalah musyawarah perencanaan pembangunan
yang bertujuan untuk menghimpun dan menyeleksi program pembangunan d
berbaagai desa yang adaa di Kecamatan tersebut. Delegasi dari setiap desa
dapat mengajukan program yang telah disepakati dari musyawarah
pembangunan tingkat desa. Pemerintah Kecamatan bertugas sebagai dari
pemerintah desa dan perwakilan masyarakat desa. Program yang disepakati
harus berdasarkan atas analisis yang objektif sehinggg keputusan diambil
sesuai dengan sasaran.
c) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Tingkat Kabupaten.
Musrenbang tingkat Kabupaten adalah musyawarah pembangunan yang
dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun apa yang menjadi hhasil dari
Musrenbang tingkat desa dan tingkat kecamatan. Pemerintah daerah harus
bisa memastikan keterwakilan yang lebih baik dari seluruh pemangku
11

kepentingan. Dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tentang


alokasi sumber daya anggaran. Dalam hal ini pemerintah daerah harus
membentuk prosedur musrenbang dalam bentuk perda tentang partisipasi dan
transparansi dalam proses penyusunan anggaraan yang menekankan pada
kewajiban keterwakilan masyarakat daalam musrenbbang. Sehinggaa
diharapkan substansi dari RKPD, KUA, PPA, dan sehingga menjadi APBD
yang benar-benar mencerminkan aspirasi masyarakat.
2.3 Teori
2.3.1 Teori Implementasi
Menurut Syaukani dkk (2004:295) dalam (Sawito, 2014), “implementasi
merupakan suatu rangkaian aktivitas dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada
masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana
diharapkan. Rangkaian kegiatan tersebut mencakup, pertama persiapan seperangkat
peraturan lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua,
menyiapkan sumber daya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk
didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja penetapan
siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Ketiga,
bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara kongkrit ke masyarakat”.
Berdasarkan pengertian di atas, berarti implementasi adalah serangkaian aktivitas
penerapan yang menghantarkan sebuah kebijakan dalam masyarakat sehingga
menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan.
Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan
menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk
melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu.
Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out,
accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan,
mengisi, menghasilkan, melengkapi (Pressman dan Wildavsky,1978:21).
Jadi Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan
dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk
memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan dengan kebijakan pengelolaan keuangan
12

desa, maka kata implementasi kebijakan pengelolaan keuangan desa dapat diartikan
sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan pengelolaan keungan desa
yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai
tujuan kebijakan. (Anonim, p. 20)
G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli mengemukakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program
pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Kondisi Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang
dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta
keterlibatan penerima program.
2) Hubungan antar organisasi dalam banyak program, implementasi sebuah
program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu
program.
3) Sumber daya organisasi untuk implementasi program implementasi kebijakan
perlu didukung sumber daya baik sumber daya manusia (human resources)
maupun sumber daya non-manusia (non human resources).
4) Karakteristik dan kemampuan agen pelaksanaan, adalah mencakup struktur
birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi,
yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.
(Subarsono, 2005:101).
Dari beberapa pengertian di atas mengenai implementasi, dapat disimpulkan
bahwa implementasi adalah tindakan atau aktivas yang menghantarkan suatu
kebijakan sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
2.4 Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
13

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang


Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesianomor 86 Tahun 2017
tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan
Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah

BAB 3
14

PEMBAHASAN
3.1 Implemenntasi Pendekatan Partisipatif di Musrenbang RKP Daerah
Pendekatan partisipatif dilakukan dengan cara pemerintah daerah menyusun
rencana program pembangunan yang dianggap sangat dibutuhkan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Pendekatan partisipatif dilakukan dengan
melibatkan semua elemen masyarakat dan stakeholders dalam perencanaan
pembangunan melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).
Musrenbang merupakan wahana untuk mensinkronisasikan pendekatan “top
down” dengan “bottom up” pendekatan penilaian kebutuhan masyarakat dengan
penilaian yang bersifat teknis. Musrenbang adalah wahana publik yang penting untuk
membawa stakeholder memahami isu isu dan permasalahan daerah mencapai
kesepakatan atas prioritas pembangunan, dan konsesus untuk pemecahan berbagai
masalah pembangunan daerah.
Musrenbang dilaksanakan baik pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan, maupun
tingkat kabupaten. Walaupun selama ini hasil dari forum tersebut di beberapa daerah
tidak bisa dimplementasikan dan formalitas saja. Pendekatan partisipatif dalam
perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih cenderung menjadi retorika.
Perencanaan pembangunan didominasi oleh kebijakan kepala daerah, hasil reses
DPRD dan program SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan
di tingkat kelurahan dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat
rencana tapi realisasi sangat minim.
Partisipasi dimaknai yaitu “partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan
rencana pembangunan”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang dalam proses interaksi sosial,
pencarian atau identifikasi masalah dan potensi yang ada di masyarakat dalam situasi
tertentu, baik dalam kegiatan pengambilan keputusan (solusi) untuk menangani
15

masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses keterlibatan masyarakat


di dalam proses evaluasi perubahan yang terjadi (Ahmad Mustanir, 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam musrenbang
antara lain adalah :
1) Faktor lingkungan fisik, mencakup; kesuburan tanah, jenis tanah, iklim, topografi
dan orbitasi daerah.
2) Faktor sosial ekonomi, mencakup; jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, status pemilikan rumah / lahan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah
tenaga kerja keluarga dan tingkat kesehatan.
3) Faktor sosial budaya, mencakup; norma, nilai kepercayaan, pengetahuan, sikap,
status pernikahan, usia, jenis kelamin, dan simbol-simbol.
4) Faktor policy pemerintah, mencakup; sifat-sifat koordinasi kepemimpinan
lembaga sosial, pendekatan untuk memonitor masyarakat dan tingkat kebebasan
untuk menyatukan pendapat dan keinginan (Ahmad Mustanir, 2017).
3.2 Mekanisme Musrenbang Kabupaten RKP Daerah
Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan
Musrenbang dilakukan setiap tahun sebelum memasuki tahun anggaran baru.
Musrenbang Kabupaten diawali dengan musrenbang pada tingkat Desa dan
selanjutnya tingkat Kecamatan. Pada tahap ini setiap Kecamatan akan melaksanakan
musyawarah Perencanaan Pembangunan tingkat Kecamatan, yang akan menampung
aspirasi masyarakat yang diusulkan dan diakomodir melalui program dan kegiatan
yang dilakukan oleh masing-masing Desa yang bersangkutan.
Usulan ini disusun dan disampaikan secara berjenjang/ bertingkat mulai dari
level RT/RW, Desa/Kelurahan dan Kecamatan. Data usulan dari semua
Desa/Kelaurahan yang telah terkumpul, akan digodok dan dimusyawarahkan, hasil
musyawarah kecamatan ini dituangkan dalam satu dokumen berupa daftar usulan
kegiatan Kecamatan yang akan diusulkan pada musyawrah perencanaan
pembangunan (musrenbang) tingkat Kabupaten.
Pada tahap Musrenbang Kabupaten, semua aspirasi yang masuk melalui
musrenbang Kecamatan akan ditampung bersamaan dengan usulan kegiatan dari
16

setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Forum ini merupakan pembahasan
usulan–usulan yang masuk, juga merupakan sarana dan fasilitas untuk melakukan
koordinasi antara Kecamatan dengan SKPD yang bersangkutan khususnya untuk
melakukan sinkronisasi terhadap usulan-usulan kegiatan setiap kecamatan yang akan
diakomodir dalam program dan usulan kegiatan SKPD terkait.
Usulan Kecamatan akan dikelompokkan dan disesuaikan dengan jenis
kegiatan SKPD yang berwenang untuk mengakomodir usulan tersebut. Pada tahap ini
SKPD akan melakukan verifikasi terhadap usulan Kecamatan sebelum dituangkan
dalam daftar usulan kegiatan SKPD. Program /usulan kegiatan yang telah lolos pada
tahap verifikasi akan dituangkan dalam Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
daerah (Renja-SKPD).
Rencana Kerja SKPD (Renja-SKDP) merupakan gabungan rencana kerja
antara program kerja SKPD terkait usulan Kecamatan dan usulan hasil reses DPRD.
Renja yang telah masuk dari semua SKPD akan diverifikasi sebelum dituangkan
dalam rancangan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Verifikasi
yang dilakukan antara lain :
1) Kesesuaian usulan kegiatan SKPD dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM).
2) Kesesuaian jenis dan pengkodean kegiatan.
3) Kesesuaian jenis dan pengkodeaan mata anggaran maupun plafond pagu
indikatif yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah.
Usulan yang telah lolos dalam verifikasi tahap ini akan dituangkan dalam
rancangan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Rancangan-RKPD) untuk
kemudian diusulkan dan dibahas oleh Eksekutif (Pemerintah Daerah) dengan
Legislatif (DPRD). Hasil pembahasan yang telah disetujui akan disahkan menjadi
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dengan demikian rencana kerja ini akan
memiliki kekuatan hukum sesuai dengan peratuan perundang-undangan yang berlaku.
RKPD ini oleh Pemerintah Daerah akan dijadikan sebagai salah satu dasar untuk
penyusunan rencana Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(KUA).
17

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab 3 di atas, maka dapat disimpulkan mengenai
Implementasi Pendekatan Partisipatif Di Musrenbang RKP Daerah sebagi berikut.
Musrenbang merupakan forum antar pemangku kepentingan atau stakeholder dalam
rangka menyusun rencana pembangunan daerah. Dalam kegiatan musrenbang,
partisiasi masyarakat hadir supaya masyarakat jugaa ikut dalam proses penyusunan
rencana daerah.
Kegiatan untuk Musrenbang penyusunan RKP Daerah dilakukan mulai dari
bawah yaitu Musrenbang Desa, Musrenbang Kecamatan, sampai Musrenbang
Kabupaten. Pada tahap Musrenbang Kabupaten, semua aspirasi dari masyarakat yang
masuk melalui musrenbang Kecamatan akan ditampung bersamaan dengan usulan
kegiatan dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
Hasil pembahasan selama musrenbang akan disetujui dan disepakati bersama,
kemudian disahkan menjadi RKP Daerah. RKP Daerah merupakan rencana tahunan
dari Pemerintah Daerah yang merupakan implementasi dari Rencana Jangka
Menengah Daerah (RPJMD).
4.2 Saran
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam proses penyusunan pembangunan
daerah, karena setelah rencana pembangunan tersebut telah disahkan, masyarakat
akan merasakan apa yang telah diaspirasikan. Oleh karena itu, mari kita bangun
daerah bersama-sama dengan menuangkan aspirasi kita melalui musrenbang yang
diadakan mulai dari Desa, Kecamatan, hingga Kabupaten.
18

Daftar Pustaka

Abdullah, M. (2018). 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Tentang


Musyawarah. Retrieved Januari 16, 2020, from epprints.umm.ac.id:
http://eprints.umm.ac.id/38920/3/BAB%20II.pdf
Ahmad Mustanir, P. A. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DI KELURAHAN
KANYUARA KECAMATAN WATANG SIDENRENG KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG . Jurnal Politik Profetik , 248-249.
Ahmad Mustanir, P. A. (2017). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DI KELURAHAN
KANYUARA KECAMATAN WATANG SIDENRENG KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG . Jurnal Politik Profetik , 254.
Andriany, D. (2015). Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif Dalam
Memberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk Memperbaiki Taraf
Hidup. pp. 30-31.
Azhar, F. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (MUSRENBANG) di Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir Kota Surabaya . Kebijakan dan Manajemen Publik , 63.
Karlina Listiya Resmi, E. S. (2012). Perancangan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) . ISSN , 163.
Rahmah, N. (2019, September). RKPD: Pengertian, Prinsip dan Proses
Penyusunannya . Retrieved Januari 15, 2020, from
www.pengadaanbarang.co.id:
https://www.pengadaanbarang.co.id/2019/09/rkpd-adalah.html
Sidik, S. (2016). IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi tentang Musrenbang di Kabupaten Sumenep) . p. 225.
Sunarti, S. (2015). EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MUSYAWARAH
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KELURAHAN BESUSU
19

TENGAH KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU. e-Jurnal Katalogis ,


96.

Anda mungkin juga menyukai