OLEH:
KELOMPOK 5
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem
Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik sesuai dengan
standar proses pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Silvi Yulia Sari, S.Pd., M.Pd.,
selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bagian ini akan diuraikan tentang strategi pencapaian proses pendidikan
melalui peningkatkan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang
peningkatan profesional guru serta menngoptimalkan peran guru dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1. Pengertian Sistem
Istilah Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “system” yang artinya
adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.
a. Menurut L.James Havery Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk
merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu:
Standar proses pendidikan adalah suatu bentuk teknis yang merupakan acuan
atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
a. Faktor guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru
dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran.Guru dalam proses
pembelajran memegang peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran
guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi
kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu:Teacher formative
experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial mereka.
1) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
2) Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
yang dimiliki guru.
Selain yang di atas, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan
juga dapat pula mempengaruhi proses pembelajaran.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembamgannya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan
anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri
anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek
siswa meliputi aspek latar belakang siswa. Yang meliputi jenis kelamin siswa,
tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain.
Sedangkan sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat disangka bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan redah.Sikap dan penampilan siswa di dalam
kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula
siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara lansung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang secara tidak lansung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,
kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam proses pembelajaran. Jadi sarana dan prasarana
merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Ada beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana
dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan
gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses
pengaturan lingkungan yang dapat meransang siswa untuk belajar. Jadi
dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat
mendorong siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat
memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Kelengkapan sarana dan
prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
d. Faktor Lingkungan
Ada dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran
yaitu:
1) Faktor Organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Faktor iklim sosial-psikologis maksudnya adalah keharmonisan
hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim
sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Iklim sosial-
psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat
dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan
siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara
guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar,
misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah
dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.
a. Knowledge (Pengetahuan/C1)
Aspek pengetahuan yang dimaksud adalah kemampuan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari. Aspek pengetahuan terbagi menjadi tiga.
b. Comprehension (Pemahaman/C2)
Aspek pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami atau
mengonstruksi materi pembelajaran yang meliputi pengetahuan menerjemahkan,
menginterpretasi, dan mengeksplorasi.Contoh kata operasional yang digunakan
dalam aspek ini adalah mengemukakan, mengenali, menjelaskan, menemukan,
menggambarkan, dan lain-lain.
c. Application (Aplikasi/C3)
Aspek aplikasi terkait dengan kemampuan untuk menggunakan materi
pembelajaran atau mengimplementasikannya pada suatu keadaan. Contoh kata
operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mendemonstrasikan,
menerjemahkan, menghitung, mengembangkan, menghubungkan, dan lain-lain.
d. Analysis (Analisis/C4)
Aspek analisis meliputi kemampuan untuk merinci, mengorganisasi, atau
membedakan bagian-bagian pada materi yang dipelajari, seperti menganalisis
bagian, hubungan, dan prinsip organisasi. Contoh kata operasional yang
digunakan dalam aspek ini adalah membandingkan, menyelidiki, memeriksa,
mengategorikan, menggolongkan, mendeteksi, menemukan, dan lain-lain.
e. Synthesis (Sintesis/C5)
Aspek sintesis merupakan kemampuan untuk mengaitkan antarmateri
pembelajaran menjadi suatu kesatuan yang unik, meliputi pengetahuan untuk
membuat bentuk komunikasi yang unik, membuat rencana atau usulan kegiatan,
mengaitkan suatu hubungan yang abstrak. Contoh kata operasional yang
digunakan dalam aspek ini adalah menciptakan, menyusun, membangun,
mengatur, memodifikasi, meramalkan, dan lain-lain.
f. Evaluation (Evaluasi/C6)
Aspek evaluasi meliputi kemampuan untuk memutuskan dan memeriksa
apakah tujuan pembelajaran dari materi yang dipelajari telah tercapai, yaitu
dengan menghubungkan fakta yang diperoleh dari waktu ke waktu. Contoh kata
operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mengukur, menyimpulkan,
memutuskan, membantah, menilai, mengesahkan, dan lain-lain.
1) Remember (Mengingat)
Aspek mengingat merupakan kemampuan mengingat dan memanggil
kembali materi atau pengetahuan dari memori dasar. Aspek mengingat
adalah ketika memori digunakan untuk memproduksi definisi, kebenaran,
atau rincian atau menceritakan kembali materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Understand (Memahami)
Aspek memahami meliputi kemampuan membangun pengertian dari
berbagai fungsi atau pesan yang berbeda, seperti kegiatan menginterpretasi,
menerangkan dengan contoh, menggolongkan, merangkum, menduga,
membandingkan, dan menjelaskan.
3) Apply (Menerapkan)
Aspek menerapkan berkaitan dengan kemampuan
mengimplementasikan langkah-langkah secara berkesinambungan. Bahan
belajar yang digunakan untuk menerapkannya berupa model, presentasi,
wawancara, atau simulasi.
4) Analyze (Menganalisis)
Aspek menganalisis merupakan kemampuan menentukan bagaimana
bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain, termasuk kegiatan
membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan antarkomponen.
Oleh karena itu, pada aspek ini memungkinkan seseorang dapat
menggambarkannya melalui lembar kerja, survei, grafik, diagram, atau
representasi grafis.
5) Evaluate (Menilai)
Aspek menilai berkaitan dengan kemampuan membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang dapat berupa kritikan, rekomendasi,
dan laporan.
6) Create (Menciptakan)
Aspek menciptakan merupakan kemampuan untuk memadukan
berbagai fungsi materi agar koheren dan menyatu termasuk mereorganisasi
atau menyusun berbagai materi menjadi sesuatu yang baru melalui proses
menghasilkan, merencanakan, atau memproduksi.
Revisi penting yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl adalah (1)
perubahan komposisi pada dimensi pengetahuan, yaitu dimensi pada taksonomi lama
(Bloom) hanya mencakup pengetahuan saja diubah menjadi dimensi pengetahuan
dan dimensi proses kognitif pada taksonomi baru (revisi). Selanjutnya, (2) perubahan
pun terjadi pada penggunaan kata benda menjadi kata kerja dalam tingkat proses
kognitifnya. Perubahan mendasar ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi
berdasarkan anggapan bahwa dalam suatu proses pembelajaran diperlukan
pencerminan berbagai bentuk atau cara berpikir aktif. Perubahan ini membuat
pembelajar dituntut untuk tidak hanya sekadar ‘tahu tentang sesuatu’, tetapi juga
‘tahu tentang bagaimana melakukan sesuatu’. Beberapa poin revisi yang telah
dilakukan dapat dicermati pada diagram berikut.
Penilaian
Sintesis
Analisis
Penerapan
Pemahaman
Pengetahuan
Mencipta
Menilai
Menganalisis
Menerapkan
Memahami
Mengingat
Poin revisi yang terlihat adalah aspek ‘menilai’ ditempatkan setelah aspek
‘menganalisis’ dan dimunculkan aspek ‘menciptakan’ sebagai pengganti aspek
‘sintesis’. Hal tersebut dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses berpikir
paling mudah ke proses penciptaan yang lebih rumit dan sulit (Yulaelawati, 2004:
71). Selain perubahan tersebut, (3) perubahan lain yang dilakukan Anderson dan
Krathwohl adalah penambahan kategori metakognitif yang terdapat pada dimensi
pengetahuan sehingga yang sebelumnya hanya terdiri atas tiga kategori menjadi
empat kategori. Penjelasan secara lebih rinci dapat dicermati pada uraian berikut.
a. Pengetahuan Faktual
Kategori dimensi ini terbagi atas pengetahuan tentang istilah dan
pengetahuan tentang detail-detail tertentu, yaitu berkaitan dengan unsur-unsur
dasar yang harus diketahui peserta didik dalam rangka mengenal mata pelajaran
dan memecahkan masalah yang timbul.
b. Pengetahuan Konseptual
Tiga dimensi pengetahuan terlibat dalam kategori dimensi kedua ini,
yakni pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi, serta pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
c. Pengetahuan Prosedural
Dimensi prosedural ini berkenaan dengan pengetahuan tentang
keterampilan khusus yang berhubungan dengan bidang tertentu, pengetahuan
tentang teknik atau metode dalam mata pelajaran tertentu, dan pengetahuan
tentang kriteria penggunaan suatu prosedur.
d. Pengetahuan Metakognitif
Dimensi pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan
tentang kesadaran secara umum, yaitu mencakup pengetahuan strategis,
pengetahuan tentang operasi kognitif berupa pengetahuan kontekstual dan
prasyarat, dan pengetahuan tentang diri sendiri.
1) pengetahuan yang dipisah dengan proses kognitif membuat guru dapat segera
mengetahui jenis pengetahuan yang belum diukur,
2) pembuatan soal yang bervariasi sebanyak empat jenis soal tiap jenjang mungkin
saja dibuat untuk setiap proses kognitif.
Manfaat tersebut tidak ditemukan pada struktur taksonomi sebelumnya karena
struktur taksonomi lama hanya terdiri atas satu dimensi dan perumusan tujuan
pembelajaran hanya berkisar pada jenjang C1, C2, C3, dan seterusnya sehingga
pembuatan soal pun hanya berkisar pada jenjang tersebut. Berikut ini adalah tabel
taksonomi baru (hasil penggabungan dua dimensi) yang telah dijelaskan sebelumnya.
a. Imitation (Imitasi)
Aspek ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
contoh yang diamatinya tanpa memahami makna atau hakikat dari keterampilan
tersebut. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini
adalah mengonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan sebagainya.
b. Manipulation (Manipulasi)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan
tindakan seperti yang diajarkan. Contoh kata kerja operasional yang digunakan
untuk mengukur aspek manipulasi, yakni menempatkan, membuat, memanipulasi,
merancang, dan sebagainya.
c. Precision (Ketelitian)
Aspek ini berkenaan dengan kemampuan merespons sesuatu yang kompleks
tanpa keraguan. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
mengukur aspek ini adalah menyelesaikan, mempercepat, menyaring, mengganti,
dan sebagainya.
d. Articulation (Pengucapan)
Aspek pengucapan merupakan tahap seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang digunakan adalah menggunakan,
mensketsa, menimbang, menggolongkan, dan sebagainya.
e. Naturalization (Pengalamiahan)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan suatu penampilan tindakan oleh
seseorang. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang diajarkan sebelumnya dan
telah menjadi kebiasaan dan gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh
kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini, yaitu memutar,
memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.
1. Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan
jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa,
dengan kondidi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang
diharapkan. Untuk bahan pertimbangan ada beberapa pertanyaan yang harus
dijawab guru sebelum menentukan satu jenis strategi pembelajaran, yatu sebagai
berikut:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai apakah
tingkat tinggi atau tingkat rendah
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik
2. Peserta Didik
Dari segi pengaturan peserta didik, maka dapat dibedakan atas strategi
pembelajaran individual dan strategi pembelajaran kelompok. Strategi
pembelajaran individual yaitu pemberian kesempatan kepada siswa secara
individual untuk mengembangkan komptensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Sedangkan strategi pembelajaran berkelompok kecil yaitu pembelajaran dimana
peserta didik diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat bertukar
pikiran dalam penyelesaian masalah.
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab guru dalam pertimbangan aspek ini
adalah:
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan perkembangan tingkat anak
didik
b. Apakah strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan minat bakat,
dan kondisi siswa
c. Apakah strategi yang digunakan sesuai dengan kebiasaan atau gaya belajar
siswa
d. Apakah untuk mencapai tujuan yang diinginkan cukup hanya dengan satu
strategi saja
e. Apakah strategi yang igunakan adalah satu-satunya strategi yang cocok
digunakan
f. Apakah strategi tersebut memiliki tingkat efektivitas dan efisien kalau
digunakan
3. Hubungan Guru-Siswa
4. Pengolahan Pesan
Pertimbangan dari segi pengolahan pesan yaitu peranan guru dan siswa
dalam mengolah pesan dan proses pengolahan pesan. Strategi pembelajaran
dalam pengolahan pesan inii ada dua yaitu segi ekspositoric dan segi heuristic.
Strategi ekspositoric merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi
kepada guru dalam artian semua bahan dalam pembelajaran diolah dalam bentuk
jadi oleh guru dan kemudian disampaikan kepada siswanya. Strategi
pembelajaran heuristic adalah stertegi pembelajaran yang menghendakkan siswa
ikut aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan belajar. Strategi ini lebih
berpusat kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir
kritis, dan mampu memecahkan masalah.
5. Materi Pelajaran
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu.
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan persyaratan
tertentu atau tidak
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi-materi itu
Misalnya jika materi yang kita ajarkan dalam bentuk konsep, dapat
dipastikan akan berbeda strategi yang digunakan denga materi yang berbentuk
prinsip, begitupun sebaliknya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Factor yang sangat berpengaruh pada sistem pembelajaran yaitu:
a. Faktor guru
b. Factor siswa
c. Factor sarana dan prasarana
d. Factor lingkungan
2. tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah laku atau hasil
perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar telah berlangsung.
3. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka, kriteria utama dalam pemilihan
strategi pembelajaran tersebut ditinjau dari upaya penyampaan tujuan
pembelajaran dalam rangka pencapaan tujuan umum pendidikan nasional.
B. Saran
Makalah ini kami tulis sebaik mungkin agar pembaca dapat membaca
dengan nyaman sehingga dapat memperoleh ilmu dan manfaat yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun jauh dari kata sempurna,
kami harap pembaca dapat memaklumi dan memberikan saran serta motivasi
dalam agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for learning, Teaching,
and
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran fiLosofi teori dan aplikasi.
Bamfimg: Pakar Raya.