Disusun Oleh :
a. Pengantar
Bappeda dikepalai oleh satu orang, yang terdiri dari 5 bidang yakni,
Perencanaan Pembangunan Infrastruktur, Tata Ruang, Sosbud dan Pemerintahan,
Perencanaan Pembangunan Ekonomi, Perencanaan Pembangunan Evaluasi
Penelitian dan Pengembangan.
1. Laju pertumbuhan ekonomi, kondisi awal pada 2015 5,8% dengan harapan
kondisi akhir 2021 pada kenaikan sebesar 6,5%
2. Kontribusi kategori industri terkait dengan perdagangan dan jasa-jasa terhadap
PDRB, kondisi awal 2015 dengan kondisi awal 2015 30,63% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 31,41%
3. Kontribusi kategori industri pengolahan terhadap PDRB dengan kondisi awal
2015 26,31% dan dengan harapan kondisi akhir 2021 27,54%
4. Nilai investasi dalam juta dengan kondisi awal 2015 9.570.413 dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 21.924.000
5. Kawasan banjir dan rob dengan kondisi awal 2015 5,34 % dan dengan harapan
kondisi akhir 2021 3,40%
6. Indeks Pembangunan Manusia dengan kondisi awal 2015 80,23% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 83,23%
7. Indeks Pembangunan Gender dengan kondisi awal 2015 95,60% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 97,56%
8. Angka kemiskinan dengan kondisi awal 2015 4,97% dan dengan harapan
kondisi akhir 2021 4,53%
9. Tingkat Pengangguran Terbuka dengan kondisi awal 2015 5,77% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 4,57%
10. Indeks Reformasi Birokrasi dengan kondisi awal 2015 5,10% dan dengan
harapan kondisi akhir 2021 72%
5. Gambaran Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan
Daerah Kota Semarang
1. Kualitas sumberdaya manusia yang perlu ditingkatkan
Sesuai dengan visi Kota Semarang 2016-2021, yaitu “Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera”,
diperlukan sebuah upaya untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia
(SDM) yang ada di Kota Semarang, di Semarang sendiri, masih diperlukan
upaya yang signifikan untuk meningkatkan daya saing SDM Kota Semarang.
Transisi Kota Semarang agar menjadi kota perdagangan dan jasa yang hebat
perlu diiringi dengan upaya peningkatan kualitas tenaga kerja dan penyediaan
lapangan kerja yang seimbang. Bonus demografi dan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menjadi salah satu fenomena demografi
yang perlu disikapi.
2. Belum optimalnya penyelenggaran tatakelola pemerintahan yang baik (Good
Governance)
Upaya peningkatan kinerja pelayanan publik harus dikelola dengan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi atau e-government agar masyarakat dapat
memperoleh informasi secara mudah, cepat dan tepat mengenai prosedur
pelayanan publik, upaya peningkatan Kinerja Pelayanan Publik Berbasis E-
Government akan mampu mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang
baik (good local governance) dan aparatur pemerintah daerah yang bersih
(Clean Local Government), setiap Pemerintah daerah didorong untuk
mengembangkan yang namanya Smart City atau Kota Pintar. Di mana dalam
mengelola otonomi daerah, setiap daerah dituntut untuk berinovasi,
meninggalkan cara-cara konvensional di dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
3. Belum optimalnya pembangunan infrastruktur dasar dan penataan ruang
Problematika utama yang dialami kota Semarang diantaranya adalah cara
penanggulangan banjir/rob yang belum menemukan cara yang ideal. Hal ini
tidak hanya terjadi di daerah-daerah pinggiran saja melainkan di pusat kota dan
di pasar yang notabenenya sebagai pusat terjadinya interaksi sosial dalam
bentuk jual beli dalam masarakat. Ini tentu tidak hanya berkaitan dengan
drainase saja tetapi juga karena bangunan-bangunan pencakar langit yang
semakin banyak ditambah penghijauan mengalami stagnasi apalagi budaya
masyarakat ang membuang sampah sembarangan.Prioritas dalam hal ini adalah
pemenuhan kebutuhan papanmasyarakat kurang mampu, baik berupa lahan
maupun berupa rumah layak huni dan terjangkau. Fasilitas pun menjadi entitas
yang tak kalah penting bagi masyarakat luas diantaranya; pengadaan
infrastruktur air bersih oleh PDAM, pengadaan MCK umum yang bersih dan
sehat, dan masalah yang berkaitan dengan PKL. Keberadaan PKL dapat
mendukung kegiatan formal di lokasi tersebut, tetapi kenyataan yang ada justru
cenderung termarginalkan baik dari segi lokasi danruang, maupun
regulasi/hukum pengaturannya.
4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian perlu
ditingkatkan
Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dan kota/kabupaten lain di
sekitarnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) menurut Lapangan Usaha Kota
Semarang di tahun 2016 diperkirakan mengalami penurunan menjadi sekitar
5,69%. Angka ini sedikit lebih rendah dari LPE di tahun 2015 yang tercatat
sebesar 5,80%. Meskipun mengalami penurunan, kondisi LPE Kota Semarang
di tahun 2016 masih lebih baik daripada LPE Nasional (5,02%) dan LPE Jawa
Tengah (5,28%). Namun demikian, sebagai kota perdagangan dan jasa, LPE ini
masih perlu diakselarasi lagi pertumbuhannya karena akan berpengaruh pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.