Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENCEMARAN UDARA DAN KESEHATAN AKIBAT GUNUNG


MELETUS

DOSEN PEMBIMBING : HAYANA, SKM, M.Kes


DISUSUN OLEH :

DEWI NORMAYULIS
LIZA OKTARINA
NURHUDA
ADE KURNIAWAN
FENI ANDRIANY
EVA AFIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ( STIKes )


HANGTUAH PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Pencemaran Udara
Akibat Gunung Meletus”.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Pencemaran Udara Dan Kesehatan .Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu
menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang
Kesehatan Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus.
Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi
saya. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Saya sebagai penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 25 September 2018


Penyusun

( )
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus..............................................................3
2.2 Tanda dan Bahaya Gunung Meletus.........................................................................17
2.3 Dampak Positif.........................................................................................................19
2.3 Dampak Negatif.............................................................................................................20
2.4 Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api...............................................................20

BAB III PENUTUP..................................................................................................................22


3.1 Kesimpulan...............................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii
BAB I
PRNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi
di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak property. Pencemaran
udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa
definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat
bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Menurut WHO (1997) dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia
tergantung pada jenis bahan pencemar dan efeknya terhadap masing-masing individu
berbeda-beda. Secara umum, efek dari bahan pencemar adalah gangguan fungsi paru dan
sistem pernapasan.
Pencemaran udara terjadi jika komposisi zat –zat yg ada diudara melampaui ambang
batas yang ditentukan . Adanya bahan- bahan kimia yang melampaui batas dapat
membahayakan kesehatan manusia, mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan dan
terganggunya iklim (cuaca) dengan aktivitas manusia dan kemajuan tekhnologi terutama
akibat proses pembakaran bahan bakar diindustri atau kendaraan bermotor, maka banyak
gas-gas yang dihasilkan dan bercampur dengan udara sebagai zat pencemar. Bahan kimia
yang merupakan zat pencemar udara adalah karbondioksida (CO2), karbon monoksida
(CO), sulfurdioksida (SO2), oksida nitrogen (NO2), senyawa hidrokarbon, dan partikulat
logam berat.
Selain disebabkan oleh ativitas manusia, ternyata polusi udara juga bisa disebabkan
oleh alam. Faktor alam yang menyebabkan terjadinya polusi udara adalah meletusnya
gunung berapi. Indonesia merupakan negaya yang letaknya ada di sepanjang lempeng.
Karena pengaruh letak geografis Indonesia memiliki banyak sekali gunung berapi.
Gunung berapi yang ada di Indonesia ini banyak sekali yang masih aktif dan beberapa
di antaranya memiliki siklus meletus yang rutin beberapa tahun sekali. Oleh karena itulah
tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat akan terjadi letusan gunung berapi. Gunung
berapi yang meletus ini merupakan suatu benca alam. Tidak hanya akan menyebabkan
banyak sekali kerusakan dan juga pencemaran, namun gunung berapi yang meletus ini
juga mempunyai dampak yang postif. Beberapa dampak positif dari gunung berapi adalah
Indonesia mempunyai tanah yang subur, karena kandungan abu vulkanik dan juga lahar
dingin akan menyebabkan tanah menjadi subur. Letusan gunung berapi pasti akan
memancarkan yang namanya awan panas, abu vulkanik, dan juga lahar.
Beberapa hal- hal tersebut akan menyebabkan terjadinya polusi udara. Abu vulkanik
yang jatuh ke pemukiman penduduk akan menempel dimana saja sehingga akan
menyebabkan udara menjadi kotor karena abu ini bisa terbang kapan saja. Abu vulknik ini
sifatnya sangat berbahay karena mengandung beberapa hal seperti logam timah, tembaga,
seng, krom, besi dan juga silika. Kandungan abi vulkanik inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya polusi udara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus ?
2. Apasaja Tanda dan Bahaya Gunung Meletus ?
3. Apa Dampak Positif ?
4. Apa Dampak Negatif ?
5. Bagaimana Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus


2. Mengetahui Tanda dan Bahaya Gunung Meletus
3. Mengetahui Dampak Positif
4. Mengetahui Dampak Negatif
5. Mengetahui Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus

Salah satu penyebab terjadinya polusi udara adalah adanya letusan gunung berapi.
Contoh yang terbaru adalah saat Gunung Merapi meletus beberapa tahun yang lalu.
Sebagian besar wilayah disekitar gunung ini tertutup abu vulkanik dan udara juga menjadi
sangat berdebu. Selain itu, debu yang melayang diudara pada saat itu juga mengandung
unsur logam dan kaca. Artinya, bentuk partikel debu ini runcing dan tajam. Bila kita hirup,
maka pasti paru-paru kita akan terluka. Bisa dikatakan kualitas udara saat itu sangatlah
buruk.

Akan tetapi, bila kita ingin melihat dampak letusan gunung berapi pada kualitas udara
kita dalam skala besar, maka kita harus menengok jauh ke belakang yaitu pada 75.000
tahun yang lalu. Saat itu terjadi salah satu letusan gunung berapi yang sangat dahsyat yang
banyak ahli menyebutnya sebagai super volcano eruption atau letusan gunung berapi
super. Dan, gunung yang meletus ini tidak jauh dari negara kita bahkan ada di Indonesia,
tepatnya di Pulau Sumatera, yaitu letusan Toba. Ya, Danau Toba merupakan salah satu
danau vulkanik yang terbentuk akibat letusan tersebut. Karena letusan ini, udara di bumi
tertutup oleh abu vulkanik yang sangat padat. Banyak ahli menyebutkan bahwa peristiwa
ini adalah peristiwa yang bisa dikatakan sebagai peristiwa yang hampir memusnahkan
umat manusia. Pada saat itu, manusia di seluruh dunia hanya tersisa 10,000 orang. Jumlah
yang sangat kecil, mungkin tidak sampai jumlah orang dalam satu kelurahan.

Berikut daftar gunung yang meletus di Indonesia dalam 5 tahun terakhir:

2013

1. Gunung Rokatenda

Gunung yang terletak di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara


Timur ini pernah meletus pada 10 Agustus 2013. Sebelumnya, gunung ini pernah
meletus pada 2 Februari 2013. Letusan yang terjadi pada Februari ini membuat
jalur menuju dua desa, yakni Desa Lidi dan Desa Nitunglea terisolasi.

2. Gunung Sinabung

Gunung Sinabung yang terletak di Sumatera Utara ini pernah mengeluarkan


letusan dahsyat pada 5 November 2013. Ketinggian abu vulkanik letusan ini
mencapai 3.000 meter dari kawah. Bunyi gemuruh terdengar hingga jarak 8,5 km.
3. Gunung Merapi

Gunung yang terletak di antara Jawa Tengah dan Yogyakarta ini mengeluarkan
erupsi freatik pada 18 November 2013. Erupsi freatik kali ini menyemburkan asap
hingga ketinggian 2.000 meter.

2014

1. Gunung Kelud

Gunung yang berada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pernah meletus pada
13 Februari 2014. Suara ledakannya terdengar hingga jarak 45 km dari kubah
lava. Sebanyak 8.615 rumah di Kabupaten Kediri rusak akibat letusan ini.

2. Gunung Sinabung

Gunung Sinabung kembali mengeluarkan letusannya pada 15 Juli 2014. Jarak


luncur awan panas ke arah selatan sejauh 2,5 km. Gempa erupsi terjadi selama
482 detik. 2015 1. Gunung Raung Gunung Raung, yang terletak di perbatasan
Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi, Jawa Timur ini, pernah meletus pada 2
Agustus 2015. Lontaran material pijar setinggi 100 meter dari puncak.

3. Gunung Rinjani

Gunung Rinjani yang terletak di Pulau Lombok mengeluarkan erupsinya


melalui Gunung Barujari. Letusan tertinggi mencapai 2.000 meter dari puncak
gunung.

2016

1. Gunung Barujari

Gunung yang merupakan anak Gunung Rinjani, yang terletak di Lombok,


Nusa Tenggara Barat ini, pernah mengalami erupsi pada 27 September 2016.
Letusan ini melontarkan abu vulkanik setinggi 2.000 meter.

2. Gunung Gamalama

Gunung Gamalama yang terletak di Kota Ternate, Maluku Utara,


mengeluarkan semburan abu vulkanik pada 3 Agustus 2016. Ketinggian asap
mencapai 300 meter mengarah ke tenggara selatan.
2017

1. Gunung Sinabung

Gunung Sinabung kembali meletus pada 27 Desember 2017. Letusan disertai


awan panas berguguran dengan jarak luncur 4.600 ke arah selatan-tenggara
dan 3.500 meter ke arah tenggara-timur. Tidak ada korban jiwa dalam
peristiwa ini.

2. Gunung Agung

Gunung Agung yang terletak di Karangasem, Bali meletus pada 23 Desember


2017. Letusan ini ditandai oleh semburan asap setinggi 2.500 meter dari
puncak kawah.

2018

1. Gunung Sinabung

Gunung Sinabung kembali mengeluarkan asap panas pada 19 Februari 2018.


Tinggi letusan kali ini mencapai 5 km. Lama gempa letusan 607 detik.
Letusan tersebut juga disertai dengan suara gemuruh. Luncuran awan panas
mengarah ke selatan dan tenggara sejauh 4,9 km, serta 3,5 km ke arah
tenggara dan timur. 2. Gunung Merapi Gunung Merapi kembali bererupsi
pada Jumat (11/5/2018). Tinggi letusannya mencapai 5.500 meter dari puncak
kawah disertai suara gemuruh.

Menurut asalnya, pencemaran udar dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :

a. Pencemaran Udara Alami

Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses-proses alam


seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu
meteroid dan sebagainya.

b. Pencemaran Udara Non- Alami

Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa
disadari dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-
partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan.

Nuklir Gas vulkanik terbentuk selama terjadinya letusan gunung berapi letusan ini
terjadi ketika gas-gas yang dilarutkan dalam batuan memperbesar tekanannya dan naik
keatas sehingga bercampur dengan udara. Selain itu ketika air yang ada didalam perut
gunung dipanaskan dengan suhu tinggi akan menghasilkan tekanan yang besar dan dapat
menghancurkan batuan padat gas yang bercampur dengan udara kemudian membeku dan
membentuk batu vulkanik dan kaca apabila tertiup oleh angin maka partikel ini akan
berpindah hingga ribuan kilometer potongan batuan vulkanik dan kaca memiliki ukuran
sangat kecil. Gas-gas vulkanik yang di keluarkan akibat letusan gunung berapi ini adalah
berupa H2O, CO2, CO, NO2 dan H2.

Ukuran butir-butir dari abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi sangat
bervariasi dan berbeda beda batu yag berasal dari letusan gunung merapi akan jatuh
ketanah dengan jarak yang deket dengan sumber letusan namun untuk partikel partikel
yang ukuranya kecil akan tertiup oleh angin karena ukuranya sangat kecil dan ringan
ukuran partikel partikel tersebut sebesar 2mm atau0,001 milimeter (1 / 25, 000 inci)
bahkan lebih kecil lagi dan akan terbawa oleh angin dengan jarak beberapa kilo meter dari
sumber letusan.

Gas vulkanik mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan, pertanian.
Gas sulfur dioksida dapat menimbulkan hujan asam dan polusi udara. Secara global,
letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer dapat
mengakibatkan penurunan temperature permukaan dan penipisan lapisan ozon. Karena gas
karbon dioksida lebih berat dari udara, maka dapat mengalir ke daerah yang lebih rendah
dan mengumpul didalam tanah. Konsentrasi gas dioksida didaerah ini dapat mematikan
orang-orang, hewan dan vegetasi. Beberapa letusan juga mengeluarkan senyawa fluor
yang cukup untuk terdeformasi atau membunuh binatang yang merumput di vegetasi yang
dilapisi dengan abu gunung berapi tersebut.

Ada lima jenis polutan yang dapat mencemari udara , yaitu partikulat
dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), karbon monoksida (CO)dan timb al (Cooper,1994). Polutan-
polutan tersebut dapat mencemari udara dan berdampak n e g a t i f b a g i
kesehatan masyarakat jika telah melebihi ambang batas,
s e h i n g g a p e r l u dikendalikan. Polutan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber,
baik sumber pencemar alamimaupun akibat perbuatan manusia. Sumber pencemar alami
berasal dari alam dan tanpa campur tangan manusia, seperti letusan gunung berapi.

 Partikulat

Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal
yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang tersuspensi di
atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang
dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat merupakan jenis
pencemar yang bisa bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya.
Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi partikelnya, antara lain:
1. PM2.5 (2.5 µm)
2. PM10 (10 µm)
3. PM100 / TSP (Total Suspended Particulate) (≤100 µm)

Sifat kimia masing-masing partikulat berbeda-beda, akan tetapi secara fisik


ukuran partikulat berkisar antara 0,0002 – 500 mikron. Pada kisaran tersebut
partikulat mempunyai umum dalam bentuk tersuspensi di udara antara beberapa detik
sampai beberapa bulan. Umur partikulat tersebut dipengaruhi oleh kecepatan
pengendapan yang ditentukan dari ukuran dan densitas partikulat serta aliran
(turbulensi) udara. Secara umum kenaikan diamter akan meningkatkan kecepatan
pengendapan, dari hasil studi (Stoker dan Seager, 1972) menunjukkan bahwa
kenaikan diameter sebanyak 10.000 akan menyebabkan kecepatan pengendapan
sebesar 6 juta kalinya.

Partikulat yang berukuran 2 – 40 mikron (tergantung densitasnya) tidak bertahan


terus di udara dan akan segera mengendap. Partikulat yang tersuspensi secara
permanen di udara juga mempunyai kecepatan pengendapan, tetapi partikulat-
partikulat tersebut tetap di udara karena gerakan udara.
Sifat partikulat lainnnya yang penting adalah kemampuannya sebagai tempat absorbsi
(sorbsi secara fisik ) atau kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini
merupakan fungsi dari luas permukaan. Jika molekul terosorbsi tersebut larut di dalam
partikulat, maka keadaannya disebut absorbsi. Jenis sorbsi tersebut sangat
menentukan tingkat bahaya dari partikulat.

Sifat partikulat lainnya adalah sifat optiknya. Partikulat yang mempunyai


diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran sedemikian kecilnya dibandingkan dengan
panjang gelombang sinar sehingga partikulat-partikulat tersebut mempengaruhi sinar
seperti halnya molekul-molekul dan menyebabkan refraksi. Partikulat yang berukuran
lebih besar dari 1 mikron ukurannya jauh lebih besar dari panjang gelombang sinar
tampak dan merupakan objek makroskopik yang menyebarkan sinar sesuai dengan
penampang melintang partikulat tersebut. Sifat optik ini penting dalam menentukan
pengaruh partikulat atmosfer terhadap radiasi dan visibilitas solar energy.

Dampak terhadap Kesehatan

Keberadaan partikulat di udara secara potensial menyebabkan kerugian, seperti


pada kesehatan paru-paru dan dapat mereduksi jarak penglihatan (visibilitas).
Besarnya efek yang ditimbulkan oleh partikulat bergantung pada besar kecilnya
ukuran partikulat, konsentrasi, dan komposisi fisik-kimia di udara. Partikulat dapat
memberikan efek berbahaya terhadap kesehatan manusia melalui mekanisme sebagai
berikut.

 Partikulat mungkin bersifat toksik karena sifat fisik atau kimianya


 Partikulat mungkin bersifat inert (tidak bereaksi) tetapi jika tertinggal di dalam
saluran pernafasan dapat mengganggu pembersihan bahan-bahan lain yang
berbahaya
 Partikulat mungkin membawa substansi toksik / gas-gas berbahaya melalui
absorpsi, sehingga molekul-molekul gas tersebut dapat mencapai dan tertinggal di
bagian paru-paru yang sensitif.

Polutan partikulat masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem


pernapasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada
sistem pernafasan. Faktor yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan
terutama adalah ukuran partikulat, karena ukuran partikulat yangmenentukan seberapa
jauh penetrasi partikulat ke dalam sistem pernafasan.

Dampak terhadap Ekosistem dan Lingkungan

Keberadaan partikulat di udara dapat mereduksi radiasi matahari dan


meningkatkan kemungkinan presipitasi. Partikulat yang terdapat di atmosfer
berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi sinar matahari yang dapat mencapai
permukaan bumi. Pengaruh ini disebabkan oleh penyebaran dan absorbsi sinar oleh
partikulat. Salah satu pengaruh utama adalah penurunan visibilitas. Sinar yang melalui
objek ke pengamat akan diabsorbsi dan disebarkan oleh partikulat sebelum mencapai
pengamat, sehingga intensitas yang diterima dari objek dan dari latar belakangnya
akan berkurang. Dampak pencemaran udara oleh partikel debu antara lain yaitu
gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan warna
bangunan dan pengotoran, merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya
penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu jalannya fotosintesis, merubah
iklim global regional maupun internasional, menganggu perhubungan/ penerbangan
yang akhirnya menganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat.
Dampak Terhadap Hewan

Dampak partikulat terhadap hewan salah satu diantaranya adalah peradangan


pada saluran pernafasan ternak.

Dampak Terhadap Tumbuhan

Lapisan debu partikulat pada permukaan daun dapat menutupi stomata daun. Gas
dan uap air keluar-masuk struktur daun melalui stomata. Akibatnya transport gas , uap
air ke dalam struktur daun terganggu. Partikulat yang melapisi permukaan daun juga
menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Sehingga akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan vegetasi. Tanda-tanda kerusakan daun akibat pencemaran udara
seperti necrosis , chlorosis dan bercak pada permukaan daun.

Dampak Terhadap Material

Dampak partikulat terhadap material salah satu diantaranya adalah mempercepat


pengrusakan bangunan. Hal tersebut dikarenakan debu dapat mengikis material
bangunan. Selain itu, dapat mengganggu estetika bangunan tersebut.

 Sulfur Oksida (SOx)

Udara yang tercemar Sulfur Oksida (SOx)menyebabkan manusia akan mengalami


gangguan pada sistem pernafasannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi
asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas
yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada
bagian tubuh yang terkena.

Dampak Terhadap Manusia

Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi
SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitive iritasi
terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi
kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis
pada sistem pernafasan dan kardiovaskular.

Dampak Terhadap Lingkungan

Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan
asam.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut
sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan
kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan
ikan dan tanaman.

Dampak Terhadap Hewan

Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama
mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH
dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan
menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat
membantu menetralkan keasaman. Selain menyebabkan hujan asam, SO2 juga dapat
mengurangi jarak pandang karena gas maupun partikel SO2 mampu menyerap cahaya
sehingga menimbulkan kabut.

Dampak Terhadap Tanaman

Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara
tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis.
Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2
diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya
pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam
sulfat.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman.
Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH
yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.

Dampak Terhadap Material

Bagi material kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang
bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari
udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur,
dan umur dari gedung tersebut. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua
serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab
akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
 Nitrogen Dioksida (NO2)

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir
yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun
ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak
diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang
tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah
lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara
nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut
dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.

Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu
kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama
lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi
membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara.
Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C,
oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi
pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.

Dampak bagi kesehatan manusia

Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian


menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum
pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara
ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun
Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar
binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29
menit atau kurang. Pemaparan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Nitrogen dioksida merupakan
polutan udara yang dihasilkan pada proses pembakaran. Ketika nitrogen dioksida
hadir, nitrogen oksida juga ditemukan ; gabungan dari NO dan NO2 secara kolektif
mengacu kepada nitrogen oksida (NOx).

Dampak bagi Lingkungan

Gas nitrogen oksida (Nox) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida (NO)
dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari
udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat
menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam
batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam
konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus
berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih
berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.

Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi
pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama
senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto
kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat berdampak terhadap lingkungan dan
bersifat karsiogenik. Salah satu dampaknya terhadap lingkungan yaitu akibat
timbulnya asap tebal dapat menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena
dikhawatirkan akan terjadi tabrakan.

Dampak Terhadap Hewan

Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang


sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistim syarat dan kekejangan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan
hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan
sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut
berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan
semua tikus yang diuji akan mati. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar
NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang
percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan
paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100%
kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang.

Dampak Terhadap Tumbuhan

Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi
manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas
NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan
pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna
sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya
tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak
10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60%
hingga 70%

Dampak Terhadap Material

NOx terdiri dari dua macam, yaitu gas Nitrogen Monoksida dan gas Nitrogen
Dioksida. NOx dibebaskan ke udara terbanyak diproduksi oleh aktivitas bakteri dan
aktivitas manusia. NOX disini memiliki andil juga sebagai penyumbang sifat hujan
asam, dimana dari hujan asam ini dapat mengakibatkan pelapukan bebatuan dan
pengkaratan logam.

 karbon monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida


(CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2)
sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang
tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak
berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
haemoglobin.
Dampak-Dampak

Manusia

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk


berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen
keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO)
yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO
yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut
dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa
berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu,
metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya
ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak dari keracunan CO sangat berbahaya bagi
orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal
yang parah.

Lingkungan

Dampak dari pencemaran udara oleh karbon monoksida terhadap lingkungan


adalah penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri yang
mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin parah pula
pencemaran udara yang terjadi.

Hewan

Konsentrasi CO berlebih di atmosfer dapat meningkatkan efek rumah


kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO, CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan berakibat
pada pencairan es di kutub, perubahan iklim regional dan global, perubahan siklus
hidup flora dan fauna. Pada hewan, dampak dari kadar karbon monoksida yang
berlebihan hamper menyerupai dampak yang terjadi pada manusia, dapat
menyebabkan kematian.

Tumbuhan

Konsentrasi CO berlebih di atmosfer dapat meningkatkan efek rumah


kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO, CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan berakibat
pada pencairan es di kutub, perubahan iklim regional dan global, perubahan siklus
hidup flora dan fauna. Bagi Tumbuhan, kadar CO 100ppm pengaruhnya hamper tidak
ada khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200ppm dengan waktu kontak 24
jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama
yang terdapat pada akar tumbuhan.

Material

Karbon monoksida dapat berasal dari alam ataupun kegiatan manusia. Apabila
berasal dari kegiatan manusia, umumnya berasal dari kendaraan bermotor
menggunakan bahan bakar bensin, ataupun hasil pembakaran industri minyak dan
batubara.
Karbon monoksida sendiri tidak terlepas dari efeknya yang menimbulkan sisi negatif
pada benda material. Pada material, dampak pencemaran udara oleh karbon
monoksida dapat berupa perubahan warna kehitaman pada daerah yang telah tercemar
oleh karbon monoksida. Selain itu, apabila gas CO teroksidasi menjadi CO2, maka
dapat menimbulkan efek hujan asam juga yang dapat mengakibatkan peningkatan laju
korosi pada benda-benda logam.

 Timbal

Timah hitam atau timbal (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-
biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada
bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-
tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C
dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil.
Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar
matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau
oksidator.

Dampak-Dampak

Manusia

Pemajanan Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di


masyarakatvluas masih kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi
kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara 100–400 mg. Gangguan kesehatan
adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein yang
menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin, Gejala
keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan
sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang
nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan,
Kejang dan gangguan penglihatan.

Lingkungan

Timbal dapat menimbulkan pencemaran baik di udara, air, maupun tanah.


Timbal yang terkandung dalam udara, air, dan tanah akan berdampak bagi kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan. Apabila terdapat di air, akan ikut terkonsumsi oleh
makhluk hidup dan akhirnya akan menimbulkan penyakit dan dampak negatif
lainnya. Dampak pada lingkungan dan ekosistem akan selalu berhubungan satu sama
lain karena adanya keterkaitan yang tidak bisa diputuskan, seperti manusia dan hewan
mengonsumsi tumbuhan. Tumbuhan menyerap zat hara dari tanah yang mengandung
timbal, maka manusia dan hewan pun akan terkena dampaknya.

Hewan

Umumnya keracunan pada anak sapi memperlihatkan gejala: dungu, tidak nafsu
makan, dyspnoe, kolik dan diare yang kadang-kadang diikuti konstipasi. Menurut
Christian dan Tryphonas (1971) gejala klinis yang muncul pada anak sapi yang
keracunan Pb adalah depresi susunan syaraf pusat, kebutaan, menguak dan berlari
seperti bingung, menekankan kepala dan anorexia. Gejala klinis keracunan Pb pada
sapi dewasa antara lain akibat gangguan pada syaraf: dungu, buta, jalan berputar
(Buck, 1970; Christian dan Tryphonas, 1971), terdapat gerakan kepala dan leher yang
terus menerus, gerakan telinga dan pengejapan katup mata (Henderson, 1979). Gejala
yang timbul akibat gangguan pada gastrointestinal adalah : statis rumen dan anorexia
(Christian dan Tryphonas, 1971).

Tumbuhan

Dampak Pb bagi tanaman belum diketahui secara khusus. Namun, Pb dapat


mengendap di dalam tanaman.

Material

Belum diketahui dampak Pb terhadap material secara signifikan.

2.2 Tanda dan Bahaya Gunung Meletus

a. Tanda gunung akan meletus :

1. Mata air yang mengering


2. Terdengar suara gemuruh
3. Terjadi gempa
4. Kenaikan suhu yang terjadi di wilayah sekeliling gunung tersebut
5. Tanaman dan pepohonan tampak layu

Setelah kita mengetahui mengenai tanda gunung akan meletus yang akan
membahayakan sekitarnya dan memberikan kerugian disekitarnya. Kita akan membahas
mengenai dampak letusan gunung berapi.

Faktor Penyebab Bencana Gunung Meletus :

 Peningkatan kegempaan vulkanik


 Peningkatan suhu kawah
 Peningkatan gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi pada
tubuh gunung.
 Lempeng-lempeng bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi pun
mendesak serta mendorong permukaan bumi dan memicu aktivitas geologis,
vulkanik, dan tektonik.
 Akibat tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari
permukaan bumi sebagai lava.
b. Bahaya yang Ditimbulkan Oleh Aktivitas Gunung Berapi
1. Aliran lava panas
Aliran lava gunung berapi memiliki suhu 7000 sampai 1200oC. Dengan panas yang
teramat tinggi, aliran lava tersebut dapat merusak dan membakar apapun yang
dilaluinya. Akan tetapi warga dan penduduk di sekitar gunung masih dapat
menyelamatkan diri dari aliran lava ini karena alirannya sangat lambat yaitu sekitar
5-300 meter/hari.
2. Lahar
Ada beberapa jenis lahar, antara lain lahar hujan yang biasa juga dinamakan lahar
sekunder dan lahar letusan yang dikenal juga dengan lahar primer. Berat jenis
aliran lahar tersebut besar yaitu antara 2-2,5. Dapat merusak apapun. Terlebih jika
daerahnya landai/ miring. Bangunan dan gedung di sekitar dapat hancur dalam
sekejap. Pengertian dari lahar letusan dan lahar hujan adalah sebagai berikut.

3. Lahar letusan
Merupakan lahar yang terjadi karena letusan eksplosif gunung berapi yang punya
danau kawah. Jauh tidaknya persebaran lahar letusan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu banyak sedikitnya air dalam kawah, dataran sekitar gunung yang luas,
serta keadaan morfolog sekeliling kawah tersebut.
4. Lahar hujan
Merupakan terbentuknya lahar yang disebabkan oleh proses terjadinya hujan.
Lahar hujan dapat terbentuk lama setelah gunung berapinya meletus atau langsung
setelah terjadinya letusan gunung api. Besar atau kecilnya lahar hujan dipengaruhi
oleh intensitas curah hujan, banyak sedikitnya endapan gunung berapi yang
memiliki kandungan abu (abu adalah material yang dapat membentuk lahar). Lahar
hujan di Indonesia yang sudah sangat populer adalah lahar hujan gunung
Galunggung, Merapi, Semeru, Agung.
5. Awan panas
Awan panas dengan suhu sekitar 2000-800oC dapat menyerang wilayah sekitar
gunung berapi hingga radius 10 km bahkan lebih jauh. Kecepatan awan panas
kurang lebih 60 sampai 145 km/jam. Awan panas ini selain dapat merusak
bangunan dan pemukiman warga, juga dapat membuat pepohonan tumbang dan
akar pohon tercabut dari tanah. Dua jenis jenis awan panas yaitu awan panas surge
dapat menyerang dengan radius yang lebih jauh, sehingga menjangkau daerah
lebih luas. Selanjutnya awan panas block and ash flow yang arahnya akan ikut
dengan lembah gunung.
6. Hujan abu
Hujan abu akibat erupis gunung berapi biasanya berisi debu, pasir, butiran
lempung dan dapat berdampak pada tingginya keasaman air, rusaknya pepohonan
dan berbagai jenis tanaman termasuk lahan pertanian, menyebabkan penyakit mata
dan infeksi saluran napas. Apabila terjadi hujan abu dihimbau untuk menggunakan
masker dan kacamata serat jangan lupa untuk membersihkan sisa hujan abu yang
mengendap di atap rumah.
7. Batuan pijar
Lontaraan batu pijar dapat terjadi tatkala gunung berapi meletus dan mengarah ke
mana saja. Dapat membakar dan merusak bangunan, hutan, kematian manusia dan
hewan. Untuk menghindar dari lontaran batu pijar, sebaiknya mengungsi jauh-jauh
ke wilayah yang aman (jauh dari gunung).
8. Guguran lava pijar
Guguran lava ini berasal dari aliran lava atau kubah lava. Longsornya bisa sampai
berjuta meter kubik sehingga sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya.

2.3 Dampak Positif

Gunung berapi merupakan gunung yang berbahaya yang dapat merusak lingkungan
jika gunung berapi mengeluarkan letusan pada gunung berapi. Biasanya gunung berapi
akan meletus disebabkan oleh beberapa faktor dan akan memberikan siaga jika gunung
berapi akan meletus, sehingga gunung berapi yang akan meletus memberikan dampak
positif maupun negatif. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif gunung berapi
yang ada di sekitar lingkungan.

a. Dampak Positif Letusan Gunung Api bagi Manusia


 Tanah yang dilewati oleh abu vulkanis akibat meletusnya gunung api tersebut,
membuat tanahnya menjadi subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Bagi
penduduk sekitar yang bekerja menggarap lahan untuk ditanami berbagai
tanaman sayur atau lainnya, hal ini akan membawa keuntungan (baca : ciri ciri
tanah subur dan tidak subur)
 Pembangkit listrik baik didirikan di wilayah yang sering mengalami letusan
gunung
 Timbulnya mata air yang mengandung banyak mineral. Mata air ini biasa
disebut dengan makdani
 Membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga sekitar pegunungan yaitu
sebagai penambang pasir. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa
pasir dapat dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian
warga
 Jenis jenis hutan yang rusak akibat letusan, akan cepat digantikan dengan
pepohonan baru yang tumbuh membentuk suatu ekosistem baru
 Berpotensi terjadi hujan orografis di daerah vulkanis
 Batu yang meluap tatkala terjadi letusan gunung api berguna untuk bahan
bangunan
 Dampak meletusnya gunung api adalah munculnya geyser atau sumber mata
air panas yang bagus untuk kesehatan kulit.
b. Dampak Positif Letusan Gunung Api bagi Lingkungan
 Menjadikan tanah sekitar letusan gunung tambah subur
 Menghasilkan batu dan pasir bermutu baik untuk bahan bangunan
 Energi panas yang berasal dari bumi berguna untuk pembangkit tenaga listrik
 Sumber mineral, diantaranya gypsum, belerang, zeolit, dan lainnya
 Sumber mata air bagi pertanian, peternakan, dan sebagainya.
2.4 Dampak Negatif

Dampak negatif yang diberikan dari adanya letusan gunung berapi, akan sangat
merugikan seluruh makhluk hidup yang bertahan hidup di bumi. Tak heran jika banyak
orang yang sangat mengantisipasi agar tidak terjadinya letusan pada gunung berapi karena
akan memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitar dan makhluk hidup
disekitarnya. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak negatif gunung berapi :
a. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Manusia
 Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya
 Pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu gunung berapi memiliki
beberapa kandungan zat berbahaya seperti : hidrogen sulfida (H2S), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang kemungkinan
mengandung racun
 Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat sekitar, termasuk ekonomi yang
berhenti
 Bermacam material yang dikeluarkan gunung berapi dapat memicu munculnya
bibit penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk, sakit kulit, dan
sebagainya
 Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Dengan adanya bencana ini, pariwisata akan terhenti, pemasukan dari wisata
pun turut berhenti. Beberapa gunung api di Indonesia sebagai destinasi wisata
contohnya, gunung Merapi dan Rinjani
 Terjadinya kecelakaan akibat jalanan yang licin berdebu, makanan
terkontaminasi racun
 Hujan debu yang menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar yang
menjadi penyebab pemanasan global
 Lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga ekosistem hutan
terancam. Termasuk satwa yang tinggal di dalamnya.
b. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Lingkungan
 Bahaya langsung saat gunung meletus seperti awan panas, guguran material
letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah.
 Bahaya tak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat beracun, air
tercemar, lahan rusak

2.5 Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api

1. Memantau terus aktivitas gunung api yang aktif

Pemantuan Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan ke kantor Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung dengan menggunakan radio
komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.

2. Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung
berapi.
Tindakan tersebut antara lain :
 Mengevaluasi laporan dan data
 Membentuk Tim Tanggap Darurat
 Mengirimkan Tim ke lokasi
 Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3. Informasi ketika sudah tampak tanda gunung akan meletus dapat tersampaikan ke
masyarakat sekitar dengan cepat berkat pemantauan intensif
4. Bahaya karena aliran lahar, dapat dicegah dengan membuat tanggul dan mengurangi
jumlah air kawah
5. Wilayah yang rawan bencana sebaiknya ditinggalkan karena membahayakan
keselamatan penduduk
6. Pemetaan kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penggulangan bencana
7. Penyelidikan
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
8. Sosialisasi
Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta masyarakat terutama
yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman
informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan
sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu
menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan
kesehatan. Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut
lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Gas vulkanik mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan,
pertanian. Gas sulfur dioksida dapat menimbulkan hujan asam dan polusi udara. Secara
global, letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer dapat
mengakibatkan penurunan temperature permukaan dan penipisan lapisan ozon. Karena
gas karbon dioksida lebih berat dari udara, maka dapat mengalir ke daerah yang lebih
rendah dan mengumpul didalam tanah. Konsentrasi gas dioksida didaerah ini dapat
mematikan orang-orang, hewan dan vegetasi. Beberapa letusan juga mengeluarkan
senyawa fluor yang cukup untuk terdeformasi atau membunuh binatang yang merumput
di vegetasi yang dilapisi dengan abu gunung berapi tersebut. Jika udara yang telah
tercemar oleh gas vulkanik tersebut terhirup oleh manusia, ini dapat menyebabkan
gangguan pernapasan. Karena udara yang dihirup masuk ke hidung dan mengendap di
paru-paru. Udara yang tercemar gas vulkanik ini juga dapat menyebabkan penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Atas)

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan penulis
untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan atau
ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Mukono. 2006. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Surabaya : Airlangga
University Press.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/11/14564361/daftar-gunung-yang-meletus-
dalam-5-tahun-terakhir.

ttps://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/dampak-letusan-gunung-berapi

Untitled. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Diunduh


dari www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF
(tanggal akses 15 Februari 2013)

Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup.


Laporan Kegiatan Pengkajian Baku Mutu Kualitas Udara Ambien. 2011. Diunduh
dari http://pusarpedal.menlh.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Laporan-Pengkajian-
Baku-Mutu-Kualitas-Udara-Ambien.pdf
(tanggal akses 15 Februari 2013)

http://www.scribd.com/doc/53961253/Pence-Mar-An-Udara-Akibat-Letusan-Gunung-
Merapi-Dan-Dampaknya-Bagi-Kesehatan-Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai