Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah program kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan mahasiswa sebagai calon pendidik dan atau tenaga
kependidikan. Program PPL ini merupakan salah satu mata kuliah praktek yang wajib
ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat dalam menyelesikan gelar sebagai
sarjana pendidikan. Sebagai mahasiswa fakultas ilmu sosisal dan ilmu politik jurusan
ilmu administrasi publik dituntut untuk menyeleaikan laporan akhir ppl yang
berfokus pada konsentrasi pembangunan.
Pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang merupakan
perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat
yang lebih maju dan baik sesuai dengan pandangan masyarakat bangsa itu
(Tjokroamidjojo,1996). suatu perencanaan pembangunan yang bersifat usaha
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan biasanya berkait pula dengan peranan
pemerintah sebagai pendorong pembangunan (agent of development).
Pembangunan merupakan suatu proses modernitas yang tersadar dan
terencana untuk menuju perubaahan yang lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan
merupakan upaya nasional untuk untuk mewujudkan human ascend. Karena sifat
hakiki manusia adalah makhluk multidimensional, maka pembangunan nasional
menjadi wadah terakumulasinya berbagai programprogram pembangunan yang
berasal dari pembangunan daerah. Agar pembangunan dapat terencana dengan baik
maka perlunya Pembangunan di kota medan saat ini yaitu dengan adanya satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara dan masyarakat di tingkat pusat dan
daerah dengan melibatkan masyarakat. Maka arah pembangunan yang baik sangat
perlu adanya peran dan partisipasi dari masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) memiliki peran
yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan daerah, karena lembaga inilah
yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah
sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. BAPPEDA adalah badan langsung
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah. Selain itu, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan merupakan organisasi perangkat daerah, dan keberadaannya
sebagai unsur penunjang pemerintah dibidang perencanaan pembangunan daerah.
maka dengan adanya pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah
(BAPPEDA) Kota Medan sangat diperlukan keberadaannya untuk menyusun dan
melaksanakan pembangunan secara merata dan adil dengan otonomi yang seluas-
luasnya. Untuk itu pemerintah mengupayakan agar pembangunan tersebut dapat
berjalan semaksimal mungkin tanpa ada hambatan. Untuk itu peranan BAPPEDA
sebagai katalisator dalam mendesain perencanaan dan penganggaran menjadi lebih
baik dan benar, yang akan dituangkan dalam APBD Kota setiap tahun menjadi kunci
utama dan ini menjadi tugas pokok dan fungsi BAPPEDA sebagai Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Medan.
Dalam penyusunannya, RPJMD Tahun 2016-2021 ini berpedoman pada
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dokumen
RPJMD Tahun 2016-2021 ini terstruktur berdasarkan atas Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJPD
dan RPJMD. Selanjutnya pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun
2017 menyebutkan “Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan”. Penyusunan RPJMD Kota Medan Tahun
2016-2021 dengan tahun pertama perencanaan 2016, merupakan Tahap III (ketiga)
RPJPD Kota Medan Tahun 2006-2025 dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi
lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD
periode sebelumnya; disusun berdasarkan beberapa pendekatan berikut:
1. Pendekatan Teknokratik, pendekatan ini dilaksanakan dengan menggunakan
metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga yang secara fungsional
bertugas untuk hal tersebut;
2. Pendekatan Partisipatif, pendekatan ini dilaksanakan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan. Pendekatan ini
bertujuan untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki;
3. Pendekatan Politik, pendekatan ini memandang bahwa pemilihan Kepala
Daerah sebagai proses penyusunan rencana program, karena rakyat pemilih
menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang
ditawarkan para calon Kepala Daerah. Dalam hal ini, rencana pembangunan
adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala
Daerah saat kampanye ke dalam RPJMD;
4. Pendekatan Atas-Bawah (top-down) dan Bawah-Atas (bottom-up),
pendekatan ini dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Hasil proses
tersebut kemudian diselaraskan melalui musyawarah rencana pembangunan.
Pendekatan-pendekatan tersebut secara utuh diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 86 Tahun 2017, dan telah dilaksanakan secara konsisten. Pendekatan Atas-
Bawah dan Bawah- Atas telah dilakukan melalui mekanisme Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) RPJMD, sedangkan pendekatan partisipatif dilakukan melalui
forum konsultasi publik. Terakhir, Pendekatan Politis dilakukan melalui pembahasan di
DPRD Kota Medan, yang mengacu pada ketentuan Pasal 70 ayat (2) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017, yaitu: Bupati/Walikota menyampaikan rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten/Kota kepada DPRD Kabupaten/Kota untuk
memperoleh persetujuan bersama paling lama 5 (lima) bulan setelah dilantik.
Di dalam Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional diamanatkan bahwasannya Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah mempersiapkan rancangan RPJMD. Rancangan awal tersebut
selanjutnya dikaji ulang disesuaikan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Wali
Kota terpilih. Kepentingannya adalah merumuskan strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, program prioritas Wali Kota, dan arah kebijakan keuangan daerah selaras dengan
visi dan misi Wali Kota terpilih. Mengingat bahwa RPJMD memuat tentang arah kebijakan
keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas
SKPD, dan program kewilayahan, maka RPJMD memiliki nilai strategis sebagai pedoman
bagi dokumen perencanaan di Kota Medan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Dengan
demikian, Rencana Strategis (Renstra) SKPD Tahun 2016-2021 harus disusun sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif. Selain itu,
RKPD sebagai rencana kerja tahunan juga wajib mengacu dan berpedoman pada RPJMD
Kota Medan Tahun 2016-2021.
RPJMD Kota Medan Tahun 2016-2021 merupakan satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional, yang dalam perencanaannya telah dilakukan oleh
pemerintah daerah bersama-sama dengan para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan
kewenangan masing-masing. Selain itu RPJMD yang disusun ini juga telah mengintegrasikan
rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah, serta dilaksanakan berdasarkan
kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan
Daerah dan Nasional. Dalam rangka perencanaan pembangunan nasional, Pemerintah Daerah
harus memperhatikan kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan struktur tata
pemerintahan. Oleh karena itu tujuan dan sasaran pembangunan daerah harus memperhatikan
permasalahan yang menjadi lingkup nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat. Alokasi sumber daya daerah harus mendukung penyelesaian masalah
nasional maupun penyelesaian masalah yang ada di daerah masing-masing
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
pada pasal 50 ayat (1), dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 pasal 342
perubahan dokumen RPJMD Kota Medan ini dilakukan apabila: (1), hasil pengendalian dan
evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara
penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini;[2] hasil
pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai
dengan Peraturan Menteri ini; dan [3] terjadi perubahan yang mendasar.
Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah serta Sejak
disahkannya Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan Tahun 2011-2031
pada tanggal 13 Oktober 2011 yang berisi ”bahwa dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka strategi dan arahan kebijakan struktur
dan pola ruang wilayah nasional perlu dijabarkan kedalam RTRW Kota Medan”. Pada
prinsipnya UU Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan Ruang sudah berjiwa desentralisasi.
Ini terlihat dari pasal-pasal menegnai kewajiban penyusunan rencata tata ruang wilayah
nasional, daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota. Disebutkan dalam UU Nomor 26 tahun
2007 Pasal 78 ayat (4) huruf c bahwa pemerintah Daerah provinsi perlu menyusun dan
menetapkan rencana tata ruang wilayah propinsi, demikian juga pemerintah daerah
kabubaten/kota berkewajiban menyusun dan menetapkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota sebagai bentuk tindak lanjut dari isi unang-undang tersebut, setiap daerah
terutama kota besar harus meeiliki peraturan menegnai tata ruangnya. Salah satunya adalah
kota Medan yang merupakan kota besar dan meiliki daya tarik yang kuat. Hal ini mendorong
masyarakat untuk bertransmigrasi sehingga menyebabkan kota medan sebagai salah satu kota
berjumlah pendududk terbanyak diindonesia
Peraturan  Walikota  sebagai  Petunjuk  Laksana/Petunjuk  Teknis  Perda  Kota
Medan Nomor 13 Tahun 2011Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan
Tahun 2011-2031 juga sudah menetapkan tugasnya masing masing   pelaksana.  Dalam 
Lampiran  Perda  ini  juga  sudah  dimuat  indikasi  program  yang  menjadi  bagian  dari 
para  pelaksana.  Program  yang  dijalankan  berupa  tahunan  maupun 5 tahunan. Melihat
urgensi terhadap pemenuhan tata ruang, sudah seperti apa pelaksanaan yang dilakukan setiap
pelaksana. Sesuai penejelasan di atas, maka peneliti akan menganalisis perencanan
pembangunan dindidang fisik tata ruang dibappeda kota medan.

Dalam perencanaan tata ruang kota Medan memiliki arahan tata ruang wilayah kota
dengan peraturan daerah nomor 13 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilaya atau RTRW
kota Medan di tetap pemerintah daerah kota Medan sebagai pedoman acuan dalam
penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD) , acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota, acuan untuk
mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota, acuan lokasi inverstasi dalam
wilayah kota dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta, pedoman untuk penyusunan
rencana rinci tata ruang wilayah kota dan dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi.
Rencana tata ruang wilayah disusun dengan tujuan untuk mewujudkan ruang yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik
sebagai daerah tujuan investasi dan memanfaatkan ruang daratan untuk aktivitas
pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdangangan dan jasa, pariwisata sderta
industri yang berwawasan lingkungan. Berdasarkan RTRW kota Medan sistem pusat
pelayanan kota Medan direncanakan terdiri atas dua pusat pelayanan kota yaitu pusat
pelayanan kota di utara dan satu pusat pelayanan kota di pusat kota dan didukung oleh
delapan sub pusat pelayanan kota. Dua pusat ini di maksud untuk lebih mendorong
perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian selatan dan utara
dapat lebih merata. Perkembangan pusat pelayanan kota juga merupakan upaya untuk
mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi terhadap inti pusat kota Medan.
Pengembangan sub pusat pelayanan kota berfungsi sebgai penyangga dua pusat
pelayanan kota dan meratakan pelayanan pada skala sub pusat pelayanan kota. Penyebaran
sub pusat pelayanan kota juga di maksudkan untuk mendukung keserasian perkembangan
kegiatan pembangunan antar sub pusat wilayah kota. Maka dari itu tata ruang kota sangat
penting untuk perkembangan wilayah kota.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif dengan pendekatan
kualitatif. jenis penelitian diskriptif menurut Arikunto (2010:3) bahwa penelitian
diskriptif ialah: “penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi
atau hal lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian”
Penelitian diskriptif ini merupakan penelitian yang paling sederhana dan tidak
memberikan perlakuan apa-apa pada obyek yang sedang diteliti. menganalisis,
mencatat dan mengintrepetasikan kondisikondisi saat ini terjadi secara jelas, teliti dan
lengkap. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2014:1) merupakan suatu
metode penelitian untuk meneliti suatu obyek yang sifatnya alami dengan peneliti
sebagai instrumen utama dan hasilnya menekankan pada data yang didapat. Dalam
penelitian ini akan menjelaskan bagaimana perencanaan pembangunan dibidang fisik
dan tata ruang di bappeda kota medan.
3.2 Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni, observasi,
dokumentasi dan wawancara yang mendalam seperti riset atau penellitian yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bersedia mau untuk diwawancarai dengan
tujuan untuk memperoleh keterangan yang sesuai terkait dengan permasalahan peneliti
dan untuk menjawab masalah yang akan diteliti.
3.2.1 Wawancara
Wawancara dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
sistematis dan lengkap. Akan tetapi dalam teknik wawancara ini menggunakan
wawancara yang berpedoman pada pertanyaan yang berupa garis besarnya saja
sehingga peneliti hanya akan menanyakan pertanyan yang hanya dibutuhkan saja.
Sehingga berdasarkan penjelasan tersebut maka teknik wawancara yang
digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur dimana akan mempersiapkan
pedoman wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu sebelum
akan melakukan penelitian. Peneliti juga dapat mengajukan pertanyaan kembali
pada setiap poin pertanyaan agar mendapatkan informasi yang lebih mendalam
dan akurat.
3.2.2 Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti mengamati
secara langsung terhadap subyek penelitian. Dalam observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumena. Observasi terlihat langsung dalam kegiatan sehari–hari orang yang
sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
pastisipatif ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang nampak.
3.2.3 Dokumentasi
Dokumentasi Menurut pendapat Arikunto (2010:274) mengatakan bahwa
metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, buku, majalah, surat kabar, notulen rapat serta transkip, agenda
dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi maka yang diamati bukan benda
hidup melainkan benda mati. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dapat
digunakan untuk 61 memperoleh data terkait perencanaan pembangunan kota
medan di bappeda. .
3.3 Analisis Data
sugiyono (2014:88) menjelaskan bahwa analisis data merupakan proses
mencari data dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2014:89) berpendapat bahwa analisis data adalah
proses mencari data dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain Berdasarkan penjabaran diatas penelitian ini menggunakan Model Miles
and Huberman sebagai teknik analisis data kualitatif, dimana analisis ini dilakukan
pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu.
3.3.1 Data Collection (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai macam teknik seperti
melalui wawancara, observasi di lapangan, dan dokumentasi dari subyek dan
obyek penelitian yang terkait dengan Inovasi Layanan SKCK Online di Polresta
Sidoarjo.
3.3.2. Data Reduction (Reduksi Data atau Pengolahan Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya yang cukup banyak sehingga
perlu dicatat dengan teliti dan rinci dimana semakin lama peneliti di lapangan
maka jumlah data akan semakin banyak, rumit dan kompleks. Untuk itu perlu
segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya sehingga data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan memudahkan untuk peneliti melakukan
pengumpulan data jika selanjutnya diperlukan.
3.3.3Data Display (Penyajian Data)
Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah mendisplaykan data
bisa dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan
sebagainya. Mile and Huberman dalam sugiyono (2014:94) mengemukakan
bahwa dalam penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks narasi. Dengan mendisplay data maka akan dengan
mudah untuk memahami apa yang terjadi merencanakan kerja selanjutnya dengan
apa yang dipahami.
3.3.4. Clonclusion Drawing/Verification
(Pemaparan dan Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisi
data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah jika tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpula data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan awal yang didukung
dengan adanya bukti yang valid dan konsistensi 64 data peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Dapat berupa hubungan yang kausal,
hipotesis atau teori Sugiyono (2014:99). Dalam konteks ini kesimpulan dan
verivikasi dilakukan setelah data disajikan agar dapat diketahui hasil akhir dari
penelitian.
3.4 Lokasi Peneltian
Dalam penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Bappeda Medan yang
beralamatkan di Jalan Kapten Maulana Lubis No.2 Medan. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada perencanaan pembangunan tepatnya di badan perencenaan
pembangunan di bappeda kota medan.
3.5 Profil daerah
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang terletak di
Kantor Walikota Medan memiliki tugas membantu Walikota Medan untuk
menentukan arah dan kebijakan di bidang perencanaan dan pembangunan kota.
Bappeda Kota Medan sebagai unsur penunjang Pemerintah Kota Medan berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Bappeda Kota Medan mempunyai
fungsi ( sumber Bappeda ):

1. Merumuskan kebijakan teknis dalam perencanaan pembangunan kota.


2. Menyusun pola dasar pembangunan daerah yang terdiri dari pola umum
pembangunan kota jangka panjang dan kota jangka menengah (lima tahun)
3. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
4. Mengikuti perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan kota untuk
penyempurnaan perencanaan lebih lanjut.
5. Melaksanakan perkembangan dan mempersiapkan rencana pembangunan untuk
penyempurnaan perencanaan lebih lanjut.
6. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya

Sejarah Singkat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah


(BAPPEDA) Bappeda berdiri pada tahun 1986 di jurnalistik Medan dan
kemudian ke Gelanggang Remaja dan pada Tahun 1991 pindah ke Kantor Walikota
Medan Bappeda Kota Medan sebagaimana termasuk dalam pada Kota Medan Nomor
5 Tahun 2001 dan Keputusan Walikota Medan. Bappeda memiliki tugas membantu
Walikota Medan untuk menentukan arah dan kebijakan di bidang Bappeda Kota serta
penilaiannya. Bappeda Kota Medan sebagai unsur penunjang Pemerintah Kota Medan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris
Daerah. Perencanaan Bappeda Kota Medan tertuang dalam dokumen perencanaan
strategis untuk periode 5 tahun terhitung sejak tahun 2001 sampai 2015 yang memuat
visi, misi, tujuan, sasaran dan program yang dijadikan pedoman dalam menyusun
Rencana Kerja Tahunan, Rapat Kerja Nasional, Tugas Akhir masa jabatan Walikota
Medan, Pelaksanaan Pembangunan Kota Medan, Rencana Strategis ( RENSTRA )
Bappeda, Pelaksanaan Koordinasi Tata Laksana dan Tata Ruang, Pengkoordinasian
Lingkup Kota, Industri, Perekonomian, Rencana Anggaran Belanja Negara (RAPBD),
Sumber Daya Alam ( SDA ), Pemberdayaan Sumber Daya Manusia ( SDM ), dan
Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan kota medan ( Kota, Kecamatan,
Kabupaten Dalam Angka ).

Anda mungkin juga menyukai