OLEH:
NAMA: REGINA FORTUNA ALCE ANESAL
NIM: 220902502012
KELAS: C
A. Konsep Sistem
Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, berinteraksi dan
bekerja bersama secara teratur untuk tujuan bersama. Banathy (Gustafson & Branch, 2007)
menjelaskan bahwa sistem adalah suatu himpunan komponen yang terintegrasi yang saling
berinteraksi. Suatu organisasi pendidikan, baik pada tingkat sekolah maupun perguruan
tinggi adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen subsistem yang saling
berinteraksi, saling mendukung untuk tujuan yang sama.
Dari definisi, dapat diidentifikasi tiga karakteristik penting dari sistem sebagai berikut:
1. Sistem yang Terdiri dari Sekumpulan Komponen
Setiap sistem memiliki komponen-komponen sistem. Setiap komponen sistem
memiliki peran tersendiri. Contoh, sepeda motor merupakan sebuah sistem. Terdapat
banyak komponen pada sepeda motor, misalnya ban, setir, kopling, rem dan
sebagainya. Semua komponen tersebut memiliki peran masing-masing. Peran
tersebut pada umumnya prasyarat dan memberikan stimulus pada komponen
lainnya.
2. Interaksi Antarkomponen dalam Sistem
Komponen-komponen dalam sistem saling berinteraksi, bekerja sama, saling
mendukung, saling memberikan kontribusi dalam sebuah proses. Tanpa adanya
interaksi antarkomponen, proses dalam sistem tidak dapat berlangsung secara
optimal.
3. Tujuan Sistem
Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu. Komponen-komponen sistem tersebut
bekerja sama dan memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan atau disepakati dalam sistem tersebut.
Banathy (Gustafson & Branch, 2007; Pribadi, 2009) mendeskripsikan adanya empat
karakteristik penting yang dapat mencerminkan eksistensi sebuah sistem, yakni:
1. Independent
2. Synergistic
3. Dynamic
4. Cybernetic
2. Input Manajemen
Input manajemen berkaitan dengan pengelolaan sekolah, visi, misi dan tujuan
pengembangan sekolah, program sekolah, kultur sekolah, gaya kepemimpinan kepala
sekolah, kemitraan yang dibangun sekolah baik antar sekolah maupun dengan dunia
usaha dan dunia industri. Input manajemen ini semestinya tergambar dalam
pedoman pengelolaan harus disusun oleh sekolah.
Input sistem sekolah ini selanjutnya saling berinteraksi dan memberikan kontribusi
terhadap pengelolaan pendidikan disekolah untuk mencapai visi sekolah secara khusus dan
visi pendidikan nasional secara umumnya. Visi pendidikan nasional yakni terbentuknya insan
serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter berlandaskan gotong royong.
Menurut Dick dan Carey (1985), pendekatan sistem dalam pembelajaran merupakan
sebuah prosedur yang dirancang untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang efektif dan
efisien. Dalam menggunakan pendekatan sistem, setiap langkah yang dilakukan harus
memperoleh input dari langkah sebelumnya.
1. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran.
Keberhasilan atau kegagalan belajar sangat tergantung pada masukan mentah
(peserta didik) ini. Setiap peserta didik merupakan individu atau pribadi yang unik
dengan potensi berbeda-beda, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya berbeda,
demikian pula pandangan terhadap pendidikan yang berbeda-beda. Kondisi peserta
didik dapat dibedakan atas (1) kondisi fisiologis,(2) kondisi psikologis, (3) kondisi
lainnya seperti kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Pendidik
Pendidik memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
mengembangkan potensi peserta didik, serta menilai, dan mengevaluasi
perkembangan peserta didik. Untuk dapat melaksanakan tugas utama tersebut secara
baik, guru dituntut harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/DIV dan memiliki
kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sedangkan dosen harus memiliki kualifikasi
pendidikan minimal Magister (S2).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dideskripsikan empat kompetensi
inti yang harus dimiliki setiap guru, yakni:
a) Kompetensi pedagogik
b) Kompetensi kepribadian
c) Kompetensi sosial
d) Kompetensi profesional
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku atau
kinerja (performance) yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah
pembelajaran dilakukan. Rumusan tujuan pembelajaran akan sangat menentukan
arah perencanaan pembelajaran terutama dalam menentukan materi yang akan
dibahas, pemilihan media pembelajaran yang tepat, dan prosedur pembelajaran.
4. Metode
Metode merupakan cara yang digunakan pendidik dalam menyajikan materi
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan metode
dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Kesesuaian pilihan
penggunaan metode dengan materi pembelajaran turut menentukan keberhasilan
proses pembelajaran.
5. Model/Pendekatan/Strategi
Istilah model, pendekatan, dan strategi kadang kala digunakan dalam artian yang
sama, kadang pula diartikan berbeda-beda oleh para ahli. Ketiga istilah ini
sesungguhnya memiliki makna yang berbeda. Model pembelajaran didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.
Model pembelajaran merupakan suatu perspektif di mana pendidik bertanggung
jawab selama tahap perencanaan, implementasi, dan penilaian dalam pembelajaran.
Dengan demikian, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kerangka
(frame) yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasi kegiatan
mengajar belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar belajar
(Ratumanan, 2003).
Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran
induktif.
Strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai pilihan pola atau rangkaian
kegiatan yang dirancang pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Menurut Kemp (dalam Sanjaya, 2009), strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan pendidik dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
6. Media Pembelajaran
Pada mulanya media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu pendidik
untuk mengajar, yang digunakan adalah alat bantu visual.
Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/informasi. Media dalam lingkungan pembelajaran dapat pula
diartikan sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang
dapat merangsangnya untuk belajar.
7. Lingkungan
Masukan lingkungan merupakan masukan yang berasal dari lingkungan di sekitar
peserta didik. Masukan lingkungan meliputi: lingkungan fisik (cuaca, keadaan udara,
ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan sebagainya), lingkungan sosial (pergaulan
peserta didik dengan orang lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar
peserta didik, dan sebagainya), lingkungan kultural (kebiasaan, nilai-nilai, tata cara
pergaulan masyarakat di sekitar peserta didik, dan sebagainya).
8. Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan juga merupakan faktor penting dalam pendidikan,
termasuk pembelajaran.
Dalam peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 dideskripsikan bahwa biaya
pendidikan terdiri atas:
a) Biaya satuan pendidikan, yang terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
bantuan biaya pendidikan, dan beasiswa.
b) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, yang terdiri atas
biaya investasi dan biaya operasi; dan
c) Biaya pribadi peserta didik.
9. Penilaian
Penilaian diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta
didik mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan seharusnya
dilakukan secara proposional sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi
relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Objektivitas penilaian merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan setiap
pendidik.
RANGKUMAN
BAB 2 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Terdapat 5 (Lima) tahap mendesain pembelajaran dalam model PPSI sebagai berikut:
1. Merumuskan Tujuan
2. Menggembangkan Alat Evaluasi
3. Menggembangkan Kegiatan Belajar Mengajar
4. Menggembangkan Program Kegiatan Pembelajaran
5. Pelaksanaan Program
C. Model Kemp
Jerold E. Kemp, et.al., (1994) mengembangkan model desain pembelajaran berbentuk
siklus untuk menunjukkan adanya proses kontinu. Model Kemp merupakan sebuah model
desain pembelajaran yang sangat luwes, karena pengembangan pembelajaran dapat dimulai
dari komponen mana saja.
Terdapat 9 (sembilan) komponen penting dalam model yang dikembangkan Kemp, et.al.,
(1994) sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
2. Analisis Karakteristik Peserta Didik (Learner Characteristics)
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
4. Menentapkan Tujuan Pembelajaran Khusus (Instructional Objectives)
5. Mengorganisasi/Membuat Urutan Materi Pembelajaran (Content Sequencing)
6. Merancang Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
7. Menetapkan Metode Pembelajaran (Instructional Delivery Methods)
8. Mengembangkan Instrumen Evaluasi (Developing Evaluation Instruments)
9. Memilih Sumber-sumber Pembelajaran (Instructional Resources).
E. Model ASSURE
Model ASSURE dikembangkan oleh Sharon Smaldino, Robert Henich, James Russell, dan
Michael Molenda tahun 2005. Model ini berorientasi pada pemanfaatan media dan teknologi
dalam menciptakan aktivitas pembelajaran yang diharapkan.
Model ASSURE merupakan model desain pembelajaran yang lebih praktis dan mudah
diimplementasikan. Model ini dapat digunakan untuk mendesain pembelajaran baik yang
bersifat individual maupun klasikal.Adanya identifikasi karakteristik peserta didik ini akan
memungkinkan pendidik sebagai perancang pembelajaran untuk menentukan strategi dan
metode pembelajaran yang tepat, memilih media pembelajaran yang sesuai, dan
mengembangkan bahan ajar yang dapat mendukung terciptanya interaksi belajar mengajar
yang lebih baik.
Smaldino, et.al., (2011) mendeskripsikan enam langkah penting dalam model desain
pembelajaran ASSURE, yakni (1) Analyze Learner Characteristic, (2) State standard and
objective, (3) Select strategy, technology,media, and learning materials, (4) Utilize
technology, media, and materials, (5) Requires Learner Participation, dan (6)
Evaluate and Revise.
F. Model Four D
Model Four D diperkenalkan oleh Thiagarajan, et al., terdiri atas 4 (empat) tahap, yakni
define, design, develop, dan disseminate. Keempat tahapan tersebut dideskripsikan
Thiagarajan (1974), sebagai berikut.
1. Mendefinisikan (Define)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menetapkan dan menegaskan kebutuhan
pembelajaran. Melalui analisis ini, kita mendeskripsikan tujuan dan batasan materi
pembelajaran. Terdapat lima langkah yang ditempuh pada tahap ini diuraikan
sebagai berikut:
a. Analisis awal akhir (Front-end analysis)
b. Analisis peserta didik (Learner analysis)
c. Analisis tugas (Task analysis)
d. Analisis konsep (Concept analysis)
e. Menetapkan tujuan pembelajaran (Specifying instructional abjectives)
2. Merancang (Design)
Tujuan dari tahap ini adalah merancang prototype materi pembelajaran. Tahap ini
dapat dimulai setelah kumpulan tujuan materi pembelajaran telah ditetapkan. Seleksi
media dan format untuk materi dan produksi versi awal merupakan aspek utama dari
tahap desain. Terdapat empat langkah pada tahap ini diuraikan sebagai berikut:
a. Menyusun Tes Beracuan Kriteria (Constructing Criterion- Referenced Test)
b. Seleksi Media (Media Selection)
c. Seleksi Format (Format Selection)
d. Desain Awal (Initial Design)
3. Mengembangkan (Develop)
Tujuan dari langkah ini adalah memodifikasi prototype materi pembelajaran.
Meskipun telah dibuat sejak tahap define, hasilnya harus dipertimbangkan sebagai
versi awal dari materi pembelajaran yang harus dimodifikasi sebelum menjadi versi
final yang efektif Dalam fase pengembangan, umpan balik diterima melalui evaluasi
formatif dan materi yang sudah direvisi. Terdapat dua langkah dalam tahap ini
diuraikan sebagai berikut:
a. Penilaian Pakar (Expert Appraisal)
Penilaian pakar merupakan teknik untuk memperoleh saran
perbaikan materi. Sejumlah ahli diminta untuk mengevaluasi materi dari sudut
pandang pembelajaran dan teknis. Berdasarkan umpan balik dari ahli, materi
dimodifikasi untuk menjadikannya lebih sesuai, efektif, dapat dipakai, dan
memiliki kualitas teknis yang tinggi.
b. Pengujian Pengembangan (Development Testing)
Pengujian pengembangan meliputi mengujicobakan materi terhadap
peserta didik untuk menetapkan bagian yang memerlukan revisi. Berdasarkan
respons, reaksi dan komentar peserta didik, materi dimodifikasi. Siklus
menguji, merevisi dan menguji ulang dilakukan berulang kali hingga materinya
konsisten dan efektif.
4. Menyebarkan (Disseminate)
Materi pembelajaran mencapai tahap produksi akhir ketika developmental
testing menunjukkan hasil yang konsisten dan penilaian pakar memperoleh komentar
positif. Terdapat 3 (tiga) langkah pada tahap ini, yakni validation testing, packaging,
diffusion and adopting.
H. Model ADDIE
ADDIE merupakan akronim untuk Analyze, Design, Implement, dan Evaluate. ADDIE
merupakan sebuah konsep pengembangan produk yang diaplikasikan untuk
mengembangkan pembelajaran berbasis kinerja. Filosopfi pendidikan dari ADDIE adalah
bahwa intensional belajar seharusnya berpusat pada peserta didik, inovatif, autentik, dan
inspirasional (Branch, 2009).
Branch (2009) lebih jauh mendeskripsikan fase-fase dari model ADDIE atau pendekatan
ADDIE ini sebagai berikut:
1. Analisis (Analyze)
Fase analisis bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
kesenjangan kinerja. Prosedur umum yang dihubungkan dengan fase analisis
diuraikan sebagai berikut.
2. Desain (Design)
Tujuan dari fase desain adalah untuk memverifikasi kinerja yang diharapkan dan
metode pengujian yang tepat. Prosedur umum terkait dengan fase desain diuraikan
sebagai berikut:
a) Buat suatu inventori untuk tugas
b) Buat tujuan kinerja, meliputi 3 (tiga) komponen, yakni kinerja, kondisi, dan
kriteria.
c) Kembangkan strategi pengujian
d) Hitung keuntungan investasi
3. Pengembangan (Develop)
Tujuan dari fase ini untuk membangun dan memvalidasi sumber daya pembelajaran.
Prosedur umum yang dihubungkan dengan fase pengembangan diuraikan sebagai
berikut:
a) Menyusun materi
b) Menyeleksi atau mengembangkan media pendukung
c) Mengembangkan petunjuk untuk peserta didik
d) Mengembangkan petunjuk untuk pendidik
e) Melakukan revisi tes formatif
f) Menyusun tes penuntun
4. Implementasi
Tujuan dari fase ini adalah untuk mempersiapkan lingkungan belajar dan
mengikutsertakan peserta didik. Prosedur umum yang dihubungkan dengan fase
implementasi ini diuraikan sebagai berikut:
a) Mempersiapkan pendidik, tujuannya untuk mengidentifikasi dan
mempersiapkan pendidik untuk memfasilitasi strategi pembelajaran dan
sumber belajar yang telah dikembangkan.
b) Mempersiapkan peserta didik, tujuannya untuk mempersiapkan peserta didik
untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dan berinteraksi secara
efektif dengan sumber- sumber belajar yang baru dikembangkan.
5. Evaluasi
Tujuan dari fase evaluasi adalah untuk menilai kualitas proses dan hasil pembelajaran,
sebelum dan sesudah implementasi. Prosedur umum yang dihubungkan dengan fase
evaluasi diuraikan sebagai berikut:
a) Menentukan kriteria evaluasi
b) Menyeleksi alat evaluasi
c) Melaksanakan evaluasi
RANGKUMAN
BAB 5 ANALISIS PESERTA DIDIK
C. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam belajar pembelajaran. Motivasi
penting dalam menentukan seberapa jauh peserta didik tersebut akan belajar dari suatu
kegiatan pembeljaran atau seberapa jauh peserta didik tersebut memperoleh (menonstruksi)
pengetahuan dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Menurut Woolfolk (2009), motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu keadaan
internal yang membangkitkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Sedangkan
menurut Morgan, et.al., (1986), motivasi dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Pemahaman atau pengetahuan pendidik terhadap motivasi masing-masing peserta didik
akan penting dalam Menyusun rencana yang tepat untuk keberhasilan pembelajaran.
Beberapa aspek penting terkait perencanaan dimaksud diuraikan sebagai berikut.
1. Rancang pembelajaran yang menarik
2. Rancang pembelaaran yang dapat melibatkan semua peserta didik secara aktif
3. Rancang pembelajaran menggunakan variasi model/ pendekatan/ strategi/ metode.
4. Identifikasi manfaat materi pembelajaran dan tunjukkan kepada peserta didik
5. Rancang pembelajaran yang dapat melibatkan emosi peserta didik
6. Rancang pengalaman sukses untuk peserta didik dengan kemampuan relative
rendah dan dengan motivasi yang relative rendah
7. Rancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan atau minat anak.
Keller (1987) dalam Smaldino, et al. (2011) menjelaskan 4 aspek mendasar dari motivasi yang
bisa dipertimbangkan pendidik dalam merancang pembelajaran, yakni:
1. Perhatian (attention). Kembangkan pebelajaran yan peserta didik anggap menarik dan
berharga untuk diperhatikan
2. Relevansi (relevance). Pastikan bahwa pembelajaran bermakna dan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan belajar peserta didik
4. Kepuasan (satisfaction). Sertakan ganjaran intrinsic dan ekstrinik yang peserta didik terima
dari pembelajaran.
D. Inteligensi
Inteligensi merupakan sebuah konsep yang belum disekapati pengertian secara tunggal.
Banyak ahli turut memberikan kontribusi dalam mengembangkan konsep dan teori
inteligensi, serta pengukurannya. Ada ahli yang menyatakan inteligensi sebagai kemampuan
kognisi, ada yang menyatakan sebagai kemampuan pemecahan masalah, ada pula yang
mendeskripsikan inteligensi meliputi karakteristik seperti kreativitas dan keterampilan
inteligensi.
Memang terdapat banyak variasi definisi inteligensi, tetapi dengan mengkaji definisi-
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat empat komponen inti dalam inteligensi,
yakni (1) kemampuan dasar, (2) kemampuan memecahkan masalah (problem solving), (3)
kemampuan berpikir abstrak, dan (4) kemampuan untuk mencapai tujuan.
E. Gaya Belajar
Terdapat dua kategori utama mengenai bagaimana orang belajar. Pertama, bagaimana
cara kita menyerap informasi dengan mudah (disebut modalitas); dan kedua bagaimana cara
kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Gaya belajar adalah
kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap informasi kemudian mengatur serta
mengolah informasi tersebut (Ratumanan, 2015).
Konsep gaya belajar dikembangkan berasal dari fakta bahwa setiap orang memiliki cara
yang berbeda dalam belajar. Beberapa pembelajar lebih memilih untuk bekerja secara
mandiri, sedangkan yang lain menampilkan untuk kerja yang lebih baik dikelompok.
Beberapa pembelajar lebih memilih untuk menyerap informasi dengan membaca; yang lain
memilih praktik dan percobaan.
Kolb (1984) dalam Davis (2013) mengidentifikasi adanya 4 (empat) jenis gaya belajar
sebagai berikut:
1. Pengarah (Converger)
2. Penyebar (Diverger)
3. Penggabung (Assimilator)
4. Penyesuai (Accommodator)
F. Kemampuan Awal
Kemampuan awal merupakan aspek penting yang akan turut menentukan keberhasilan
peserta didik dalam pembelajaran. Kemampuan awal berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki peserta didik sebelum mengikuti suatu proses pembelajaran.