Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PBM BIOLOGI I

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. J. F REHENA, M. Kes

Kelompok
EDY RUPILELE (1369821008)
NAHRIAH TUANANY (1369821…_
DESY

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFENISI PENDEKATAN PEMBELAJARAN......................................................................................................3

B. DEFENISI MODEL PEMBELAJARAN...............................................................................................................14

C. MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN....................................................................................................15

D. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN...................................................................................................23

E. MACAM – MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN............................................................................................24

F. PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN.......................................................................................................25

G. IMPLEMENTASI MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN............................28

BAB IV P E N U T U P

A. KESIMPULAN....................................................................................................................................................30

B. SARAN...............................................................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang
dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan
dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam
pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga
kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak 
didik dapat merima didikan dengan baik.
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan keiatan belajar ,
untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan . dalam merancang kegiatan pembeajaran ini,
seorang guru semestinya memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau
kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara yang digunakan terus
mengemas penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipiih untuk
melakukan mengukuran terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki
siswa.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih menggunakan
paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru, dimana guru yang lebih aktif dalam
mengajar daripada peserta didiknya. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru
sampaikan. Peserta didik cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep
mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam
memahami materi pembelajaran fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang
memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah
perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi
guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi
menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang
mengajar.   

1
Sehingga dalam  mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus pandai
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan
menentukan sikap dan perbuatan.

1
2

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; dan (65)
model pembelajaran. Pada tulisan ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Defenisi Pendekatan Pembelajaran ?
B. Apa defenisi Model Pembelajaran ?
C. Apa saja macam-macam model pembelajaran ?
D. Apakah pengertian dari strategi pembelajaran?
E. Apa sajakah macam – macam dari strategi pembelajaran?
F. Bagaimana dengan pemilihan strategi pembelajaran itu?
C. TUJUAN PENULISAN
A. Mengetahui defenisi Pendekatan Pembelajaran.
B. Mengetahui defenisi Model Pembelajaran.
C. Mengetahui   macam-macam model pembelajaran.
D. Mengetahui   pengertian dari strategi pembelajaran.
E. Mengetahui   macam – macam dari strategi pembelajaran.
F. Untuk mengetahui dan mengerti pemilihan strategi pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI PENDEKATAN PEMBELAJARAN


Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah : (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan
harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatuproses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik
awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah :
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku
dan pribadi peserta didik.

3
4

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling


efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran
baku keberhasilan.
a. FUNGSI PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan
digunakan.
2.  Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.  Mendiaknosis masalah-masalahbelajar  yang timbul.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
b. JENIS- JENIS PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan
metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam
melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas.
Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,
walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pembelajaran individual merupakan salah satu Cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa,
membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki
siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis
antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:
a. Mendengarkan secara simpati dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat
hubungan saling percaya.
b. Membantu anak didik dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c. Membantu anak didik tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
5

d. Menerima perasaan anak didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh
perhatian.
e. Menanggani anak didik dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin
memberi beberapa alternatif pemecahan.

Ciri-ciri pendekatan individual :


a. Guru melakukan pendekatan secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan
kesempatan kepada anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b. Guru harus peka melihat perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
c. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih
terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d. Guru harus mampu mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian
mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran
individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru
dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan
guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan
pendekatan individual. Keuntungan dari pengajaran pendekatan individual yaitu:
a. Memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing secara penuh
dan tepat.
b. Mencegah terjadinya ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok.
c. Mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan.
d. Memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan
kepada tuntutan-tuntutan guru.
e.  Memberi peluang siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.
f. Latihan-latihan tidak diperlukan bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan
merasa puas dengan hasil belajar yang ada.
g.  Menumbuhkan hubungan pribadi yang menyenangkan siswa dan guru.
h. Memberi kesempatan bagi para siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik.
i. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum
dan khusus. Kelemahan secara umum:
6

c.  Proses pembelajaran relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi
dan jumlah peserta didik.
d. Motivasi siswa mungkin sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki
oleh peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam
pembelajaran.
e. Adanya penggunaan pasangan guru dan siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan,
sehingga terjadi kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
f. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan Cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk
menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut kesabaran dan penguasaan materi secara lebih
luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain,
yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan
untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah
sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi
pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka
masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal
yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai
kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa
keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil
bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan
pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi
bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang
biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan
untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk
kepentingan pengajaran.
4.  Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan
karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
7

Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru
sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan Cara memukul badannya
sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah
melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk
menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik.
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan
perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran,
tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga
penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat
menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran
umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak
sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang
sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari
masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata
pelajaran tersebut.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan
perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat
pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah
pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna.
c. TIPE-TIPE PENDEKATAN
1) Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916, yaitu
sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa.
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning ) dikembangkan oleh The Washington State Consortium
for Contextual Teaching and Learning , yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah
8

satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di
Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan
materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah
Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang
sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima,
melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya,
bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi
informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)  merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan
menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya
nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru
menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya. Belajar dapat terjadi
9

lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-
bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan pemecahan
masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang
signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah
yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada
pemahaman bukan hafalan.
2) Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi
pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam
pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme:

1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat
dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga
siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang
sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada
dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari. Peran guru
hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari
serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
3) Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk
menarik satu atau lebih kesimpulan ( conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam
10

sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan
khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan
diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4) Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan
dari khusus menjadi umum.Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan khusus menuju keadaan umum.
5) Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep ( miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur
mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.

Ciri-ciri suatu konsep adalah:

1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu


2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5.  Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3.  Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang
komplek.
C. Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran
1. Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran :
a) Tahap Presentasi
11

Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama tahap presentasi
pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau keterampilan awal yang diperlukan; (2)
pernyataan mengenai pengetahuan atau keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3)
pernyataan atau pengalaman yang menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa
tujuan khusus ini penting; (4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau keterampilan yang harus
dipelajari, dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman awal mereka
menanggapi pemeriksaan guru.
b) Tahap Latihan
Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan terbimbing langsung
dibawah pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana siswa mengerjakan sendiri, dan (3)
tinjauan berkala (sering dimasukkan setiap hari dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana
sebelumnya siswa belajar memanfaatkan konten atau skills.
c) Tahap Penilaian dan Evaluasi
 Ada dua penilaian dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1) tes formatif, dan (2)
tes sumatif.
d) Monitoring dan Feedback
Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka diberikan umpan balik
agar proses presentasi, latihan dan penilaian berjalan sesuai yang diharapkan.
2. Pendekatan Diskusi
a. Pembagian tanggung jawab ;
Pembelajaran diskusi harus menggeser pembelajaran yang berpusat pada menjadi pendekatan
yang berpusat pada tanggungjawab belajar bersama antara guru dan siswa. Pembagian
tanggungjawab ini tidak berarti mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola
dan mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu harus ada
pengaturan peran dan tugas yang jelas.
3. Pendekatan Pengalaman
Ada beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran yaitu:
1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman).
 Menetapkan tujuan atau hasil pembelajaran
 Membicarakan kriteria penilaian
 Membangun hubungan (teman sebaya, guru, komunitas dan lingkungan)
2. Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)
12

 Pengalaman nyata
 Membuat keputusan hasil yang nyata
 Orientasi Masalah
 Kesulitan Optimal
3. Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)
 Fasilitas guru sebagai fasilitator
 Membuat kelompok
 Proses : Apa yang terjadi , mengapa itu terjadi , apa yang telah dipelajarai dan
bagaimana Cara mengaplikasikannya.
4. Pendekatan Berbasis Masalah
1. Pemilihan masalah
PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan penyempurnaan keterampilan berpikir
tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai strategi instruksional untuk mengajarkan keterampilan dasar.
Pendekatan PBI memerlukan pemilihan masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah memiliki
pengetahuan, yang mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga penerapan pengetahuan ini
dengan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan pemecahan masalah dapat menghasilkan
pemahaman lebih dalam.
2. Peran guru.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI adalah kemampuan guru berfungsi
sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan sebagai penyedia informasi atau materi.
3. Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.
Penggunaan penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
 Instruktur / guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau antisipasi) hasil pembelajaran
yang berkaitan dengan masalah yang diajukan ke pelajar. Strategi penilaian yang digunakan
harus selaras dengan hasil yang diinginkan.
 Penilaian sumatif dilakukan pada akhir siklus pemecahan masalah. kelompok siswa dinilai
berdasarkan pada solusi yang ditawarkan mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
 Penilaian formatif dapat terjadi setiap saat dalam siklus FBI. Barrows (1988) menunjukkan
setelah peserta didik mengikuti pembelajaran mereka diuji dengan menuliskan pengetahuan
yang didapat pada proses pemecahan masalah.
4. Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
13

 Tujuan dari proses pembekalan ini adalah untuk membantu peserta didik untuk mengenali,
verbalisasi, dan mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari, dan untuk
mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang ada.
 Tugas guru adalah untuk memastikan suara yang sama bagi semua peserta, jadi hati-hati
untuk mendengarkan semua anggota dan meminta semua anggota untuk mereka berpendapat
dan berkomentar.
 Ikuti tanya jawab didirikan protokol. Tahu generik dan spesifik pertanyaan untuk diminta untuk
memandu sesi tanya jawab. Siapkan pertanyaan ide / topik untuk memastikan bahwa Anda
(sebagai debriefer) mengingat semua pembelajaran yang telah dibahas dalam kegiatan FBI.
 Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik agar sesuai dengan pengetahuan baru ke
dalam skema yang ada.
 Dorong peserta didik untuk mendaftar apa yang telah mereka pelajari dengan menggunakan
peta konsep-menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.
5. Pendekatan Simulasi
Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum, sebagai berikut :
a.  Fungsi Isi
Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional dari sebuah
pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang dinamis replika sistem nyata atau
khayalan.
b. Fungsi Strategi
Melibatkan Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan instruksional,
pengaturan sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang diberikan.
c. Fungsi Kontrol
Desain simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat menyampaikan
pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau unsur-unsur dinamis lainnya dari
pengalaman. Desain sistem kontrol sangat menantang karena tindakan belajar berlangsung dalam
konteks yang dinamis dan harus memanfaatkan pertukaran informasi dan kontrol.
d. Fungsi Pesan
Pesan Menghasilkan unit:
 Prinsip: Pesan Elements
 Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan
 Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan pesan
14

B. DEFENISI MODEL PEMBELAJARAN


Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Jadi, sebenarnya model pembelajaran  memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi
atau  metode pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari
yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam
penerapannya.

Pengertian model pembelajaran menurut para ahli :

 Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pemblajaran yang dapat digunakan
dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif;
pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
 Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
 Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai
dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative
Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan
Modul (Modular Instruction).
 Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar  
 mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
   Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut
dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14).
 Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
15

 Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain
guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan


siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model,
guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model
yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal yang
berkait dengan kreativitas. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana,
bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan


kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga
model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan
yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti.

C. MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN


a. Model Pembelajaran Saintifik
Model Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
 Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari
berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya
16

kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan
teori Vygotsky.
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori
belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).
a. individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya.
b. dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh
sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik.
c. satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan
adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.
d.  dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode
saintifik. Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif
yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya (Baldwin, 1967).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut :
 berpusat pada siswa.
 melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip
 melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) dapat mengembangkan karakter siswa.
Proses pembelajaran dengan pendekatan Saintific terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yait
a. mengamati
b. Menanya
c. mengumpulkan informasi
d. mengasosiasi
e. mengkomunikasikan
Contoh penerapan pada model pembelajaran saintifik:
- Menanya : seorang siswa yang bertanya dengan apa yang ia lihat dan perhatikan.
- Mengumpulkan Data : siswa yang dianjurkan untuk mengumpulkan data dengan cara mencari
informasi dan melakukan kunjungan atau observasi.
17

b. Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning )


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
(real world).
a. Kelebihan problem based learning ( Model Pembelajaran Berbasis Masalah)
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
peserta didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. Dalam situasi PBL,
peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
b. Sistem penilaian model pembelajaran problem based learning.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian-ujian tengah semester (UTS), kuis,
PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
c. Sistem Penilaian
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat
dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik
yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri ( self-
assessment) dan peer-assessment.
d. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
18

pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian.
e. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta
untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-
masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis dalam
memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya,
membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Contoh Penerapan Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta didik, antara
lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang
dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
c. Model pembelajaran Discovery Learning

Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila
pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi
sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning
that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is
required to organize it him self” (Penemuan Belajar dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang
terjadi ketika siswa tidak disajikan dengan materi pelajaran dalam bentuk akhir , melainkan
diperlukan untuk mengatur itu nya) “  (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,
2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind
(Adalah proses mental asimilasi conceps dan prinsip-prinsip dalam pikiran (Robert B. Sund dalam
Malik, 2001:219).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada
perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
19

ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan
discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan
temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Di dalam proses belajar, Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan
kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa
pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum
dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan
agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi
proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai
dengan tingkat perkembangannya. 
            Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi
seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam
metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
 Kelebihan Penerapan Discovery Learning.
- Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-
proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
- Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
- Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
- Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
- Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
20

- Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
- Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan
gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
- Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran
yang final dan tertentu atau pasti.
- Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
- Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
- Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
- Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
- Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
- Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
- Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
- Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
- Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
 Kelemahan Penerapan Discovery Learning.
- Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai,
akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
- Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
- Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan
guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
- Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
- Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa
- Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa
karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
21

d. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( PJBL )


Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi)
dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai
elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha
peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,
hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan
sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia
usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang
dibutuhkan untuk bekerja pada bidang masing-masing.
Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu :
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi
untuk memecahkan permasalahan;
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
22

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyekantara lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki
system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran
utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau
tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
 Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
- Meningkatkan kolaborasi.
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
- Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
- Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
- Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang
untuk berkembang sesuai dunia nyata.
- Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan
yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
- Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
 Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
o Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
o Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
23

o Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang
peran utama di kelas.
o Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
o Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
o Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
o Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ada beberapa
peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek,
antara lain :
a. Peran Guru
 Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
 Membuat strategi pembelajaran.
 Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
 Mencari keunikan siswa.
 Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
 Membuat portofolio pekerjaan siswa.
b. Peran Peserta Didik
 Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
 Melakukan riset sederhana.
 Mempelajari ide dan konsep baru.
 Belajar mengatur waktu dengan baik.
 Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
 Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
 Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
D. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to
achieves a particular educational goal  (J.R. David, 1976). Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian di atas.  Pertama,  strategi
24

pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berati penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya
dalam implementasi suatu strategi (Wina Sanjaya,2006:126).
Strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara-cara melaksanakan kegiatan pembelajaran agar
prinsip dasar pembelajaran dapat terlaksana dan tujuan pembelajaran bisa dicapai secara efektif
(Mukhamad Murdiono,2012:28). Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam
proses pembelajaran(Hamzah B.Uno, 2006:45).
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pmbelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Reigeluth, 1983, Degeng, 1989)(dalam Made Wena,2008:5).
Kozma (dalam sanjaya 2007)  secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta
didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu (Hamruni, 2009:3). Kemp (1995) menjelaskan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Wina Sanjaya, 2006:126).
Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan
pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru
untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran (Darmansyah,2010:17).
Cropper(1998) mengataan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis
latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Hamruni, 2009;3).
E. Macam – macam Strategi Pembelajaran
 Macam – macam Strategi Pembelajaran dalam Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan (Wina Sanjaya,2006:128-129) Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam
beberapa kelompok, yaitu:
1. Strategi Pembelajaran Penyampaian ( Exposition)
Bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai
bahan tersebut. Roy Killen menyebutnya dengan strategi pembelajaran langsung ( direct instruction).
25

Mengapa dikatakan langsung? Sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja
kepada siswa, siswa dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh.
Dengan demikian , dalam strategi ekspositori guru berfungsi sebagai penyampaian.
2. Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas
guru lebih banyak menjadi fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian
strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
3. Strategi Pembelajaran Individual ( Individual)
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan
keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan.
Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.
4. Strategi Pembelajaran Kelompok (Groups)
Stategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau
beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau
pembelajaran klasikal, atau bisa juga siswa dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group.
Strategi kelompok tidak memerhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh
karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh
siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi.

Dari cara penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:

1. Strategi Pembelajaran Deduktif


Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dillakukan dengan
mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi,
atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-
lahan, menuju hal yang konkret. Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.
2. Strategi Pembelajaran Induktif
Strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari hal-hal yang konkret atau contoh-contoh yang
kemudian secara perlahan siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini
kerap dinamakan strategi pembelajaran dari khusus ke umum. (Wina Sanjaya,2006:128-129).
F. Pemilihan Strategi Pembelajaran
26

o Pemilihan Strategi Pembelajaran dalam Buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan (Wina Sanjaya,2006;129-131)
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita
semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana
cara penyampaiannya.
Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa
pertimbangan yang harus diperhatikan.
1. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
 Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau
psikomotor?
 Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau
rendah?
 Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
 Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu?
 Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak?
 Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut siswa.
 Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa?
 Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa?
 Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa?
4. Pertimbangan-pertimbangan lainnya.
 Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja?
 Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan?
 Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?

Pertanyaan- pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan


strategi yang ingin ditetapkan. Misalnya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau
27

psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan
berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya.

o Pemilihan Strategi Pembelajaran dalam Buku Strategi Pembelajaran (Abdul Majid,2013;108-114)


Beberapa prinsip mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi pembelajaran secara tepat
dan akurat, pertimbangan tersebut harus berdasarkan pada penetapan. Dalam pemilihan strategi
pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai berikut :
1. Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi.
2. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan
3. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang
berhubungan dengan latar belakang dan status sosial, karakteristik yang berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan kepribadian)
4. Biaya
5. Kemampuan strategi pembelajaran (kelompok atau individu)
6. Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan maupun kelebihannya)
7. Waktu

Untuk lebih jelasnya, berkaitan dengan karakteristik strategi pembelajaran sebagai dasar
pertimbangan dapat dilihat pada uraian berikut ini :

1. Tujuan pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang
akan digunakan dalam menyajikan materi pengajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-
metode pembelajaran. Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan (OrKes) menetapkan tujuan
pembelajaran agar siswa agar dapat mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.
Dalam hal ini, metode yang dapat membantu siswa-siswi mencapai tujuan adalah metode ceramah;
guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba, dan dilaksanakan di lapangan. Kemudian metode
demonstrasi; siswa-siswi mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar.
2. Aktivitas dan pengetahuan awal siswa
Belajar merupakan aktivitas untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak
28

hanya dimaksudkan pada aktivitas fisik saja, tetapi meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas
mental juga.
3. Integritas bidang studi/pokok bahasan
Mengajar merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek
psikomotor. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian secara terintegritas. Oleh karena itu, metode yang digunakan lebih berorientasi pada
masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam pokok bahasan.
4. Alokasi waktu dan sarana penunjang
Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran adalah satu jam pelajaran (45 menit). Jadi
metode yang akan digunakan harus dirancang sebelumnya, termasuk didalamnya perangkat penunjang
pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut dapat digunakan oleh guru secara berulang-ulang,
seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dsb.
5. Jumlah siswa
Metode yang kita gunakan didalam kelas idealnya perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang
hadir dan rasio guru dan siswa, agar proses belajar mengajar efektif. Ukuran kelas juga menentukan
keberhasilan, terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi
besarnya kelas. Sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung
memerlukan biaya pendidikan dan latihan yang tinggi. Kedua pendapat ini bertentangan; manakala kita
dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar.
Namun apabila pendidikan mempertimbangkan biaya, mutu pendidikan sering terabaikan, apalagi
saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.
6. Pengalaman dan kewibawaan pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan bahwa “pengalaman
adalah guru yang baik”. Hal ini telah diakui di lembaga pendidikan. Selain berpengalaman, guru juga
harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru, karena guru
harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial. Guru harus
merupakan sosok tokoh yang disegani, bukan ditakuti oleh anak didiknya.
G. IMPLEMENTASI MODEL, PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN
Dalam pembelajaran di sekolah seorang guru sebenarnya telah melakukan model, pendekatan,
strategi dan metode pembelajaran secara bersamaan. Namun seringkali guru tidak memahami dan tidak
29

dapat membedakan antara model, pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Ketidakmampuan
membedakan ini dapat mengurangi kualitas pembelajaran dan membuat pembelajaran kurang efektif.
Implementasi model, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran di mulai dengan menganalisis
materi pembelajaran dan karakteristik siswa yang akan di berikan pembelajaran. Analisis materi
pembelajaran dapat dilihat dari kompetensi dasar yang hendak dicapai. Setiap materi pembelajaran memiiki
tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Dengan demikian model, pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Selain konten/materi, karakteristik siswa
juga dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran terutama gaya belajar dan kondisi emosional siswa
dengan menggunakan model, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang tepat siswa akan lebih
mudah memahami materi pembelajaran.
Setelah tahap analisis konten dan karateristik siswa selesai maka kita memulai dengan menentukan
model pembelajaran yang akan digunakan. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikansecara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, strategi dan metode, pembelajaran. Setelah model pembelajaran di pilih
maka secara bertahap selanjutnya menentukan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang tepat.
Berikut ini contoh implementasi model, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran dalam pelajaran
biologi di sekolah menengah atas.
Kelas / Semester :  X (Sepuluh)/Semester II
Mata Pelajaran   : IPA Biologi
Materi                 :  Plantae Identitas materi
Sub Materi          :  Tumbuhan Paku (Pterodhophyta) pembelajaran
Alokasi waktu      :  3 x 45 Menit
Kompetensi Dasar
3. 8. Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan tumbuhan ke Kompetensi dasar dari
Model, pendekatan,
dalam divisio berdasarkan pengamatan morfologi dan metagenesis tumbuhan materi pembelajaran
strategi dan metode
serta mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi.
4.8. Menyajikan data hasil pengamatan dan analisis fenetik dan filogenik yang akan dilakukan
pembelajaran yang dipilih
tumbuhan serta  peran tumbuhan dalam kelangsungan hidup di bumi.
Model Pembelajaran : Cooperative learning
Pendekatan : Scientific approach
Strategi : Experiental
Metode : Diskusi dan Observasi
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran
atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan
anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan
ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.
Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat maka
akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai berikut:
Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, Kesesuaian strategi
pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan, Kesesuaian strategi pembelajaran
dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status
sosial, karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian),  Kemampuan strategi
pembelajaran (kelompok atau individu), Karakteristik strategi pembelajaran (kelemahan maupun
kelebihannya) , Biaya, dan  Waktu.
B. SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan baru tentang strategi
pembelajaran, khususnya tentang bagaimana cara mengembangkan suatu strategi pembelajaran.
Diharapkan calon pendidik dapat lebih mengerti tentang strategi pembelajaran apa yang cocok dan efektif
untuk diterapkan. Diharapkan calon pendidik dapat menjadikan sebagai suatu acuan dalam menerapkan
suatu strategi pembelajaran.

30
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.

Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor.Jakarta;


PT Bumi Aksara.

Hamruni. (2009). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta; Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Universitas Islam Negeri (UIN).

Hamzah B.Uno.(2006). Perencanaan Pembelajaran.Jakarta;PT Bumi Aksara.

Iskandarwassid., Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung;


PT Remaja Rosdakarya.

31

Anda mungkin juga menyukai