Anda di halaman 1dari 17

Reklamasi Teluk Palu dan Pengaruhnya

Terhadap Lingungan
Posted on 15 Januari 2015 by junior
Kata Pengantar
Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Reklamasi Pantai dan Pengaruhnya terhadap
Lingkungan Fisik di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan Talise, Kecamatan
Mantikulore dan Pesisir Pantai Kelurahan Silae, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak pembimbing mata kuliah Sumber Daya Lingkungan.
2. Rekan-rekan semua di jurusan Teknik PWK Universitas Tadulako.
3. Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik
selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingatkan kemampuan yang di miliki penulis
hanyalah terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin.
Palu,

Desember 2014
Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1

Latar Belakang

Rumusan Masalah . 4

Tujuan Penelitian . 5

Manfaat Penelitian . 5

. 1

BAB II KERANGKA PENELITIAN

Tinjauan Pustaka . 6

METODE PENELITIAN . 7

Lokasi Penelitian

Materi Penelitian . 7

Teknik Pengumpulan Data . 8

Analisis Data . 8

. 7

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Reklamasi Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore 9

1. Perencanaan Reklamasi Pantai 10


2. Pelaku Reklamasi Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore 10
3. Material Reklamasi Pantai 11
4. Izin Reklamasi 11

Peraturan Mengenai Reklamasi 11

Dampak Reklamasi Terhadap Lingkungan 12

Sedimentasi 12

Luapan Air dan Sampah 13

Kerusakan Biota Perairan 13

Perkembangan Keruangan 15

Solusi Penanganan Dampak Reklamasi 15

Dampak Reklamasi Terhadap Masyarakat 15

Dampak Terhadap Warga Sekitar Reklamasi 15

Dampak Terhadap Pengguna Jalan 17

BAB IV PENUTUP

18

Kesimpulan 18

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Palu merupakan kota yang sangat unik. Keunikan tersebut terletak pada keadaan
alamnya. Keadaan alam Kota Palu yang terdiri dari lembah, pegunungan, dan laut membuat
kota ini dijuluki sebagai kota tiga dimensi.
Salah satu pesona kota Palu yang sangat indah terletak pada keindahan teluknya. Teluk Palu
terbentang dari Donggala di ujung sebelah barat laut, melingkar membentuk huruf U menuju
kawasan Pantai Barat Sulawesi Tengah di sebelah utara, melintasi Kota Palu. Sepanjang teluk
ini, anda akan disuguhkan pada pemandangan menarik berupa birunya laut yang nampak
menyatu dengan warna biru langit, desir angin, pantai berpasir putih (di wilayah Kota Palu
agak berbatu), dan rindang pepohonan (kelapa, ketapang, johar, bakau, dan lain-lain).
Kawasan teluk Palu dengan segera menjadi salah satu ikon wisata di kota Palu. Di sepanjang
pantai mulai dari daerah Taman Ria hingga Talise, kafe-kafe, rumah makan, restoran, hotel,
dan pusat perbelanjaan meramaikan suasana. Spot-spot rekreasi keluarga juga tersedia mulai
dari anjungan, jembatan merah, mesjid terapung hingga ikon kota palu yaitu Jembatan IV
atau yang lebih dikenal dengan jembatan kuning.
Kawasan teluk Palu tampak serius dikembangkan oleh pemerintah kota Palu menjadi spot
wisata yang menjanjikan investasi dan penyerapan tenaga kerja. Perlu diketahui bahwa
mayoritas penduduk yang bermukim di sekitar wilayah teluk Palu berprofesi sebagai nelayan,
petani garam, dan pelaku usaha kecil menengah (kafe-kafe di sepanjang pantai).
Perubahan dan kerusakan lingkungan yang terjadi dewasa ini lebih dikarenakan oleh ulah dan
perilaku manusia untuk meningkatkan status social ekonominya. Upaya peningkatan status
tersebut, antara lain di karenakan faktor kemiskinan yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia
tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam aktivitas ini sering
dilakukan perubahan-perubahan pada ekosistem dan sumberdaya alam. Perubahan-perubahan
yang dilakukan tentunya akan memberi pengaruh pada lingkungan hidup. Di daerah
perkotaan persoalan lingkungan yang paling nampak adalah persoalan yang ditimbulkan
oleh penggunaan lahan. Ada tiga penyebab utama antara lain; (1) faktor meningkatnya
pertumbuhan penduduk baik secara alami (kelahiran) maupun perpindahan penduduk dari
desa ke kota (urbanisasi), (2) faktor pembangunan yang senantiasa mendominasi daerah
perkotaan, (3) faktor keterbatasan lahan perkotaan.
Reklamasi pantai, merupakan salah satu contoh dari upaya manusia untuk menjawab
keterbatasan lahan diperkotaan, sebagaimana yang terjadi di Kota Palu, kegiatan reklamasi
yang dilakukan di pantai talise dan daerah sekitar teluk palu, yang di lakukan oleh pemerintah
daerah dan sebagian masyarakat beberapa tahun terakhir cenderung meningkat. Dalam
perkembangan selanjutnya kawasan tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan fasilitas
perkotaan dan permukiman.
Proses reklamasi pantai pada kenyataan dilakukan belum berjalan dengan baik sehingga
dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif seperti semakin banyaknya material yang
hanyut, sehingga terjadi pendangkalan perairan, dan bila ini terus berlangsung akan
mengancam ekosistem pantai.
Untuk menjawab penting atau tidaknya reklamasi pantai, dapat dilakukan penelitian sejauh
mana dampak yang timbul terhadap reklamasi pantai, atau perlu dilakukan perbandingan
keuntungan dan kerugian dari reklamasi tersebut. Baik itu keuntungan dan kerugian secara
ekonomi, fisik wilayah, serta keuntungan dan kerugian secara sosial yang akan berdampak di
kemudian hari.
Secara logika apabila kita menurunkan benda dalam air, maka ada bagian lain dari air yang
akan naik, mungkin secara kasat mata tidak terasa kenaikan air laut di bagian lain tersebut,
dikarenakan luas laut yang sedemikian dibanding hanya menurunkan sedikit benda, yang
pengaruhnya hanya terjadi sangat sedikit, untuk hal ini kita lihat di Jepang, yang merupakan
Negara yang melakukan reklamasi terbesar, kita lihat pada tahun 2011 lalu saat terjadi
tsunami di Jepang, tanggul yang telah disiapkan untuk menahan tsunami ternyata dilampaui
oleh gelombang yang tsunami, padahal pada perencanaan tanggul tersebut telah diukur untuk
menahan gelombang tsunami yang terbesar.
Kerugian lain dari reklamasi pantai adalah adanya habitat hewani yang terganggu oleh
kondisi tersebut, sirkulasi air laut pada sistem alam yang mungkin juga terganggu. Sedangkan
secara sosial, kemungkinan akan hilangnya simbol kota sebagai kota Teluk dan akan
membuat pemandangan alamiah akan sedikit terganggu. Serta yang juga perlu mendapat
perhatian lebih jauh para peneliti yang akan merekomendasikan reklamasi pantai ini, apakah
siklus ROB tidak berpengaruh bila dilakukan reklamasi?.
Selain kondisikondisi yang disebutkan di atas tentang penting tidaknya reklamasi pantai
dilakukan, yang perlu dicermati oleh para penentu kebijakan reklamasi pantai ini adalah
berapa konstribusi ekonomi yang diberikan kepada Kota Palu. Mana lebih besar keuntungan
finansial dibandingkan kerugiankerugian sosial dan kerugian fisik alamiah yang terjadi
akibat reklamasi pantai ini.

Bencana banjir yang terjadi di Jakarta dan Manado (Sulawesi Utara) menunjukkan bahwa
reklamasi pantai ikut memberikan dampak negatif terhadap pengelolaan lingkungan hidup di
kawasan pesisir dan menimbulkan kerugian jangka panjang kepada masyarakat nelayan. Hal
ini mestinya menjadi pembelajaran berharga bagi Walikota Palu H. Rusdi Mastura yang
serampangan memberi izin reklamasi pantai seluas 38,33 Ha dan diperuntukkan untuk
pembangunan ruko, supermarket, Carrefour, hotel, restoran dan kedai kopi, mal, dan
apartemen.
Bertolak dari berbagai persoalan tersebut, maka sangat menarik untuk dilakukan penelitian
mengenai Reklamasi Pantai dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan Fisik di Wilayah Pesisir
Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.
Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan 4 sistem pembuatan
reklamasi lahan pantai, yaitu:
1. Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di
atas permukaan air laut tinggi (high water level).
2. Sistem Polder
Reklamasi yang dilakukan dengan mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan
memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar daerah lahan
reklamasi.
3. Sistem Kombinasi (Timbunan dan Polder)
Setelah lahan diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut sampai ketinggian
tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
4. Sistem Drainase
Sistem reklamasi ini digunakan pada wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari
wilayah disekitarnya, tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi daripada elevasi muka
air laut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti di uraikan sebelumnya berikut ini di sajikan
perumusan dalam penelitian ini:
1. Bagaimana proses reklamasi pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu)
Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore ?
2. Bagaimana dampak reklamasi pantai terhadap perkembangan kawasan dan perubahan
fungsi ruang di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan Talise,
Kecamatan Mantikulore.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan kedua rumusan masalah tersebut, berikut ini disajikan tujuan penelitian yang
ingin dicapai:
1. Mempelajari proses reklamasi di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore.
2. Mengkaji dampak reklamasi pantai terhadap perkembangan kawasan dan perubahan
fungsi ruang di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan Talise,
Kecamatan Mantikulore.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil dari penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain
yang memiliki minat melakukan penelitian dengan aspek yang sama.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang reklamasi
pantai serta dampak terhadap lingkungan fisik, biotik, dan sosial serta perkembangan
dan perubahan fungsi ruang di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi para pelaku, perencana
dan pengelola reklamasi pantai agar dalam melaksanakan kegiatan reklamasi dapat
meminimalkan sebaik mungkin dampak negative yang timbul sebagai akibat kegiatan
tersebut. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan yang dalam hal ini terutama
masyarakat yang terdampak langsung oleh kegiatan tersebut.
BAB II
KERANGKA PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pengertian umum reklamasi banyak dikemukakan oleh para ahli, Chapman (1982, dalam
Asballah 2003:10) bahwa pada umumnya reklamasi sebagai proses untuk membuat lahan
agar cocok untuk pemanfaatan tertentu. Bila dilihat dari penggunaan lahan kota yang sudah
sangat mendesak, tindakan ini positif lebih strategis bila kawasan tersebut telah, sedang atau
akan dikembangkan untuk menunjang ekonomi kota atau daerah.
Di satu pihak, pemerintah kota sering memandang reklamasi pantai sebagai satu satunya
jalan untuk mengembangkan sumberdaya lahan bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
industri khususnya dalam konteks pertumbuhan kota. Di pihak lain muncul suatu kekuatiran
baik dari sudut pandang lingkungan misalnya bahaya banjir, polusi, dan sampah dari sudut
pandang hidrologi misalnya penurunan kualitas air tanah dangkal, perubahan pola arus; dan
dari sudut pandang ekonomi misalnya tingginya harga lahan di sekitar pantai, perubahan mata
pencaharian.

Wilayah kepesisiran atau kawasan kepesisiran dan ada yang menyebutkan sebagai daerah
pesisir merupakan padanan dari istilah coastal area. (Sunarto 2001:85) memberikan batasan
sebagai daerah yang membentang dari minakat gelombang pecah (breaker zone) dilaut
hingga mencapai batas akhir dataran alluvial pesisir (coastal alluvial plain) didarat.
Masih dalam Sunarto (2000:88) sifat dasar daerah pesisir selalu mengalami dinamika, karena
ada berbagai faktor sehingga daerah pesisir selalu bersifat poligenik. Perubahan perubahan
atau dinamika daerah pesisir secara alami akan bersifat ritmik dan siklik, kecuali telah
dipengaruhi oleh dinamika manusia (antropodinamic). Faktor antropodinamik yang banyak
pengaruhnya terhadap perubahan daerah pesisir ini dikendalikan dengan strategi yang
menyeluruh untuk keterpaduan aktivitas sektoral. Jika strategi ini tidak dapat berjalan sesuai
dengan rencananya, maka perubahan daerah pesisir yang sifatnya ritmik dan siklik akan
rusak, sehingga terjadi degradasi ekosistem pesisir atau daerah pesisir.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,
termasuk didalamnya manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Menurut undang-undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah
kesatuan ruang semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lain.
Sejalan dengan itu Bengen (2001:56) pengelolaan kawasan pesisir dan pantai memiliki
pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir melalui
penilaian secara menyeluruh (comprehensive assesment), merencanakan serta mengelola
segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan
berkelanjutan. Dengan demikian keterpaduan dalam perencanaan dalam pengeloaan kawasan
pesisir dan pantai mencakup empat aspek, yaitu (1) keterpaduan ekologis; (2) keterpaduan
sektor; (3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholder.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Di dalam penelitian ini yang menjadi lokasi (fokus) penelitian pada Wilayah Pesisir Pantai
Talise (Teluk Palu) Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.
B. Materi Penelitian
Materi penelitian yang akan digunakan adalah:
1. Data primer, dikumpulkan dengan melakukan pengamatan fenomenologis dan
pengukuran dilapangan, selain itu juga dilakukan wawancara.
2. Data sekunder, dikumpulkan dengan teknik dokumentasi.
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau cara pengumpulan data dilakukan melalui survei data sekunder instansional,
yang didukung atau dilengkapi dengan survei data primer, melalui wawancara, pengecekan
lapangan. Pengambilan sampel dan penentuan titik pengecekan dilapangan dengan cara
purposive sampling.
D. Analisis Data
Analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, model analisis disesuaikan
dengan sifat rancangan penelitian yang mengacu pada pengujian hipotesis dan tujuan
penelitian, model analisis proses reklamasi dan dampak reklamasi pantai dilakukan secara
deskriptif fenomenologis.

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Reklamasi Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu)


Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore

Proses reklamasi akan berlangsung selama empat tahun dengan dibagi beberapa tahap
pengerjaan. Tahap pertama berlangsung selama satu tahun dengan menimbun Teluk Palu
seluas 10 hektare. Proses penimbunan itu dilakukan oleh gabungan sejumlah perusahaan
daerah serta beberapa investor lain yang hendak membantu pelaksanaan dari proses reklamasi
tersebut.
Pembangunan proyek besar ini diperkirakan mencapai sekitar Rp200 miliar. Teluk Palu
memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal.
Setiap tahun, sedimen di Teluk Palu yang berasal dari Sungai Palu sebanyak 1,8 juta ton yang
berasal dari Sungai Palu. Hal ini juga salah satu yang mendasari untuk melakukan reklamasi.
Pinggiran pantai yang berada di sekitar Teluk Palu memiliki potensi wisata sangat
menjanjikan namun kurang tertata dengan baik. Di sepanjang pantai tersebut banyak penjual
yang menyediakan beberapa sajian tradisional, namun belum menyediakan sarana seperti
toilet atau tempat ibadah. Bayangkan, untuk mencari kamar kecil saja susah. Ini persoalan
sepele namun harus dipikirkan.
Semua pembangunan yang dilakukan pemerintah dan swasta diklaim adalah untuk
kepentingan masyarakat bukan untuk orang per orang. Harga tanah di sekitar proyek
reklamasi yang berada di pinggiran Pantai Talise diperkirakan akan terdongkrak naik seiring
bertumbuhnya investasi di kawasan tersebut.
Pemerintah juga menjamin tidak akan menggusur rumah penduduk dan tempat usaha
masyarakat sekitar dengan adanya reklamasi Teluk Palu.
Berbagai pembangunan itu adalah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat dan
menumbuhkan perekonomian Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah ini. Pertumbuhan ekonomi
Kota Palu mencapai diperkirakan 10,7 persen pada 2013, dan kota ini menargetkan bisa

menghapus kemiskinan pada 2015. Saat ini penduduk miskin di Kota Palu sekitar sembilan
persen dari 470 ribu penduduk atau kurang lebih terdapat sekitar 42.3 ribu jiwa.
Akan tetapi, reklamasi Teluk Palu itu nampaknya tidak semulus sesuai yang direncanakan.
Sebelum dan setelah penimbunan secara simbolis, sejumlah aktivis pegiat lingkungan
menentang habis-habisan rencana reklamasi karena selain mengganggu ekosistem pantai,
para petambak garam juga akan terkena imbasnya. Selain itu juga akan mengurangi daerah
tangkapan nelayan yang telah lama mendiami tempat tersebut.
A. Perencanaan Reklamasi Pantai
Program Pembangunan perencanaan reklamasi pantai oleh Pemerintah Daerah Kota Palu
meliputi:
1. Wilayah Perencanaan Reklamasi pantai.
2. Waktu Pelaksanaan Rencana Pembangunan Fisik.
3. Sasaran Program Perencanaan Penataan wilayah kepesisiran.
4. Dasar hukum rencana penataan Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore.
Lingkup kewenangan tersebut secara khusus diatur dalam undang-undang, peraturanperaturan dan keputusan-keputusan, sebagai berikut ini:
1. Undangundang.
2. Peraturan Pemerintah.
3. Keputusan, Instruksi Presiden dan Surat Keputusan Menteri.
4. Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah/Kota.
B. Pelaku Reklamasi Pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) Kelurahan
Talise, Kecamatan Mantikulore
Reklamasi teluk palu yang secara resmi telah dibuka pada tanggal 9 januari 2014 menjadi
awal di mana reklamasi terbesar yang dilakukan di kota palu. Menurut hasil wawancara kami
dengan lurah talise sendiri, diketahui bahwa pelaku reklamasi di wilayah teluk palu ialah
walikota palu selaku pemberi surat keputusan dan PT. Yauri Properti Investama selaku badan
usaha yang melakukan proyek pada reklamasi di sekitar teluk palu. Proyek reklamasi itu
sendiri di garap seluas 38,33 hektar dengan panjang menjorok ke laut mencapai 1.670 meter.
Yang kemudian menuai protes dari beberapa himpunan hingga masyarakat sekitar pantai
yang merasa dirugikan dengan adanya proyek tersebut. Menurut hasil survey kami, sikap
persepsi masyarakat atau responden menyebutkan, masyarakat mengetahui rencana
reklamasi 34 % menyatakan Ya dan 26 % Tidak, untuk pertanyaan Apakah pernah
dilakukan sosialisasi, jawaban ya 3 (tiga) suara mengaku Ya, jawaban Tidak Pernah 51
suara. Untuk pertanyaan dukungan, 16 mendukung, 18 terserah, 26 tidak mendukung.

C. Material Reklamasi Pantai


Dalam rencana induk, material urukan sebanyak 1,8 juta meter kubik yang masing masing
didatangkan dari tempat berbeda, yakni Kalora, Silae, Watusampu, Tondo, Kawatuna, Sungai
Palupi dan Tipo. Kelurahan terakhir ini merupakan susulan sesuai SK Wali Kota tanggal 17
Juli 2013, yang berisi izin kepada CV Trimitra Sejati, milik Jafri Yaury (Direktur PT YPI)
untuk melakukan ekploitasi material di Kelurahan Tipo pada lahan seluas 27,04 hektar.
D. Izin Reklamasi
Dalam upaya pembuatan reklamasi di wilayah yang kami ambil dalam kasus ini, kami
mendapat informasi dari warga sekitar yang berada tepat di sekitar kawasan reklamasi
menyebutkan bahwa reklamasi yang dilakukan di wilayah teluk palu sendiri belum mendapat
izin dari menteri kelautan dan perikanan dan katanya AMDAL dari proyek ini juga masih
belum jelas keberadaannya sehingga menyebabkan proyek seluas 38,33 hektar itu harus
dihentikan sementara waktu sambil menunggu keputusan dari instasi terkait hal tersebut.
E. Peraturan Mengenai Reklamasi
1. Perda Kota Palu 16 tahun 2011 tentang RT/RW
Tidak satupun menyebut kata reklamasi.
2. Perda Prov Sulteng no 8 tentang RT/RW
Pantai Talise sebagai kawasan lindung.
3. UU no 27 tahun 2007 tentang pengelolaan pesisir dan pulau kecil
Pelaksanaan dan perencanaan reklamasi diatur lebih lanjut dalam perpres.
4. Permen PU no 40/PRT/M/2007 tentang pedoman perencanaan tata ruang
kawasan reklamasi pantai
Pada dasarnya reklamasi tidak dianjurkan, kecuali:

Untuk pengembangan kawasan budidaya.

Bagian dari kawasan padat penduduk.

Diluar kawasan lindung, cagar alam, dan suaka..

Memiliki RDTL yang sesuai RT/RW.

5. Permendagri no 1 tahun 2008 tentang pedoman perencanaan kawasan


perkotaan

Reklamasi termuat dalam RT/RW.

Minta persetujuan mendagri.

Bupati/walikota mengajukan permohonan ke gubernur untuk dilanjutkan ke


Mendagri.

6. Perpres no 122 tahun 2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir dan pulau kecil
Reklamasi harus memenuhi berbagai syarat aspek teknis, mulai perencanaan (perizinan),
perencanaan, monitoring dan evaluasi.
7. Permen KP no 17/permen-kp/2013 tentang perizinan reklamasi di wilayah
pesisir pantai
Reklamasi tidak bisa dilakukan dikawasan konservasi.Sudah terbit surat izin dari kementerian
berwenang.

DAMPAK REKLAMASI TERHADAP LINGKUNGAN

A. Sedimentasi
Pembuatan tanggul laut (construction sea wall) tanpa komposisi yang dirancang dengan
konstruksi yang tidak memperhatikan arah arus bawah laut, pecahnya ombak dan gelombang
serta pasut dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi pada perairan pantai di sekitarnya.
Sedimen pantai dominan terjadi pada arah susur pantai sesuai arah angin dominan dari utara
menuju selatan, dianalisis berdasarkan hasil pengukuran sampel sedimen dasar dan melayang.
Berdasarkan analisis sampel sedimen yang diambil diperoleh bahwa angkutan sedimen susur
pantai di wilayah studi adalah 46.59 m3/hari.
B. Luapan Air dan Sampah
Hasil pengamatan di lapangan, penyebab utama luapan air yang terjadi di sekitar lokasi
tersebut diakibatkan oleh buruknya sistem drainase perkotaan, sehingga meluapnya air ke
badan jalan. Walaupun tidak ada pengaruh secara langsung antara reklamasi dengan banjir,
namun demikian banjir mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat terutama bagi para
pedagang kaki lima. Selain itu, akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya
rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang
mati. Area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak
terjadi di wilayah pedesaan pinggir pantai.
Dari tinjauan hidrologi, pengoperasian lahan hasil reklamasi dan pengoperasian drainase pada
tapak proyek diketahui akan membawa dampak pada muara sungai Poboya. Sungai itu
memiliki panjang sekitar 27 km dan luas daerah aliran sungai (DAS) sekitar 75 km2
membujur dari Timur ke Barat dan bermuara di Pantai Talise Palu, terletak di sebelah Utara
Muara Sungai Palu. Sungai ini memiliki debit yang sangat kecil bahkan hampir kering di
bagian hilir pada musim kemarau dan mengalirkan debit relatif besar pada musim penghujan
dengan konsentrasi sedimen yang cukup tinggi. Jika proyek itu pengurugan pantai Talise
dilakukan, menurut analisis koalisi, akan merusak komponen hidrologi di kawasan DAS
sungai Poboya yang bisa mengakibatkan terjadinya banjir.

C. Kerusakan Biota Perairan


Kegiatan reklamasi ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan terumbu karang terutama
bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penggunaan tanah urugan yang terlepas
keperairan dapat menyebabkan terjadi proses sedimentasi di sekitar lokasi reklamasi.
Selain itu reklamasi teluk Talise juga diperkirakan akan merusak biota perairan. Pembuatan
struktur pengaman pantai atau tanggul, penimbunan serta perataan dan pembuatan drainase
dan pemadatan, akan berpengaruh pada biota laut di kawasan itu. Sebelum reklamasi, dari
hasil penelitian diketahui, terdapat kelimpahan fitoplankton yang tercuplik pada setiap stasiun
berkisar antara 1.870 6.378 sel/m3, dengan indeks keanekaragaman berkisar 0,54 1,71.
Sedangkan kelimpahan zooplankton berkisar antara 1.103 16.710 Individu/m3 dengan
Indeks keanekaragaman berksar 0,29 0,92. Kepadatan bentos (organisme yang hidup di
dasar perairan) di wilayah studi berkisar antara 23 31 Individu/m3 dengan nilai
keanekaragaman berkisar antara 1,32 1,73. Semua ini merupakan sumber makanan bagi
ikan yang hidup di kawasan teluk Palu dan juga menjadi sumber keragaman jenis ikan.
Sebelum proyek reklamasi dilakukan diketahui, jenis ikan yang bisa tertangkap oleh nelayan
antara lain sangat beragam, seperti ikan layang (Decapterus russelli), cakalang (Katsuwonus
pelamis), ikan kembung betina (Rastrelliger brachysoma), kembung jantan (Rastrelliger
kanagurta), dan ikan tembang (Clupea fimbricata). Selain karena jumlah makanan ikan
seperti fitoplankton, zooplankton dan bentos yang tinggi, jumlah dan keragaman jenis ikan di
teluk Palu juga ditopang kondisi terumbu karang yang juga beragam. Sebagian besar tutupan
karang hidup didominasi oleh hard coral sekitar 33,13%, karang lunak (soft coral) berkisar
antara 1,88%, karang mati berkisar 3,75 7,5% meliputi Recently Killed Coral (RKC), Rock
(RC) dan Rubble (RB).
Penimbunan kawasan teluk diperkirakan akan membawa dampak pada terganggunya
kehidupan biota perairan laut sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini merupakan dampak
lanjutan dari penurunan kualitas air berupa peningkatan kandungan TSS (Total suspended
Solid) dan kekeruhan air selama kegitan penimbunan dilakukan. Perkiraan penurunan
populasi plankton perairan laut pada tahap penimbunan ini adalah sebagai berikut:
Fitoplankton dari 1.870 6.378 Sel/m3 pada rona awal menjadi 935 5.421 Sel/m3.
Zooplankton dari 1.103 16.710 Individu/m3 pada rona awal menjadi 882 11.821
Individu/m3. Penurunan populasi plankton tersebut diatas berdampak lanjut pada gangguan
rantai dan jaring makanan pada ekosistem laut. Kehidupan biota perairan yang menduduki
level yang lebih tinggi pada tropik level aliran energi terganggu sehingga populasinya
menurun karena kekurangan makanan atau migrasi ketempat lain. Peningkatan kandungan
TSS di perairan laut akan berdampak pada kehidupan karang yang masih ada sekitar lokasi
kegiatan. Jenis karang yang masih ditemukan terdiri atas beberapa jenis antara lain Sinularia,
Sacrophyton, Acropora, Turbinaria dan Echinophora. selain bencana ekologis, reklamasi itu
dinilai akan memberi dampak negatif pula terhadap 32.782 jiwa yang berada di dua
kelurahan, yakni Besusu Barat dan Talise, termasuk sedikitnya 1.800 nelayan yang
menggantungkan penghidupannya di Teluk Palu.
D. Perkembangan Keruangan
Program penataan kawasan pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu) dengan jalan
melakukan reklamasi memberikan dampak positif terhadap perkembangan keruangan, yaitu

bertambahnya luas lahan terbangun sehingga dapat di manfaatkan untuk berbagai


kepentingan publik. Selain dampak positif tersebut juga menimbulkan dampak negative.
E. Solusi Penanganan Dampak Reklamasi
Dari uraian berbagai dampak pada pembahasan sebelumnya, maka dalam penelitian ini
mengunakan tiga pendekatan startegis yaitu 1) Tindakan preventif yaitu pencegahan agar
tidak muncul dampak negatif dari pelaksanaan reklamasi pantai, 2) kuratif yaitu solusi untuk
perbaikan terhadap dampak dari pelaksanaan reklamasi pantai yang sudah terlanjur ada, 3)
pengembangan yaitu solusi ke masa depan terhadap dampak positif maupun negatif.

Dampak Reklamasi Terhadap Masyarakat

A. Dampak Terhadap Warga Sekitar Reklamasi


Seperti yang diungkapkan Iksan (32) warga Kelurahan Talise, dirinya mengaku tidak setuju
jika dilakukan reklamasi karena akan merugikan warga, khususnya para petani garam. Ia
melanjutkan, tentunya beberapa warga tidak akan setuju dengan adanya pembangunan
tersebut, bila tidak ada perjanjian atau jaminan bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi
yang akan reklamasi.
Sementara itu, salah seorang pemilik kafe disekitar area reklamasi Aco (45) menambahkan,
mendukung adanya reklamasi demi kemajuan pembangunan Kota Palu. Namun menurutnya,
pemerintah juga harus memperhatikan para pedagang kaki lima yang ada disekitar lokasi
reklamasi. Aco berharap, adanya reklamasi dapat meningkatkan kesejehteraan masyarakat
Palu,terutama warga yang bermata pencaharian sebagai pedagang disekitar tempat itu.
Nelayan yang berada di Jalan Komodo, Kelurahan Talise, berharap ada jalan keluar dari
pemerintah terkait dengan adanya penimbunan (reklamasi) laut di sekitar lokasi tersebut
hingga ke pegaraman Talise. Misalnya, penyiapan lokasi untuk menambatkan perahu. Salah
seorang nelayan Usman (55) mengatakan, pada dasarnya mereka mendukung pembangunan,
namun hal itu jangan sampai berdampak negatif kepada para nelayan, apalagi sampai
mematikan mata pencaharian mereka. Menurut Usman, sejauh ini hanya mengetahui bahwa
sepanjang pantai tersebut akan direklamasi, tetapi belum ada langkah atau upaya yang
disampaikan pemerintah terkait jalan keluar bagi nelayan di tempat itu. Dia menambahkan, di
lokasi itu terdapat dua jaring penangkap udang kecil (lamale), yang biasa disebut sero. Jika
pemerintah melaksanakan reklamasi tentunya dua sero tersebut, mau tidak mau akan
dibongkar.
Mega proyek itu telah meminggirkan tambatan perahu milik 35 nelayan di Pantai Talise.
Pondok milik ketua Kelompok Nelayan Satu Hati Talise telah berdiri diatas lokasi
pengurukan, bukan di pinggir pantai.
Warga menuntut ganti rugi Rp 1,5 juta untuk setiap perahu dan untuk satu bagang senilai Rp
40 juta. Burhanudin seorang nelayan yang juga kami wawancarai menyampaikan bahwa
Perusahaan hanya bersedia membayar Rp 20-25 juta.
*Jumlah kelompok masyarakat yang terdampak langsung
Nelayan

Total 1800* orang

35-40 berada di kawasan

Petambak Garam
Pedagang jagung bakar
gerobak
kaffe

160 petambak

reklamasi
Terbagi dalam 16 kelompok

60 pedagang
75 pemilik
Tepat berada didepan
kawasan reklamasi

SMK Perikanan Dan Kelautan


B. Dampak Terhadap Pengguna Jalan

Kerusakan alam akibat ekploitasi material galian C berdampak langsung tidak hanya
memperparah kerusakan lingkungan, tetapi juga meningkatnya resiko banjir bandang dari
gunung ke pemukiman warga. Pengambilan material sering kali menuai pro dan kontra di
masyarakat. Karena kendaraan yang mengangkut material membuat jalan berdebu sehingga
berdampak terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Selain itu, banyak masyarakat
yang mengeluh karena selain menderita ISPA mereka juga merasa kurang nyaman karena
katanya jalanan yang dijatuhi timbunan pasir oleh truck akan membuatnya menjadi licin
sehingga resiko terjadinya kecelakaan akan lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan data yang yang telah kami kumpulkan dari hasil penelitian kami yang dapat
disimpulkan adalah sebagai berikut:
A. Proses reklamasi antara lain:
1. Proses reklamasi akan berlangsung selama empat. Tahap pertama berlangsung selama
satu tahun dengan menimbun Teluk Palu seluas 10 hektare. Proses penimbunan itu
dilakukan oleh gabungan sejumlah perusahaan daerah serta beberapa investor.
Pembangunan proyek besar ini diperkirakan mencapai sekitar Rp200 miliar. Teluk
Palu memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga harus dimanfaatkan secara
maksimal. Pinggiran pantai yang berada di sekitar Teluk Palu memiliki potensi wisata
sangat menjanjikan namun kurang tertata dengan baik. Di sepanjang pantai tersebut
banyak penjual yang menyediakan beberapa sajian tradisional, namun belum
menyediakan sarana seperti toilet atau tempat ibadah. Bayangkan, untuk mencari
kamar kecil saja susah. Ini persoalan sepele namun harus dipikirkan.
Semua pembangunan yang dilakukan pemerintah dan swasta diklaim adalah untuk
kepentingan masyarakat bukan untuk orang per orang. Harga tanah di sekitar proyek
reklamasi yang berada di pinggiran Pantai Talise diperkirakan akan terdongkrak naik seiring
bertumbuhnya investasi di kawasan tersebut. Pemerintah juga menjamin tidak akan
menggusur rumah penduduk dan tempat usaha masyarakat sekitar dengan adanya reklamasi
Teluk Palu. Berbagai pembangunan itu adalah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
dan menumbuhkan perekonomian Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah ini. Pertumbuhan
ekonomi Kota Palu mencapai diperkirakan 10,7 persen pada 2013, dan kota ini menargetkan

bisa menghapus kemiskinan pada 2015. Saat ini penduduk miskin di Kota Palu sekitar
sembilan persen dari 470 ribu penduduk atau kurang lebih terdapat sekitar 42.3 ribu jiwa.
Akan tetapi, reklamasi Teluk Palu itu nampaknya tidak semulus sesuai yang direncanakan.
Sebelum dan setelah penimbunan secara simbolis, sejumlah aktivis pegiat lingkungan
menentang habis-habisan rencana reklamasi karena selain mengganggu ekosistem pantai,
para petambak garam juga akan terkena imbasnya. Selain itu juga akan mengurangi daerah
tangkapan nelayan yang telah lama mendiami tempat tersebut.
2. Reklamasi teluk palu secara resmi telah dibuka pada tanggal 9 januari 2014 menjadi
awal di mana reklamasi terbesar yang dilakukan di kota palu. Diketahui bahwa pelaku
reklamasi di wilayah teluk palu ialah walikota palu selaku pemberi surat keputusan
dan PT. Yauri Properti Investama selaku badan usaha yang melakukan proyek pada
reklamasi di sekitar teluk palu. Proyek reklamasi itu sendiri di garap seluas 38,33
hektar dengan panjang menjorok ke laut mencapai 1.670 meter.
B. Dampak Reklamasi:
1. Pembuatan tanggul laut (construction sea wall) tanpa komposisi yang dirancang
dengan konstruksi yang tidak memperhatikan arah arus bawah laut, pecahnya ombak
dan gelombang serta pasut dapat mengakibatkan terjadinya sedimentasi pada perairan
pantai di sekitarnya. Berdasarkan analisis sampel sedimen yang diambil diperoleh
bahwa angkutan sedimen susur pantai di wilayah studi adalah 46.59 m3/hari.
2. Penyebab utama luapan air yang terjadi di sekitar lokasi tersebut diakibatkan oleh
buruknya sistem drainase perkotaan, sehingga meluapnya air ke badan jalan. Selain
itu, akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau
setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang mati. Dari
tinjauan hidrologi, pengoperasian lahan hasil reklamasi dan pengoperasian drainase
pada tapak proyek diketahui akan membawa dampak pada muara sungai Poboya.
Sungai itu memiliki panjang sekitar 27 km dan luas daerah aliran sungai (DAS)
sekitar 75 km2 membujur dari Timur ke Barat dan bermuara di Pantai Talise Palu,
terletak di sebelah Utara Muara Sungai Palu. Sungai ini memiliki debit yang sangat
kecil bahkan hampir kering di bagian hilir pada musim kemarau dan mengalirkan
debit relatif besar pada musim penghujan dengan konsentrasi sedimen yang cukup
tinggi. Jika proyek itu pengurugan pantai Talise dilakukan, menurut analisis koalisi,
akan merusak komponen hidrologi di kawasan DAS sungai Poboya yang bisa
mengakibatkan terjadinya banjir.
3. Kegiatan reklamasi ini sangat berpengaruh terhadap keberadaan terumbu karang
terutama bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Penggunaan tanah urugan
yang terlepas keperairan dapat menyebabkan terjadi proses sedimentasi di sekitar
lokasi reklamasi. Reklamasi teluk Talise juga diperkirakan akan merusak biota
perairan. Pembuatan struktur pengaman pantai atau tanggul, penimbunan serta
perataan dan pembuatan drainase dan pemadatan, akan berpengaruh pada biota laut di
kawasan itu. Sebelum reklamasi, dari hasil penelitian diketahui, terdapat kelimpahan
fitoplankton yang tercuplik pada setiap stasiun berkisar antara 1.870 6.378 sel/m3,
dengan indeks keanekaragaman berkisar 0,54 1,71. Kelimpahan zooplankton
berkisar antara 1.103 16.710 Individu/m3 dengan Indeks keanekaragaman berkisar
0,29 0,92. Kepadatan bentos (organisme yang hidup di dasar perairan) di wilayah
studi berkisar antara 23 31 Individu/m3 dengan nilai keanekaragaman berkisar

antara 1,32 1,73. Semua ini merupakan sumber makanan bagi ikan yang hidup di
kawasan teluk Palu dan juga menjadi sumber keragaman jenis ikan. Selain karena
jumlah makanan ikan seperti fitoplankton, zooplankton dan bentos yang tinggi,
jumlah dan keragaman jenis ikan di teluk Palu juga ditopang kondisi terumbu karang
yang juga beragam. Sebagian besar tutupan karang hidup didominasi oleh hard coral
sekitar 33,13%, karang lunak (soft coral) berkisar antara 1,88%, karang mati berkisar
3,75 7,5% meliputi Recently Killed Coral (RKC), Rock (RC) dan Rubble (RB).
Dampak lanjutan dari penurunan kualitas air berupa peningkatan kandungan TSS
(Total suspended Solid) dan kekeruhan air selama kegitan penimbunan dilakukan.
Perkiraan penurunan populasi plankton adalah sebagai berikut: Fitoplankton dari
1.870 6.378 Sel/m3 pada rona awal menjadi 935 5.421 Sel/m3. Zooplankton dari
1.103 16.710 Individu/m3 pada rona awal menjadi 882 11.821 Individu/m3.
4. Program penataan kawasan pantai di Wilayah Pesisir Pantai Talise (Teluk Palu)
dengan jalan melakukan reklamasi memberikan dampak positif terhadap
perkembangan keruangan, yaitu bertambahnya luas lahan terbangun sehingga dapat di
manfaatkan untuk berbagai kepentingan publik.
5. Kegiatan Reklamasi juga akan berdampak langsung terhadapap warga sekitar karena
mereka telah lama menggantungkan hidupnya di lautan sekitar pantai yang hendak
direklamasi. Nelayan, pemilik kaffe di sekitar pantai, juga para petambak garam akan
kesulitan jika tidak adanya ganti rugi dari pihak yang melakukan reklamasi. Selain itu,
adapula warga yang terkena dampaknya seperti masyarakat yang tinggal di sekitar
tempat pengambilan material hingga para pengguna jalan karena truck pengangkut
muatan sering kali melintasi wilayah mereka sehingga jalanan sangat mudah berdebu.
Tidak heran masyarakat akan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan.

Saran

Kebijakan pemerintah kota Palu untuk mereklamasi kawasan teluk Palu adalah sebuah niatan
baik untuk meningkatkan pembangunan, pariwisata, dan ekonomi masyarakat. Namun, niatan
baik tidak selalu dieksekusi dengan baik dan niatan baik tidak selalu mendapat tanggapan
yang baik. Ada kesan bahwa pemerintah kota Palu kurang kreatif dalam hal pengembangan
kota dan lebih mementingkan kepentingan pemodal.
Kebijakan ini jelas berdampak buruk bagi kelangsungan usaha pengolahan garam yang sudah
berlangsung sejak lama di kawasan teluk Palu. Ada baiknya kawasan ini dilestarikan sebagai
salah satu identitas sejarah kota Palu. Konsep wisata sejarah yang edukatif nampaknya dapat
menjadi alternative yang baik untuk keberlangsunganusaha pengolahan garam tersebut.
Pemerintah kota Palu nampaknya belum memperhatikan aspek sejarah sebagai salah satu
acuan dalam rencana pengembangan kotanya. Hal ini mungkin saja diakibatkan oleh
minimnya pengetahuan akan sejarah, terutama sejarah lokal. Hasil-hasil penelitian sejarah
lokal hanya menjadi penghias lemari di dinas-dinas.
Identitas kelokalan penting bagi sebuah kota agar masyarakatnya tidak ahistoris. Sudah
saatnya Kota Palu berkembang dengan memperhatikan aspek-aspek kelokalannya. Karena
lupa sejarah sama dengan lupa identitas.
DAFTAR PUSTAKA

Asballah, Raja., 2003, Hubungan Reklamasi Pantai dengan Komponen Perkembangan


Kawasan, Tesis, Program Studi MPKD, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta .
Bengen G, Dietriech., 2001, Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut, Sinopsis,
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor .
Sunarto, 2000, Kausalitas dan Equilibirium Dinamik sebagai Paradigma Pengelolaan
Ekosistem Pesisir, dalam Prosiding Makalah Penunjang dalan Seminar Nasional
Pengelolaan Ekosistem Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dalam Konteks Negara kepulauan, 2
September 2000, Badan Penerbit Fak. Geografi UGM, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai