Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN ADMINISTRASI PUBLIK TENTANG KEBIJAKAN

KEMARITIMAN
“KAJIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DALAM
KERANGKA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
16 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA ”
Diampu Oleh : Dra. Tri Yuniningsih, M, Si

Disusun Oleh :
EKA MEGA APRIANI
14020116120031/24

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan essay ini, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Ibu Dra. Tri Yuniningsih, M.Si selaku Dosen mata
kuliah Kajian Birokrasi Publik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap essay ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kajian Implementasi Kebijakan
Poros Maritim Dalam Kerangka Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan Indonesia. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam essay ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan essay yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga essay sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya essay yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan essay ini di waktu
yang akan datang.

Semarang, 26 Septemeber 2018

Penulis
KAJIAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN POROS MARITIM DALAM
KERANGKA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN KELAUTAN
INDONESIA
EKA MEGA APRIANI(14020116120031)
Departemen Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro Semarang
Jl. Prof Sudharto, SH Tembalang Semarang 50275 Jawa Tengah Indonesia
Email : ekamega99@gmail.com

ABSTRAK
Potensi maritim dan kelautan Indonesia yang begitu besar di satu sisi
merupakan berkah atas kondisi geografis Indonesia. Pemerintah Indonesia
dengan program nawacita memiliki visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Di era kepemimpinan saat ini, Joko Widodo mengusahakan pengembangan
ekonomi berbasis maritim terus di lakukan guna terciptanya kesejahteraan baik
dikalangan pelaku industri dan juga kalangan nelayan sekalipun, dan juga
mengupayakan keamanan maritim sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan.
Diketahui bahwa kebijakan ini sudah mulai dilaksanakan. Sementara itu
sebagai sebuah kebijakan, maka keberhasilan implementasi kebijakan poros
maritim sangat ditentukan oleh content of policy (isi kebijakan) dan context of
implementation (lingkungan kebijakan). Keberhasilan implementasi kebijakan
poros maritim akan berdampak pada terwujudnya kesejahteraan dan keamanan
masyarakat Indonesia. Essay ini menggunakan kajian kualitatif dengan sumber
data dan literatur yang berkaitan dengan poros maritim. Keabsahan dan
keterandalan data dilakukan dengan trianggulasi referensi. Hasil studi
menunjukkan bahwa implementasi kebijakan poros maritim masih memerlukan
kesiapan implementator sebagai garda terdepan dari kebijakan poros maritim
disertai dengan pembangunan infrastruktur kemaritiman yang bertaraf
international.
Kata Kunci : Implementasi kebijakan, poros maritim, content of policy,
context of implementation
PENDAHULUAN

Pengaturan mengenai kebijakan kelautan tertuang dalam Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan
Kelautan Indonesia. Perpres tersebut mengindikasikan bahwa wilayah laut
perlu dikelola dan dilindungi secara maksimal dan menyeluruh. Sebab,
pada dasarnya laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas
laut terdapat sangat banyak sekali kekayaan sumber daya alam Laut juga
bisa diekplorasi sebagai tempat barang tambang berada, sebagai salah satu
sumber air minum (desalinasi, proses ini banyak dimanfaatkan oleh negara
maju untuk menjaga ketersediaan air bersih bagi masyarakat), sebagai jalur
transportasi air, sebagai tempat cadangan air bumi dan sebagai objek riset
penelitian dan pendidikan serta banyak lagi potensi laut. Presiden Joko
Widodo mereformasi semangat maritim dengan menjadikan Indonesia
sebagai poros maritim dunia. Konsep Poros Maritim Dunia dituangkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia.

Indonesia sebagai poros maritim dunia ditopang dengan lima pilar


utama yaitu: pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia;
kedua, komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus
membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri
perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama; ketiga,
komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas
maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri
perkapalan, serta pariwisata maritim; keempat, diplomasi maritim yang
mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan;
dan kelima, membangun kekuatan pertahanan maritim1.

