Anda di halaman 1dari 25

TUGAS AMDAL

“Pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont


Minahasa Raya’’

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
Eva Trinasari
Resa Mailina
Suhermin
Titha Riharti

TINGKAT 3 DIV

POLTEKKES KEMENKES
JAKARTA II
TAHUN 2013
Kasus Pencemaran Teluk Buyat oleh PT Newmont Minahasa Raya,
Sulawesi Utara

Kasus Buyat mendapatkan rating tertinggi dalam kasus pencemaran lingkungan


hidup di dunia di tahun 2004. Kasus pencemaran lingkungan di dunia yang nyaris
mampu menyamakan rekor kasus “Minamata Deases” di Teluk Minamata Jepang
dimasa itu. Bumi Sulawesi Utara (Sulut) yang menjadi lokasi terciptanya kasus
menghebohkan dunia yang sebetulnya sejak tahun 2001 sudah sangat
menghebohkan dunia internasional, sehingga tercipta suatu kerjasama internasional
untuk mengadakan suatu “International Conference” tentang “System Tailing
Displacement (STD)” di Kota Manado (ibukota Sulut). Tak kurang dari 10 negara
hadir di acara tersebut dan sempat menerbitkan “deklarasi Manado”. Kerjasama
Jaringan Tambang Indonesia (JATAM), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI) Pusat maupun daerah Sulut serta berbagai organisasi internasional yang
menghadirkan negara-negara yang menjadi korban perusahaan-perusahaan
tambang emas skala besar dan kecil seperti Papua Nugini, Pilipina.

Hanya saja, kegiatan ini tidak digubris oleh pemerintah pusat maupun daerah,
sambutan dingin dan tidak bersahabat cenderung tercipta antara para masyarakat
(nasional & internasional) terhadap kegiatan tambang yang cenderung merampas
hak hidup (termasuk hak mendapatkan lingkungan hidup bersih) orang-orang kecil
(local community). Sudahlah, semuanya juga sudah tahu bahwa, investasi skala
besar akan lebih diperhatikan di negara ini dibandingkan dengan kesejahteraan
masyarakatnya. Padahal, dalih meningkatkan kesejahteraan masyarakat selalu
menjadi kata-kata pembuka bagi rangkaian pidato-pidato saat indstri skala besar
beroperasi, urusan benar-benar masyarakat benar sejahtera atau tidak, urusan lain.

Karena urusan sejahtera atau tidak inilah yang menjadi problem di setiap negara
yang menduduki suatu wilayah, dimana selalu saja masyarakatnya hidup di bawa
garis kemiskinan, termasuk yang terjadi di daerah kita Teluk Buyat Sulawesi Utara.
Akibat kegiatan pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa Raya
(NMR), ekosistem perairan laut di teluk Buyat rusak parah akibat buangan 2000 ton
tailing setiap hari. Bukan saja itu, kondisi masyarakat di sekitar Teluk Buyat yang
mengantungkan hidupnya dari hasil laut dan harus bertahan hidup di wilayah
tersebut karena tekanan kemiskinan harus menerima akibat dari pencemaran dan
perusakan ekosistem Perairan Teluk Buyat. Terkontaminasi logam berat arsen,
lahan tangkapan ikan berpindah jauh ketengah laut, yang semuanya itu menurunkan
kualitas hidup sebagian masyarakat Desa Buyat tepatnya masyarakat di dusun V
Desa Buyat Pante.

Limbah yang akan mengakibatkan biaya tambahan bagi masyarakat akibat kegiatan
perusahaan yang seharusnya tidak keluar ke alam bebas, justru sengaja dikeluarkan
melalui pipa sepanjang 900 meter dari tepi pantai Teluk Buyat. Akibatnya
menimbulkan biaya pencemaran bagi masyarakat sekitar Teluk Buyat atau eksternal
cost. Seharusnya ini menjadi biaya internal bagi perusahaan tersebut. Laut? ya,
itulah pilihan PT. NMR untuk membuang sampahnya, dengan harapan eksternal
costnya hilang. Lucu dan sungguh sangat tolol, bahwa memikirkan laut adalah lahan
bebas yang tidak akan berhubungan dengan kehidupan manusia. Coba, kita pikirkan
secara teologis, apakah Tuhan menciptakan laut untuk tempat buang sampah?
Bukankah di setiap kitab suci agama yang menceritakan penciptaan bumi ini,
dikatakan bahwa laut adalah tempat ikan-ikan dan makhluk hidup lainnya. Yang
secara rantai makanan akan berhubungan dengan manusia.

Dalih 82 meter sebagai zona termoklin, sungguh sangat tidak masuk akal, coba saja
bapak-bapak yang mengatakan itu, menyelam dan masuk ke kedalaman tersebut,
apakah tailing (sludge dan air) tidak bercampur dengan air laut atau tidak naik ke
permukaan? Tahun 2001, Walhi Sulut sudah melakukan penyelaman dan terlihat
sungguh sangat keruh air dikedalaman itu, di mana menandakan bahwa sedimen
betul-betul naik ke permukaan. Jadi, teori termoklin yang selalu digunakansebagai
pelindung bagi buangan PT. NMR perlu direvisi, apakah zona termoklin indikatornya
karena kedalaman ataukah kondisi suhu tertentu suatu perairan yang permanen dan
bukan temporer (seperti yang terjadi di daerah tropis).

Kita suku dan masyarakat yang diberikan kesempatan untuk lahir di bumi Sulawesi
Utara (Sulut), tidak hanya dititipkan begitu saja, tetapi diberikan tanggungjawab
untuk menjaga dan memelihara tanah dan sumberdaya alam lainnya di negeri ini,
karena itu pula kita harus bijak dan pinter memilih kegiatan apa saja yang boleh dan
dapat dilaksanakan di negeri ini.
Pencemaran Teluk Buyat adalah bentuk bencana ekologis yang merupakan suatu
bukti tidak bertanggungjawabnya kita melindungi bumi Sulut sebagai tempat tinggal
dan hidup. Perusakan ekosistem laut akibat timbunan “tailing” yang mengandung
logam-logam berat yang mengkontaminasi biota dan bahkan meracuni masyarakat
sekitar yang bermukim di sekitar “point source” yang sangat mengantungkan
hidupnya dari hasil laut perairan tersebut. Barangkali kontaminasi itupun telah
tersebar di sebagian masyarakat Sulawesi Utara melalui ikan-ikan yang telah
dikonsumsikan karena dampak pencemaran ini secara ekologi akan melintasi
wilayah administrasi suatu wilayah.

Pencemaran logam berat terutama logam arsen dan logam merkuri oleh PT. NMR
sudah jelas-jelas terbaca pada laporan-laporan RKL/RPL dan sejak tahun 2000
semua itu sudah terlihat, namun masih saja dianggap perusahaan raksasa ini tidak
melakukan pencemaran di perairan Teluk Buyat.

Celakanya, hampir ahli-ahli dari seluruh Indonesia bahkan luar negeri melalui
pernyataan-pernyataan yang di up-load di media internet menyatakan paham
bagaimana PT. NMR melakukan pencemaran, malahan penyelenggara
pemerintahan dan sebagian dokter dan akademisi dari Sulut masih menyangsikan
bahwa PT. NMR melakukan pencemaran. Sudah jelas-jelas ada masyarakat yang
memiliki banyak benjolan di sekujur tubuhnya dan ikan karangpun demikian, masih
saja kepala Bapedal Sulut mengatakan bahwa mereka bukan orang-orang asli dari
dusun V Desa Buyat Pantai. Padahal sejak tahun 1999-2000 masyarakat Buyat
sudah di pantau. Dan masih saja dikatakan itu adalah penyakit biasa menimpa
masyarakat pesisir, padahal dimana-mana benjolan tidak ditemukan di masyarakat
pesisir Pantai lainnya seperti di Teluk Jakarta, masyarakat Bajo sebagian
masyarakat kota Manado yang tinggal di pesisir.

Jadi, jelas sekali PT NMR masih lebih diuntungkan dibandingkan dengan


masyarakatnya sendiri, padahal dengan adanya atau tanpa perusahaan semacam
ini kesejahteraan masyarakat Sulut tidak berubah atau tidak ada perubahan positif
yang siknifikan dibandingkan jika harga cengkih dan kopra naik. Malahan,
sebetulnya kita mengeluarkan biaya atau “cost” tambahan akibat kita harus
menanggung “external cost” perusahaan ini akibat pencemaran dan perusakan
lingkungan alam. Artinya, terjadi penurunan kualitas hidup dalam waktu yang
panjang, apalagi ketika 2 perusahaan semacam ini akan beroperasi di Likupang dan
di Bolaang Mongondow, pastilah kualitas hidup masyarakat Sulut akan menurun
dengan tajam di masa datang.

Jadi untuk kesejahteraan masyarakat yang mana jika ada perusahaan raksasa
beroperasi di Sulut? Untuk seluruh masyarakatkah atau untuk sebagian masyarakat
yang dipilih oleh investor? Apakah negeri ini harus mengorbankan sebagian besar
masyarakatnya untuk memberikan keuntungan pada sebagian masyarakat Sulut
yang terpilih itu? Nah inilah yang menjadi persoalan yang banyak terjadi dalam
pengelolaan lingkungan hidup.

Kasus Buyat, menjadi salah salah satu model pengelolaan lingkungan hidup yang
harus mengorbankan masyarakat yang hidup di garis kemiskinan (yang terlihat) dan
mengorbankan seluruh masyarakat Sulut sebetulnya (bencana ekologis) di masa
datang. Inilah kenyataan yang mesti masyarakat Sulut hadapi, terpilihnya daerah
kita sebagai lahan eksploitasi emas dan terpilihnya tanah kita sebagai ajang buang
sampah beracun akibat kegiatan pengelolaan emas yang bakal mengancam
keberadaan masyarakat Sulut dimasa datang.

