Anda di halaman 1dari 12

RESUME MATERI KEGIATAN KUNJUNGAN BAPPEDA KOTA SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembangunan

Dosen Pengampu : Drs. R. Selamet Santoso. M.Si

Disusun Oleh :

1. Eka Mega Apriani (14020116120031)


2. Nafisa Rahma H. (14020166120028)
3. Rini Nurhayati (14020116130073)
4. Shafira Fatma Ch. (14020116130077)

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Nama Kegiatan : Kunjungan Belajar ke Bappeda Kota Semarang
Tanggal Pelaksanaan : 9 April 2018
Tempat Pelaksanaan : Bappeda Kota Semarang

RESUME MATERI KUNJUNGAN

a. Pengantar

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Kota Semarang


terletak di jalan Pemuda No 148 Komplek Balaikota Lantai 7 Semarang. Bappeda
Kota Semarang adalah lembaga teknis daerah dibidang penelitian dan
perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Wali kota
melalui Sekretaris Daerah. Badan ini mempunyai tugas pokok membantu
Gubernur/Bupati/Wali kota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di bentuk berdasarkan


pertimbangan :

1) Bahwa dalam rangka usaha peningkatan keserasian pembangunan di daerah


diperlukan adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan
pembangunan daerah.
2) Bahwa dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan, keseimbangan dan
kesinambungan pembangunan didaerah, diperlukan perencanaan yang lebih
menyeluruh, terarah dan terpadu.

Bappeda dikepalai oleh satu orang, yang terdiri dari 5 bidang yakni,
Perencanaan Pembangunan Infrastruktur, Tata Ruang, Sosbud dan Pemerintahan,
Perencanaan Pembangunan Ekonomi, Perencanaan Pembangunan Evaluasi
Penelitian dan Pengembangan.

1. Review Perubahan Rpjmd Kota Semarang Tahun 2016-2021

Penyusunan RPJMD kota Semarang sendiri, merupakan bagian dari bidang


Perencanaan Pembangunan dan Evaluasi. RPJMD kota Semarang, mencakup
bagian atau pendekatan politis yang memuat visi dan misi walikota, Penyusunan
RPJM Daerah ini, menggunakan pendekatan sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, yaitu pendekatan politik dan teknokratik. Pendekatan politik
memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan dan
penawaran rencana pembangunan, dan rakyat memilih serta menentukan
pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-
masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah merupakan penjabaran dari agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
rencana pembangunan jangka menengah. Di kota semarang sendiri, penyusunan
RPJMD dilakukan lebih awal 2 tahun sebelum dilakukan pilkada, masing masing
calon akan menyetorkan draft visi misi berdasarkan isu isu yang berkembang
kemudian bappeda akan merumuskan isu tersebut kedalam dokumen perencanaan.
RPJMD tahun 2016-2021 merupakan RPJMD yang paling sulit karena, banyak
muncul peraturan peraturan baru sehingga sering dilakukan revisi. Revisi tersebut
memunculkan 2 perda yakni, Perda no 6 Tahun 2016 dan Perda no 11 Tahun
2017. RPJMD adalah penjabaran dari RPJPD, yang merupakan bagian dari
lingkup Perencanaan Pembangunan (RPJPD,RPJMD,RKPD dan Renstra PD).

Di dalam penyusunan RPJMD menggunakan sebuah pedoman yaitu


RPJPD yang telah disusun pada 2005 yang mana dalam penyusunannya melalui
tahapan-tahapan di mana data-data yang diperoleh tidak langsung dapat digunakan
karena perlu diolah dengan cara pelaksanaan skala prioritas, dalam
penyusunannya terdapat 3 tahapan yaitu perencanaan , penganggaraan dan
pertanggung jawaban. Perencanaan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, PP Nomor 8 Tahun 2008,
Perda Nomor 8 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017.
Perencanaan ini termasuk RPJMD didalamnya memuat penjabaran RKPD yang
berpedoman pada Renstra-PD dan Renja-PD. Penganggaran disusun berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, PP Nomor 58 Tahun 2005, Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011. Penganggaran ini
termasuk RKAPD, RAPBD dan APBD. Pertanggungjawaban didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang 23 Tahun 2014, PP
Nomor 3 Tahun 2007 (LKPJ, LPPD,ILPPD), PP Nomor 6 Tahun 2008 (EPPD,
EKPPD, EKPOD, dan EDOB), PP Nomor 8 Tahun 2006 (Lap.Keuangan dan
Lap.KIP).

