Anda di halaman 1dari 17

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT.

MARIMAS
KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG
Lintang Febi Usmani(14020116120008), Eka Mega Apriani(14020116120031), Dhita
Arika(14020116120012)1

ABSTRACT

Industrial development in the city of Semarang has experienced rapid progress.


Industry as a mainstay field that encourages contributions to a country and region.
There are three very large industrial zones. The management of an industry produces
waste and the disposal of waste that is not carried out properly will affect the quality
of the water resources around it. Disposal of waste that has not been managed
properly in Semarang City is one of them by PT Marimas resulting in river pollution
which has a negative impact on the surrounding environment. The purpose of this
study was to determine the causes and effects of water pollution due to industrial
waste at PT. Marimas. The method used is a qualitative method.
The results of the study revealed that PT Marimas produced the remainder of its
business activities called hazardous and toxic waste materials. This waste disposal
pollutes the river and harms the community. This situation further encourages the
need to control the impact, so that the risks to the environment can be reduced as
small as possible.
Keywords: Industry, PT Marimas, Waste Disposal, Pollution

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 1
A. PENDAHULUAN

Industri merupakan salah satu penopang perekonomian daerah karena dapat


meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun, dalam proses industri ini
mengeluarkan hasil sampingan berupa limbah. Limbah apapun seharusnya tidak
menjadi masalah jika dikelola dengan baik tetapi apabila di suatu perusahaan terdapat
keterbatasan dana dan kurangnya kepedulian pelaku pengusaha industri untuk
mengelola limbah , maka cepat atau lambat tentu akan menimbulkan masalah di
kemudian hari (Wuri Hamumpuni, Johanita Anggia Rini : 2017) Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan tahun 2012 penyakit infeksi
merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga yang erat kaitannya dengan kondisi
sanitasi perumahan yang tidak sehat. Sanitasi lingkungan dan Penyediaan air bersih
yang tidak sesuai merupakan faktor risiko penyakit diare sebagai penyebab kematian
urutan nomor empat (Agustiningsih, Setia dan Sudarno : 2012) Cemaran yang terjadi
di badan perairan akan meresap ke dalam air tanah.

Air merupakan kebutuhan yang vital manusia. Menjadi hal penting terutama
untuk air minum. Adanya perubahan iklim, pengembangan industri dan perkotaan
merusak kualitas air minum dan ketersediaan air yang digunakan. Pengembangan
pendekatan jangka panjang untuk menggunakan air yang berkelanjutan membutuhkan
pengelolaan yang baik. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup akan menjadi
beban sosial, yang akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya
pemulihannya.

Sejumlah kota industri dan provinsi yang mempunyai tingkat kepadatan


penduduk yang cukup tinggi memiliki masalah sensitif terhadap pencemaran air. Salah
satunya adalah Kota Semarang. Kegiatan perdagangan dan industri di Kota Semarang,
sebagai kota metropolitan dan ibukota Provinsi Jawa Tengah selalu meningkat setiap
tahunnya. Kota Semarang memiliki 3 kawasan industri yang besar, yaitu Kawasan
Industri Wijayakusuma, Candi dan Genuk. Industri memiliki kontribusi besar dalam

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 2
kerusakan lingkungan baik pada sisi aktifitas input maupun output (Anil K Dwivedi :
2017) Pada sisi input, industri merupakan konsumen utama dari energi dan sumber
daya alam lainnya. Sedang dari sisi output, industri menghasilkan berbagai macam
polutan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius. Hal ini tentu
saaja potensial dalam permasalahan lingkungan terutama limbah.

Terbukti bahwa pencemaran dan perusakan lingkungan oleh perusahaan sering


terjadi, salah satunya oleh PT. Marimas Putera Kencana. Perusahaan yang berlokasi
di Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Semarang, Jawa Tengah ini bergerak dalam
bidang produksi makanan dan minuman dengan produk utama adalah minuman
serbuk. Keberhasilan perusahaan yang telah berkembang menjadi perusahaan berskala
nasional dengan distribusi produk seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri ini
ternyata menyimpan masalah yang merugikan masyarakat sekitar yaitu pencemaran air
yang mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3) sehingga struktur dan fungsi
ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak.

Limbah PT. Marimas ini mencemari aliran Sungai Klampisan sejak enam
tahun lalu. Akibat bau tak sedap, warga kesal terhadap dampak pencemaran tersebut.
Ketika hujan ataupun setelah hujan bau limbah masuk ke dalam rumah-rumah warga
dan anak-anak yang mencium bau limbah tersebut muntah-muntah dan sakit
kepala(Nugroho:2013). Terpeliharanya kualitas fungsi lingkungan berkelanjutan
menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran serta masyarakat yang menjadi
tumpuan pembangunan berkelanjutan guna menjamin kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa mendatang. Hal ini semakin mendorong
diperlukannya usaha untuk mengendalikan dampak lingkungan tersebut, sehingga
resiko terhadap lingkungan dapat diminimalisir sebaik mungkin.

Dalam perkembangan setelah diundangkan Undang-Undang No.32 Tahun


2009 tentang Lingkungan Hidup sebagai uapaya untuk mewujudkan pengelolaan
limbah B3, pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Peraturan
KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS
KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 3
Pemerintah Limbah B3). Adanya Peraturan Pemerintah Limbah B3 diharapkan
pengelolaan limbah B3 dapat lebih baik dan para pelaku industri taat pada ketentuan
tersebut sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan karena limbah B3.
Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku industri
dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT. Marimas, mengakibatkan terjadinya
pencemaran air tanah dan lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab dan dampak pencemaran air akibat limbah industri di PT.
Marimas Kelurahan Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan.
B. KAJIAN TEORI
a. Pencemaran Air
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan, Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu air yang telah ditetapkan (Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2009) Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari
keadaan normalnya. Jadi yang dimaksud dengan pencemaran air tanah adalah
keadaan dimana air tersebut telah mengalami perbedaan atau penyimpangan dari
keadaan normal. (Tresna : 2009) Keadaan normal air tersebut bergantung pada
faktor penentu, yaitu sumber asal air dan kenguaan air itu sendiri (Fatmawati :
2012). Pencemar air dapat menentukan indikator yang terjadi pada air lingkungan.
Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut (Rida Farida, Muhammad Ali
Ramdhani : 2014) :
1. Bahan buangan organic, pada umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini
dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan
mikroba patogen pun ikut juga berkembang biak yang akan
mengakibatkan berbagai macam jenis penyakit.
2. Bahan buangan anorganik, pada umumnya berupa limbah yang tidak
dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila
KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS
KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 4
bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat
mengakibatkan air menjadi bersifat tercemar.
3. Bahan buangan zat kimia, bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan
pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat
radioaktif. Zat kimia yang terkandung dalam air tersebut merupakan
racun yang dapat mematikan tanaman air, hewan air, dan bahkan
manusia.
b. Limbah
Limbah adalah energi, komponen, atau zat yang dibuang atau dikeluarkan
dari suatu kegiatan industri maupun nonindustri yang dapat menimbulkan gas yang
berbau busuk. Menurut Ehlers and Steel, air limbah yaitu “The liquid conveyed by
sewer (cairan yang dibawa oleh saluran air buangan)”.(Asmadi, Suharno : 2012)
Limbah cair atau buangan (waste water) adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganngu kelestarian
lingkungan hidup.
Penyebab utama dari pencemaran air adalah adanya pembuangan limbah cair
yang mengandung zat pencemar berbahaya yang dapat mempengaruhi kualitas air
baku atau bersih. Pencemaran terhadap sumber air dapat terjadi secara langsung
dari saluran pembuangan atau buangan industri maupun terjadi secara tidak
langsung melalui pencemaran air dan limpasan dari daerah pertanian dan
perkotaan. Kepadatan penduduk di perkotaan mengakibatkan volume limbah cair
yang dihasilkan oleh penduduk meningkat. Sumber munculnya limbah cair berasal
dari aktivitas manusia dan aktivitas alam. Aktivitas manusia dapat menghasilkan
limbah cair yang beragam sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. Berikut
beberapa jenis aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair, yaitu (Asmadi,
Suharno : 2012) :
KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS
KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 5
a. Aktivitas bidang rumah tangga,
b. Aktivitas bidang perkantoran,
c. Aktivitas bidang perdagangan,
d. Aktivitas bidang perindustrian,
e. Aktivitas bidang pertanian,
f. Aktivitas bidang pelayanan jasa.
Asmadi dan Suharno (2012:24) limbah adalah seluruh buangan yang
berasal dari hasil proses seluruh kegiatan yang meliputi buangan kamar mandi,
dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah perkantoran dan limbah dari daerah
kornersial serta limbah industri. Air limbah perkotaan merupakan salah satu
sumber daya air yang dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan.
Kendala yang dihadapi penggunaan kembali air tersebut yakni karena air limbah
perkotaan kualitasnya tidak memenuhi syarat kualitas air yakni mengandung unsur
adanya pengolahan sampai air limbah mencapai syarat kualitas yang
diperbolehkan.

C. METODOLOGI

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan penelitian lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui pencemaran air yang diakibatkan limbah PT.
Marimas. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung
dilapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang objektif yang disebut
sebagai data primer. Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah penelitian
diskriptif, dimana penelitian yang berusaha untuk pemecahan masalah yang ada
berdasarkan pada data yang sesuai, juga menganalisis, menginterpretasi, dan juga
menyajikan data. Dalam arti lain prosedur atau cara memecahkan permasalahan
penelitian adalah dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki sebagaimana
adanya, berdasarkan faktor-faktor aktual pada saat sekarang. Berdasarkan sumber

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 6
data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan (field research)
dengan cara interview yaitu wawancara kepada responden secara bebas terpimpin
dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari literatur dan jurnal-jurnal terkait.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Uraian Kasus Pencemaran Air oleh PT. Marimas

Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat
penting bagi manusia. Air dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya
seperti tetumbuhan, berada di permukaan dan di dalam tanah, di danau dan laut,
menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk awan, dan turunlah kebawah dalam
wujud hujan, kemudian mengalami infiltrasi ke bumi membentuk air bawah tanah
yang mengisi danau, laut dan sungai, dan proses tersebut terjadi terus menerus
tanpa diketahui pasti awalmulanya
Apabila siklus air tersebut diganggu, maka sistemnya tidak akan berfungsi
dengan baik sebagaimana akibat dari limbah industri, perusakan hutan, dan hal
yang lainnya yang merusak sistem air tersebut (belladonna : 2017) Tercemarnya
lingkungan dan sungai, diakibatkan karena limbah industri yang dibuang ke sungai
atau aliran air. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan. Hidup pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa
“Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan”.
Air adalah salahsatu wujud lingungan hidup bentuk fisik yang mana jika
tercemar akan berdampak besar pada kelangsungan hidup makhluk hidup. Dalam
menjalankan aktitasnya, PT Marimas yang merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang produksi makanan dan minuman (Food and Beverage) menghasilkan sisa

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 7
dari kegiatan usahanya yang disebut limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah
bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disebut limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan/ atau kegiatan yang mengandung antara lain zat, energi, dan/ atau
komponen lain yang karena konsentrasi, sifat, dan jumlahnya secara langusng
maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemari lingkungan hidup, dan
membahayakan lingkungan hidup serta kelangsungan hidup makhluk hidup. Pada
kenyataannya, kasus pencemaran limbah PT Marimas yang telah terjadi sejak
tahun 2011 yang lalu belum terselesaikan hingga saat ini.
Gambar 2.
Pencemaran Limbah Marimas di Kali Klampisan

Limbah masih saja ditemukan setiap harinya


di aliran Sungai Klampisan terutama pada
pukul 15.00-16.00 WIB. (wawancara Yono :
2019) Limbah tersebut merupakan limbah
cairan pekat berwarna hitam, hijau dan ada
juga yang berwarna putih. Limbah tersebut
berbau sangat tajam dan mengakibatkan warga
sekitar Sungai Klampisan mengalami pusing
dan mual karena menghirup bau limbah cair Sumber : Dokumentasi Pribadi
Mengingat bahwa keberadaan Sungai Klampisan sangat dekat dengan kawasan
tersebut.
industri dan rumah warga maka mau tidak mau bau tersebut harus dihirup dan
tidak dapat dihindari. Hal terparah dari pencemaran limbah tersebut adalah air
sumur warga yang merupakan sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari tidak dapat dipergunakan lagi karena sudah tercemar oleh limbah.(Wawancara
Kurniasih : 2019) Air sumur tersebut menjadi kotor, dan berbau tajam karena
sudah bercampur dengan limbah. Selain itu, Kampung Klampisan merupakan
daerah rawan banjir yang mana setiap kali hujan deras rumah warga selalu
tergenang air setinggi 20 sentimeter bahkan pernah sampai setinggi leher orang

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 8
dewasa. Banjir tersebut juga bercampur dengan limbah dan mengakibatkan gatal-
gatal dan penyakit lainnya.
Dahulu, warga pernah mendatangi PT. Marimas sebagai puncak kekesalan
warga. Pasalnya pihak pabrik tidak pernah tanggap dan justru membiarkannya.
Akhinya, warga melakukan unjuk rasa dan berhasil melakukan negosiasi dengan
pemilik PT Marimas. PT. Marimas pun memberikan bantuan berupa sumur artetis
guna pengganti Supply air warga yang semula menggunakan air sungai
Klampisan.
Gambar 3. Kondisi Sumur Artetis Namun, PT Marimas hanya memberi alat
alat dan pengeboran saja, untuk bak
tandon di bantu oleh BKN Purwoyoso.
Akibatnya, sebagian korban pencemaran
limbah PT. Marimas masih merasa
dirugikan karena harus mengeluarkan
Sumber : Dokumentasi Pribadi biaya yang lumayan besar untuk
keperluan air mereka yang dipergunakan
sehari-hari.
Oleh karena itu perlu adanya penegakkan hukum terhadap pencemaran yang
dilakukan oleh PT. Marimas tersebut agar terciptanya keadilan, kemanfaatan, dan
kepastian hukum.
b. Dampak Kasus Pencemaran Air oleh PT. Marimas

Kegiatan pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko untuk


menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sehingga fungsi
ekosistem menjadi terganggu dan tidak berfungsi sesuai peruntukannya(Eddy
Suroso, Muhammad Said, dan Satria Jaya Priatna:2017). Hal ini berpengaruh
terhadap keberadaan sumber daya air yang semakin menurun kualitasnya sebagai
akibat pencemaran air dari kegiatan membuang limbah cair tersebut ke sungai atau
sumber air. Pencemaran limbah PT. Marimas merupakan salah satu penyebab

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 9
kerusakan lingkungan hidup dan dapat menyebabkan penyakit kepada masyarakat
sekitar. Analisasi resiko lingkungan hidup juga merupakan perangkat pencegahan
yang baru diadopsi dalam undang – undang 32/09. menganalisa risiko lingkungan
hidup di wajibkan bagi perusahaan
“yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup,
ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia” (pasal 47 ayat 1).
Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air
untuk limbah industri, karena limbah dari industri PT. Marimas mengandung
polutan anorganik, maka air limbah tersebut tidak bisa langsung di buang ke
sungai, tetapi harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke sungai agar tidak
terjadi pencemaran. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industi yang di
buang ke perairan akan mengubah pH air, dan dapat menggagu kehidupan
organisme air. Air normal yang memenuhi syarat untuk kehidupan mempunyai pH
berkisar antara 6,5 sampai 7,5 (Joshua Nizel Halder1, M. Nazrul Islam : 2015).
Ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran terhadap
badan air. Ada batas kemampuannya sehingga perlu diupayakan dalam mencegah
dan menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat
dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang limbah industri ke
sungai. Kebiasaan membuang limbah ke sungai dan disembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan – peraturan yang
diterapkan di lingkungan masing – masing secara konsekuen (Shahid Ahmed and
Saba Ismail : 2018). Masyarakat di sekitar sungai perlu memperhatikan kebersihan
lingkungan dan perlu memahami mengenai pemanfaatan sungai, agar sungai tidak
lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan limbah. Perlunya pemantauan
dalam pelaksanaan mengenai peraturan pembuangan limbah industri dan hukuman
bagi yang melanggar. Limbah industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik
pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 10
dialirkan ke selokan-selokan atau sungai agar terciptanya sungai yang bersih dan
memiliki fungsi ekologis.
Terdapat beberapa dampak lain yang diakibatkan dari pencemaran air oleh
limbah PT. Marimas ini diantaranya :
1. Mengganggu masyarakat sekitar Pabrik
Masalah pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah hasil produksi PT.
Marimas ini tentunya membawa dampak serius yang sangat merugikan
beberapa pihak. Diantaranya adalah mengganggu masyarakat sekitar pabrik.
Bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh limbah yang dibuang ke sungai tentu
saja sangat mengganggu. Dengan bau tersebut, masyarakat menjadi sulit
melakukan aktivitas, seperti dampaknya terhadap air sumur yang dulu untuk
mandi dan memasak menjadi tercemar.
2. Kesehatan
Dampak lain yang dirasakan dengan adaya PT. Marimas ini yaitu mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar pabrik. Warga mengeluhkan bau menyengat yang
dihasilkan dari produksi PT. Marimas (Wawancara dengan Yono : 2019)
Selain itu penurunan kualitas air di Kawasan Klampisan, akibat limbah yang di
Kawasan Industri Candi (KIC) tahap lima dan masyarakat RW 08 mengalami
gangguan kesehatan kulit dan gatal gatal.
Gambar 3.
Kenampakan Limbah PT. Marimas

Buih limbah PT. Marimas

Sumber : Dokumentasi Pribadi

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 11
Pada gambar tersebut menunjukkan banyak nya bubble yang merupakan
indikasi bahwa sungai Klampisan telah tercemar. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diani Riezki Andara, Haeruddin dan Agung
Suryanto pada tahun 2014 mengenai “Kandungan Total Padatan Tersuspensi,
Biochemical Oxygen Demand Dan Chemical Oxygen Demand Serta Indeks
Pencemaran Sungai Klampisan Di Kawasan Industri Candi, Semarang” dengan
hasil Beban pencemaran bahan organik pada sungai Klampisan ialah tinggi
ditandai dengan tingginya beban pencemaran parameter BOD dan COD. Kedua
padatan ini merupakan indikator untuk mengetahui kadar pencemaran pada sungai,
yang mana termasuk di dalam nya sungai Klampisan.
c. Upaya Penyelesaian Kasus Pencemaran Air oleh PT. Marimas

PT. Marimas memiliki harapan untuk bisa tumbuh bersama sehingga


mendapatkan dan mencapai hasil yang lebih baik. Memberikan pelayanan yang
baik dan menjaga hubungan baik dengan banyak pihak dan masyarakat adalah hal
penting yang melandasi adanya kerjasama dan hubungan yang saling
menguntungkan untuk semua pihak. Di lingkup terdekat sekitar pabrik, PT.
Marimas yang selama hampir 21 tahun berdampingan dan menjadi bagian dari
masyarakat selalu berupaya untuk menjadi sebuah manfaat bagi warga sekitar
pabrik. PT. Marimas memberikan bantuan berupa pengadaan sumur artesis sebagai
upaya untuk membantu warga untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan sehat.
Sumur artesis adalah sumur yang lebih dalam dari sumur biasa dan kualitas airnya
lebih bersih. Diharapkan pengadaan sumur artetis ini dapat mempererat hubungan
yang lebih baik antara Marimas dan warga sekitar pabrik yang sempat renggang
karena sebelumnya PT. Marimas pernah didatangi oleh warga sekitar yang
mengeluh karena pengolahan limbah PT. Marimas yang tidak baik dan saluran
limbahnya jebol sehingga memasuki areal air sumur warga yang merupakan
sumber air untuk digunakan sehari-hari. Pada kenyataannya, bantuan sumur artesis
tersebut tidak optimal dan tidak diberikan secara menyeluruh kepada warga korban

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 12
pencemaran limbah sehingga mau tidak mau korban pencemaran limbah yang
tidak mendapatkan bantuan sumur artesis tersebut hingga saat ini menggunakan air
dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang harus dibayar perbulan. Dengan
demikian, warga merasa sangat dirugikan karena tidak dapat lagi menikmati air
sumur mereka yang sebelumnya dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan gratis. Mereka sangat terbebani dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
kebutuhan air mereka.

Selain itu, PT. Marimas juga masih belum melakukan pengelolaan limbah
dengan baik hingga saat ini sebab limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan
usahanya masih dibuang sembarangan di Sungai Klampisan. Hal tersebut sangat
merugikan warga dan PT. Marimas harus bertanggung jawab atas hal tersebut.
Dalam Pasal 69 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dikatakan bahwa setiap orang
dilarang:

a) Melakukan tindakan yang merusak dan mencemari lingkungan hidup


b) Memasukkan kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
suatu B3 yang dilarang, yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan Indonesia
c) Memasukkan limbah dari luar wilayah Indonesia kedalam media
lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia
d) Memasukkan suatu limbah B3 kedalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia
e) Membuang limbah kedalam media lingkungan hidup
f) Membuang limbah B3 dan B3 ke dalam media lingkungan hidup

Dengan demikian PT. Marimas telah melanggar ketentuan Pasal 69 Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Adapun Menurut Pasal 59 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 13
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dikatakan bahwa setiap
orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3
yang dihasilkannya. Jadi, PT. Marimas wajib melakukan pengelolaan terhadap
limbah yang dihasilkannya dengan baik dan tidak membuang sembarangan ke
Sungai Klampisan karena hal tersebut sangat merusak lingkungan dan merugikan
warga di sekitarnya.

Berdasarkan Pasal 54 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PT. Marimas sebagai pelaku
pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan
fungsi lingkungan hidup demi kelestarian lingkungan(I Made Arya Utama, I
Nengah Suharta : 2018). Dalam menjalankan aktivitas usahanya, PT. Marimas
tidak boleh hanya menitikberatkan perhatiannya dalam aspek ekonomi dengan
mencari keuntungan sebesar-besarnya saja tetapi juga harus memperhatikan aspek
sosial dan dampak usahanya terhadap lingkungan. Selain itu, peran serta
pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk menindak tegas PT. Marimas.
Pemerintah harus tanggap terhadap keluhan warga yang terkena dampak dari
pencemaran yang diakibatkan limbah tersebut demi terwujudnya lingkungan yang
sehat.

KESIMPULAN

Kegiatan industri dalam suatu wilayah memang dapat menggerakkan ekonomi


sekitarnya dengan penyerapan tenaga kerja juga pemasukannya kedalam
pendapatan daerah. Namun dibalik itu juga industri tersebut tidak dapat mengolah
limbah berbahaya yang dihasilkan akan berdampak buruk pada daerah sekitarnya.
Salah satunya adalah yang diterjadi di Kelurahan Purwoyoso, Ngaliyan, Semarang
khususnya Rw 8. Akibat libah pabrik PT Marimas yang tidak diolah sesuai dengan
AMDAL atau sesuai dengan Undang-undang No,32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup, menyebabkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 14
aliran sungai yang menjadi sumber air. Karena limbah yang mengandung B3 ini
tidak dioleh dengan baik mengakibatkan warga sekitar sungai mengalami sakit
mual dan pusing, juga mencemari sumur yang menjadi sumber air warga sehingga
tidak bisa digunakan lagi. Setelah warga melakukan protes terhadap PT Marimas,
PT Marimas memberika bantuan sumur artesis. Namun bantuan tersebut tidak
menyeluruh pada warga dan dari waktu ke waktu tidak bisa digunakan lagi
sehingga warga menggunakan PDAM yang membayar tiap bulannya.
Akibatangnya sungai yang tercemari tersebut tidak terawat dan banyak sampah
warga.

REKOMENDASI

1. Melakukan pengolahan limbah sesuai dengan AMDAL atau perundang-


undangan yang berlaku, yang dilakukan dengan pemantauan berkelanjutan
secara periodik.
2. Memberikan bantuan secara menyeluruh pada warga terdampak sesuai dengan
kebutuhan mereka.
3. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk turut serta menjaga lingkungan
disekitar mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Regulasi
Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan Hidup
Buku
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Gosyen Publishing. Yogyakarta
A. Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009.

Jurnal

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 15
Agustiningsih, Setia dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal
Presipitasi, 9(2)
Ahmed Shahid, Ismail Saba. 2018. Water Pollution and its Sources, Effects &
Management: A Case Study of Delhi. nternational Journal of Current
Advanced Research, 07(2)
Belladona.2017. Analisis Tingkat Pencemaran Sungai Akibat Limbah Industri
Karet Di Kabupaten Bengkulu Tengah. Seminar Nasional Sains Dan
Teknologi 2017 Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2
November 2017
Dwivedi Anil K. 2017. Researches In Water Pollution: A Review. International
Research Journal of Natural and Applied Sciences Vol. 4, Issue 1, January
2017
Fatmawati,dkk 2012. Kajian Identifikasi Daya Tampung Beban Pencemaran Kali
Jurnal Teknik Pengairan, 3(2):122–131.
Riezki Andara Diani, Haeruddin, Suryanto Agung. 2014. Kandungan Total
Padatan Tersuspensi, Biochemical Oxygen Demand Dan Chemical
Oxygen Demand Serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan Di Kawasan
Industri Candi, Semarang. Diponegoro Journal Of Maquares Volume 3,
Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 177-187
Rida Farida, Muhammad Ali Ramdhani. 2014. Conceptual Model Of The Effect
Of Environmental Management Policy Implementation On Water
Pollution Control To Improve Environmental Quality. International
Journal Of Scientific & Technology Research Volume 3, Issue 10,
October 2014
Suroso Eddy, dkk. 2017. River Water Pollution Control Strategy Due to Coal
Mining Activities (Case Study in Kungkilan River West Merapi District,
Lahat). Sriwijaya Journal of Environment. Vol. 2 No. 2, 50-57
Wuri Hamumpuni, Johanita Anggia Rini. 2017. A Study On The Implementation
Of Wa-ter Resources Conservation Technology And Domestic
Wastewater Management In the Building Design Of Dr. Heinz Frick
House In Semarang And Turi House In Solo. Architectural Research And
Design Studies. Universitas Islam Indonesia
Berita Online
Nugroho, (2013).,cemari sungai, Warga Ancam Tutup Saluran Air PT Marimas.,
http://news.okezone.com/read/ 2013/07/11/512/835328/cemari -sungai-
warga-ancam-tutupsaluran-air-pt-marimas, diakses 8 Maret 2019

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 16
Wawancara
Wawancara dengan Bapak Yono, Ketua Rw 08 Kampung Klampisan, Rabu 13
Maret 2019
Wawancara dengan Bapak Budi warga RW 08 Klampisan, Rabu 13 Maret 2019
Wawancara dengan Kurniasih warga RW 08 Klampisan, Jumat 15 Maret 2019
Wawancara dengan Edi warga RW 08 Klampisan, Jumat 15 Maret 2019

KAJIAN KASUS PENCEMARAN AIR DI PT. MARIMAS


KELURAHAN PURWOYOSO, NGALIYAN, SEMARANG | 17

Anda mungkin juga menyukai