Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

(“Pendidikan Sebagai Suatu Sistem yang Kompleks


sistem Politik,sosial dan Budaya”)

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. P.M. Papilaya, M. Pd

DI SUSUN OLEH :
EDY RUPILELE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PASCASARJANA
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha kuasa,

penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun

isinya yang sangat sederhana.

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas Mata

Kuliah “Landasan Pendidikan” penyusun menyadari bahwa makalah ini terwujud

berkat adanya dorongan dan bantuan dari pihak untuk membantu menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Ambon, 24 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..1
C. Tujuan…………………………………………………………………………1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Apa pengertian pendidikan dan system…………………………………..3


B. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam
Sistem Pendidikan…………………………………………………………..4
C. Pendidikan sebagai suatu Sistem politik, sosial dan budaya.................7

BAB III. P E N U T U P

A. KESIMPULAN……………………………………………………………….13

B. SARAN……………………………………………………………………….13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa pengertian pendidikan dan sistem

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur sasaran

pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur, Kurikulum dan peralatan atau

fasilitas. Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa.

Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat

menentukan nasib bangsa. Dunia pendidikan tidaklah sebatas mengetahui ilmu dan

memahaminya, akan tetapi dalam dunia pendidikan sangat berhubungan dengan dunia

luar yang nyata. Pendidikan terdiri dari berbagai elemen yang saling berkaitan untuk

mencapai tujuan yang diharapkan bersama, dari hal itu dapat disebut bahwa pendidikan

sebagai suatu system. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak dapat dipisahkan dengan

lingkungan baik fisik maupun makhluk hidup yang lain, karena pelajaran tidak hanya

didapat dari pelajaran sekolah ataupun lembaga pendidikan formal, namun pendidikan

juga membutuhkan pelajaran dari alam atau lingkungan sekitar.

b. Pengertian Sistem

Menurut Tatang Amirin (1992), system merupakan himpunan komponen yang saling

berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem berasal

bari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagan atau komponen yang

saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan . Istilah sistem

adalah suatu konsep yang abstrak. Defnisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah

seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai satu

tujuan.

Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang terdiri atas

komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber

yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling

2
3

membantu untuk mencapai suatu hasil (produk). Sebagai contoh, tubuh manusia

merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan

daging, otak, urat-urat darah, syaraf, dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen itu

mempunyai fungsi-fungsi sendiri (fungsi yang berbeda-beda) dan satu sama lain saling

berkaitan sehingga merupakan suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua

komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan. Dari dini dapat dikatakan bahwa system kependidikan merupakan perangkat

sarana yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam

rangka melaksanakan proses pembudayaan masyarakat yang menumbuhkan nilai-nilai

yang sama sebangun dengan cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakat itu sendiri.

Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang dipolakan

untuk membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami perubahan-

perubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat

dalam rangka mengejar cita-cita hidup yang sejahtera lahir maupun batin.

B. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan atau

sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang. Pendidikan

sebagai sebuah system terdiri dari sejumlah komponen. Komponen merupakan bagian yang

ada dalam suatu sistem yang melakukan atau memainkan fungsi tertentu dalam rangka

mencapai tujuan sistem. Dalam suatu sistem pasti memiliki tujuan yang akan dicapai karena

sistem sangat erat hubungannya dengan tujuan jika tujuan tidak ada dalam sistem maka

tidak bisa dikatakan sebagai sistem. Untuk mencapai tujuan di dalam sebuah sistem

memiliki komponen-komponen yang bekerja, berinteraksi, dan memiliki ketergantungan

antara yang satu dengan yang laiinya sehingga menjalankan roda grigi komponen-

komponen dalam suatu sistem. Satu komponen tidak dapat bekerja dengan maksimal maka

akan mempengaruhi komponen yang lain dan akan mempengaruhi sistem untuk mencapai

tujuannya.
4

Komponen sistem juga merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih besar

atau setiap sistem terdiri dari sub-subsistem. Namun demikian menurut fungsinya tidak

semua komponen sistem tersebut memiliki hubungan langsung dengan komponen yang

lain. Dapat dikatakan bahwa dalam suatu sistem ada komponen sistem integral dan ada

komponen sistem tidak integral.

Dalam bidang pendidikan terdiri dari beberapa komponen-komponen yang

menunjang yaitu:

a. Input Pada Sistem Pendidikan

Siswa baru merupakan masukan mentah (raw input) yang akan diproses menjadi

tamatan (out put). Siswa berstatus sebagai subjek didik karena siswa (tanpa pandang

usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya dan

ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna memecahkan

masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.

b. Instrumental Out Put Pada Sistem Pendidikan

Guru dan tenaga nonguru, administrasi sekolah, kurikulum, anggaran pendidikan,

prasarana dan sarana merupakan masukan instrumental (instrumental output) yang

memungkinkan dilaksanakannya pemrosesan masukan mentah menjadi tamatan.

 Guru dan Tenaga Nonguru

Guru ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Guru berbeda

dengan pengajar sebab pengajar berkewajiban untuk menyampaikan materi pelajaran

kepada murid, sedangkan guru tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi

pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik.

Tenaga Nonguru yang sering disebut sebagai tenaga kependidikan adalah anggota

masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, BAB 1 Ketentuan Umum). Atau juga bisa

diartikan merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan .


5

 Administrasi Sekolah

Administrasi sekolah adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan

sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau

lembaga pendidikan. Kegiatan yang ada dalam administrasi pembiayaan meliputi tiga

hal, yaitu: penyusunan anggaran, pembukuan, dan pemeriksaan.

 Kurikulum

Materi pendidikan yang sering juga disebut dengan istilah kurikulum karena

kurikulum menunjukkan makna pada materi yang disusun secara sistematika guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 Anggaran Pendidikan

Anggaran adalah biaya yang dipersiapkan dengan suatu rencana terperinci. Secara

lebih khusus dapat dikatakan bahwa anggaran adalah rencana yang disusun secara

terorganisasikan untuk menerima dan mengeluarkan dana bagi suatu periode tertentu.

 Prasarana dan Sarana

Prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung

digunakan dalam proses pendidikan sedangkan sarana pendidikan adalah segala

macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Prasarana

pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-

benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan

dan sarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan yang digunakan

guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran

c. Enviromental Input Pada Sistem Pendidikan

Corak budaya dan kondisi ekonomi masyarakat sekitar, kependudukan, politik dan

keamanan negara merupakan factor lingkungan atau masukan lingkungan (environmental

input) yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap berperannya

masukan instrumental dalam pemrosesan masukan mentah.

 Lingkungan sosial budaya, yaitu nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup dan

berkembang di sekitar lembaga pendidikan.


6

 Lingkungan ekonomi, yaitu kondisi ekonomi yang ada di sekitar lembaga pendidikan

dan masyarakat sekitar.

 Lingkungan politik, yaitu keadaan politik yang terjadi pada daerah di mana lembaga

pendidikan tersebut berdiri atau melaksanakan pendidikan.

 Lingkungan keamanan, baik keamanan di sekitar lembaga pendidikan maupun di

luar lembaga pendidikan.

 Lingkungan Kependudukan yaitu kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan

sumber daya alam yang ada disekitar lembaga pendidikan.

d. Output Pada sistem Pendidikan

Output pada sistem pendidikan adalah hasil keluaran dari proses yang terjadi di

dalam sistem pendidikan. Adapun output pada sistem pendidikan adalah:

 Lulusan (Tamatan)

Lulusan pendidikan adalah hasil dari proses pendidikan agar sesuai dengan

tujuan pendidikan tersebut. Diharapkan lulusan yang dihasilkan dapat memberikan

nilai-nilai kehidupan bagi dirinya, lingkungan, dan Tuhannya. Setidaknya, lulusan

tersebut dapat mentransformasikan (mengembangkan dan melestarikan) budaya

yang ada di lingkungan, kepribadiannya dapat terbentuk dengan baik, menjadi warga

negara yang baik yang didasarkan atas landasan-landasan pendidikan, serta mampu

bersaing di dunia kerja

Jika proses yang terjadi di dalam komponen-komponen pendidikan yang sudah

dijelaskan di atas berjalan dengan baik tanpa adanya hambatan maka hasil lulusan

tersebut pun akan baik. Oleh sebab itu, proses berkesinambungan dari komponen-

komponen pendidikan menentukan hasil nyata dari pendidikan tersebut yang

didasarkan kepada tujuan dan dasar pendidikan

 Putus Sekolah

Kadang kala proses komponen-komponen pendidikan yang terjadi tidak sesuai

dengan apa yang sudah direncanakan sebab adanya hambatan yang ada pada

komponen-komponen tersebut sehingga peserta didik yang menjadi input dalam


7

sistem pendidikan akan berhenti untuk melangsungkan pendidikannya (putus

sekolah). Dengan kata lain, putus sekolah disebabkan oleh berbagai macam faktor

hambatan pendidikan, baik dari diri peserta didik, proses pendidikan yang terjadi,

maupun lingkungan sekitar pendidikan.

Komponen-komponen pendidikan yang telah dijelaskan berinteraksi secara

berkesinambungan saling melengkapi dalam sebuah proses pendidikan guna

mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan pada hakikatnya adalah interaksi

komponen tersebut dalam sebuah proses pencarian, pembentukan, dan

pengembangan sikap serta perilaku anak didik hingga mencapai batas optimal

(Mahmud, 2009: 87).

C. Pendidikan Sebagai suatu sistem kompleks, Sistem politik, sosial dan budaya

a. Sistem Politik

Politik pendidikan atau the politics of education adalah kajian tentang relasi antara

proses munculnya berbagai tujuan pendidikan dengan cara – cara penyampaiannya. Kajian

ini lebih terfokus pada kekuatan yang menggerakkan perangkat pencapaian tujuan

pendidikan dan bagaimana serta kemana perangkat tersebut akan diarahkan. Kajian politik

pendidikan terkonsentrasi pada peranan Negara dalam bidang pendidikan, sehingga dapat

menjelaskan asumsi dan maksud dari berbagai strategi perubahan pendidikan dalam suatu

masyarakat secara lebih baik.Kajian politik pendidikan dapat memberikan pemahaman yang

lebih baik tentang kaitan antara berbagai kebutuhan politik Negara dengan isu – isu praktis

sehari hari di sekolah; tentang kesadaran kelas; tentang berbagai bentuk dominasi dan

subordinasi yang sedang dibangun melalui jalur pendidikan.

 Hubungan Politik dan Pendidikan

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam system sosial politik

disetiap Negara, baik Negara maju maupun Negara berkembang. Keduanya sering dilihat

sebagai bagian – bagian yang terpisah, yang satu sama lain tidak memiliki hubungan apa –

apa. Padahal, keduanya bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik

masyarakat disuatu Negara. Lebih dari itu, keduanya saling menunjang dan saling mengisi
8

lembaga – lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk perilaku

politik masyarakat di Negara tersebut. Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan

dan politik disetiap Negara. Hubungan tersebut adalah realitas empiris yang telah terjadi

sejak awal perkembangan peradaban manusia dan menjadi perhatian para ilmuan.

PendidIkan sering dijadikan media dan wadah untuk menanamkan ideology Negara atau

tulang yang menopang kerangka politik. Di Negara – Negara barat kajian tentang hubungan

antara pendidikan dan politk dimulai oleh Plato dalambukunya Republic yang membahas

hubungan antara ideology dan institusi Negara dengan tujuan dan metode pendidikan. Plato

mendemonstrasikan dalam buku tersebut bahwa dalam budaya Helenik, sekolah adalah

salah satu aspek kehidupan yang terkait dengan lembanga – lembaga politik. Plato

menggambarkan adanya hubungan dinamis antara aktivitas kependidikan dan aktivitas

politik. Keduanya sakan dua sisi dari satu koin, tidak mungkin terpisahkan. Analisis Plato

tersebut telah meletakkan fundamental bagi kajian hubungan politik dan pendidikan di

kalangan generasi ilmuwan generasi berikutnya.

pendidikan dan politik adalah dua hal yang berhubungan erat dan saling

mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan senantiasa mengandung

unsur – unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap aktivitas politik ada kaitannya dengan

aspek – aspek kependidikan.

Kontrol Negara terhadap Pendidikan Sebagai suatu proses yang banyak

menentukan corak dan kualitas kehidupan individu dan masyarakat, tidak mengherankan

apabila semua pihak memandang pendidikan sebagai wilayah strategis bagi kehidupan

manusia sehingga program – program dan proses yang ada di dalamnya dapat dirancang,

diatur, dan diarahkan sedemikian rupa untuk mendapatkan output yang diinginkan. Ini yang

menjadi salah satu alasan mengapa suatu Negara sangat pedulu dan menyediakan

anggaran dalam jumlah yang besar untuk bidang pendidikan. Semua itu dilakukan dalam

rangka membangun suatu system pendidikan yang memiliki kharakteristik, kualitas, arah,

dan output yang diinginkan. Untuk memastikan terwujudnya keinginan tersebut, banyak

Negara yang menerapkan control yang sangat ketat terhadap program – program
9

pendidikan, baik yang diselenggarakan sendiri oleh Negara maupun yang diselenggarakan

oleh masyarakat. Pemerintah adalah bagian dari Negara yang paling kasat mata dan dapat

juga menjadi bagian paling penting dan paling aktif dari Negara, tetapi pemerintah bukanlah

keseluruhan dari Negara. Negara terdiri dari berbagai institusi yang masing masing memiliki

fungsi dan peran tersendiri dalam tatanan kehidupan kenegaraan.

Politik pendidikan atau the politics of education adalah kajian tentang relasi antara

proses munculnya berbagai tujuan pendidikan dengan cara – cara penyampaiannya.

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.

Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda

mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

pendidikan dan politik adalah dua hal yang berhubungan erat dan saling

mempengaruhi. Dengan kata lain, berbagai aspek pendidikan senantiasa mengandung

unsur – unsur politik. Begitu juga sebaliknya, setiap aktivitas politik ada kaitannya dengan

aspek – aspek kependidikan.

b. Sistem Sosial

Pengertian system menurut Tatang M. Tamri, system berasal dari bahasa yunani

yaitu sistem, yang mempunyai arti sebagai suatu hubungan yang tersusun atas sekian

banyak bagian dan hubungan yang berlangsung antara satuan-satuan atau komponen-

komponen secara teratur. Social dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala

sesuatu yang bertalian dengan system hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang

atau sekelompok orang yang di dalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai

social dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.

 Asumsi Dasar Tentang System Social

Asumsi dasar dari konsep system social sendiri bermakna masyarakat, dan

komponen dari masyarakat merupakan komponen dari suatu system social. Menurut Prof.

Judis, system social adalah suatu perangkat system social yang memiliki nilai-nilai, norma

dan tujuan bersama. Sementara menurut Parsons, system social merupakan proses
10

interaksi di antara para pelaku social sehingga yang di maksud dengan struktur system

social adalah struktur relasi antara para pelaku sebagaimana yang terlihat dalam proses

interaksi dan system relasi tersebut.

System social pada dasarnya menunjuk pada sesuatu dari bentuk masyarakat yang

dalam skala besar, seperti bangsa, Negara atau dapat pula menunjuk pada sector tertentu,

seperti sector pendidikan, ekonomi, politik atau dapat pula menunjuk pada skala kecil seperti

keluarga.System pendidikan dengan system lainnya mempunyai hubungan erat. Pendidikan

mempengaruhi dan dipengaruhi system social, ekonomi, kebudayaan, agama, politik, dan

lain-lain. Hubungan pendidikan dengan system social berkaitan erat, pendidikan terlibat

dalam semua jenis dan jenjang proses perkembangan social, baik dalam mobilitas social,

mobilitas geografis, penduduk, partisipasi politik, dan system social lainnya.

Pendidikan memiliki kontribusi yang sangat banyak dan luas dalam meningkatkan

kemampuan intelektualitas manusia, yang pada akhirnya berakibat pula terhadap kualitas

kehidupan masyarakat. Kaitan antara kedua aspek tersebut menuntut para ahli sosiologi

dalam membahas masyarakat tidak mengenyampingkan hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan. Begitu pula para ahli pendidikan dalam membahas bidang keilmuannya tidak

terlepas dari pembahasan masyarakat, karena pendidikan terjadi di dalam masyarakat di

samping masyarakat pun ikut terlibat dalam penyelenggaraannya.

c. Sistem Budaya

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, karena pendidikan adalah upaya

memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup

yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah

keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita lakukan sebagai manusia,

yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu

pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia

sebagai makhluk bio-sosial.

Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk perilaku dan sikap

seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga setiap individu
11

dapat memainkan perannya masing-masing. Dengan demikian, ukuran keberhasilan

pembelajaran dalam konsep enkulturasi adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini sejalan

dengan 4 (empat) pilar pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, Belajar bukan hanya

untuk tahu (to know), tetapi juga menggiring siswa untuk dapat mengaplikasikan

pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata (to do), belajar untuk

membangun jati diri (to be), dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmoni

(to live together). Untuk itu, pembelajaran berlangsung secara konstruktivis (developmental)

yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu peserta didik merupakan bibit potensial

yang mampu berkembang secara mandiri.

a. Peran Budaya terhadap Pendidikan

Dewasa ini pengertian budaya atau kebudayaan masih sulit diartikan sebagai

komponen yang sama atau berbeda. Secara etimologis, budaya berasal dari kata budi dan

daya (budi daya) atau daya (upaya atau power) dari sebuah budi, kata budaya digunakan

sebagai singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama (Koentjaraningrat, 1986). Dalam

bahasa Inggris disebut dengan culture, berasal dari bahasa latin colere yang berarti

mengolah atau mengerjakan, dengan demikian culture diartikan sebagai segala daya upaya

serta tindakan manusia untuk mengolah alam.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar

(Koentjaraningrat, 1986). Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu: (1) sebagai kompleks dari

ide-ide, ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya,

(2) sebagai kompleks aktifitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3)

sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, ia hidup

berbudaya dan membudaya. Kebudayaan dipergunakan sebagai wahana atau alat

pemenuhan kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan. Selanjutnya kebudayaan merupakan

bagian dari kehidupannya yang telah menyatu dan tidak terpisahkan. Karena itu,

kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, melainkan meliputi perbuatan
12

manusia itu sendiri. Bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama

kebudayaannya. Di dalam kebudayaan dan dengan kebudayaan itu manusia menemukan

dan mewujudkan diri

Menurut Spiering (dalam Maliki, 2008), kajian tentang pencarian dan konstruk

identitas budaya, ada dua perspektif. Pertama, perspektif esensialis yang memandang

identitas budaya sebagai sesuatu yang given, diwarisi secara turun temurun. Identitas diri

sudah melekat dari sejak pertama manusia lahir. Oleh karena itu, kalangan esensialis

menyebut identitas sebagai God given or implanted by nature. Sementara itu, para

eksponen konstruksionis menolak pandangan esensialis. Identitas budaya seseorang tidak

bisa ditelusuri melalui karakteristik lingkungan. Identitas merupakan “intelectual artefact”

atau ”cultural construct”. Identitas bukan produk dari alam (nature), melainkan konsekuensi

dari pendidikan dan pembelajaran (nurture).

Antara kebudayaan dan pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Keduanya

berkenaan dengan satu hal yang sama, yaitu mengenai nilai-nilai. Pendidikan membuat

manusia berbudaya. Semakin banyak seseorang menerima pendidikan, semakin berbudaya

orang tersebut dan semakin tinggi kebudayaan, semakin tinggi pula pendidikan atau cara

mendidiknya.

Sebagai unsur vital dalam kehidupan manusia yang beradab, kebudayaan

mengambil unsur-unsur pembentuknya dari segala ilmu pengetahuan yang dianggap betul-

betul vital dan sangat diperlukan dalam menginterpretasi semua yang ada dalam

kehidupannya. Hal ini diperlukan sebagai modal dasar untuk dapat berdaptasi dan

mempertahankan kelangsungan hidup (survive). Dalam kaitan ini kebudayaan di pandang

sebagai nilai-nilai yang diyakini bersama dan terinternalisasi dalam diri individu sehingga

terhayati dalam setiap perilaku. Nilai-nilai yang dihayati ataupun ide yang diyakini tersebut

bukanlah ciptaan sendiri dari setiap individu yang menghayati dan meyakininya, semuanya

itu diperoleh melalui proses belajar. Proses belajar merupakan cara untuk mewariskan nilai-

nilai tersebut dari generasi ke generasi. Proses pewarisan tersebut dikenal dengan proses

sosialisasi atau enkulturasi (proses pembudayaan).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan sistem terbuka dimana berjalannya sistem pendidikan tidak

hanya dipengruhi oleh faktor-faktor internal melainkan juga sangat dipengaruhi oleh

faktor-faktor eksternal sebagai supra sistemnya. Sebagai komponen dari sistem

kehidupan yang bersifat makro, di samping harus mengikuti kemauan atau tekanan

faktor-faktor yang ada dalam di dalam sistemnya sendiri, pendidikan harus mampu

melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor luar atau supra sistemnya yang

dapat menjadi dasar untuk mengadakan pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu

sendiri. Pendidikan hendaknya memiliki kreasi dan inisiatif yang bisa ditunjukkan kepada

supra sistemnya dan sekaligus dapat berfungsi sebagai mercusuar terhadap

lingkungannya sehingga pendidikan dapat menjadi penerang, contoh, dan teladan bagi

lingkungannya.

Sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki komponen-komponen yang sangat

kompleks dan saling terkait serta berelasi satu sama lain. Penggunaan analisis sistem

merupakan cara yang tepat untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan.

Prinsip utama penggunaan analisis sistem adalah berpikir secara sistematis, yakni

memperhitungkan segenap komponen dalam menangani permasalahan pendidikan.

B. Saran.

Hendaknya kita sebagai calon pendidik haruslah mengetahui bagaimana pendidikan

sebagai suatu sistem tersebut. Dalam suatu sistem pendidikan terdapat masalah-

masalah yang harus diselesaikan oleh pendidik. Pendidikan secara formal, informal dan

nonformal haruslah dimengerti dan dilaksanakan sesuai adanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan dkk. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran :Pengaruhnya Terhadap


Mekanisme dan Praktik Kurikulum).Jakarta : Prestasi Pustaka.
B. Uno. Hamzah. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Jakarta :
Bumi Aksara.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Sanjaya, Wina. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Tirtarahardja, Umar dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka CIPTA

Anda mungkin juga menyukai