Kemudian didalam RPJPD telah memuat perencanaan pembangunan yang


akan dilaksanakan setiap lima tahun yang mana RPJPD kota semarang tahun
2005-2025 terbagi atas 5 periode dan setiap periode terdiri atas 5 tahun dan
RPJMD kota semarang periode 2016-2021 masuk kedalam periode ke 4 RPJPD
kota semarang. Selain berpedoman pada RPJPD kota semarang, penyusunan
RPJMD juga didasarkan RPJP Nasional. Kemudian, RPJMD ini didalamnya
memuat kerangka dan penjabaran perencanaan tahunan yang disebut RKPD
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah). RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
itu disusun setiap tahu sebelum pelaksanaannya. Jadi, RKPD (Rencana Kerja
Pemerintah Daerah) tahun 2019 telah disusun pada tahun 2018. Setelah disusun
RKPD pada waktu pelaksanaannya menjadi RAPBD kemudian menjadi APBD,
kemudian di akhir tahun akan dilakukan evaluasi sesuai dengan perealisasian
perencanaan. Lalu RPJMD dalam evaluasinya harus didasarkan pada dokumen-
dokumen yang memiliki tingkatan diatasnya seperti salah satunya adalah RPJM
Nasional yang harus selaras dan tidak boleh menyimpang. RPJMD mengalami
perubahan dari Perda no 6 thn 2016 menjadi Perda no 11 tahun 2017. Perubahan
ini dilatar belakangi oleh hasil pengendalian dan evaluasi RPJMD 2016-2021
sebagai berikut :

1. Rumusan kebijakan RPJMD : belum memuat arah kebijakan tahunan jadi


prioritas tahunan sebagai pedoman penusunan RKPD belum terfokus jelas.
2. Pelaksanaan RPJMD : Program RPJMD dengan program Renstra PD memiliki
ketidaksesuaian sebesar 8 %, dan belum mengakomodir Perda no 14 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Semarang.
3. Evaluasi RPJMD : target perencanaan daerah yang telah dirumuskan tertlalu
rendah, terlihat dari target pembangunan akhir periode RPJMD periode (2021)
sudah mencapai dana atau sudah melampaui target pada tahun pertama atau
transisi (2016) sebesar 59 %.

PP Nomor 18 tahun 2016 ditindaklanjuti dngan instruksi Mendagri Nomor


061/2922/SJ Tahun 2016 tentang tindaklanjut peraturan pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah mengharuskan Pemerintah Kota Semarang
melakukan revisi RPJMD untuk disesuaikan dengan Perda Nomor 6 Tahun 2016
Tentang RPJMD. Perda Kota Semarang No 14 Tahun 2016 tentang pembentukan
dan susunan Perangkat Daerah Kota Semarang.

2. Kerangka penyajian RPJMD 2016-2021


- BAB I Pendahuluan, berisis tentang latar belakang, substansi, dan dasar
hukum penyusunan
- BAB II Gambaran Umum, berisi tentang gambaran kondisi daerah, kondisi
makro.
- BAB III Gambaran Pengelolaan Keuanagan, berisi tentang gambaran kapasitas
riil kemampuan keuangan.
- BAB IV Analisis Isu Strategis, berisi tentang permasalahan pebangunan dan
isu-isu strategis.
- BAB V Visi, Misi, Tujuan danSasaran, berisi uraian Visi Misi Walikota dan
Wakil Walikota.
- BAB VI Strategi dan Arah Kebijakan, berisi tentang strategi dan arah
kebijakan yang menyesuaikan rencana pengembangan kawasan strategis.
- BAB VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan, berisi tentang
program prioritas danlam mencapai sasaran pengembangan jangka menengah
-
3. Terdapat 9 Isu Strategis Kota Semarang, beberapa diantaranya yaitu :
a) Peningkatan Kualitas Pendidikan

Kondisi pendidikan di kota Semarang dapat dilihat dari angka melek


huruf kota Semarang yaitu sebesar 99,96%; rata-rata lama sekolah sebesar 10,
49 %. Selanjutnya, kondisi pendidikan di Kota Semarang dapat dilihat melalui
Angka Partisipasi Kasar (PAUD : 76,78%; SD/MI 113,13%; SMP/MTS
118,01%), Apm (SD/MI 96,63%; SMP/MTS 86,03%), Kondisi Sekolah Baik
(SD/Mi 94,82%, SMP/MTS 98,74%), Rasio Guru per murid (satu orang guru
mengajar 18 murid untuk strata Sd, sedangkan untuk strata SMP satu orang
guru mengajar 17 murid), Rasio Guru/Murid/Kelas (untuk SD satu orang guru
mengajar 1:20:32, SMP 1:17:30), Angka Putus Sekolah SD/MI di Semarang
sebesar 0,1 % dan SMP sebesar 0,4%, Kualifikasi Guru S1 atau D4 (PAUD
87%, SD 84,79% SMP 92,29%.
b) Peningkatan Kualitas Kesehatan
Peningkatan kualitas pembangunan kesehatan merupakan pelayanan
dasar salah satu pilar utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas
kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata kelola meliputi antara lain
melalui peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan, kualitas tenaga
medis dan paramedis, perbaikan sistem pelayanan dengan memperhatikan
keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh masyarakat Kota
Semarang termasuk masyarakat miskin. Pembangunan kesehatan juga
diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
peningkatan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Peningkatan kualitas kesehatan akan dilaksanakan melalui Misi I
RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu Mewujudkan Kehidupan
Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin dicapai
adalah Meningkatnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan
Berbudaya, dengan sasaran Meningkatnya Aksesibilitas Pendidikan dan
Derajat Kesehatan Masyarakat.
c) Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat mencakup
kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta
meningkatnya kearifan budaya lokal. Peningkatan pembangunan kesejahteraan
sosial masyarakat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, rasa
aman dan tentram serta adil dalam segala bidang; penguatan karakter berbasis
kearifan lokal, penguatan nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti; pelestarian
dan pengembangan seni budaya. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat
akan dilaksanakan melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021
yaitu Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah Meningkatnya Daya Saing Masyarakat,
dengan sasaran Meningkatnya Perlindungan Sosial Masyarakat.
d) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran
Kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari
secara layak. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan krusial di Kota
Semarang mengingat terdapat 4,85% penduduk Kota Semarang yang
terkategorikan miskin pada tahun 2016 menurut BPS. Kemiskinan dapat
disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja, beban ekonomi keluarga,
keterbatasan akses permodalan, tingkat pendidikan yang rendah.
Pengangguran merupakan salah satu permasalahan krusial di kawasan
perkotaan termasuk Kota Semarang.
Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran akan dilaksanakan
melalui Misi I RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu Mewujudkan
Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas. Tujuan yang ingin
dicapai adalah Meningkatnya Daya Saing Masyarakat, dengan sasaran
Menurunnya Angka Kemiskinan dan Meningkatnya Kualitas Daya Saing
Tenaga Kerja. Pembangunan penanganan kemiskinan melalui gerakan
bersama penanggulangan kemiskinan daerah secara komprehensif dan terpadu.
Sedangkan penanganan pengangguran dilakukan melalui perluasan
kesempatan kerja, peningkatan kemampuan dan keterampilan pencari kerja
agar memiliki daya saing serta perluasan jaringan kerja.
e) Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi
Prioritas utama Kota Semarang dalam peningkatan kualitas tata kelola
pemerintahan meliputi kapabilitas, integritas, akuntabilitas, ketaatan pada
hukum, kredibilitas dan transparansi. Langkah utama untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang berkualitas di Kota Semarang dilakukan melalui
penciptaan struktur pemerintah yang efisien, peningkatan kapasitas aparatur
dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan yang lebih baik melalui
peningkatan ketersediaan dan kualitas data. Fokus Reformasi Birokrasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang terkait dengan meningkatkan
sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijakan Kepala Daerah
melalui evaluasi tingkat maturitas SPIP maupun tingkat leveling kapabilitas
APIP, meningkatkan integritas dan kapabilitas Aparatur Sipil Negara (ASN).
Peningkatan pengendalian dan pengelolaan keuangan dan aset daerah juga
menjadi fokus lain dari pembenahan reformasi dan birokrasi di Kota
Semarang. Peningkatan reformasi birokrasi termasuk didalamnya adalah
peningkatan pelayanan publik melalui penguatan sistem dan akses pelayanan
berbasis teknologi informasi yang terpadu (smart city); pelayanan yang cepat,
mudah, murah, terjangkau, inklusif dan berkualitas.
Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi akan
dijawab melalui Misi II RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu
Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan
Pelayanan Publik. Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik dan Melayani, dengan sasaran Terwujudnya
Birokrasi yang Bersih dan Melayani.
f) Peningkatan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Pembangunan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup untuk
mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan, mewujudkan ruang kota yang
berkualitas. Pembangunan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup mencakup
ketersediaan produk hukum pengaturan tata ruang (RTRW, RDTRK, zonasi)
yang dapat dijadikan acuan dalam membangun ruang kota, peningkatan
kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan ruang dan daya dukung
lingkungan.
Isu Strategis Peningkatan Tata Ruang dan Kualitas Lingkungan Hidup
akan dijawab melalui Misi III RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu
Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang
Tangguh, Produktif dan Berkelanjutan, dengan sasaran Terwujudnya Tata
Ruang yang Berdaya Guna serta Terwujudnya Lingkungan Hidup yang
Berkualitas.
g) Penanganan Banjir dan Rob
Banjir dan rob merupakan ancaman bencana yang masih dihadapi oleh
Kota Semarang dan diprioritaskan penanganannya. Letak kota Semarang yang
berada dipinggir pantai Utara Jawa Tengah dan sebagian wilayah mengalami
penurunan muka tanah menjadikan Kota Semarang sebagai langganan rob dan
banjir. Kawasan yang masih mengalami banjir dan rob pada tahun 2016
masih seluas 5,02% dari total luas Kota Semarang. Pelaksanaan penanganan
banjir dilakukan melalui pengembangan tata laksana, dan kerjasama
penanganan banjir dan rob dengan berbagai pihak termasuk masyarakat,
Pemerintah Provinsi dan Pusat serta kerjasama Internasional. Penanganan rob
dan banjir meliputi rehabilitasi sistem drainase sungai dan saluran, serta
pembangunan embung/polder.
Penanganan Banjir dan Rob akan dilaksanakan melalui Misi III
RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu Mewujudkan Kota
Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan. Tujuan yang ingin
dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh, Produktif,
dan Berkelanjutan, dengan sasaran Meningkatnya Kinerja Pelayanan
Infrastruktur Kota.
h) Peningkatan Infrastruktur tangguh dan Berkelanjutan
Pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan mengandung
pengertian dimana pembangunan infrastruktur tidak hanya untuk kepentingan
generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang serta mampu
merespon perubahan situasi yang terjadi. Pembangunan infrastruktur
menyangkut kinerja pelayanan infrastruktur kota yang baik dengan tetap
memerhatikan kualitas lingkungan hidup, sarana dan prasarana dasar
permukiman yang berkualitas serta meningkatnya ketangguhan bencana.
Peningkatan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan akan dilaksanakan
melalui Misi III RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu Mewujudkan
Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan. Tujuan yang
ingin dicapai adalah Terwujudnya Pembangunan Kota yang Tangguh,
Produktif dan Berkelanjutan, dengan sasaran terwujudnya tata ruang yang
berdaya guna, meningkatnya kinerja pelayanan infrastruktur kota, terwujudnya
lingkungan hidup yang berkualitas, terwujudnya sarana dan prasarana dasar
permukiman yang berkualitas serta meningkatnya ketangguhan bencana.
i) Peningkatan Ekonomi dan Daya Saing daerah
Struktur perekonomian daerah Kota Semarang yang didominasi oleh sektor
konstruksi dan industri pengolahan, pada satu sisi memberikan dampak positif
terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah. Di sisi lain perekonomian yang
didominasi oleh sektor konstruksi dan industri pengolahan strukturnya relatif
lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena
itu, kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumber daya dan
potensi lokal berupa usaha mikro dan koperasi harus lebih ditingkatkan
produktifitasnya agar dapat berperan lebih signifikan dalam perekonomian
daerah. Isu Strategis Peningkatan Ekonomi dan Daya Saing Daerah akan
dijawab melalui Misi IV RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021 yaitu
Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan
Membangun Iklim Usaha yang Kondusif. Tujuan yang ingin dicapai adalah
Meningkatnya Daya Saing Perekonomian Daerah, dengan sasaran
Meningkatnya Nilai Perdagangan dan Jasa Unggulan serta Meningkatnya
Produktivitas Ekonomi Lokal.

4. 10 Indikator dalam perubahan RPJMD Kota Semarang 2016-2021

1. Laju pertumbuhan ekonomi, kondisi awal pada 2015 5,8% dengan harapan
kondisi akhir 2021 pada kenaikan sebesar 6,5%
2. Kontribusi kategori industri terkait dengan perdagangan dan jasa-jasa terhadap
PDRB, kondisi awal 2015 dengan kondisi awal 2015 30,63% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 31,41%
3. Kontribusi kategori industri pengolahan terhadap PDRB dengan kondisi awal
2015 26,31% dan dengan harapan kondisi akhir 2021 27,54%
4. Nilai investasi dalam juta dengan kondisi awal 2015 9.570.413 dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 21.924.000
5. Kawasan banjir dan rob dengan kondisi awal 2015 5,34 % dan dengan harapan
kondisi akhir 2021 3,40%
6. Indeks Pembangunan Manusia dengan kondisi awal 2015 80,23% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 83,23%
7. Indeks Pembangunan Gender dengan kondisi awal 2015 95,60% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 97,56%
8. Angka kemiskinan dengan kondisi awal 2015 4,97% dan dengan harapan
kondisi akhir 2021 4,53%
9. Tingkat Pengangguran Terbuka dengan kondisi awal 2015 5,77% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 4,57%
10. Indeks Reformasi Birokrasi dengan kondisi awal 2015 5,10% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 72%
5. Gambaran Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan
Daerah Kota Semarang
1. Kualitas sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan
Sesuai dengan visi Kota Semarang 2016-2021, yaitu “Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera”,
diperlukan sebuah upaya untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia
(SDM) yang ada di Kota Semarang, di Semarang sendiri, masih diperlukan
upaya yang signifikan untuk meningkatkan daya saing SDM Kota Semarang.
Transisi Kota Semarang agar menjadi kota perdagangan dan jasa yang hebat
perlu diiringi dengan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja dan penyediaan
lapangan kerja yang seimbang. Bonus demografi dan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi salah satu fenomena demografi
yang perlu disikapi.
2. Belum optimalnya penyelenggaran tatakelola pemerintahan yang baik (Good
Governance)
Upaya peningkatan kinerja pelayanan publik harus dikelola dengan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi atau e-government agar masyarakat dapat
memperoleh informasi secara mudah, cepat dan tepat mengenai prosedur
pelayanan publik, upaya peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Berbasis E-
Government akan mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang
baik (good local governance) dan aparatur pemerintah daerah yang bersih
(Clean Local Government), setiap Pemerintah daerah didorong untuk
mengembangkan yang namanya Smart City atau Kota Pintar. Di mana dalam
mengelola otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk berinovasi,
meninggalkan cara-cara konvensional di dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Belum optimalnya pembangunan infrastruktur dasar dan penataan ruang
Problematika utama yang dialami kota Semarang diantaranya adalah cara
penanggulangan banjir/rob yang belum menemukan cara yang ideal. Hal ini
tidak hanya terjadi di daerah-daerah pinggiran saja melainkan di pusat kota dan
di pasar yang notabenenya sebagai pusat terjadinya interaksi sosial dalam
bentuk jual beli dalam masarakat. Ini tentu tidak hanya berkaitan dengan
drainase saja tetapi juga karena bangunan-bangunan pencakar langit yang
semakin banyak ditambah penghijauan mengalami stagnasi apalagi budaya
masyarakat ang membuang sampah sembarangan.Prioritas dalam hal ini adalah
pemenuhan kebutuhan papanmasyarakat kurang mampu, baik berupa lahan
maupun berupa rumah layak huni dan terjangkau. Fasilitas pun menjadi entitas
yang tak kalah penting bagi masyarakat luas diantaranya; pengadaan
infrastruktur air bersih oleh PDAM, pengadaan MCK umum yang bersih dan
sehat, dan masalah yang berkaitan dengan PKL. Keberadaan PKL dapat
mendukung kegiatan formal di lokasi tersebut, tetapi kenyataan yang ada justru
cenderung termarginalkan baik dari segi lokasi danruang, maupun
regulasi/hukum pengaturannya.
4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian perlu
ditingkatkan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dan kota/kabupaten lain di
sekitarnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) menurut Lapangan Usaha Kota
Semarang di tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan menjadi sekitar
5,69%. Angka ini sedikit lebih rendah dari LPE di tahun 2015 yang tercatat
sebesar 5,80%. Meskipun mengalami penurunan, kondisi LPE Kota Semarang
di tahun 2016 masih lebih baik daripada LPE Nasional (5,02%) dan LPE Jawa
Tengah (5,28%). Namun demikian, sebagai kota perdagangan dan jasa, LPE ini
masih perlu diakselarasi lagi pertumbuhannya karena akan berpengaruh pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai