Dosen Pengampu :
Prof. Dr. D RUMAHLATU, M.Pd
EDY RUPILELE
1369821008
Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa, penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
“BIOLOGI LAUT” penyusun menyadari bahwa makalah ini terwujud berkat adanya dorongan
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
1.3 Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.1. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan laut...3
2.2. Ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut akibat kegiatan
manusia.....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui kegiatan manusia yang dapat menyebabkan degradasi wilayah
pantai
2. Untuk mengetahui ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut
3. Untuk mengetahui bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi ancaman degradasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kegiatan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan laut
Kerusakan lingkungan di wilayah pantai/pesisir Indonesia sampai saat ini belum bisa
ditanggulangi dengan optimal.Bahkan yang terjadi saat ini, berbagai kerusakan lingkungan
di wilayah pesisir semakin meluas.Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir
tersebut lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan lain-lain, abrasi pantai,
kerusakan mangrove dan terumbu karang.Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut
terlihat bahwa aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan
di wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai
besar akan berdampak kepada aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota
laut, terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan
sebagainya.
Oleh sebab itu apabila hal ini tidak secepatnya di tanggulangi dengan optimal maka
dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga
aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam. Kerusakan ekosistem pantai harus
dapat dicermati dan diperhatikan secara mendalam.Karena dengan terjadinya kerusakan
ekosistem pantai selalu diikuti dengan permasalahan-permasalahan lingkungan,
diantaranya terjadinya abrasi pantai, banjir, sedimentasi, menurunnya produktivitas
perikanan, sampai terjadinya kehilangan beberapa pulau kecil.
Kestabilan ekosistem pesisir, pantai dan daratan merupakan suatu hal yang jarang
diperhatikan oleh hampir semua stakeholder yang berkecimpung di dalam pemanfaatan
ekosistem pantai tersebut. Sehingga kerusakan ekosistem pantai dianggap merupakan
suatu hal yang wajar sebagai dampak yang akan muncul akibat kegiatan pengelolaan.
Banyak stakeholder yang cenderung enggan untuk memperbaiki dan merehabilitasi
ekosistem pantai yang dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sesuatu yang
sangat naif yang berdampak pada kerusakan ekosistem pantai yang pada akhirnya
menyebabkan degradasi ekosistem wilayah pesisir.
Beberapa kegiatan manusia yang dapat menggambarkan terjadinya degradasi, antara
lain: Pembukaan hutan manggrove untuk dijadikan tambak udang dan kayunya dijadikan
bahan bangunan, penggunaan plastik, kaleng, peptisida, bahan bakar untuk kebutuhan
aktivitas manusia, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan sebagainya. Adapun
aktivitas manusia yang dapat menyebabkan degradasi pada lingkungan laut diantaranya
sebagai berikut:
Pembangunan yang semakin pesat menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan
yang semakin besar dan komplek. Manusia akan meningkatkan aktivitasnya dengan
berbagai cara guna mengeksploitasi alam agar kebutuhannya terpebuhi.Menurut
Jamili et al., (2009), Jenis gangguan yang menyebabkan penurunan fungsi dan
3
4
degradasi hutan manggrove di Taman Nasional Wakatobi antara lain adalah timbunan
sampah, alih fungsi lahan mangrove dan pengambilan kayu bakau
Pembangunan infrastruktur di pingir pantai dan reklamasi pantai
Kegiatan reklamasi pantai sebagaimana terjadi di beberapa kawasan pesisir,
diperkirakan dapat berubah struktur ekologi komunitas biota laut bahkan dapat
menurunkan keanekaragaman hayati perairan.
Konversi mangrove diperuntukkan sebagai pemukiman
Seirama dengan meningkatnya populasi beberapa tahun terakhir ini, serta pesatnya
pembangunan di berbagai provinsi, maka kebutuhan akan temapt tinggal juga
bertambah. Namun dengan terbatasnya tanah untuk pemukiman khususnya di
wilayah yang berpenduduk padat, maka masyarakat cenderung melirik hutan
mangrove dan kemudian terpaksa digunakan untuk mendirikan rumah
Kebanyakan erosi pantai akibat aktivitas manusia adalah pembukaan hutan
pesisir (mangrove) untuk kepentingan pemukiman, pembangunan infrastruktur dan
perikanan tambak, sehingga sangat mengurangi fungsi perlindungan pantai.
Disamping itu aktivitas penambagan terumbu karang di beberapa lokasi untuk
kepentingan kontruksi jalan dan bangunan, telah memberikan kontribusi penting
terhadap erosi pantai, karena berkurangnya atau hilangnya perlindungan pantai dari
hantaman gelombang dan badai
Konversi mangrove untuk kegiatan penambangan
Penambangan di kawasan pesisir khususnya daerah hutan mangrove, akan
mengakibatkan kerusakan total, sedangkan penambanagan di luar hutan mangrove
dapat menimbulakan berbagai macam masalah. Dampak yang paling menyolok
adalah pengendapan bahan-bahan yang dibawa aliran sungai ke dalam hutan
mangrove.
Selain itu pertambangan emas yang mengguanakan air raksa untuk mengikat
bijih emas menjadi amlagam, dapat menimbulkan pencemaran air raksa melalui air
pada saat pencucian/ pengikatan amalgam. Pencemaran air raksa melalui air sangat
berbahaya, karena limbah air raksa yang terbawa melaui aliran sungai ke perairan
pesisir sangat porensial menimbulkan pencemaran logam berat malalui rantai makana
(bioakulmulasi.)
Aktivitas pariwisata di wilayah pesisir
Meskipun wilayah pesisir potensial dikembangkan baik wisata alam maupun buatan,
namun wilayah pesisir merupakan wilayah yang rentan mangalami kerusakan akibat
pariwisata wisata. Menurut Hall (2001) dan Zahedi (2008), mwngungkapakan bahwa
pariwisata pesisir menjadi jenis pariwisata yang paling berkembang di berbagai
belahan dunia namun mempunyai peluang dampak kerusakan lingkunagnyang lebih
besar pula menyangkut berbagai atraksi dan destinasi yang mampu mengubah
karakteristik pepesisiran. Pariwisata hanya berprioritas pada keuntungan secara
5
ekonomi bukan linkungan sehingga perlu ada pembinaan terhadap masyarakat lokal
tentang bagaiman mengelola wisata agar berkelanjutan terhadap lingkungan.
Terumbu karang yang didup di dasar laut merupakan sebuah pemandangan
yang indah, banyak wisatawan melakukan penyelaman untuk menikmati
keindahannya secara langsung. Namun tidak sedikit dari mereka menyentuh bahkan
membawa pulang terumbu karang tersebut, padahal sentuhan pada terumbunkarang
dapat menyebabkan karang tersebut mati.
Selain itu, kapal wisatawan yang lalu lintas di perairan ada yang membuang jangkar
pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada
di bawahnya.
Eksploitasi hutan mangrove, eksploitasi yang berlebihan terhadap hutan mangrove
yang dilakukan untuk keperluan kayu, kayu bakar, kertas, kayu lapis, tatal, bubur
kayu, arang maupun yang diperuntukan sebagai lahan pertanian, pertambakan,
penambangan dan pemukiman pada akhirnya kan memebawa dampak buruk
terhadap sumber daya alam tersebut. Hal ini kan memberikan sumbangan besar
terhadap degradasi dan hilangnya hutan mangrove di Indonesia. Dampak yang terjadi
akainat degradasi tersebut adalah abrasi garis pantai, pendangkalan dan terbentuk
daratan baru (akresi), intrusi air laut, penurunan keanekaragaman hayati, penurunan
hasil penangkapan ikan da kepiting , serta peningkatan angka kejadia malaria.
dari cerobong asap pabrik, kabakaran hutan yang berkotribusi besar bagi pelepasan
emisi CO2 ke atmosfer, pemgundulan hutan menjadi penyebab berkurangnya
penyerapan CO2 oleh vegetasi dan kegiatan lainnya tentu akan berdampak pada
ekosistem laut.
2.2. Ancaman terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut akibat kegiatan manusia
1. Abrasi Pantai
Abrasi adalah suatu proses alam berupa pengikisan tanah pada daerah
pesisir pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak
terkadang juga disebut dengan erosi pantai. Salah satu kerusakan garis pantai ini
dapat dipicu karena terganggunya keseimbangan alam di daerah pantai tersebut.
Menurut Ongkosongo (2004) proses terjadinya abrasi pantai di wilayah yang
pasir lautnya di keruk adalah ketika pada perairan pantai tersebut dikeruk pasirnya,
maka beberapa lama setelah pengerukan kubangan yang terbentuk oleh pengerukan
tersebut akan dapat memicu migrasi pasir pantai ke daerah kubangan sehingga
menyebabkan erosi pantai .
2. Kerusakan Mangrove dan Terumbu Karang
7
yang berasosiasi di dalamnya yang memiliki nilai ekologis, ekonomis, sosial dan
budaya.
Kawasan konsevasi di pesisir dan laut memiliki peran utama sebagai berikut :
a. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan integritas
ekosistem.
5. Peran pemerintah
Keikutsertaan pemerintah dalam melestarikan ekosistem laut sangat penting
Pemerintah sebagai pengatur dan pengawas masyarakat.Pemerintah dapat
menetapkan kebijakan dan peraturan peraturan untuk menyelamatkan ekosistem
laut.Membuat rencana rencana perbaikan lingkungan yang sudah rusak dan
mencegah kerusakan terumbu karang. Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi lingkungan untuk menjaga kelestarian
ekosistem laut seperti terumbu karang atau mangrove.
11
DAFTAR PUSTAKA
Burke, L., E. Selig dan M. Spalding, 2002. Terumbu Karang Yang Terancam di Asia Tenggara.
World Resources Institute : 39 hal.
Hall. C. M (2001) Trends in ocean and coastal touris? Ocean & Coastal mangement, 44(9-
10).601-618.
Jamili, Setiadi, D. Qayim, I. dan Guhardja, E. 2009. Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau
Kaledupa Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ilmu Kelautan 14(4):
36-45.
Kusumastanto, Tridoyo. dan Suhana. (2004). Degradasi Pesisir dan Laut Indonesia pada Era
Otonomi Daerah. Prosiding Hasil Workshop : Deteksi, Mitigasi dan Pencegahan
Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia.
Ongkosono, Otto S (2004). Degradasi Lingkugan Pesisir. Prosding Hasil Workshop: Deteksi,
Mitigasi dan Pencegahan Degradasi Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia.
IndoReprom, P20 LIPI dan p3 TISDABPPT. ISBN 979-98828-0-X.
Rais, et al (ed). 2004. Menata Ruang Laut Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Sahetapy, D., 2006. Status Komunitas Karang pada Terumbu Tepi Teluk Saumlaki, Maluku
Tenggara Barat. ICHTHYOS : Jurnal IlmuIlmu Perikanan dan Kelautan
(Terakreditasi), Vol.5 No 2 : Hal. 81-88.
Soediono, Gatot. 2008. Analisis Pengelolaan Terumbu Karang Pada Kawasan Konservasi
Laut Daerah Pulau Randayan Dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi
Kalimantan Barat. (Tesis) Semarang : Universitas Diponegoro.
WESTMACOTT, S.,K. Teleki, S. Wells & J. West. 2000. Pengelolaan Terumbu Karang Yang
Telah Memutih dan Rusak Kritis. Diterjemahkan oleh J.H.Steffen. IUCN. 46 hal.
12