Tahap-tahap dalam pengelolaan lingkungan hidup masih tidak terlaksana dengan


baik di bumi Sulut. Jika ada perencanaan, sering kali tidak didasari oleh hasil
evaluasi dari kegiatan yang sudah berjalan. Pelaksanaan suatu kegiatan seringkali
tidak sesuai dengan rencana, selalu disesuaikan dengan budget yang ada, dan
seringkali kenyataannya biaya kegiatan yang dikeluarkan lebih kecil dari biaya yang
sudah diajukan, dalihnya ada pemotongan dimana-mana (korupsi?), yang sudah
menjadi lazim dilaksanakan pabila berurusan dengan pemerintah. Demikian pula
dengan pengawasan terhadap suatu kegiatan, apakah merusak lingkungan atau
tidak, selalu juga terbentur pada biaya pengawasan atau lebih tepat sesuai saja
dengan biaya pengawasan sehingga pengawasan hanya dilakukan sepanjang mata
memandang. Padahal kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang amat penting
untuk tetap membuat rencana dan pelaksanaan konsisten dengan komitmen
mensejahterakan masyarakat Sulut. Akhirnya, kegiatan evaluasi tidak dapat
dilakukan dengan baik, padahal hasil evaluasi merupakan data yang akan
dimasukkan (input) kembali pada suatu proses perencanaan. Tahap-tahap inilah
dalam pengelolaan yang semestinya sangat diperhatikan tapi justru inilah tahap
yang rawan dan seringkali terjadi manipulasi (data maupun uang).

Terlepas era kapan PT. NMR diijinkan untuk beroperasi di bumi Sulut, tetap saja
saat kini yang menentukan apakah perlu dipertahankan atau ditutup sama sekali dan
jika ada kegiatan yang serupa yang akan beroperasi di Sulut, tidak diperbolehkan
sama sekali untuk membuang tailing di dasar laut. Perencanaan investasi di era
Presiden Suharto, bukan tidak bisa dievaluasi di era Presiden Susilo Bambang
Yodoyono kini, itulah yang disebut dengan evaluasi dalam suatu pengelolaan
lingkungan hidup. Hasil evaluasi tersebut akan menjadi suatu perencanaan baru.
Jika kegiatan tersebut hanya untuk menyengsarakan masyarakat Sulut saat ini dan
di masa datang (10-20 tahun), lebih baik tidak diperbolehkan lagi berkegiatan di
bumi Sulut dan tentunya harus melakukan kegiatan perbaikan (rehabilitasi) akibat
pengrusakan yang telah dilakukan pada seluruh komponen alam dan manusia.

Analisa Kasus

Ringkasan
. Nama Buyat mencuat setelah munculnya keluhan penyakit yang diduga
Minamata yang diderita sejumlah warga di Desa Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara.
Penyakit minamata merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh cemaran
merkuri di sebuah tempat bernama sama di Jepang. Peristiwa di Teluk Buyat
diakibatkan karena adanya cemaran merkuri yang diduga berasal dari operasi
sebuah perusahaan tambang emas asing PT Newmont Minahasa Raya (NMR).

Akibat kegiatan pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa


Raya (NMR), ekosistem perairan laut di teluk Buyat rusak parah akibat buangan
2000 ton tailing setiap hari. Bukan saja itu, kondisi masyarakat di sekitar Teluk Buyat
yang mengantungkan hidupnya dari hasil laut dan harus bertahan hidup di wilayah
tersebut karena tekanan kemiskinan harus menerima akibat dari pencemaran dan
perusakan ekosistem Perairan Teluk Buyat. Terkontaminasi logam berat arsen,
lahan tangkapan ikan berpindah jauh ketengah laut, yang semuanya itu menurunkan
kualitas hidup sebagian masyarakat Desa Buyat tepatnya masyarakat di dusun V
Desa Buyat Pante. Pencemaran Teluk Buyat adalah bentuk bencana ekologis yang
merupakan suatu bukti tidak bertanggungjawabnya kita melindungi bumi Sulut
sebagai tempat tinggal dan hidup. Perusakan ekosistem laut akibat timbunan tailing
yang mengandung logam-logam berat yang mengkontaminasi biota dan bahkan
meracuni masyarakat sekitar yang bermukim di sekitar “point source” yang sangat
mengantungkan hidupnya dari hasil laut perairan tersebut. Barangkali kontaminasi
itupun telah tersebar di sebagian masyarakat Sulawesi Utara melalui ikan-ikan yang
telah dikonsumsikan karena dampak pencemaran ini secara ekologi akan melintasi
wilayah administrasi suatu wilayah. Pencemaran logam berat terutama logam arsen
dan logam merkuri oleh PT. NMR sudah jelas-jelas terbaca pada laporan-laporan
RKL/RPL dan sejak tahun 2000 semua itu sudah terlihat, namun masih saja
dianggap perusahaan raksasa ini tidak melakukan pencemaran di perairan Teluk
Buyat.

Latar Belakang

a. Profil Industri
Nama Industri : PT. Newmont Minahasa Raya (AS)
Pemilik : Richard B Nees
Lokasi : Sulawesi Utara
Luas Wilayah : 527.448 hektar
Jenis Produksi : Pertambangan Emas

PT. Newmont Minahasa Raya merupakan perusahaan pertambangan


yang berkerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka
Penanaman Modal Asing. Markas Induk PT. NMR, selanjutnya dikenal
dengan Newmont Gold Company (NGC) berada di Denver, Colorado,
Amerika Serikat. NGC menempati posisi lima produsen emas dunia. Selain
PT. NMR, di Indonesia perusahaan ini juga berkegiatan di Sumbawa, Nusa
Tengara Barat dengan nama PT. Newmont Nusa Tenggara. Proyek Newmont
antara lain tersebar di Kazakhtan, Kyryzstan, Uzbekistan, Peru, Brasilia,
Myanmar dan Nevada.
PT. NMR menandatangani kontrak karya dengan Pemerintah Republik
Indonesia pada tanggal 6 November 1986 melalui surat persetujuan Presiden
RI No. B-3/Pres/11/1986. Jenis bahan galian yang diijinkan untuk di olah
adalah emas dan mineral lain kecuali migas, batubara, uranium, dan nikel
dengan luas wilayah 527.448 hektar untuk masa pengolahan selama 30
tahun terhitung mulai 2 Desember 1986. Tahap produksi diawali pada Juli
1995 dan pengolahan bijih dimulai Maret 1996. Dalam tahap eksplorasi, PT.
NMR menemukan deposit emas pada tahun 1988. Kemudian kegitan
penambangan akan direncanakan dengan luas 26.805,30 hektar yang akan
dilakukan di Messel, Ratatotok kecamatan Ratatotok kabupaten Minahasa
yang berjarak 65 mil barat daya Manado atau 1.500 mil timur laut Jakarta.

b. Deskripsi lokasi dan Latar Belakang


Sejak 1986 – 2003, PT Newmont Minahasa Raya meninggalkan beban
derita terhadap warga Teluk Buyat dan kerusakan lingkungan hidup yang
tergolong berat. Hal ini diperkuat dalam Laporan Resmi Tim Teknis
Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat –
Teluk Ratatotok (2004).

Dalam laporan itu, disebutkan:

 Berlawanan dengan klaim PT Newmont Minahasa Raya, lapisan


“pelindung” termoklin tidak ditemukan pada kedalaman 82 meter.
 Teluk Buyat TERCEMAR Arsen dan merkuri berdasarkan ASEAN Marine
Water Quality Criteria 2004.

 Sumber (pencemaran) Arsen dan Merkuri di Teluk Buyat adalah limbah


tambang PT Newmont Minahasa Raya, BUKAN alamiah.

 Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat MENURUN akibat


pencemaran Arsen.

 Terjadi akumulasi (penumpukan) Merkuri dalam makhluk dasar laut


(benthos) di Teluk Buyat.

 Kadar Merkuri dalam ikan beresiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk


Buyat.

 Kadar Arsen dalam ikan beresiko (kesehatan) bagi penduduk Teluk Buyat.

 Upaya PEMBERSIHAN (clean-up) di Teluk Buyat perlu dilakukan


berdasarkan tingkat ancaman terhadap kesehatan manusia (human health
hazard)

 Kadar Arsen dalam air minum melampaui baku mutu PERMENKES

 Kadar Logam Berat dalam udara di Dusun Buyat Pante secara


keseluruhan paling tinggi dibandingkan desa lainnya.

 Pembuangan limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya


MELANGGAR undang-undang pengelolaan limbah beracun.
Presiden Direktur PT Newmont Minahasa Raya, Richard Ness
menjelaskan bahwa perusahaannya selama melakukan eksplorasi emas di
Dusun Buyat, Desa Rata Totok, Kecamatan Kutabunan, Kabupaten Minahasa
Selatan, Sulawesi Utara sejak tahun 1996 lalu, tidak menggunakan
merkuri untuk memisahkan emas dari bebatuan dan logam lain. Selama ini
PT Newmont Minahasa Raya menggunakan sianida untuk memisahkan emas
dari logam atau bebatuan yang lain.

c. Kunjungan Lapangan
Penelitian pertama dilakukan oleh tim yang dikenal dengan sebutan
Tim Independen. Penelitian ini dibiayai oleh PT. NMR. Hasil penelitian
tersebut, yang diantaranya menyimpulkan terjadinya pencemaran logam
berbahaya pada sedimen, plankton dan jaringan ikan. Namun PT.NMR
menolak hasil tersebut dan menyatakan metodologi penelitian tersebut tidak
valid dan kurang memadainya peralatan laboratoriun di Universitas Sam
Ratulangi. PT.NMR dan Pemda Sulawesi Utara menginisiasi penelitian
klarifikasi dan menamakan sebagai Tim Terpadu.
Asisten Deputi Penegakan Hukum Lingkunagn Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) Sudarsono menyatakan PT NMR telah Melanggar
ketentuan RKL/RPL (Rencana Kelola Lingkungan /Rencana Pemantauan
Lingkunan)
‘’Berdasarkan fakta dapat disimpulkan PT NMR telah memberikan
informasi tidak benar mengenai termoklin. Penentuan letak termoklin
didasarkan pada asumsi-asumsi modeling yang tidak valid sebagaimana
disebutkan pada dokumen AMDAL.
Pencemaran logam berat terutama logam arsen dan logam merkuri
oleh PT. NMR sudah jelas-jelas terbaca pada laporan-laporan RKL/RPL dan
sejak tahun 2000 semua itu sudah terlihat, namun masih saja dianggap
perusahaan raksasa ini tidak melakukan pencemaran di perairan Teluk Buyat.
d. Demografik, penggunaan lahan dan sumber daya alam

Lokasi perairan Teluk Buyat terletak


pada perairan Laut Maluku, Provinsi
Sulawesi Utara. Wilayah ini
berbatasan antara Kabupaten
Minahasa dan Kabupaten Bolaang
Mongondow. Secara geigrafis Teluk
Buyat Terletak pada 1240 42’04” –
124044’41” BT dan 0050’23” – 0051’21”
LU yang berhadapan dengan Laut
Maluku, di Buyat berdiam sebuah
kemunitas masyarakat yang terdiri dari
73 KK dengan jumlah penduduk 305
orang.
Sumber Daya Alam
Memiliki luas lahan perkebunan seluas 280.778 ha.
Jenis biota laut di Teluk Buyat yaitu, puluhan ekor jenis krapu, pato, kulipaser,
nener, lumba-lumba dan kakatua dan juga terdapat ikan uhi, bobara, wora,
talahuro, tikus-tikus dan betebukokong.

e. Data outcome kesehatan


1. Laporan Tim Independen (1999), Kajian Kelayakan Pembuangan Tailing,
penelitian WALHI-Dr.Joko Purwanto (2002), dan laporan Pusarpedal-KLH
(2004) menunjukkan pada organ ikan (daging, hati dan perut) telah
tercemar logam berat, khususnya Arsen (As), merkuri (Hg), dan Sianida
(CN). Penelitian-penelitian tersebut diatas, ditambah laporan penelitian
Evan Edinger,dkk (2004), laporan Survey P2O-LIPI (2001), dan laporan
Tim Terpadu (2000) menunjukkan bahwa beberapa jenis logam berat
terdapat dalam konsentrasi yang cukup tinggi di Teluk Buyat. Konsentrasi
tertinggi, khususnya As, Sb, Mn, dan Hg ditemukan disekitar pipa tailing.
Ddibandingkan dengan Teluk Buyat, konsentrasi logam-logam berat
tersebut di Perairan Totok relatif lebih rendah kecuali untuk logam merkuri
(Hg).
2. Pada laporan salah satu analisa dokumen RKL/RPL oleh Bapedal/KLH
ditemukan sampel ikan Lamontu yang mengandung 22,7 mg/kg arsen,
ikan kapas-kapas yang mengandung 5,33 mg/kg merkuri (toleransi WHO
30 mcg/kg). Berdasarkan Kajian Kelayakan Pembuangan Tailing Ke Laut
(PPLH-SA Unsrat dan Bapedal) menemukan pada 10 ekor ikan sampel
yang dianalisa, diperoleh hati dan perut ikan merupakan organ yang
mengakumulasi logam Arsen tertinggi, yaitu sekitar 2,772 ppb – 5,1365
ppb, konsentrasi logam besi (Fe) terakumulasi paling banyak pada daging
ikan, yaitu sekitar 1,03 – 1,86 ppm, sedangkan pada hati dan perut ikan
diperoleh konsentrasi logam besi sekitar 0,07 – 0,63 ppm. Dan hasil
pengukuran konsentrasi logam berat (Arsen, Kadmiun, dan Merkuri)
diperoleh bahwa biota yang ditangkap dan perairan Teluk Buyat rata-rata
sudah terkontaminasi oleh ketiga logam berat tersebut.
3. Pada tanggal 19 juni 2004, Yayasan Suara Nurani (YSN) dengan dr. Jane
Pangemanan, Misi bersama-sama dengan 8 mahasiswa Pasca Sarjana
Kedokteran jurusan Kesehatan Masyarakat melalui Program Perempuan,
melaksanakan kegiatan program pengobatan gratis untuk warga korban
tambang khususnya di Buyat pante (Lakban) Ratatotok Timur Kab.
Minahasa Selatan, dan dari hasil pemeriksaan tersebut menyatakan
bahwa 93 orang yang diteliti menunjukkan keluhan atau penyakit.
Keracunan yang di derita warga desa Buyat Pantai ini, ternyata sudah
dibuktikan oleh penelitian seorang Dosen Fakultas Perikanan Ir. Markus
Lasut MSc, dimana pada bulan Februari 2004, dari hasil penelitian
terhadap 25 orang (dengan mengambil rambut warga) terbukti bahwa, 25
orang tersebut sudah ada kontaminasi merkuri dalam tubuh mereka.
4. Penelitian Heavy Metal Contamination Of Reef Sediment, Dari hubungan
antar logam ditunjukkan bahwa logam Arsenik (As) dan Antimon (Sb)
merupakan indikator yang tepat atas sedimen tailing, sementara Copper
(Co), Cobalt (Co), dan Chrome (Cr) indikator yang konsisten dari sedimen
fluvial (sedimen pada sungai). Sedimen tailing memiliki konsentrasi yang
sangat tinggi pada dua logam ini, > 660 ppm As, dan > 550 ppm Sb.
Konsentrasi merkuri (Hg) memiliki dua puncak konsentrasi tertinggi –satu
di ujung pipa tailing (stasiun BY 001, sekitar 5 ppm), dan satu di sedimen
lumpur Teluk Totok (stasiun BY 013, sekitar 10 ppm). Iron(Fe), Titanium
(Ti) dan Mangan (Mn) paling banyak ditemukan di keseluruhan stasiun
pengamatan.
Rasio antar logam menunjukkan sejumlah lokasi karang di Teluk Buyat
mengandung sedimentasi dari tailing dengan jumlah yang signifikan.
Beberapa lokasi terumbu karang ini memiliki kandungan siliciclastic yang
relatif rendah pada sedimennya, mengindikasikan bahwa hampir
keseluruhan fraksi non-carbonate pada sedimen berasal dari tailing, dan
bukan dari sedimen fluvial.
Mayoritas laporan penelitian tersebut menemukan konsentrasi tertinggi
sejumlah logam berat, --terutama As, Sb, Mn, Hg dan senyawa Sianida
secara konsisten ditemukan di sekitar pipa tailing di Teluk Buyat.
Penelitian Evan Edinger,dkk menunjukkan konsentrasi As dan Sb yang
tertinggi berada di dekat mulut pipa. Logam As dan Sb merupakan logam
perunut (metal tracers) yang konsisten sebagai indikator sedimen tailing.
Khusus untuk logam merkuri (Hg), penelitian ini menemukan konsentrasi
tertinggi terletak pada 2 lokasi, yakni di dekat mulut pipa tailing di Teluk
Buyat dan di muara Sungai Totok.

Kepedulian masyarakat

Empat warga Kelurahan Buyat, Kecamatan Bunan, Kabupaten Bolaang


Mongondow, Sulawesi Selatan datang ke Jakarta untuk mengadukan nasib mereka,
warga diantaranya adalah Ny Masna Stirman (39), Ny Juhria (42), Rasyit Rahmat
(38) dan Sri Fika (1 tahun 9 bulan). Mereka disebut-sebut terkena penyakit yang
mematikan yakni Minamata. Karena belum ada bukti yang jelas, penyakit yang
mereka derita akibat kelebihan unsur logam dalam tubuh. Namun kedatangan
mereka ke Jakarta justru untuk membuktikan dan memberitahukan kepada publik
bahwa darah mereka telah tercemar oleh hasil limbah beracun yang dikeluarkan
oleh PT Newmont Minahasa Raya (NMR).

Sejak menutup tambangnya, 31 Agustus 2004, di daerah pembuangan


tailingnya PT Newmont Minahasa Raya (NMR) telah meninggalkan lebih dari 4 juta
ton tailing didasar teluk Buyat, mencabut masa depan 74 keluarga nelayan dengan
menghilangkan mata pencaharian dan mewariskan ganggguan kesehatan serius.
Sementara itu, dikawasan pertambangannya,PT NMR meninggalkan luka
penggusuran tanah terhadap ratusan warga, kekerasan dengan pelibatan aparat
militer dan kompensasi yang tidak manusiawi. Hingga saat ini 73 Warga masih
memperkarakan PT NMR dipengadilan. Hingga saat ini, konflik horizontal dan
intimidasi dari preman dan aparat lokal terhadap warga terus berlangsung.
Laporan warga Buyat tentang keberadaan tambang PT NMR yang
menghancurkan penghidupan warga, baik kepada pemerintah, bahkan kepada duta
besar Amerika Serikat tak pernah digubris. Akhirnya pada 15Agustus 2004, Polisi
mengumumkan bahwa Laut Buyat tercemar logam berat. Hal tersebut diperkuat oleh
pengumuman Hasil kajian tim ahli -tim terpadu (31 Agustus 2004) yang dibentuk
pemerintah untuk menangani kasus Buyat dan menemukan 2 fakta pelanggaran
hukum,yaitu PT NMR tidak memiliki ijin pembuangan limbah B3 dan ijin dumping
kelaut. Yang kedua PT.NMR melanggar
ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam ijin dan RKL/RPL. Tindakan tersebut
diikuti dengan penangkapan para petinggi Newmont yang diduga bertanggung jawab
terhadap terjadinya pencemaran di teluk Buyat.

Dukung upaya pemulihan hak-hak warga Buyat serta lingkungan


sekitarnya dengan :
1. Melakukan Aksi Protes terhadap Intervensi Pemerintah Amerika Serikat
serentak
2. Mengirim Surat Protes Keras lewat fax atau email yang ditujukan kepada
Pemerintah Amerika Serikat dan memberikan dukungan kepada Polri untuk
terus melakukan upaya penegakan hukum yang adil dan transparan terhadap
Kasus pencemaran di teluk buyat, Minasa.

Kontaminasi lingkungan dan bahaya lain :

a. Kontaminasi di dalam kompleks :


Wahana Lingkungan Hidup (Walhi Sulut) melakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap 20 orang warga Buyat Pante. Hasil pengukuran
konsentrasi arsenic dan mercury dalam darah 20 orang warga Buyat Pante
oleh speciality Laboratories dibawah tanggung jawab James B Peter MD
PhD, diperoleh bahwa dari 20 orang yang diambil darahnya, 18 orang telah
memiliki konsentrasi arsenic dalam darah di atas reference range (>11,0
mcg/L) dan 1 orang memiliki konsentrasi arsenic sama dengan 11 mcg/L
‘Toxic range’ untuk arsen adalah <100 mcg/L.
b. Kontaminasi di luar kompleks
 Terkontaminasi logam berat arsen, lahan tangkapan ikan berpindah
jauh ketengah laut, yang semuanya itu menurunkan kualitas hidup
sebagian masyarakat Desa Buyat tepatnya masyarakat di dusun V
Desa Buyat Pante.
 Teluk Buyat telah merubah kondisi ekosistem perairan Teluk Buyat.
Hal ini menunjukkan bahwa Teluk Buyat telah tidak sehat lagi bagi
ekosistem perairannya atau telah terjadi penurunan kualitas
lingkungan/ pencemaran lingkungan yang berat. Hasil riset juga
menunjukkan bahwa penambangan rakyat yang telah terhenti sejak 10
tahun lalu merubah ekosistem perairan Teluk Ratatotok. Distribusi
hewan benthos (dasar laut) menjadi tidak normal sedangkan bagi
zooplankton dan fitoplankton masih bersifat distribusi normal.

c. Gugus kendali mutu


Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan Dan Lingkungan Hidup
No 02 tahun 1988
golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu; golongan B, yaitu air yang dapat
dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan
rumah tangga; golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk
keperluan perikanan dan peternakan; golongan D, yaitu air yang dapat
dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk
usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air.
d. Bahaya fisik dan bahaya lain
Pada kasus ini tidak hanya memukul perekonomian nelayan setempat bahkan
bidang medis, lingkungan hidup serta sekarang ini ada indikasi bahwa
pencemaran tersebut tersebar sampai diteluk jakarta. Sampai-sampai
konsumen kerang hijau dihimbau hati-hati , hal tersebut merupakan imbas
dari kasus Teluk Buyat.

Analisis jalur Pemajanan lengkap

Nama Elemen Jalur Pemajanan


Jalur
Sumber Media Titik Cara Penduduk
Lingkungan Pemajanan Pemajanan Terpajan
PT. Limbah Perairan di Kulit, Limbah di Masyarakat
Newmont Pertambangan sekitar persendian Buang di Teluk Buyat
Minahasa Teluk Buyat Perairan kabupaten
Raya yang Minahasa
perairannya
biasa
digunakan
untuk
aktivitas
sehari-hari
dan sumber
kebutuhan
hidup
warga
sekitar
Teluk
Buyat.

Analisa Jalur pemajanan potensial


Tidak terdapat jalur pemajanan potensial karena lima elemen jalur pemajanan
telah terpenuhi seluruhnya, meliputi sumber pencemar, media lingkungan dan
mekanisme penyebaran, titik pemajanan, cara pemajanan, dan penduduk berisiko
terpajan.

Dampak kesehatan masyarakat

a. Evaluasi toksikologi
 Teluk Buyat tercemar berat dengan Merkuri dan Arsen, tetapi logam berat Merkuri
yang terbukti kadarnya sudah melebihi ambang batas baku mutu lingkungan.
 Elemen merkuri mempunyai waktu tinggal yang relatif pendek pada tubuh manusia
tetapi persenyawaan methyl mercury tinggal pada tubuh manusia 10 kali lebih
lama merkuri berbentuk metal (logam) dan menyebabkan tidak berfungsinya otak,
gelisah/gugup, ginjal, dan kerusakan liver pada kelahiran (cacat lahir).
 Menyebabkan Gejala penyakit yang timbul antara lain: Mual, pusing, sakit
kepala yang hebat, persendian sakit, lemah, kram, gemetar, bahkan yang
paling mengejutkan adalah munculnya benjolan pada bagian tubuh
tertentu. Benjolan dialami oleh banyak warga dewasa termasuk anak-anak.
Beberapa perempuan mengalami keguguran berulang-ulang pada usia
kehamilan 5-6 bulan, kelahiran anak yang cacat, dan ada beberapa ibu
yang menyusui bayinya dengan sebelah payudara saja, Karena yang
sebelahnya ada benjolan.
b. Evaluasi data outcome kesehatan
 Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoriom terhadap 20 orang yang diambil
darahnya, 18 orang telah memiliki konsentrasi arsenic dalam darah di atas
reference range (>11,0 mcg/L) dan 1 orang memiliki konsentrasi arsenic
sama dengan 11 mcg/L ‘Toxic range’ untuk arsen adalah <100 mcg/L.
 Berdasarkan hasil riset ditemukan kadar Merkuri pda ikan di Teluk Buyat
sebesar 0,017-0,034 ppm. Sehingga walaupun kadar ini masih dibatas aman,
tetapi jika dikonsumsi oleh masyarakat terus menerus akan meningkatkan
kadar Merkuri dalam darah sampai batas yang tidak aman.

c. Evaluasi kepedulian kesehatan masyarakat


 Dalam membuktikan pengaduan warga Teluk Buyat terhadap kasus
mereka tercemar olen logam berat yang berasal dari limbah
pertambangan emas. Maka Fakultas Mipa Universitas Indonesia
melakukan penelitian berupa pemeriksaan sampel darah, hasil
pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa 4 warga Teluk Buyat Minahasa
Selatan positif tercemar merkuri. Darah ke-4 warga tersebut mengandung
merkuri diatas ambang batas normal 8 mikrogram perliter. Berdasarkan
penelitian dan literatur, dosis efek yang dapat menimbulkan penyakit
Minamata berkisar antara 200 sampai 500 mikrogram perliter. Namun hal
ini masih berada jauh dibawah batas kandungan yang dapat
menyebabkan penyakit Minamata.

 Menyebabkan Gejala penyakit yang timbul antara lain: Mual, pusing, sakit
kepala yang hebat, persendian sakit, lemah, kram, gemetar, bahkan yang
paling mengejutkan adalah munculnya benjolan pada bagian tubuh
tertentu. Benjolan dialami oleh banyak warga dewasa termasuk anak-
anak. Beberapa perempuan mengalami keguguran berulang-ulang pada
usia kehamilan 5-6 bulan, kelahiran anak yang cacat, dan ada beberapa
ibu yang menyusui bayinya dengan sebelah payudara saja, Karena yang
sebelahnya ada benjolan

Kesimpulan

Penyakit yang dialami masyarakat di wilayah Teluk Buyat memiliki gejala


yang sama dengan peristiwa di Minamata, Jepang yaitu penyakit minamata yang
disebabkan tercemarnya lingkungan oleh logam-logam berat. Gejala yang
ditimbulkan penyakit ini antara lain: Mual, pusing, sakit kepala yang hebat,
persendian sakit, lemah, kram, gemetar, muncul benjolan pada bagian tubuh
tertentu, keguguran berulang-ulang pada usia kehamilan 5-6 bulan, kelahiran anak
yang cacat.

Telah dibuktikan oleh Fakultas Mipa Universitas Indonesia, dengan


pemeriksaan sampel darah warga sekitar, bahwa darah positif terkandung merkuri
dengan kadar diatas batas standar 8 mikrogram perliter. Namun hal tersebut masih
berada jauh dibawah batas kandungan yang dapat menyebabkan penyakit
minamata, yang mana berdasarkan penelitian dan literatur, dosis efek yang dapat
menimbulkan penyakit Minamata berkisar antara 200 sampai 500 mikrogram
perliter.  Jadi warga yang mengalami keluhan hanya memiliki gejala yang sama
tetapi bukan penyakit minamata. Tetapi akan dapat memyebabkan penyakit
Minamata bila meningkatkan kadar merkuri dalam darah , maka diperlukan
tindakan lanjut.

Rekomendasi

Dengan Merebaknya dugaan pencemaran logam-logam berat perairan Teluk


Buyat di Minahasa Selatan Sulawesi Utara di berbagai media massa, Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) dan para stakeholder perlu mengambil langkah-langkah
yang tepat dengan penekanan pada prinsip-prinsip kehati-hatian (precautionary
principles) dalam penanganan kasus ini. Beberapa langkah penanganan yang harus
segera dilakukan adalah:

 Departemen Kesehatan menentukan jenis penyakit yang diderita oleh warga


dan melakukan pengobatan dan bila perlu pencegahan.
 Membentuk tim untuk melakukan penyelidikan terpadu yang terdiri dari Tim
Pengarah dan Tim Teknis. Tim ini beranggotakan instansi pemerintah terkait,
pemerintah daerah, LSM, perguruhan tinggi, dan pakar. Tim terpadu tingkat
pusat akan bekerjasama dengan Tim Independen ditingkat Daerah.
 Memberikan informasi kepada masyarakat secara terus menerus
 Penegakan hukum terhadap pihak yang melanggar.

Deskripsi di atas, memperkokoh argumentasi bahwa PT Newmont Minahasa Raya


telah mencemari Teluk Buyat. Karenanya, Tim Teknis Penanganan Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat – Teluk Ratatotok,
merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Disarankan dilakukan pemantauan Teluk Buyat oleh pihak PT. Newmont


Minahasa Raya dan juga pemerintah sampai dengan 30 tahun yang akan
datang.
2. Masyarakat setempat yang terkena penyakit mempunyai gejala yang sama
dengan gejala yang diakibatkan  terpapar oleh Arsen.

3. Kondisi Teluk Buyat dikategorikan mempunyai resiko tinggi terhadap


kesehatan manusia dengan adanya ikan yang mengandung Arsen dan
Merkuri, maka disarankan untuk mengurangi konsumsi ikan yang berasal dari
Teluk Buyat.

4. Perlu dipertimbangkan untuk merelokasi penduduk dusun Buyat Pante ke


tempat lain.

5. Perlu dilakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran peraturan


perundang-undangan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh PT. Newmont
Minahasa Raya.

6. Kajian hukum tim teknis merekomendasikan pemerintah untuk selanjutnya


melarang pembuangan limbah tambang (tailing) ke laut.

Referensi

1. http://indocorpwatch.wordpress.com/tag/httpwwwwalhioridkampanyecemarindustri07082
1_b/

2. http://www.buyatdisease.com/berita/4.php

3. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9324109

Apendiks
Peta Lokasi Teluk Buyat

Teluk Buyat Sebelum Tercemar


Teluk Buyat Setelah Tercemar

Dampak Teluk Buyat

Perjuangan Masyarakat Membela Haknya


Artikel mengenai tanggapan pemerintah terhadap Kasus Teluk Buyat

Anda mungkin juga menyukai