Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

”DAMPAK KEGIATAN TERHADAP LINGKUNGAN LAUT”


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi Laut Lanjut

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. D RUMAHLATU, M.Pd

EDY RUPILELE
1369821008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa, penulis

dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat

sederhana.

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

“BIOLOGI LAUT” penyusun menyadari bahwa makalah ini terwujud berkat adanya dorongan

dan bantuan dari pihak untuk membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Ambon, 15 Maret 2022

Penulis

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Manfaat.........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3

2.1. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan laut...3

2.2. Ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut akibat kegiatan
manusia.....................................................................................................................................6

2.3 Solusi mengatasi ancaman degradasi laut.................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua yang satu
dengan benua lainnya, dan juga memisahkan pulai yang satu dengan yang lainnya.
Lingkungan laut merupakan lingkungan perairan salin atau marine waters yang
menyimpan berjuta misteri kekayaan ekosistem yang hingga sekarang masih belum
banyak tersingkap. Lingkungan Laut cakupannya dimulai dari bagian pantai dan daerah
muara hingga ke tengah samudra, dimulai dari bagian permukaan air hingga dasar
perairan yang bermacam-macam tipe kedalamannya dan bentuk morfologisnya.
Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang tidak bisa dipisahkan dalam luas
wilayah Indonesia, mengingat garis pantai yang dimiliki. Secara umum wilayah pesisir
adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan laut. Dalam jurnal dijelaskan menurut
Supriharyono dalam buku A.Syahrin (2012:75) mendefinisikan kawasan wilayah pesisir
sebagai wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat
laut seperti pasang surut, angin laut, dan pembesaran air asin. Sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar.
Wilayah pesisir terdiri dari bermacam-macam aktivitas manusia yang mempengaruhi
wilayah pesisir secara langsung dan tidak langsung, baik di lingkungan daratan maupun
lingkungan perairan (Chua 2006). Pengaruh tersebut dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan wilayah pesisir Indonesia yang mana sampai saat ini belum bisa di tanggulangi
dengan optimal. Penyebab kerusakan lingkungan sendiri bisa terlihat bahwa aktivitas
manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan
laut.
Dalam jurnal bahwa jika dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagian besar akan
berdampak kepada aktivitas manusia dan lingkungan seperti rusaknya biota laut,
terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan
sebagainya. Dengan begitu, apabila hal ini tidak secepatnya ditanggulangi dengan optimal
maka dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi dan aktivitas
masyarakat pesisir akan semakin terancam.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi wilayah
laut?
b. Apa saja ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut?
c. Bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi ancaman degradasi?
d. Studi kasus

1
2

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui kegiatan manusia yang dapat menyebabkan degradasi wilayah
pantai
2. Untuk mengetahui ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi ancaman degradasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan laut
Kerusakan lingkungan di wilayah pantai/pesisir Indonesia sampai saat ini belum bisa
ditanggulangi dengan optimal.Bahkan yang terjadi saat ini, berbagai kerusakan lingkungan
di wilayah pesisir semakin meluas.Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
tersebut lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan lain-lain, abrasi pantai,
kerusakan mangrove dan terumbu karang.Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut
terlihat bahwa aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan
di wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai
besar akan berdampak kepada aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota
laut, terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan
sebagainya.
Oleh sebab itu apabila hal ini tidak secepatnya di tanggulangi dengan optimal maka
dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga
aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam. Kerusakan ekosistem pantai harus
dapat dicermati dan diperhatikan secara mendalam.Karena dengan terjadinya kerusakan
ekosistem pantai selalu diikuti dengan permasalahan-permasalahan lingkungan,
diantaranya terjadinya abrasi pantai, banjir, sedimentasi, menurunnya produktivitas
perikanan, sampai terjadinya kehilangan beberapa pulau kecil.
Kestabilan ekosistem pesisir, pantai dan daratan merupakan suatu hal yang jarang
diperhatikan oleh hampir semua stakeholder yang berkecimpung di dalam pemanfaatan
ekosistem pantai tersebut. Sehingga kerusakan ekosistem pantai dianggap merupakan
suatu hal yang wajar sebagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan pengelolaan.
Banyak stakeholder yang cenderung enggan untuk memperbaiki dan merehabilitasi
ekosistem pantai yang dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sesuatu yang
sangat naif yang berdampak pada kerusakan ekosistem pantai yang pada akhirnya
menyebabkan degradasi ekosistem wilayah pesisir.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menggambarkan terjadinya degradasi, antara
lain: Pembukaan hutan manggrove untuk dijadikan tambak udang dan kayunya dijadikan
bahan bangunan, penggunaan plastik, kaleng, peptisida, bahan bakar untuk kebutuhan
aktivitas manusia, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan sebagainya. Adapun
aktivitas manusia yang dapat menyebabkan degradasi pada lingkungan laut diantaranya
sebagai berikut:
 Pembangunan yang semakin pesat menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan
yang semakin besar dan komplek. Manusia akan meningkatkan aktivitasnya dengan
berbagai cara guna mengeksploitasi alam agar kebutuhannya terpebuhi.Menurut
Jamili et al., (2009), Jenis gangguan yang menyebabkan penurunan fungsi dan

3
4

degradasi hutan manggrove di Taman Nasional Wakatobi antara lain adalah timbunan
sampah, alih fungsi lahan mangrove dan pengambilan kayu bakau
 Pembangunan infrastruktur di pingir pantai dan reklamasi pantai
Kegiatan reklamasi pantai sebagaimana terjadi di beberapa kawasan pesisir,
diperkirakan dapat berubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.
 Konversi mangrove diperuntukkan sebagai pemukiman
Seirama dengan meningkatnya populasi beberapa tahun terakhir ini, serta pesatnya
pembangunan di berbagai provinsi, maka kebutuhan akan temapt tinggal juga
bertambah. Namun dengan terbatasnya tanah untuk pemukiman khususnya di
wilayah yang berpenduduk padat, maka masyarakat cenderung melirik hutan
mangrove dan kemudian terpaksa digunakan untuk mendirikan rumah
Kebanyakan erosi pantai akibat aktivitas manusia adalah pembukaan hutan
pesisir (mangrove) untuk kepentingan pemukiman, pembangunan infrastruktur dan
perikanan tambak, sehingga sangat mengurangi fungsi perlindungan pantai.
Disamping itu aktivitas penambagan terumbu karang di beberapa lokasi untuk
kepentingan kontruksi jalan dan bangunan, telah memberikan kontribusi penting
terhadap erosi pantai, karena berkurangnya atau hilangnya perlindungan pantai dari
hantaman gelombang dan badai
 Konversi mangrove untuk kegiatan penambangan
Penambangan di kawasan pesisir khususnya daerah hutan mangrove, akan
mengakibatkan kerusakan total, sedangkan penambanagan di luar hutan mangrove
dapat menimbulakan berbagai macam masalah. Dampak yang paling menyolok
adalah pengendapan bahan-bahan yang dibawa aliran sungai ke dalam hutan
mangrove.
Selain itu pertambangan emas yang mengguanakan air raksa untuk mengikat
bijih emas menjadi amlagam, dapat menimbulkan pencemaran air raksa melalui air
pada saat pencucian/ pengikatan amalgam. Pencemaran air raksa melalui air sangat
berbahaya, karena limbah air raksa yang terbawa melaui aliran sungai ke perairan
pesisir sangat porensial menimbulkan pencemaran logam berat malalui rantai makana
(bioakulmulasi.)
 Aktivitas pariwisata di wilayah pesisir
Meskipun wilayah pesisir potensial dikembangkan baik wisata alam maupun buatan,
namun wilayah pesisir merupakan wilayah yang rentan mangalami kerusakan akibat
pariwisata wisata. Menurut Hall (2001) dan Zahedi (2008), mwngungkapakan bahwa
pariwisata pesisir menjadi jenis pariwisata yang paling berkembang di berbagai
belahan dunia namun mempunyai peluang dampak kerusakan lingkunagnyang lebih
besar pula menyangkut berbagai atraksi dan destinasi yang mampu mengubah
karakteristik pepesisiran. Pariwisata hanya berprioritas pada keuntungan secara
5

ekonomi bukan linkungan sehingga perlu ada pembinaan terhadap masyarakat lokal
tentang bagaiman mengelola wisata agar berkelanjutan terhadap lingkungan.
Terumbu karang yang didup di dasar laut merupakan sebuah pemandangan
yang indah, banyak wisatawan melakukan penyelaman untuk menikmati
keindahannya secara langsung. Namun tidak sedikit dari mereka menyentuh bahkan
membawa pulang terumbu karang tersebut, padahal sentuhan pada terumbunkarang
dapat menyebabkan karang tersebut mati.
Selain itu, kapal wisatawan yang lalu lintas di perairan ada yang membuang jangkar
pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada
di bawahnya.
 Eksploitasi hutan mangrove, eksploitasi yang berlebihan terhadap hutan mangrove
yang dilakukan untuk keperluan kayu, kayu bakar, kertas, kayu lapis, tatal, bubur
kayu, arang maupun yang diperuntukan sebagai lahan pertanian, pertambakan,
penambangan dan pemukiman pada akhirnya kan memebawa dampak buruk
terhadap sumber daya alam tersebut. Hal ini kan memberikan sumbangan besar
terhadap degradasi dan hilangnya hutan mangrove di Indonesia. Dampak yang terjadi
akainat degradasi tersebut adalah abrasi garis pantai, pendangkalan dan terbentuk
daratan baru (akresi), intrusi air laut, penurunan keanekaragaman hayati, penurunan
hasil penangkapan ikan da kepiting , serta peningkatan angka kejadia malaria.

Kegiatan pembukaan lahan atas dan pesisir untuk pertanian, pertambangan


dan pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran
ekosistem pesisir dan laut. Adanya penebangan hutan dan pembukaan lahan di
Daerah Aliran Sungai (DAS) telah menimbulkan sedimentasi serius di beberapa
daerah muara dan perairan pesisir.Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari
kegiatan pertanian, telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang
masuk ke perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai. Limbah cair yang
mengandung nitrogen dan fosfor yang menimbulkan keadaan lewat subur (eutrofikasi)

 Penambangan pasir, bebatuan di laut serta ‘pengerukan di sekita terumbu karang


turut merusak kehidupan terumbu karang karena bisa menyebabkan kekeruhan yang
menghambat difusi oksigen ke dalam polip atau hewan karang.
 Penangkapan ikan dengan bahan peledak mematikan ikan tanpa diskriminasi, karang
dan biota avertebrata yang tidak bercangkang.
 Penangkapan ikan hias dengan menggunakan bahan beracun (misalnay kalium
sianida) mengakibatkan ikan pingsan, mematikan karang dan biota avertebrata
 Pemanassan global akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca seperti karbon
dioksisda (CO2), metana (CH4), Nitrogen oksida (NO2), cloroflurocarbon (CFC) dan gas
lainnya secar berlebihan di atmosfer. Emisi gas rumah kaca banyak dihasilkan dari
aktivitas manusia yang menggunakna bhan bakar fosil berupa minyak bumi, batu bara
dan gas alam dalam bentuk asap dari knalpot kendaraaan bermotor dan buangan gas
6

dari cerobong asap pabrik, kabakaran hutan yang berkotribusi besar bagi pelepasan
emisi CO2 ke atmosfer, pemgundulan hutan menjadi penyebab berkurangnya
penyerapan CO2 oleh vegetasi dan kegiatan lainnya tentu akan berdampak pada
ekosistem laut.

Dampak pemanasan global karena peningkatan temperatur bumi adalah


berubahnya iklim global berupa perubahan curah hujan dan naiknya intensitas
frekuensi badai, naiknya paras laut akibat mencairnya es abadi di kawasan kutub
bumi, naiknya sedimen di kawasan pesisir dan lautan akan semakin mengancam
keberlanjutan sumber daya alam pesisir dan laut sebagai penyangga kehidupan
manusia.

Menurut Westmacott et al, (2000) dampak gabungan dari tingginya


temperatur permukaan laut dan intensitas sinar matahari pada gelombang panjang
ultraviolet dapat empercepat coral bleching dengan mengalahkan mekanisme alami
karang untuk melindungi diri dari sinar matahari yangerlebihan.Menurut Rais et al
(2004), dampak yang diperkirakan dapat terjadi dengan naiknya paras laut,
diantaranya; meningkatnya abrasi pantai, banjir di wilayah pesisir yang lebih buruk,
tergenangnya lahan basah pada wilayah pesisir, meningkatnya salinitas estuaria,
berubahnya kisaran pasang-surut di sungai dan teluk, dan tenggelamnya terumbu
karang.

Fitoplankton di lautan tidak saja mampu mengendalikan dan mengatur iklim


global, namun juga menerima dampak negatif dari perubahan iklim akibat pemanasan
global. Menurut Syamsuddin (2000), menipisnya lapisan Ozon telah berdampak buruk
terhadap komunitas fitoplankton di lautan akibat peningkatan emisi GRK berupa CFC.
Diperkirakan 16 % pengurangan lapisan Ozon akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan fitoplankton sebagai dasar rantai makanan sehingga menurunkan laju
fotosintesis di laut yang diperkirakan sudah mencapai 6-12 %

2.2. Ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut akibat kegiatan manusia
1. Abrasi Pantai
Abrasi adalah suatu proses alam berupa pengikisan tanah pada daerah
pesisir pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak
terkadang juga disebut dengan erosi pantai. Salah satu kerusakan garis pantai ini
dapat dipicu karena terganggunya keseimbangan alam di daerah pantai tersebut.
Menurut Ongkosongo (2004) proses terjadinya abrasi pantai di wilayah yang
pasir lautnya di keruk adalah ketika pada perairan pantai tersebut dikeruk pasirnya,
maka beberapa lama setelah pengerukan kubangan yang terbentuk oleh pengerukan
tersebut akan dapat memicu migrasi pasir pantai ke daerah kubangan sehingga
menyebabkan erosi pantai .
2. Kerusakan Mangrove dan Terumbu Karang
7

Faktor yang paling dominan penyebab rusaknya hutan mangrove karena


Ekploitasi yang berlebihan dengan melakukan penebangan hutan mangrove., Selain
itu membuka lahan baru dengan memanfaatkan lahan yang ditumbuhi hutan
mangrove. Regulasi-regulasi yang kurang kuat, tumpang tidih dan ketidaksinkronan
antar regulasi membuat hutan mangrove terancam keberlangsungannya. Selain itu
faktor alam memiliki dampak dalam kerusakan hutan mangrove yaitu disebabkan oleh
abrasi dan hama tanaman.
Pada umumnya, kerusakan terumbu karang disebabkan oleh kegiatan-
kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, yaitu penggunaan bahan-bahan peledak,
bahan beracun , dan juga aktivitas penambangan karang untuk bahan bangunan,
reklamasi pantai, kegiatan pariwisata yang kurang bertanggung jawab, dan
sedimentasi akibat meningkatnya erosi dan lahan atas.
Kerusakan terumbu karang dan mangrove tersebut telah mengakibatkan
berbagai macam dampak kerugian, diantaranya menurunnya produksi sumber daya
perikanan, mempercepat abrasi pantai, dan menurunnya jumlah wisatawan karena
keindahan mangrove dan terumbu karang menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
3. Sedimentasi dan pencemaran
Kegiatan pembukaan lahan atas dan pesisir untuk pertanian, pertambangan
dan pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran
ekosistem pesisir dan laut. Adanya penebangan hutan dan pembukaan lahan di
Daerah Aliran Sungai (DAS) telah menimbulkan sedimentasi serius di beberapa
daerah muara dan perairan pesisir. Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari
kegiatan pertanian, telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang
masuk ke perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai.Limbah cair yang
mengandung nitrogen dan fosfor berpotensi menimbulkan keadaan lewat subur
(eutrofikasi) yang merugikan ekosistem pesisir.
Sumber pencemaran lain di pesisir dan laut dapat berasal dari kegiatan
pembangunan lainnya, seperti kegiatan pertambangan emas. Pertambangan emas
yang menggunakan air raksa untuk mengikat bijih emas menjadi amalgam, dapat
menimbulkan pencemaran air raksa melalui air pada saat pencucian/pengikatan
amalgam.Limbah ini dibuang dalam jumlah besar, sehingga sangat potensial
mencemari perairan pesisir dan laut, terlebih bahan sianida yang terkenal sebagai
racun yang sangat berbahaya.
4. Degradasi habitat
Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai.
Selain proses-proses alami, seperti angin, arus, hujan dan gelombang, aktivitas
manusia juga menjadi penyebab erosi pantai. Kebanyakan erosi pantai akibat 
aktivitas manusia adalah pembukaan hutan pesisir (mangrove) untuk kepentingan
pemukiman, pembangunan infrastruktur dan perikanan tambak, sehingga sangat
mengurangi fungsi perlindungan pantai.
8

Ancaman lain terhadap degradasi habitat adalah degradasi terumbu karang.


Degradasi terumbu karang di perairan pesisir disebabkan aoleh aktivitas manusia,
diantaranya pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-
ikan karang), sumber bahan bangunan (galiang karang), komoditas perdagangan
(ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati).Degradasi
terumbu karang akibat pemanfaatannya sebagai sumber pangan maupun ikan hias
sebagian besar dikarenakan oleh penggunaan bahan peledak, tablet potas dan
sianida.
5. Degradasi sumber daya hayati
Kasus degradasi sumber daya hayati di wilayah pesisir tahun menambah
rumitnya permasalahan lingkungan laut. bahwa sedikitnya terdapat 4 lokasi perairan
yang mengalami kasus kematian sumber daya hayati seperti ikan dan penyu hijau
yaitu: pantai Utara Cirebon , Segara Anakan Cilacap, Teluk Jakarta dan Sukabumi.
Penyebab utama kasus kematian ikan tersebut adalah pencemaran, eksploitasi
berlebihan dan kenaikan suhu permukaan laut.
Degradasi sumberdaya juga terjadi pada terumbu karang, diantaranya
sebagai akibat ekspolitasi intensif ikan-ikan karang.Ekspolitasi ini sangat berdampak
pada semakin menurunya keanekaraman ikan karang bahkan punahnya jenis ikan
tertentu. Hal ini tentu saja akan berakibat pada kualitas estetika terumbu karang
sebagai obyek wisata selam.

2.3 Solusi mengatasi ancaman degradasi laut


Beberapa kegiatan yang mungkin bisa dilakukan bisa dilakukan untuk mengatasi
ancaman degradasi yaitu :
1. Perlindungan ekosistem dan sumberdaya
Perlindungan terhadap ekosistem dan sumberdaya tersebut dari berbagai
ancaman degradasi  merupakan suatu upaya pengelolaan berkelanjutan. Wujud nyata
perlindungan dimaksudkan dapat dilakukan melalui penetapan suatu kawasan
konsevasi di pesisir dan laut. Yaitu dengandibangun suatu konsep pengelolaan yang
berbasis berkelanjutan yang memiliki memiliki visi yang jelas , terintegrasinya
kepentingan ekonomi dan ekologi, dan pelibatan masyarakat.
2. Membangun Kawasan hutan lindung
Yaitu kawasan hutan yang ditetapkan fungsinya untuk melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam di sekitar lautan , sumber
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Hal yang bisa dilakukan
antara lain Melakukan Kegiatan rehabilitasi hutan harus memperhatikan pola adaptasi
tanaman, kesesuaian lahan dan lingkungan, sebaiknya jenis-jenis endemik setempat,
serta disukai dan memberikan tambahan ekonomi bagi masyarakat
3. Peran kawasan konservasi
Peran kawasan konservasi yaitu sebagai kawasan di pesisir dan laut yang
mencakup daerah intertidal, subtidal dan kolom air di atasnya, dengan flora dan fauna
9

yang berasosiasi di dalamnya yang memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan
budaya.
Kawasan konsevasi di pesisir dan laut memiliki peran utama sebagai berikut  :
a. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan integritas
ekosistem.

b. Meningkatkan hasil perikanan.

c. Menyediakan tempat reakreasi dan parawisata.

d. Memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem.

e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir.

4. Pengelolaan ekosistem mangrove

Perlu dibangun pengelolaan pada ekosistem yang dapat mengurangi tekanan


masyarakat terhadap hutan mangrove diantaranya dilakukan pengalihan mata
pencaharian masyarakatdimana terdapat sebagian masyarakat yang masih mencari
kayu mangrove untuk dijual. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan upaya
pengelolaan ekosistem magrove.Dalam jangka panjang hal ini dapat mengurangi
tekanan masyarakat terhadap hutan mangrove

5. Peran pemerintah
Keikutsertaan pemerintah dalam melestarikan ekosistem laut sangat penting
Pemerintah sebagai pengatur dan pengawas masyarakat.Pemerintah dapat
menetapkan kebijakan dan peraturan peraturan untuk menyelamatkan ekosistem
laut.Membuat rencana rencana perbaikan lingkungan yang sudah rusak dan
mencegah kerusakan terumbu karang. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi lingkungan untuk menjaga kelestarian
ekosistem laut seperti terumbu karang atau mangrove.

Strategi Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang :


1. Menjalin kerjasama dengan lembaga dan badan terkait untuk menjamin eksistensi,
serta peran dan fungsi ekosistem terumbu karang.
2. Peningkatan sosialisasi Peraturan Perundang-Undangan Konservasi, Pengelolaan
Perairan Pesisir dan Laut, penggunaan alat tangkap destruktif serta metode
pemanfaatan yang merusak lingkungan dan sumberdaya terumbu karang.
3. Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk konservasi
dan rehabilitasi terumbu karang, dan penataan pemanfaatan areal terumbu karang.
4. Peningkatan peran Pemerintah Kecamatan Huamual, Desa Loki, Dusun Katapang dan
masyarakat dalam pemanfaatan, perlindungan dan pengelolaan terumbu karang.
5. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang fungsi terumbu karang, serta peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan terumbu karang.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil bahasan di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa


menurunnya lingkungan di laut adalah diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak
bertanggung jawab, lemahnya penegakan hukum dan tidak adanya keterpaduan
pembangunan di wilayah laut. Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan dari
kegiatan manusia yang berdampak buruk terhadap laut tersebut perlu dilakukan kebijakan
yang lebih demokratis, berkeadilan dan bertanggung jawab. Selain itu juga kebijakan
pengelolaan sumber daya laut harus tegas dan transparan dalam mengatasi dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan manusia yang berdampak pada degradasi laut. Pengelolaan
sumber daya pesisir dan laut yang berkelanjutan dan bertanggung jawab saat ini telah menjadi
kebutuhan utama. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya laju degradasi sumber
daya di wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu saat ini diperlukan suatu kerja sama
yang sinergis antar masyarakat sekitar dengan lembaga yang terkait dalam menyelamatkan
sumber daya pesisir dan laut sebagai warisan bagi generasi mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asyiawati, Y. dkk. Identifikasi Dampak Perubahan Fungsi Ekosistem Pesisir Terhadap


Lingkungan Di Wilayah Pesisir Kecamatan Muaragembong. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. Vol. 14 (1).

Burke, L., E. Selig dan M. Spalding, 2002. Terumbu Karang Yang Terancam di Asia Tenggara.
World Resources Institute : 39 hal.

Hall. C. M (2001) Trends in ocean and coastal touris? Ocean & Coastal mangement, 44(9-
10).601-618.

Jamili, Setiadi, D. Qayim, I. dan Guhardja, E. 2009. Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau
Kaledupa Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ilmu Kelautan 14(4):
36-45.

Kusumastanto, Tridoyo. dan Suhana. (2004). Degradasi Pesisir dan Laut Indonesia pada Era
Otonomi Daerah. Prosiding Hasil Workshop : Deteksi, Mitigasi dan Pencegahan
Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia.

Ongkosongo, Otto S. (2004). Degradasi Lingkungan Pesisir. Prosiding Hasil Workshop :


Deteksi, Mitigasi dan Pencegahan Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut di
Indonesia.

Ongkosono, Otto S (2004). Degradasi Lingkugan Pesisir. Prosding Hasil Workshop: Deteksi,
Mitigasi dan Pencegahan Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia.
IndoReprom, P20 LIPI dan p3 TISDABPPT. ISBN 979-98828-0-X.

Rais, et al (ed). 2004. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Sahetapy, D., 2006. Status Komunitas Karang pada Terumbu Tepi Teluk Saumlaki, Maluku
Tenggara Barat. ICHTHYOS : Jurnal IlmuIlmu Perikanan dan Kelautan
(Terakreditasi), Vol.5 No 2 : Hal. 81-88.

Soediono, Gatot. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi
Laut Daerah Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat. (Tesis) Semarang : Universitas Diponegoro.

Trinanda, T, C. 2017. Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia Dalam Rangka Pembangunan


Berbasis Pelestarian Lingkungan. Vol. 1 (2). Hal 75-84.

WESTMACOTT, S.,K. Teleki, S. Wells & J. West. 2000. Pengelolaan Terumbu Karang Yang
Telah Memutih dan Rusak Kritis. Diterjemahkan oleh J.H.Steffen. IUCN. 46 hal.

Zahedi, S. (2008).Tourism impact on coastal environment. WTT Transactions on The Bult


Environment, 99, 45-57. Doi:10.2495/CENV08005 1.

12

Anda mungkin juga menyukai