Saat ini adalah era baru bagi perekonomian dunia. Dewasa ini
perdagangan dunia yang semula dikuasai oleh China Amerika dan Eropa saat
ini berada di titik lesu perdagangan. Hal ini membuat arus perdagangan yang
ada berubah dan meningkatkan volume perdagangan hingga 45 % (empat
puluh lima persen) dari total perdagangan laut dan itu menggunakan laut
Indonesia.2 Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) saat ini menjadi salah
satu penyebab meningkatnya volume perdagangan dan produktifitas
ekonomi. Dua faktor tersebut seharusnya dapat membuat Indonesia
menteremahkan ini sebagai peluang dan upaya untuk memperkuat jati diri
sebagai negara poros maritime dunia2

Posisi strategis Indonesia dengan geopolitiknya berada diantara dua


benua dan dua samudera dilalui oleh ribuan kapal asing yang melintasi ALKI
dan selat-selat penting, disatu sisi menunjukkan strategisnya posisi geografis
tersebut, namun disisi lain dapat menimbulkan kerawanan kemaritiman.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini adalah regulasi bidang
kemaritiman yang belum memiliki kekuatan yang cukup sehingga
memberikan dampak meningkatnya aktivitas ilegal menggunakan media
maritim. Persoalan lainnya adalah terbatasanya perbatasan maritim,
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia maritim, lemahnya penegakan

1
“Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, 13 November 2015, dalam http://presidenri.go.id/
berita-aktual/indonesia-sebagai- poros-maritim-dunia.html, diakses pada 26 September 2018;
lihat juga “Presiden Jokowi Deklarasikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, 15
November 2015, dalam http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/ Pages/Presiden-Jokowi-
Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-Poros-Maritim-Dunia.aspx, diakses pada 26 September 2018.
2
Muhammad Jamil, Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan,
2015, http://www.kompasiana.com/muhammad/indonesia-poros-maritim-dunia-menuju-
ekonomi-berbasis-kelautan_54f38221745513962b6c789b, (diakses pada 15/11/2016)
hukum, dan terbatasnya infrastruktur maritim menambah daftar masalah
kemaritiman di Indonesia.

Konsekuensi logis atas pilihan menjadi negara Poros Maritim Dunia


bisa dicapai melalui upaya pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa
maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, pemberdayaan
seluruh potensi maritim demi kemakmuran bangsa, pemerataan ekonomi
Indonesia melalui tol laut, dan melaksanakan diplomasi maritim dalam
politik luar negeri Indonesia selama jangka waktu lima tahun kedepan. Posisi
strategis Negara Kesatuan Republik Indonesia diantara persilangan samudra
Hindia dan samudra Pasifik secara otomatis memberikan banyak potensi
sumber daya laut yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk masa depan
bangsa dan tulang punggung pembangunan nasional, namun pemanfaatan
potensi Sumber Daya Laut (SDL) secara optimal haruslah diarahkan pada
pendayagunaan sumber daya ikan dengan memperhatikan daya dukung yang
ada dan kelestariannya guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

James E Anderson menyatakan bahwa kebijakan adalah “…a purposive


course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem
or matter of concern” . Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini
menurut Budi Winarno, dianggap lebih tepat karena pada apa yang sebenarnya
dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu
konsep ini juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan
keputusan (decision) yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai
alternatif yang ada.3

Thomas R. Dye sebagaimana dikutip Islamy mendefinisikan kebijakan


publik sebagai “…is whatever government choose to do or not to do” (apapun
yang dipilih pemerintah untuk dilakukanatau tidak dilakukan). Definisi ini

3
Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses, (Yogyakarta: MedPress, 2007).
menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan “tindakan”
dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat publik
semata4. Mengatasi permasalahan tersebut tidak semudah membalik telapak
tangan. Perubahan besar dan mendasar harus dilakukan, seiring dengan
komitmen pemerintah yang menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
Kebijakan Kelautan Indonesia memegang perananan dalam terwujudnya
Indonesia sebagai poros maritim. Lantas sejauh mana Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia dapat berimplikasi perwujudan Indonesia sebagai poros maritime
dunia ? Bagaimana kesiapan Indonesia dalam mendukung kebijakan poros
maritim?

PEMBAHASAN

Administrasi Publik

Menurut Prajudi Atmosudirjo (1982:272) dalam Inu Kencana (2006:24)


mendefinisikan bahwa : “Administrasi Publik adalah administrasi dari negara
sebagai organisasi dan administrasi yang mengejar tercapainya tujuan-tujuan
yang bersifat kenegaraan.”5 Dari definisi tersebut menjelaskan bahwa
administrasi publik berhubungan dengan dua orang atau lebih yang bersifat dan
membahas kenegaraan dalam suatu perjanjian untuk mengejar tujuan bersama di
dalam suatu negara. Menurut Arifin Abdulrachman (1959:2) dalam buku
Majalah Administrasi Negara mengemukakan bahwa: “Administrasi Publik
adalah ilmu yang mempelajari pelaksanaan dari politik negara.” Berdasarkan
definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa

4
Irfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 2009).
5
Inu Kencana Syafiie, Ilmu Administrasi Publik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006.
administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan yang terdiri dari
suatu badan atau lembaga politik-politik dari suatu negara ke negara lain .

Kebijakan Publik

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Islamy (2009: 19) mendefinisikan


kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose to do or not to do” (
apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan).6
Definisi ini menekankan bahwa kebijakan publik adalah mengenai perwujudan
“tindakan” dan bukan merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat
publik semata. Di samping itu pilihan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu
juga merupakan kebijakan publik karena mempunyai pengaruh (dampak yang
sama dengan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu. David Easton
sebagaimana dikutip Leo Agustino (2009: 19) memberikan definisi kebijakan
publik sebagai “ the autorative allocation of values for the whole society”7.
Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik
(pemerintah) yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan
pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Berdasarkan pendapat
berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang
berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau
demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang
dalam ketentuanketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat
pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa.

6
Dye, Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. USA : Prentice-Hall, INC., Englewood
Cliffs, NJ
7
Agustino, Leo. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Implementasi Kebijakan

Grindle mengemukakan bahwa implementasi kebijakan bukanlah sekedar


berhubungan dengan mekanisme atau sistem penjabaran keputusan politik ke
dalam prosedur rutin lewat birokrasi, namun, implementasi kebijakan
menyangkut masalah konflik, keputusan, dan siapa memperoleh apa dari suatu
kebijakan8 Dalam proses kebijakan pasti selalu terdapat kemungkinan akan
terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan (direncanakan) oleh pembuat
kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai (sebagai hasil atau prestasi dari
pelaksanaan kebijakan) yang mana Dunsire menyebutnya sebagai
implementation gap.9 Suatu kebijakan apapun sebenarnya mengandung resiko
untuk gagal (policy failure). Kegagalan kebijakan dalam dua kategori, yaitu
kebijakan yang tidak terimplementasikan (non-implementation), dan
implementasi yang tidak berhasil (unsuccessful implementation10 Non
implementation terjadi karena pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya tidak
mau bekerja sama atau telah bekerja sama secara tidak efisien, bekerja setengah
hati atau karena tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, atau permasalahan
yang diselesaikan diluar jangkauan kekuasaannya. Unsuccesfull implementation
atau implementasi yang tidak berhasil terjadi manakala suatu kebijakan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana namun mengingat kondisi eksternal ternyata
tidak menguntungkan, kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan
dampak atau hasil akhir yang dikehendaki sehingga disebut pula sebagai
kegagalan teori (theory failure). Kebijakan yang memiliki resiko gagal itu
disebabkan oleh faktor bad execution (pelaksanaannya yang jelek), dan faktor
bad policy (kebijakannya yang jelek), atau bad luck (kebijakan bernasib jelek).

8
Wahab, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005).
9
Dunsire, Implementation Theory, Block 3 Implementation, Evaluation and Change, Open
University, 1978.
10
Brian W. Hogwood, Lewis. A. Gun, Policy Analysis For The Real Word, (London : Oxford
University Press, 1984).
Anderson mengemukakan bahwa implementasi kebijakan dapat dilihat dari
empat aspek siapa yang terlibat, situasi, kepatuhan, efek pada kebijakan dan
dampaknya “Who is involved in policy implementation, the nature of
administrative process, compliance with policy, and the effect of implementation
on policy content and impact”. 11
Dengan demikian, implementasi kebijakan
menjadi penting karena dapat diketahui apakah kebijakan benar-benar dapat
diaplikasikan dan berhasil untuk menghasilkan output dan outcomes seperti yang
telah direncanakan. Output merupakan keluaran kebijakan yang diharapkan
dapat muncul sebagai keluaran langsung yang dapat dilihat dalam waktu yang
singkat pasca implementasi kebijakan. Outcomes merupakan dampak dari
kebijakan yang diharapkan timbul setelah keluarnya output. Outcomes diukur
setelah keluarnya output atau dalam waktu yang lama pasca implementasi suatu
kebijakan.

Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Dalam Perpres Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan


Indonesia, Poros Maritim Dunia adalah suatu visi Indonesia untuk menjadi
sebuah negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta mampu
memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian Kawasan dan
dunia sesuai dengan kepentingan nasional. Kebijakan ini, adalah pedoman umum
kebijakan kelautan dan langkah pelaksanaannya melalui program dan kegiatan
kementerian/lembaga di bidang kelautan yang disusun dalam rangka percepatan
implementasi Poros Maritim Dunia.12 Posisi strategis Indonesia, menempatkan
Indonesia memiliki keunggulan sekaligus ketergantungan yang tinggi terhadap
bidang kelautan, dan sangat logis jika ekonomi kelautan (kemaritiman) dijadikan
tumpuan bagi pembangunan ekonomi nasional. Potensi perikanan laut Indonesia

11
Carl U. Patton, David S. Sawacki, “Basic Methods of Policy Analysis and Planning”, Hall
International, 2007.
12
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia
yang cukup besar perlu dimanfaatkan secara efisien untuk dapat meningkatkan
devisa dari sektor kelautan. Namun, banyaknya masalah dalam sektor kelautan
seperti pencurian ikan menyebabkan sektor ini sulit berkembang

Perlahan namun pasti, pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo,


mulai terbuka implementasi mengenai gagasan poros maritim. Pembangunan
Poros Maritim Indonesia meliputi: (1) Membangun budaya maritim Indonesia;
(2) Menjaga laut dan sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan
pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan
nelayan sebagai pilar utama; (3) Memberi prioritas pada pengembangan
infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun tol laut, deep
seaport, logistik dan industri perkapalan, dan pariwisata maritim; (4)
Memperkuat diplomasi maritim, kerja sama di bidang kelautan, menghilangkan
sumber konflik di laut seperti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa
wilayah, perompakan, dan pencemaran laut; serta (5) Membangun kekuatan
pertahanan maritim untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim serta
bentuk tanggung jawab dalam menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan
maritim13. Untuk itu kelima unsur tersebut dituangkan di dalam Rencana Aksi
Kebijakan Kelautan Indonesia dijabarkan ke dalam 5 (lima) klaster program
prioritas, yaitu: (1) Batas Maritim, Ruang Laut, dan Diplomasi Maritim; (2)
Industri Maritim dan Konektivitas Laut; (3) Industri Sumber Daya Alam dan Jasa
Kelautan serta Pengelolaan Lingkungan Laut; (4) Pertahanan dan Keamanan
Laut; dan (5) Budaya Bahari.(Lihat Gambar 1)

13
Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia 2016-2019
Gambar 1.

Skema Klaster Program Prioritas Kebijakan Kemaritiman

Sumber : Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia 2016-2019

Implementasi Kebijakan Poros Maritim Di Indonesia

Mengimplementasikan kebijakan poros maritim memerlukan political will


dan komitmen semua pihak untuk mensukseskannya. Kebijakan poros maritim
diutamakan melalui pembangunan tol laut dengan 24 pelabuhan baru akan
meningkatkan intensitas pelayaran baik nasional maupun internasional. Bila
dilihat dari perspektif kesejahteraan maka meningkatnya intensitas pelayaran
tersebut diharapkan sejalan dengan meningkatnya intensitas perdagangan
sehingga dapat menumbuhkan perekonomian dan mempercepat terhubungnya
seluruh wilayah Indonesia khususnya pulau-pulau terdepan dan terluar. Namun
demikian, pendekatan kesejahteraan bersamaan dengan penguatan aspek
keamanan (security). Jika pendekatan kesejahteraan semata maka Indonesia
hanya akan menjadi tempat bagi aktor-aktor internasional untuk memanfaatkan
kebijakan tersebut. Demikian pula terlalu mempertimbangkan aspek keamanan
semata juga akan mempersulit percepatan untuk mencapai output dan merasakan
outcome dari kebijakan poros maritim tersebut.
Bila dilihat dari perspektif keamanan, maka kebijakan poros maritim juga
memerlukan penguatan pada aspek pertahanan. Kebijakan keamanan nasional
dalam menjalankan kebijakan poros maritim tentu perlu mempertimbangkan
ancaman internal maupun eksternal, dan tentu saja menelaah dengan seksama
kebijakan global yang telah disesuaikan14. Implementasi kebijakan Poros
Maritim Dunia Pemerintahan Joko Widodo pada kenyataan nya juga
mengundang sikap reaktif dari negara-negara didalam dan luar kawasan Asia
Tenggara yang memperlihatkan sikap yang tidak mendukung atau menentang
apa yang dijalankan secara sepihak oleh Pemerintahan Joko Widodo. Demikian
juga dari sisi domestik yang memiliki mindset bahwa maritim hanya menjadi
perhatian Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sementara
kementerian/lembaga/badan lainnya masih mengabaikan perhatian pada sektor
maritim. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan tidak terimplementasikan (non-
implementation) dan adanya kementerian/ badan/lembaga yang tidak berhasil
menjalankannya (unsuccessful) karena eksekusinya yang jelek (bad execution).
Kebijakan non implementation menurut Hogwood dan Gunn terjadi karena pihak
yang terlibat dalam pelaksanaannya tidak mau bekerja sama atau telah bekerja
sama secara tidak efisien, bekerja setengah hati atau karena tidak sepenuhnya
menguasai permasalahan, atau permasalahan yang diselesaikan diluar jangkauan
kekuasaannya. Unsuccesfull implementation atau implementasi yang tidak
berhasil biasanya terjadi manakala suatu kebijakan telah dilaksanakan sesuai
dengan rencana namun mengingat kondisi eksternal ternyata tidak
menguntungkan, kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak
atau hasil akhir yang dikehendaki.15

14
IPU dan DCAF, Parliamentary Oversight of the Security Sector: Principles, Mechanisms and
Practices, (Geneva: IPU dan DCAF, 2003), hlm. 27 dalam Hidayat, Safril : 2017
15
Safril Hidayat dan Ridwan. 2017. Kebijakan Poros Maritim dan Keamanan Nasional
Indonesia. Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember 2017, Volume 7 Nomor 3
Kebijakan poros maritim merupakan proyek raksasa yang boleh dikatakan
proyek mercusuar yang melibatkan banyak pihak seperti, kementerian/
badan/lembaga/TNI/Polri yang semuanya memiliki kepentingan atas kebijakan
tersebut. Implementasi kebijakan publik sesungguhnya bukanlah sekedar
bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik
kedalam prosedur prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi.16Melainkan
lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang
memperoleh apa dari satu kebijakan.

Implementasi Kebijakan Publik mengacu kepada 4 unsur:

1) perumusan kebijakan

2) isi atau konten kebijakan.

3) implementator harus memiliki kapabilitas, kompetensi, komitmen, dan


konsistensi dalam melaksanakan sebuah kebijakan

4) Lingkungan.

Dari ke empat aspek tersebut, Dengan demikian pada aspek lingkungan lah
kebijakan poros maritim menjadi tidak maksimal. Ketika implementasi
kebijakan poros maritim dengan pembangunan tol laut yang berada di wilayah
Indonesia yang berbatasan dengan negara lain maka akan timbul suatu perubahan
di lingkungan sekitarnya.

16
Merilee S. Grindle, Politics and Policy Implementation in the Third World, (New Jersey :
Princeton University Press, 1980), hlm. 1.
Tabel 1. Indikator Kebijakan Poros Maritim
No Indikator Sumber
1 Belum tampak pembangunan infrastruktur Koordinator Gerakan
maritim yang Nasional Sadar
signifikan seperti tol laut yang Maritim17
menghubungkan antar pulau,
pengembangan industri perkapalan dan
perikanan, perbaikan
transportasi laut.
2 Keterbatasan kekuatan alusista, sebagai Ses Ditjen Kuathan
konsep penangkalan Kemenhan18
dalam strategi pertahanan Negara
3 Masih menggunakan doktrin/strategi Ses Ditjen Kuathan
pertahanan negara yang Kemenhan19
menggunakan pola defensif aktif bila
dikaitkan dengan politik
4 Arsitektur pertahanan militer baru dalam Ses Ditjen Kuathan
tahap penyusunan yang Kemenhan20
masih membutuhkan kajian secara periodik
Sumber: Safril Hidayat dan Ridwan : 2017
Keamanan dan kesejahteraan dalam kebijakan ini sebagai dua sisi mata
uang, yang hal ini saling menguatkan dalam konteks kebijakan poros maritim.
Penguatan sektor keamanan menjadi keharusan yang juga menjadi dilema
keamanan karena memang pada akhirnya akan menimbulkan kekhawatiran
negara-negara tetangga. Kebijakan keamanan terkait poros maritim ditujukan
untuk menguatkan kepentingan nasional Indonesia sebagai negara kepulauan
yang perlu dipertahankan keutuhannya. Namun demikian, sektor keamanan
belum dapat tersentuh sepenuhnya dalam kebijakan poros maritim. Orientasi
pemerintah yang masih memfokuskan diri pada aspek kesejahteraan belum

17
“Empat Pihak Sampaikan Ancaman Gagalnya Visi Indonesia Poros Maritim Dunia”, 22 Juli
2017, dalam http://www.kompasiana.com/ imosacindonesia/empat-pihak-sampaikan-
ancaman-gagalnya-visi-indonesia-poros-maritim-dunia_5973197ab614012d6518ff32, diakses
pada 27 September 2018.
18
Brigjen TNI Sisriadi, ”Pengembagan Postur Pertahanan Militer Guna Mendukung
Terwujudnya Poros Maritim Dunia”, Majalah Wira, Vol. 59, No. 43, 2016.
19
Ibid.
20
Ibid.
sejalan dengan kepentingan keamanan (security). Dengan demikian,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Grindle maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa kebijakan poros maritim sebagai suatu kebijakan menyeluruh
belum dapat diimplementasikan. Indikator belum terimplementasikan (non
implementation) kebijakan poros maritim terlihat(Lihat Tabel 1).

KESIMPULAN

Visi Indonesia sebagai poros maritim dunia, beserta kelima pilar


pendukungnya, merupakan harapan dan sekaligus wujud “ocean policy” dalam
hal mengembalikan kejayaan NKRI sebagai negara maritim. Kebijakan Poros
maritim merupakan gagasan strategis dari pemerintah Indonesia yang
dicanangkan untuk menghubungkan antar pulau agar perpindahan orang dan
barang lebih efisien dan efektif, pengembangan industri perkapalan, dan sumber
daya laut yang sangat kaya, dan tidak kalah pentingnya adalah keamanan wilayah
Indonesia. Dengan demikian kebijakan poros maritim harus dilakukan dengan
merumuskan permasalahan yang jelas dan terukur dengan cara-cara dan strategi
pelaksanaan dan pencapaian tujuan kebijakan. Kebijakan poros maritim
memerlukan kerjasama seluruh pihak karena pada dasarnya kebijakan poros
maritim merupakan kebijakan yang memerlukan keterpaduan dan seluruh
komponen bangsa untuk menyukseskannya. Jika tidak maka akan terjadi
kegagalan kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Agustino, Leo. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Albrecht, Peter dan Karen Barnes. 2008. Pembuatan Kebijakan Keamananan


Nasional dan Gender. Geneva: Centre for the Democratic Control of
Armed Forces/DCAF.

Brian W. Hogwood, Lewis. A. Gun. 1984. Policy Analysis For The Real Word,
(London : Oxford University Press.

Carl U. Patton, David S. Sawacki. 2007. “Basic Methods of Policy Analysis


and Planning”, Hall International.

Dye, Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. USA : Prentice-Hall,


INC., Englewood Cliffs, NJ.

Dunsire. 1978. Implementation Theory, Block 3 Implementation, Evaluation


and Change, Open University

Irfan Islamy. 2009. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bina


Aksara.

Inu Kencana Syafiie. 2006.Ilmu Administrasi Publik, PT. Rineka Cipta, Jakarta

IPU dan DCAF. 2003. Parliamentary Oversight of the Security Sector:


Principles, Mechanisms and Practices. Geneva: IPU dan DCAF
Merilee S. Grindle. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third
World, New Jersey : Princeton University Press

Winarno, Kebijakan Publik Teori dan Proses, (Yogyakarta: MedPress, 2007).

Wahab, Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan


Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
JURNAL
Safril Hidayat dan Ridwan. 2017. Kebijakan Poros Maritim dan Keamanan
Nasional Indonesia. Jurnal Pertahanan & Bela Negara | Desember
2017, Volume 7 Nomor 3
Nainggolan, Poltak Partogi. 2015. “Kebijakan Poros Maritim Dunia Joko
Widodo dan Implikasi Internasionalnya”. Politica. Vol. 6 No. 2.
Agustus.
ARTIKEL LAIN
Sisriadi, Brigjen TNI. 2016. “Pengembagan Postur Pertahanan Militer Guna
Mendukung Terwujudnya Poros Maritim Dunia”. Wira. Vol. 59. No.
43.
WEBSITE
“Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, 13 November 2015, dalam http://
presidenri.go.id/berita-aktual/ indonesia-sebagai-poros-maritim-
dunia.html, diakses pada 26 September 2018.

”Presiden Jokowi Deklarasikan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia”, 15


November 2015, dalam http://www. kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/
Pages/Presiden-Jokowi-Deklarasikan-Indonesia-Sebagai-Poros-Maritim-
Dunia.aspx, diakses pada 26 September 2018.

“Empat Pihak Sampaikan Ancaman Gagalnya Visi Indonesia Poros Maritim


Dunia”, 22 Juli 2017, dalam http://www.
kompasiana.com/imosacindonesia/ empat-pihak-sampaikan-ancaman-
gagalnya-visi-indonesia-poros-maritim-
dunia_5973197ab614012d6518ff32, diakses pada 26 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai