DEWI NORMAYULIS
LIZA OKTARINA
NURHUDA
ADE KURNIAWAN
FENI ANDRIANY
EVA AFIANI
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, saya sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Pencemaran Udara
Akibat Gunung Meletus”.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah
Pencemaran Udara Dan Kesehatan .Selain itu juga, makalah ini diharapkan mampu
menjadi sumber pembelajaran bagi kita semua untuk mengerti lebih jauh tentang
Kesehatan Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus.
Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang menjadi sumber referensi bagi
saya. Terimakasih juga kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang terkait dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Saya sebagai penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
( )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pencemaran Udara Akibat Gunung Meletus..............................................................3
2.2 Tanda dan Bahaya Gunung Meletus.........................................................................17
2.3 Dampak Positif.........................................................................................................19
2.3 Dampak Negatif.............................................................................................................20
2.4 Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api...............................................................20
1.3 Tujuan
Salah satu penyebab terjadinya polusi udara adalah adanya letusan gunung berapi.
Contoh yang terbaru adalah saat Gunung Merapi meletus beberapa tahun yang lalu.
Sebagian besar wilayah disekitar gunung ini tertutup abu vulkanik dan udara juga menjadi
sangat berdebu. Selain itu, debu yang melayang diudara pada saat itu juga mengandung
unsur logam dan kaca. Artinya, bentuk partikel debu ini runcing dan tajam. Bila kita hirup,
maka pasti paru-paru kita akan terluka. Bisa dikatakan kualitas udara saat itu sangatlah
buruk.
Akan tetapi, bila kita ingin melihat dampak letusan gunung berapi pada kualitas udara
kita dalam skala besar, maka kita harus menengok jauh ke belakang yaitu pada 75.000
tahun yang lalu. Saat itu terjadi salah satu letusan gunung berapi yang sangat dahsyat yang
banyak ahli menyebutnya sebagai super volcano eruption atau letusan gunung berapi
super. Dan, gunung yang meletus ini tidak jauh dari negara kita bahkan ada di Indonesia,
tepatnya di Pulau Sumatera, yaitu letusan Toba. Ya, Danau Toba merupakan salah satu
danau vulkanik yang terbentuk akibat letusan tersebut. Karena letusan ini, udara di bumi
tertutup oleh abu vulkanik yang sangat padat. Banyak ahli menyebutkan bahwa peristiwa
ini adalah peristiwa yang bisa dikatakan sebagai peristiwa yang hampir memusnahkan
umat manusia. Pada saat itu, manusia di seluruh dunia hanya tersisa 10,000 orang. Jumlah
yang sangat kecil, mungkin tidak sampai jumlah orang dalam satu kelurahan.
2013
1. Gunung Rokatenda
2. Gunung Sinabung
Gunung yang terletak di antara Jawa Tengah dan Yogyakarta ini mengeluarkan
erupsi freatik pada 18 November 2013. Erupsi freatik kali ini menyemburkan asap
hingga ketinggian 2.000 meter.
2014
1. Gunung Kelud
Gunung yang berada di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, pernah meletus pada
13 Februari 2014. Suara ledakannya terdengar hingga jarak 45 km dari kubah
lava. Sebanyak 8.615 rumah di Kabupaten Kediri rusak akibat letusan ini.
2. Gunung Sinabung
3. Gunung Rinjani
2016
1. Gunung Barujari
2. Gunung Gamalama
1. Gunung Sinabung
2. Gunung Agung
2018
1. Gunung Sinabung
Menurut asalnya, pencemaran udar dapat dibagi menjadi dua macam, yakni :
Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa
disadari dan merupakan produk sampinga, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-
partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan.
Nuklir Gas vulkanik terbentuk selama terjadinya letusan gunung berapi letusan ini
terjadi ketika gas-gas yang dilarutkan dalam batuan memperbesar tekanannya dan naik
keatas sehingga bercampur dengan udara. Selain itu ketika air yang ada didalam perut
gunung dipanaskan dengan suhu tinggi akan menghasilkan tekanan yang besar dan dapat
menghancurkan batuan padat gas yang bercampur dengan udara kemudian membeku dan
membentuk batu vulkanik dan kaca apabila tertiup oleh angin maka partikel ini akan
berpindah hingga ribuan kilometer potongan batuan vulkanik dan kaca memiliki ukuran
sangat kecil. Gas-gas vulkanik yang di keluarkan akibat letusan gunung berapi ini adalah
berupa H2O, CO2, CO, NO2 dan H2.
Ukuran butir-butir dari abu vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi sangat
bervariasi dan berbeda beda batu yag berasal dari letusan gunung merapi akan jatuh
ketanah dengan jarak yang deket dengan sumber letusan namun untuk partikel partikel
yang ukuranya kecil akan tertiup oleh angin karena ukuranya sangat kecil dan ringan
ukuran partikel partikel tersebut sebesar 2mm atau0,001 milimeter (1 / 25, 000 inci)
bahkan lebih kecil lagi dan akan terbawa oleh angin dengan jarak beberapa kilo meter dari
sumber letusan.
Gas vulkanik mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan, pertanian.
Gas sulfur dioksida dapat menimbulkan hujan asam dan polusi udara. Secara global,
letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer dapat
mengakibatkan penurunan temperature permukaan dan penipisan lapisan ozon. Karena gas
karbon dioksida lebih berat dari udara, maka dapat mengalir ke daerah yang lebih rendah
dan mengumpul didalam tanah. Konsentrasi gas dioksida didaerah ini dapat mematikan
orang-orang, hewan dan vegetasi. Beberapa letusan juga mengeluarkan senyawa fluor
yang cukup untuk terdeformasi atau membunuh binatang yang merumput di vegetasi yang
dilapisi dengan abu gunung berapi tersebut.
Ada lima jenis polutan yang dapat mencemari udara , yaitu partikulat
dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen
dioksida (NO2), karbon monoksida (CO)dan timb al (Cooper,1994). Polutan-
polutan tersebut dapat mencemari udara dan berdampak n e g a t i f b a g i
kesehatan masyarakat jika telah melebihi ambang batas,
s e h i n g g a p e r l u dikendalikan. Polutan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber,
baik sumber pencemar alamimaupun akibat perbuatan manusia. Sumber pencemar alami
berasal dari alam dan tanpa campur tangan manusia, seperti letusan gunung berapi.
Partikulat
Partikulat adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal
yang lebih besar dari 0.002 µm tetapi lebih kecil dari 500 µm yang tersuspensi di
atmosfer dalam keadaan normal. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang
dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Partikulat merupakan jenis
pencemar yang bisa bersifat primer ataupun sekunder tergantung dari aerosolnya.
Partikulat terdiri dari beberapa jenis berdasarkan distribusi partikelnya, antara lain:
1. PM2.5 (2.5 µm)
2. PM10 (10 µm)
3. PM100 / TSP (Total Suspended Particulate) (≤100 µm)
Lapisan debu partikulat pada permukaan daun dapat menutupi stomata daun. Gas
dan uap air keluar-masuk struktur daun melalui stomata. Akibatnya transport gas , uap
air ke dalam struktur daun terganggu. Partikulat yang melapisi permukaan daun juga
menyebabkan kemampuan fotosintesis daun menurun. Sehingga akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan vegetasi. Tanda-tanda kerusakan daun akibat pencemaran udara
seperti necrosis , chlorosis dan bercak pada permukaan daun.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi
SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitive iritasi
terjadai pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi
kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis
pada sistem pernafasan dan kardiovaskular.
Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab terjadinya hujan
asam.Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor
dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan
bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut
sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan
kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan
ikan dan tanaman.
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama
mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH
dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini
disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada
keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan
menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat
membantu menetralkan keasaman. Selain menyebabkan hujan asam, SO2 juga dapat
mengurangi jarak pandang karena gas maupun partikel SO2 mampu menyerap cahaya
sehingga menimbulkan kabut.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara
tulang-tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis.
Kerusakan tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2
diudara akan berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya
pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam
sulfat.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi tanaman.
Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari tanah karena pH
yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian magnesium di daun.
Bagi material kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami oleh bangunan yang
bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh SO2 dari
udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada penampilannya, integritas struktur,
dan umur dari gedung tersebut. Ancaman serius juga dapat terjadi pada bagunan tua
serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab
akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah
menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
Nitrogen Dioksida (NO2)
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir
yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun
ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak
diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang
tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat
kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah
lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara
nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut
dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2.
Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu
kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama
lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi
membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara.
Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C,
oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi
pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
Gas nitrogen oksida (Nox) ada dua macam , yakni gas nitrogen monoksida (NO)
dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari
udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat
menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam
batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dalam
konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus
berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih
berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2.
Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates yang disingkat dengan PAN. Peroxi Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi
pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama
senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto
kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat berdampak terhadap lingkungan dan
bersifat karsiogenik. Salah satu dampaknya terhadap lingkungan yaitu akibat
timbulnya asap tebal dapat menyebabkan terhentinya alat-alat transportasi karena
dikhawatirkan akan terjadi tabrakan.
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi
manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas
NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada
konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan
pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna
sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya
tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak
10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60%
hingga 70%
NOx terdiri dari dua macam, yaitu gas Nitrogen Monoksida dan gas Nitrogen
Dioksida. NOx dibebaskan ke udara terbanyak diproduksi oleh aktivitas bakteri dan
aktivitas manusia. NOX disini memiliki andil juga sebagai penyumbang sifat hujan
asam, dimana dari hujan asam ini dapat mengakibatkan pelapukan bebatuan dan
pengkaratan logam.
Manusia
Lingkungan
Hewan
Tumbuhan
Material
Karbon monoksida dapat berasal dari alam ataupun kegiatan manusia. Apabila
berasal dari kegiatan manusia, umumnya berasal dari kendaraan bermotor
menggunakan bahan bakar bensin, ataupun hasil pembakaran industri minyak dan
batubara.
Karbon monoksida sendiri tidak terlepas dari efeknya yang menimbulkan sisi negatif
pada benda material. Pada material, dampak pencemaran udara oleh karbon
monoksida dapat berupa perubahan warna kehitaman pada daerah yang telah tercemar
oleh karbon monoksida. Selain itu, apabila gas CO teroksidasi menjadi CO2, maka
dapat menimbulkan efek hujan asam juga yang dapat mengakibatkan peningkatan laju
korosi pada benda-benda logam.
Timbal
Timah hitam atau timbal (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-
biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil
merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada
bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. PB-
tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C
dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka
penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil.
Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar
matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau
oksidator.
Dampak-Dampak
Manusia
Lingkungan
Hewan
Umumnya keracunan pada anak sapi memperlihatkan gejala: dungu, tidak nafsu
makan, dyspnoe, kolik dan diare yang kadang-kadang diikuti konstipasi. Menurut
Christian dan Tryphonas (1971) gejala klinis yang muncul pada anak sapi yang
keracunan Pb adalah depresi susunan syaraf pusat, kebutaan, menguak dan berlari
seperti bingung, menekankan kepala dan anorexia. Gejala klinis keracunan Pb pada
sapi dewasa antara lain akibat gangguan pada syaraf: dungu, buta, jalan berputar
(Buck, 1970; Christian dan Tryphonas, 1971), terdapat gerakan kepala dan leher yang
terus menerus, gerakan telinga dan pengejapan katup mata (Henderson, 1979). Gejala
yang timbul akibat gangguan pada gastrointestinal adalah : statis rumen dan anorexia
(Christian dan Tryphonas, 1971).
Tumbuhan
Material
Setelah kita mengetahui mengenai tanda gunung akan meletus yang akan
membahayakan sekitarnya dan memberikan kerugian disekitarnya. Kita akan membahas
mengenai dampak letusan gunung berapi.
3. Lahar letusan
Merupakan lahar yang terjadi karena letusan eksplosif gunung berapi yang punya
danau kawah. Jauh tidaknya persebaran lahar letusan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu banyak sedikitnya air dalam kawah, dataran sekitar gunung yang luas,
serta keadaan morfolog sekeliling kawah tersebut.
4. Lahar hujan
Merupakan terbentuknya lahar yang disebabkan oleh proses terjadinya hujan.
Lahar hujan dapat terbentuk lama setelah gunung berapinya meletus atau langsung
setelah terjadinya letusan gunung api. Besar atau kecilnya lahar hujan dipengaruhi
oleh intensitas curah hujan, banyak sedikitnya endapan gunung berapi yang
memiliki kandungan abu (abu adalah material yang dapat membentuk lahar). Lahar
hujan di Indonesia yang sudah sangat populer adalah lahar hujan gunung
Galunggung, Merapi, Semeru, Agung.
5. Awan panas
Awan panas dengan suhu sekitar 2000-800oC dapat menyerang wilayah sekitar
gunung berapi hingga radius 10 km bahkan lebih jauh. Kecepatan awan panas
kurang lebih 60 sampai 145 km/jam. Awan panas ini selain dapat merusak
bangunan dan pemukiman warga, juga dapat membuat pepohonan tumbang dan
akar pohon tercabut dari tanah. Dua jenis jenis awan panas yaitu awan panas surge
dapat menyerang dengan radius yang lebih jauh, sehingga menjangkau daerah
lebih luas. Selanjutnya awan panas block and ash flow yang arahnya akan ikut
dengan lembah gunung.
6. Hujan abu
Hujan abu akibat erupis gunung berapi biasanya berisi debu, pasir, butiran
lempung dan dapat berdampak pada tingginya keasaman air, rusaknya pepohonan
dan berbagai jenis tanaman termasuk lahan pertanian, menyebabkan penyakit mata
dan infeksi saluran napas. Apabila terjadi hujan abu dihimbau untuk menggunakan
masker dan kacamata serat jangan lupa untuk membersihkan sisa hujan abu yang
mengendap di atap rumah.
7. Batuan pijar
Lontaraan batu pijar dapat terjadi tatkala gunung berapi meletus dan mengarah ke
mana saja. Dapat membakar dan merusak bangunan, hutan, kematian manusia dan
hewan. Untuk menghindar dari lontaran batu pijar, sebaiknya mengungsi jauh-jauh
ke wilayah yang aman (jauh dari gunung).
8. Guguran lava pijar
Guguran lava ini berasal dari aliran lava atau kubah lava. Longsornya bisa sampai
berjuta meter kubik sehingga sangat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya.
Gunung berapi merupakan gunung yang berbahaya yang dapat merusak lingkungan
jika gunung berapi mengeluarkan letusan pada gunung berapi. Biasanya gunung berapi
akan meletus disebabkan oleh beberapa faktor dan akan memberikan siaga jika gunung
berapi akan meletus, sehingga gunung berapi yang akan meletus memberikan dampak
positif maupun negatif. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif gunung berapi
yang ada di sekitar lingkungan.
Dampak negatif yang diberikan dari adanya letusan gunung berapi, akan sangat
merugikan seluruh makhluk hidup yang bertahan hidup di bumi. Tak heran jika banyak
orang yang sangat mengantisipasi agar tidak terjadinya letusan pada gunung berapi karena
akan memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitar dan makhluk hidup
disekitarnya. Berikut adalah penjelasan mengenai dampak negatif gunung berapi :
a. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Manusia
Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya
Pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu gunung berapi memiliki
beberapa kandungan zat berbahaya seperti : hidrogen sulfida (H2S), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang kemungkinan
mengandung racun
Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat sekitar, termasuk ekonomi yang
berhenti
Bermacam material yang dikeluarkan gunung berapi dapat memicu munculnya
bibit penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk, sakit kulit, dan
sebagainya
Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Dengan adanya bencana ini, pariwisata akan terhenti, pemasukan dari wisata
pun turut berhenti. Beberapa gunung api di Indonesia sebagai destinasi wisata
contohnya, gunung Merapi dan Rinjani
Terjadinya kecelakaan akibat jalanan yang licin berdebu, makanan
terkontaminasi racun
Hujan debu yang menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar yang
menjadi penyebab pemanasan global
Lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga ekosistem hutan
terancam. Termasuk satwa yang tinggal di dalamnya.
b. Dampak Negatif Letusan Gunung Api bagi Lingkungan
Bahaya langsung saat gunung meletus seperti awan panas, guguran material
letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah.
Bahaya tak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat beracun, air
tercemar, lahan rusak
Pemantuan Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan ke kantor Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung dengan menggunakan radio
komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda
setempat.
2. Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung
berapi.
Tindakan tersebut antara lain :
Mengevaluasi laporan dan data
Membentuk Tim Tanggap Darurat
Mengirimkan Tim ke lokasi
Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3. Informasi ketika sudah tampak tanda gunung akan meletus dapat tersampaikan ke
masyarakat sekitar dengan cepat berkat pemantauan intensif
4. Bahaya karena aliran lahar, dapat dicegah dengan membuat tanggul dan mengurangi
jumlah air kawah
5. Wilayah yang rawan bencana sebaiknya ditinggalkan karena membahayakan
keselamatan penduduk
6. Pemetaan kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penggulangan bencana
7. Penyelidikan
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
8. Sosialisasi
Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta masyarakat terutama
yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman
informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencegahan yang ditempuh terhadap pencemaran udara tergantung dari sifat dan
sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu
menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan
kesehatan. Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut
lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C.
Gas vulkanik mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan,
pertanian. Gas sulfur dioksida dapat menimbulkan hujan asam dan polusi udara. Secara
global, letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer dapat
mengakibatkan penurunan temperature permukaan dan penipisan lapisan ozon. Karena
gas karbon dioksida lebih berat dari udara, maka dapat mengalir ke daerah yang lebih
rendah dan mengumpul didalam tanah. Konsentrasi gas dioksida didaerah ini dapat
mematikan orang-orang, hewan dan vegetasi. Beberapa letusan juga mengeluarkan
senyawa fluor yang cukup untuk terdeformasi atau membunuh binatang yang merumput
di vegetasi yang dilapisi dengan abu gunung berapi tersebut. Jika udara yang telah
tercemar oleh gas vulkanik tersebut terhirup oleh manusia, ini dapat menyebabkan
gangguan pernapasan. Karena udara yang dihirup masuk ke hidung dan mengendap di
paru-paru. Udara yang tercemar gas vulkanik ini juga dapat menyebabkan penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan penulis
untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan atau
ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Mukono. 2006. Prinsip dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua, Surabaya : Airlangga
University Press.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/11/14564361/daftar-gunung-yang-meletus-
dalam-5-tahun-terakhir.
ttps://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/gunung/dampak-letusan-gunung-berapi
http://www.scribd.com/doc/53961253/Pence-Mar-An-Udara-Akibat-Letusan-Gunung-
Merapi-Dan-Dampaknya-Bagi-Kesehatan-Masyarakat