BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan kedalam
pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk bisa
diterapkan. Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan
kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan yang
akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman
yang dimainkan dan dilakukan oleh para ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai
kegiatan dan aktifitas kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah, maupun
dalam kaitannnya dengan muamalah.
Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran
proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran
seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar
didepan peserta didik. Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan
apabila sebagai guru yang mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan
teori tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai teori pembelajaran baik itu
dari teori barat maupun teori dari ahli-ahli Muslim.
Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami dan
mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar
terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.
B. Rumusan masalah
Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan pembelajaran
pendidikan agama Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori belajar dan
pembelajaran pendidikan agama Islam.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi
masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai
peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi
( Bell-Gredler, 1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di
bangku sekolah saja.
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Dengan
demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan
terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
1. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia
menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu
(Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to
learn) memiliki arti:
a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study
b. to fix in the mind or memory: memorize;
c. to acquire trough experience;
d. to become in forme of to find out
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau
kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar.Pertama, Cronbach
(1954), menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as result of experience”.
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Spears
(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction”.
Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan
adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam
diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respon secara
alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan,
pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman,
perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning accurs when experience causes a relatively
permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau tidak, perubahan
yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya,
kearah yang salah.
Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan
manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
2.Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change Behavior). Ini berarti, bahwa
hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah
laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidak adanya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan
memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997).
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah
yang harus bertindak aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah
yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses
belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan
penuh atas belajarnya.
4. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah. 2003). Berkaitan dengan belajar,
Salvin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa
untuk belajar.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi
rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
b. Faktor-faktor eksogen/eksternal.
Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1. lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa.
c. Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
bagaimana mengurus jenazah saudaranya lalu Allah mengirim burung gagak yang menggali
tanah untuk mengubur burung gagak lain yang telah dibunuhnya. Qabil mengamati perilaku
burung gagak tersebut, kemudian ia mengubur dengan mengubur jasad Habil. Pengalaman
praktis dan trial and error Selain melalui cara meniru, manusia belajar dengan menggunakan
pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error). Dalam kehidupannya manusia terkadang
menghadapi situasi-situasi baru yang harus dipelajari bagaimana merespon Nya atau
menyekapinya. Terkadang beberapa respons tepat, tetapi kadang respons manusia terhadap yang
dihadapinya bersifat coba-coba atautrial and error.
Berpikir Cara lain yang digunakan oleh manusia untuk belajar adalah berpikir. Pada saat
berpikir, manusia belajar membuat solusi atas segala persoalan, mengungkapkan korelasi antara
berbagai objek dan peristiwa, melahirkan prinsip dan teori, dan menemukan berbagai penemuan
baru. Oleh karena itu para psikolog menyebut berpikir sebagai proses belajar yang paling tinggi.
Di antara ayat-ayat A1-Quran yang memberikan bukti, argumen, dan mendorong manusia
untuk berpikir tentang kebesaran Allah adalah QS Al-Ghasyiah (88): 17-20 :
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!
$uK¡¡9$# y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x.
ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?Dan bumi
.bagaimana ia dihamparkan? ( Al Ghasiyah :17-20)
Surat Qaf [50]: 6- 10 :
óOn=sùr& (#ÿrãÝàZtƒ ’n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# ôMßgs%öqsù y#ø‹x.
$yg»oYø‹t^t/ $yg»¨Yƒy—ur $tBur $olm; `ÏB 8lrãèù ÇÏÈ uÚö‘F{$#ur $yg»tR÷Šy
‰tB $uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓÅ›ºuru‘ $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry
— 8kŠÎgt/ ÇÐÈ ZouŽÅÇö7s? 3“tø.ÏŒur Èe@ä3Ï9 7‰ö6tã 5=ŠÏY•B ÇÑÈ $uZø
9¨“tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6•B $uZ÷Gu;/Rr'sù ¾ÏmÎ/ ;M»¨Zy_
¡=ymur ωŠÅÁptø:$# ÇÒÈ Ÿ@÷‚¨Z9$#ur ;M»s)Å™$t/ $ol°; Óìù=sÛ Ó‰‹ÅÒ¯R
ÇÊÉÈ
Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, ( QS. Qaf :
6-10 ).
4. SaranaBelajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan namun Allah telah
membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar manusia dapat
menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan
kemaslahatan manusia.
Da1am proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indra
eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual
a. Sarana fisik
Dalam Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang sering
disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba. dan
perasa tidak mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar, karena ada kalanya indra-indra
tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami, apa yang mereka pelajari.
b. Sarana psikis
1) Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman, 1997). Akal
sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat Al-Nahl ayat 78 dengan kata af’idah.
Menurut Quraish Shihab (1992), af’idah berarti “Daya Nalar’
yaitu potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain “akal”. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir,
af’idah itu berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya berada dalam jantung (qalb)
sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa af’idah itu terdapat dalam otak. akal identik
dengan daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan rasional.
2) Qalb
Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu
dalam arti fisik adalah jantung(heart),
Sedangkan dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus
(lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani)
Dalam kamus Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping “jantung” juga “hati”. Dalam
pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-’aql (akal), al-dzakirah (ingatan; mental), danal-
quwwah al- aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb nonfiksi diartikan: 1)
mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).
Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di hati ini
menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan
istilah tafakur, sementara akal di hati dijelaskan dengan tadzakur, yakni berpikir abstrak.
D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam
Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang aktivitas
belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.
1. M-Ghazali
a. Konsep ilmu
Al-Ghazali juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu, pemikiran-
pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang lebih menekankan pada masalah-
masalah kerohanian kesederhanaan, dan menjauhi keduniawian.
Berkaitan dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat dipandang
dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.
b. Jenis ilmu
Menurut Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan ilmu
ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan metodik yang. dilakukan secara
konsisten dan bertahap melalui Proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.
Sedangkan ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan
tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan tetapi melalui proses pencerahan oleh
hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.
Menurut Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi
pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku.
A1-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar
mengajar ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang dimiliki oleh guru) di
tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).
Kemudian A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat tahap.Pertama, terjadi
pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus berada pada jarak tertentu dari objek
dan dalam keadaan tertentu.Kedua, terjadi pada al- khayal Kalau pada indra, hubungannya
dengan objek harus berada pada jarak tertentu dan situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal
keharusan demikian tidak ada. A1-khayal menangkap objek tanpa melihat, tetapi tangkapannya
masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas
(Muhammad Yassir Nasution, 1972).
2. Burhanuddin Al-Zarnuji
a. Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim al-
Muta’allim Thuruq aI- Ta’allurn”. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep
pendidikan Islam yang dikemukakan Al-Zarnuji, antara lain :
1. Pengertian ilmu dan keutamaannya;
2. Niat belajar
3. Memilih guru, ilmu, teman dan
4. hormati ilmu dan ulama;
5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur;
6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya;
7. Tawakkal kepada Allah swt
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat;
10.Mengambil pelajaran;
11.wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
12. penyebab hafal dan lupa
13. masalah rezeki dan umur.
b. Metode pembelajaran
Dalam kitab Ta’lim Muta’allirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran
meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar.Kedua,
metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih
teman, dan langkah-langkah dalam belajar.
b. Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid
Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim yang memberi
acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.
1. Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan
terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya
penghormatan murid terhadap guru.
2. Kontekstualisasi hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa penempatan
guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.
3. Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan mempunyai kesalehan
sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap amanat yang diemban
untuk menggapai ridha Allah Swt.
b . Memutus kebiasaan Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ), maka
kebiasaan itu perlu di putus .
c. Punishment( hukuman) . Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan dalam
proses belajar Hukuman (punishment ) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku
seseorang.
d. Eksperimen Gutrie
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas
adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan kedalam kotak puzel Dari hasil
eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip dalam teori kontinuitas yaitu :
1. Agar terjadi pembiasaan maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu ;
2. pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan- gerakan tertentu , oleh karena itu
instruksi yang diberikan harus spesifik
3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk
menghasilkan respons secara umum;
4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi di sesuatu yang akan diasosiasikan
;
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
5. Clark hull
Hull telah mengembangkan sebuah teori dalam versi behaviorisme ia menyatakan bahwa
stimulus (s) mempengaruhi organisme (o) dan menghasilkan respons (R) itu tergantung pada
karakteristik O dan S . dengan kata lain Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari
variabel intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif ,
penghalang dan kebiasaan. Teori Hull ini disebut dengan teori mengurangi dorongan ( drive
reductin theory ).
Namun , lepas dari kelebihan yang dimilikinya teori belajar behavioristik ini
juga memiliki kelemahan-kelemahan ( Syah,2003 ) antara lain:
1. proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung , padahal belajar adalah kegiatan
yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalahnya;
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis –mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot ,
padahal manusia mempunyai keampuan self regulation danself control yang bersifat kognitif.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikakan dngan hewan sangat sulit diterima , mengingat ada
perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dn manusia.
E. Teori Gestalt
Psikologi kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya seperti
Wolfgang, Kohler, dan Kurt Koffka. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh tokoh
behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap bahwa belajar sebagai trialand error, teori
Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight).
Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan di dalam sangkar tersebut terdapat
sebatang tongkat. Di luar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh
simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada
awalnya dimasukkan sangkar, simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi selalu
gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse
melihat sebatang tingkat dan timbul pengertian untuk meraih pisang tersebut dengan
menggunakan tongkat itu.
Eksperimen II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih sama dengan eksperimen I, yaitu pisang
masih ada di luar sangkar. Akan tetapi pisang tersebut dapat diraih jika tongkat dapat
disambung. Jadi ada dua batang tongkat dalam sangkar yang dapat disambung.
Eksperimen III
Problem yang dihadapi diubah, yakni pisang diletakkan di gantung diatas sangkar sehingga
simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak yang
kuat untuk dinaiki oleh simpanse, maka timbullah pemahaman (insight) dalam diri simpanse,
yakni menghubungkan kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaroh
tepat di bawah pisang. Selanjutnya, simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang
tersebut.
Exsperimen IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja
pada eksperimen ini ada dua kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk
meraih pisang. di atas sangkar.
Proses belajar yang menggunakan insight (insightful learning) mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut (Suryabrata, 1990)
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba- coba
5. Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulang dengan mudah, dan akan berlaku
secara langsung
6. Jikainsight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat
dipecahkan.
1. Discovery learning
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah discovery learning nya
Jerome Bruner (Slavin, 1994), yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri.
Discovery learning telah banyak aplikasinya dalam keilmuan. Discovery learning mempunyai
beberapa keuntungan dalam belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari diri sendiri untuk
menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang
dihadapi mereka.
2. Assisted learning
5. Quantum learning
Quantum di definisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Semua kehidupan adalah energi. Sedang learning artinya belajar. Belajar bertujuan meraih
sebanyak cahaya: interaksi, hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Dengan demikian quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar (Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki, 2000) Dalam praktiknya,quantum learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode
tertentu (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000).
6. Contextual teaching and learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa membuat hubungan antar pengetahuan
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
(Murhadi; Yasin, Burham Senduk A Gerad, 2004),
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkanya adalah berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiti untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
4 Ciptakan`masyarakat belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan;
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Proses belajar dalam experiential learning juga didasarkan pada pengalaman, sama
seperti contextual teaching and learning (CTL) Kedua model belajar tersebut mempunyai konsep
bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari memahami dan mentransformasi pengalaman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha
untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan,
dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :
a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun
yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula
manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat
yang lebih tinggi kepada hambanya.
DAFTAR PUSTAKA
ddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz Media
uddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media Group