Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN FISIKA

“SISTEM PEMBELAJARAN DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN”

OLEH:

KELOMPOK 5

1. ELSA FITRIANI (19033021)

2. FERNANDA ALJUISWAN (19033024)


3. LASTRI YULIANTI (19033036)
4. MITA CARNESIA (19033042)

DOSEN PENGAMPU : SILVI YULIA SARI, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem
Pembelajaran dalam Standar Proses Pendidikan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik sesuai dengan
standar proses pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Silvi Yulia Sari, S.Pd., M.Pd.,
selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Lubuk Sikaping, 06 September, 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting


dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar
proses pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian,


pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari
menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan,
namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualitas dilakukan dengan
memperbaiki setiap komponen-komponen itu keberadaannnya terpencar, juga kita sulit
menentukan kadar keterpengaruhan setiap komponen.

Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi


proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar, sebab guru
merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan
objek belajar. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun
leengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan
guru dalam mengimplementasikannya, maka, semuanya akan kurang bermakna. Oleh
sebab itu, untuk mencapai standar proses pendidikan, sebaiknya dimulai dengan
menganalisis komponen guru.

Pada bagian ini akan diuraikan tentang strategi pencapaian proses pendidikan
melalui peningkatkan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang
peningkatan profesional guru serta menngoptimalkan peran guru dalam proses
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja factor yang mempengaruhi sistem pembelajaran?

2. Bagaimana taksonomi tujuan pembelajaran pada ranah pengetahuan sikap dan


keterampilan?
3. Bagaimana cara memilih strategi yang digunakan sesuai dengan karakteristik
materi?
C. Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran

2. Mengetahaui taksonomi tujuan pembelajaran pada ranah pengetahuan sikap dan


keterampilan
3. Dapat memilih strategi yang digunakan sesuai dengan karakteristik materi
pelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembelajaran

1. Pengertian Sistem
Istilah Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani “system” yang artinya
adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk
mencapai tujuan bersama.

Pengertian Sistem menurut para ahli:

a. Menurut L.James Havery Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk
merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang
lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha
mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

b. Menurut Jonhn Mc.Manama Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang


tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu
kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan
efisien.
c. Menurut C.W.Churhman Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang
dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
d. Menurut J.C.Hinggins Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling
berhubungan.
e. Menurut Edgar F Huse dan James L.Bowdict Sistem adalah suatu seri atau
rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling bergantung
sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling berpengaruh dari satu bagian akan
mempengaruhi keseluruhan.
Jadi dapat disimpulkan, Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu
sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu yang
diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu:

1. Setiap sistem pasti memiliki tujuan


Tujuan merupakan ciri utama suatu sistem. Tujuan merupakan arah yang harus
dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan maka semakin
mudah menentukan pergerakan sistem.
2. Sistem selalu mengandung suatu proses
Proses adalah rangkaian kegiatan, kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan.
Semakin kompleks tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan.
3. Proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan
berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu. Oleh sebab itu, suatu sistem tidak
mungkin hanya memiliki satu komponen saja.

Suatu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui


pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka sistem erat
kaitannya dengan perencanaan. Perencanaan adalah pengambilan keputusan
bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna.

Proses berfikir dengan pendekatan sistem memiliki daya ramal akan


keberhasilan suatu proses. Artinya, apabila seluruh komponen yang membentuk
sistem bekerja sesuai dengan fungsinya, maka dapat dipastikan tujuan yang telah
ditentukan akan tercapai secara optimal.

2. Pengertian Standar Proses Pendidikan

Standar proses pendidikan adalah suatu bentuk teknis yang merupakan acuan
atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan
pembelajaran. Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.

3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap sistem Pembelajaran.

a. Faktor guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru
dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran.Guru dalam proses
pembelajran memegang peran yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran
guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya,
tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning).
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi
kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu:Teacher formative
experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang
menjadi latar belakang sosial mereka.
1) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru.
2) Teacher properties adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
yang dimiliki guru.
Selain yang di atas, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan
juga dapat pula mempengaruhi proses pembelajaran.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembamgannya. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan
anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri
anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek
siswa meliputi aspek latar belakang siswa. Yang meliputi jenis kelamin siswa,
tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari
keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain.
Sedangkan sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat disangka bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada siswa
berkemampuan tinggi, sedang, dan redah.Sikap dan penampilan siswa di dalam
kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran.
Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan ada pula
siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara lansung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang secara tidak lansung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,
kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam proses pembelajaran. Jadi sarana dan prasarana
merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.
Ada beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana
dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan
gairah dan motivasi guru mengajar. Mengajar dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu sebagai proses penyampaian materi pelajaran dan sebagai proses
pengaturan lingkungan yang dapat meransang siswa untuk belajar. Jadi
dibutuhkan sarana yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat
mendorong siswa untuk belajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana dapat
memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. Setiap siswa pada
dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Kelengkapan sarana dan
prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
d. Faktor Lingkungan
Ada dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran
yaitu:
1) Faktor Organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam
satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses
pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Faktor iklim sosial-psikologis maksudnya adalah keharmonisan
hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim
sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Iklim sosial-
psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat
dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan
siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara
guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar,
misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah
dengan lembaga-lembaga masyarakat dan lain sebagainya.

B. Menganalisis tentang taksonomi tujuan pembelejaran pada ranah pengetahuan


sikap dan keterampilan
Secara bahasa taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Sedangkan secara istilah,
taksonomi ialah pengelompokkan sesuatu berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga, yaitu pada
ranah sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).
Taksonomi pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan
pada tahun 1956, sehingga sering pula disebut sebagai "Taksonomi Bloom". Jadi
taksonomi (bloom) adalah pengklasifikasian tujuan pendidikan dengan
menyajikannya dalam bentuk hirarki. Tujuan penyajian ke dalam bentuk system
klasifikasi hirarki ini dimaksudkan untuk mengkategorisasi hasil perubahan pada
diri siswa sebagai hasil buah pembelajaran.
Sedangkan tujuan pembelajaran atau yang biasa disebut “performance-
objectives”. Gerlach dan Ely dalam Waridjan(1984:21) mendefinisikan tujuan
pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah laku atau hasil perbuatan
yang memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar telah berlangsung.
1. Ranah Sikap (Afektif)
Ranah afektif berkaitan dengan penilaian guru terhadap pandangan
(pendapat) dan sikap (nilai) peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Jika aspek yang hendak dinilai berkenaan dengan pandangan
peserta didik maka pertanyaan yang disusun melibatkan tanggapan berupa
ekspresi, perasaan, atau pendapat pribadi peserta didik akan hal yang bersifat
relatif sederhana dan bukan fakta. Namun, jika aspek yang akan dinilai berkaitan
dengan sikap peserta didik maka pertanyaan yang disusun melibatkan respons
berupa sikap atau nilai yang telah mendalam di sanubarinya.

Kategori ranah afektif terbagi menjadi lima aspek, di antaranya :

a. Receiving phenomena (Penerimaan terhadap Stimulasi/A1)


Aspek tahap ini meliputi kepekaan peserta didik dalam menerima dan
memperhatikan stimulasi berupa masalah, situasi, gejala, dan lain-lain yang
ada di sekitarnya. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
mengukur tahap ini adalah menanya, memilih, menggambarkan, mendorong,
mengidentifikasi, membalas, dan lain-lain.
b. Responding to phenomena (Tanggapan terhadap Stimulas/A2)
Aspek ini merupakan tahap seseorang dapat berpartisipasi aktif sebagai
bagian dari pembelajar, yaitu terkait dengan ketepatan reaksi, perasaan, dan
kepuasan dalam menanggapi stimulasi. Contoh kata kerja operasional yang
dapat digunakan untuk mengukur tahap ini adalah menjawab, membantu,
menolong, memilih, menampilkan, dan sebagainya.
c. Valuing (Penilaian/A3)
Aspek ini berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap suatu
kebiasaan atau stimulasi termasuk kesediaan untuk menerima nilai, latar
belakang, atau pengalaman. Contoh kata kerja operasional yang dapat
digunakan untuk mengukur tahap ini adalah melengkapi, menjelaskan,
membedakan, mengajak, melaporkan, membagi, dan lain-lain.
d. Organization (Pengorganisasian/A4)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan prioritas dalam menilai
berdasar pembandingan nilai yang berbeda, penyelesaian terhadap konflik
yang terjadi, dan menciptakan sistem nilai yang baru termasuk pengutamaan
dalam membandingkan, menghubungkan, dan memadukan nilai. Contoh
kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur tahap ini
adalah menempel, mengubah, menyusun, mengombinasi, melengkapi,
memadukan, dan sebagainya.

e. Internalizing values (Karakterisasi Nilai-nilai/A5)


Tahap ini berkaitan dengan sistem nilai yang dapat mengontrol sikap
pembelajar, yaitu terkait dengan kemampuan menyerap, konsistensinya,
kemampuan memprediksi, dan yang lebih utama adalah karakter dari
pembelajar itu sendiri. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan
untuk mengukur tahap ini adalah mempraktikkan, mendengar, memodifikasi,
melakukan, menyelesaikan, dan sebagainya.

2. Ranah Pengetahuan (Kognitif)


Ranah kognitif merupakan bagian yang paling banyak dinilai oleh guru
karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi
bahan pengajaran. Pengklasifikasian ranah kognitif oleh Bloom (1956) terbagi
menjadi enam, diantaranya yaitu :

a. Knowledge (Pengetahuan/C1)
Aspek pengetahuan yang dimaksud adalah kemampuan mengingat
kembali materi yang telah dipelajari. Aspek pengetahuan terbagi menjadi tiga.

1) Pengetahuan spesifik, meliputi pengetahuan mengenai istilah dan fakta


spesifik.
2) Pengetahuan tentang cara dan metode tertentu yang berhubungan dengan
detail tertentu, meliputi pengetahuan untuk menentukan, mengaitkan,
mengategorikan, dan mengukur.
3) Pengetahuan yang terkait dengan garis besar atau rangkuman materi secara
umum, meliputi pengetahuan untuk menyimpulkan berdasarkan teori dan
struktur.
Contoh kata operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah
mengidentifikasi, menghubungkan, mengingat, menghafal, mengulangi,
mengenali, dan lain-lain.

b. Comprehension (Pemahaman/C2)
Aspek pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami atau
mengonstruksi materi pembelajaran yang meliputi pengetahuan menerjemahkan,
menginterpretasi, dan mengeksplorasi.Contoh kata operasional yang digunakan
dalam aspek ini adalah mengemukakan, mengenali, menjelaskan, menemukan,
menggambarkan, dan lain-lain.

c. Application (Aplikasi/C3)
Aspek aplikasi terkait dengan kemampuan untuk menggunakan materi
pembelajaran atau mengimplementasikannya pada suatu keadaan. Contoh kata
operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mendemonstrasikan,
menerjemahkan, menghitung, mengembangkan, menghubungkan, dan lain-lain.

d. Analysis (Analisis/C4)
Aspek analisis meliputi kemampuan untuk merinci, mengorganisasi, atau
membedakan bagian-bagian pada materi yang dipelajari, seperti menganalisis
bagian, hubungan, dan prinsip organisasi. Contoh kata operasional yang
digunakan dalam aspek ini adalah membandingkan, menyelidiki, memeriksa,
mengategorikan, menggolongkan, mendeteksi, menemukan, dan lain-lain.
e. Synthesis (Sintesis/C5)
Aspek sintesis merupakan kemampuan untuk mengaitkan antarmateri
pembelajaran menjadi suatu kesatuan yang unik, meliputi pengetahuan untuk
membuat bentuk komunikasi yang unik, membuat rencana atau usulan kegiatan,
mengaitkan suatu hubungan yang abstrak. Contoh kata operasional yang
digunakan dalam aspek ini adalah menciptakan, menyusun, membangun,
mengatur, memodifikasi, meramalkan, dan lain-lain.

f. Evaluation (Evaluasi/C6)
Aspek evaluasi meliputi kemampuan untuk memutuskan dan memeriksa
apakah tujuan pembelajaran dari materi yang dipelajari telah tercapai, yaitu
dengan menghubungkan fakta yang diperoleh dari waktu ke waktu. Contoh kata
operasional yang digunakan dalam aspek ini adalah mengukur, menyimpulkan,
memutuskan, membantah, menilai, mengesahkan, dan lain-lain.

Anderson dan Krathwohl (2001: 66-88) merevisi keenam aspek pada


ranah kognitif yang telah diklasifikasikan oleh Bloom tersebut menjadi:

1) Remember (Mengingat)
Aspek mengingat merupakan kemampuan mengingat dan memanggil
kembali materi atau pengetahuan dari memori dasar. Aspek mengingat
adalah ketika memori digunakan untuk memproduksi definisi, kebenaran,
atau rincian atau menceritakan kembali materi yang telah dipelajari
sebelumnya.

2) Understand (Memahami)
Aspek memahami meliputi kemampuan membangun pengertian dari
berbagai fungsi atau pesan yang berbeda, seperti kegiatan menginterpretasi,
menerangkan dengan contoh, menggolongkan, merangkum, menduga,
membandingkan, dan menjelaskan.
3) Apply (Menerapkan)
Aspek menerapkan berkaitan dengan kemampuan
mengimplementasikan langkah-langkah secara berkesinambungan. Bahan
belajar yang digunakan untuk menerapkannya berupa model, presentasi,
wawancara, atau simulasi.

4) Analyze (Menganalisis)
Aspek menganalisis merupakan kemampuan menentukan bagaimana
bagian-bagian saling berhubungan satu sama lain, termasuk kegiatan
membedakan, mengorganisasikan, dan menghubungkan antarkomponen.
Oleh karena itu, pada aspek ini memungkinkan seseorang dapat
menggambarkannya melalui lembar kerja, survei, grafik, diagram, atau
representasi grafis.

5) Evaluate (Menilai)
Aspek menilai berkaitan dengan kemampuan membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang dapat berupa kritikan, rekomendasi,
dan laporan.

6) Create (Menciptakan)
Aspek menciptakan merupakan kemampuan untuk memadukan
berbagai fungsi materi agar koheren dan menyatu termasuk mereorganisasi
atau menyusun berbagai materi menjadi sesuatu yang baru melalui proses
menghasilkan, merencanakan, atau memproduksi.

Revisi penting yang dilakukan oleh Anderson dan Krathwohl adalah (1)
perubahan komposisi pada dimensi pengetahuan, yaitu dimensi pada taksonomi lama
(Bloom) hanya mencakup pengetahuan saja diubah menjadi dimensi pengetahuan
dan dimensi proses kognitif pada taksonomi baru (revisi). Selanjutnya, (2) perubahan
pun terjadi pada penggunaan kata benda menjadi kata kerja dalam tingkat proses
kognitifnya. Perubahan mendasar ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi
berdasarkan anggapan bahwa dalam suatu proses pembelajaran diperlukan
pencerminan berbagai bentuk atau cara berpikir aktif. Perubahan ini membuat
pembelajar dituntut untuk tidak hanya sekadar ‘tahu tentang sesuatu’, tetapi juga
‘tahu tentang bagaimana melakukan sesuatu’. Beberapa poin revisi yang telah
dilakukan dapat dicermati pada diagram berikut.

Penilaian

Sintesis

Analisis

Penerapan

Pemahaman

Pengetahuan

Mencipta

Menilai

Menganalisis

Menerapkan

Memahami

Mengingat

Kata Benda Kata Kerja

Gambar 1 Perbaikan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom

Poin revisi yang terlihat adalah aspek ‘menilai’ ditempatkan setelah aspek
‘menganalisis’ dan dimunculkan aspek ‘menciptakan’ sebagai pengganti aspek
‘sintesis’. Hal tersebut dilakukan untuk menempatkan hierarki dari proses berpikir
paling mudah ke proses penciptaan yang lebih rumit dan sulit (Yulaelawati, 2004:
71). Selain perubahan tersebut, (3) perubahan lain yang dilakukan Anderson dan
Krathwohl adalah penambahan kategori metakognitif yang terdapat pada dimensi
pengetahuan sehingga yang sebelumnya hanya terdiri atas tiga kategori menjadi
empat kategori. Penjelasan secara lebih rinci dapat dicermati pada uraian berikut.

a. Pengetahuan Faktual
Kategori dimensi ini terbagi atas pengetahuan tentang istilah dan
pengetahuan tentang detail-detail tertentu, yaitu berkaitan dengan unsur-unsur
dasar yang harus diketahui peserta didik dalam rangka mengenal mata pelajaran
dan memecahkan masalah yang timbul.

b. Pengetahuan Konseptual
Tiga dimensi pengetahuan terlibat dalam kategori dimensi kedua ini,
yakni pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi, serta pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

c. Pengetahuan Prosedural
Dimensi prosedural ini berkenaan dengan pengetahuan tentang
keterampilan khusus yang berhubungan dengan bidang tertentu, pengetahuan
tentang teknik atau metode dalam mata pelajaran tertentu, dan pengetahuan
tentang kriteria penggunaan suatu prosedur.

d. Pengetahuan Metakognitif
Dimensi pengetahuan metakognitif berkaitan dengan pengetahuan
tentang kesadaran secara umum, yaitu mencakup pengetahuan strategis,
pengetahuan tentang operasi kognitif berupa pengetahuan kontekstual dan
prasyarat, dan pengetahuan tentang diri sendiri.

Keempat kategori dimensi pengetahuan di atas kemudian dipadukan dengan


enam dimensi proses kognitif. Hal ini dilakukan berkaitan dengan proses perumusan
tujuan pembelajaran. Dengan penggabungan dua dimensi tersebut dalam suatu tabel
(yang disebut tabel taksonomi), guru dibantu dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Rumusan yang dimaksud berkaitan dengan apa saja yang ingin dicapai
pada setiap akhir pembelajaran dan bagaimana mengukur tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Selain itu, guru dapat memanfaatkannya
untuk memperbaiki tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya terkait
dengan tuntutan standar penilaian.

Keunggulan dalam hal proses penilaian pun diperoleh akibat adanya


penggabungan dua dimensi ini, yaitu:

1) pengetahuan yang dipisah dengan proses kognitif membuat guru dapat segera
mengetahui jenis pengetahuan yang belum diukur,
2) pembuatan soal yang bervariasi sebanyak empat jenis soal tiap jenjang mungkin
saja dibuat untuk setiap proses kognitif.
Manfaat tersebut tidak ditemukan pada struktur taksonomi sebelumnya karena
struktur taksonomi lama hanya terdiri atas satu dimensi dan perumusan tujuan
pembelajaran hanya berkisar pada jenjang C1, C2, C3, dan seterusnya sehingga
pembuatan soal pun hanya berkisar pada jenjang tersebut. Berikut ini adalah tabel
taksonomi baru (hasil penggabungan dua dimensi) yang telah dijelaskan sebelumnya.

3. Ranah Keterampilan (Psikomotor)


Ranah psikomotor merupakan ranah ketiga dalam taksonomi tujuan
pembelajaran. Ranah ini berkaitan dengan aspek keterampilan yang dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Terdapat beberapa versi
pengkategorian aspek dalam ranah psikomotor ini. Namun, dari beberapa versi
tersebut dapat dikategorikan secara garis besar bahwa ranah psikomotor terdiri atas
lima aspek (Dave R, 1970).

a. Imitation (Imitasi)
Aspek ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
contoh yang diamatinya tanpa memahami makna atau hakikat dari keterampilan
tersebut. Contoh kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini
adalah mengonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan sebagainya.

b. Manipulation (Manipulasi)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan
tindakan seperti yang diajarkan. Contoh kata kerja operasional yang digunakan
untuk mengukur aspek manipulasi, yakni menempatkan, membuat, memanipulasi,
merancang, dan sebagainya.

c. Precision (Ketelitian)
Aspek ini berkenaan dengan kemampuan merespons sesuatu yang kompleks
tanpa keraguan. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
mengukur aspek ini adalah menyelesaikan, mempercepat, menyaring, mengganti,
dan sebagainya.

d. Articulation (Pengucapan)
Aspek pengucapan merupakan tahap seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan
interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang digunakan adalah menggunakan,
mensketsa, menimbang, menggolongkan, dan sebagainya.

e. Naturalization (Pengalamiahan)
Aspek pada tahap ini berkaitan dengan suatu penampilan tindakan oleh
seseorang. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang diajarkan sebelumnya dan
telah menjadi kebiasaan dan gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh
kata kerja operasional yang digunakan untuk mengukur aspek ini, yaitu memutar,
memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.

C. Memilih Srategi Pembelejaran yang Tepat Sesuai dengan Materi

Strategi pembelajaran selalu mengandung makna pemilihan upaya pembelajaran


yang akan memberi peluang tercapainya tujuan yang optimal, baik dari segi hasil
belajar, hasil kerja, maupun proses belajar. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka, kriteria utama dalam pemilihan strategi pembelajaran tersebut ditinjau dari
upaya penyampaan tujuan pembelajaran dalam rangka pencapaan tujuan umum
pendidikan nasional sesuai dengan Pasal 3 UU-RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sikdiknas yang optimal.

Pertimbanagan pemilihan strategi pembelajaran dapat menggunakan


pertimbangan-pertimbangan dari hal berikut:

1. Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama menentukan tujuan dalam arti merumuskan tujuan dengan
jelas sehingga dapat diketahui apa yang diharapkan dapat dilakukan siswa,
dengan kondidi yang bagaimana serta seberapa tingkat keberhasilan yang
diharapkan. Untuk bahan pertimbangan ada beberapa pertanyaan yang harus
dijawab guru sebelum menentukan satu jenis strategi pembelajaran, yatu sebagai
berikut:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai apakah
tingkat tinggi atau tingkat rendah
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik

Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan belajar keterampilan motoric


misalnya harus digunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan substansi
dari belajar keterampilan motoric tersebut. Serti latihan, sementara untuk tujuan
belajar attitudes (sikap dan nilai) memerlukan strategi belajar pemodelan
(modelling). Demikian juga dengan tujuan dan hasil belajar yang lain.

Dengan demikian ditinjau dari segi tujuan belajar, strategi pembelajaran


yang dapat dibedakan atas strategi pembelajaran untuk pencapaian tujuan/hasil
belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,
keterampilan motoric, sikap serta nilai.

2. Peserta Didik

Dari segi pengaturan peserta didik, maka dapat dibedakan atas strategi
pembelajaran individual dan strategi pembelajaran kelompok. Strategi
pembelajaran individual yaitu pemberian kesempatan kepada siswa secara
individual untuk mengembangkan komptensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Sedangkan strategi pembelajaran berkelompok kecil yaitu pembelajaran dimana
peserta didik diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat bertukar
pikiran dalam penyelesaian masalah.

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab guru dalam pertimbangan aspek ini
adalah:
a. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan perkembangan tingkat anak
didik
b. Apakah strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan minat bakat,
dan kondisi siswa
c. Apakah strategi yang digunakan sesuai dengan kebiasaan atau gaya belajar
siswa
d. Apakah untuk mencapai tujuan yang diinginkan cukup hanya dengan satu
strategi saja
e. Apakah strategi yang igunakan adalah satu-satunya strategi yang cocok
digunakan
f. Apakah strategi tersebut memiliki tingkat efektivitas dan efisien kalau
digunakan
3. Hubungan Guru-Siswa

Berdasarkan hubungan guru siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu


startegi pembelajaran tatap muka dan strategi pembelajaran jarak jauh. Strategi
pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran dimana guru dan siswa berada
dalam satu ruangan/ kelas dengan komunikasi atau interaksi pembelajaran yang
berlangsung secara face-to-face communication. Strategi pembelajaran jarak
jauh adalah pembelajaran dimana guu dan siswa tidak berada dalam satu
ruangan atau kelas sehingga interaksi pembelajaran berlangsung melalui
teknologi pembelajaran sebagai media perantara.

4. Pengolahan Pesan

Pertimbangan dari segi pengolahan pesan yaitu peranan guru dan siswa
dalam mengolah pesan dan proses pengolahan pesan. Strategi pembelajaran
dalam pengolahan pesan inii ada dua yaitu segi ekspositoric dan segi heuristic.
Strategi ekspositoric merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi
kepada guru dalam artian semua bahan dalam pembelajaran diolah dalam bentuk
jadi oleh guru dan kemudian disampaikan kepada siswanya. Strategi
pembelajaran heuristic adalah stertegi pembelajaran yang menghendakkan siswa
ikut aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan belajar. Strategi ini lebih
berpusat kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir
kritis, dan mampu memecahkan masalah.

5. Materi Pelajaran

Beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh guru yaitu:

a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu.
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan persyaratan
tertentu atau tidak
c. Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi-materi itu

Misalnya jika materi yang kita ajarkan dalam bentuk konsep, dapat
dipastikan akan berbeda strategi yang digunakan denga materi yang berbentuk
prinsip, begitupun sebaliknya.

6. Struktur Belajar Mengajar

Berdasrkan strukturnya, strategi pembelajaran ada dua yatu strategi


pembelajaran tertutup dan strategi pembelajaran terbuka. Pada strategi pembelajaran
tertutup semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan, materi/media/
sumber-sumber belajar serta langkah-langkah pelaksaannya di kelas semuanya telah
dirancang secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswanya. Pada strategi
pembelajaran terbuka siswa diberi peluang untuk memberikan urutan dalam
merancang komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan
prosedur pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.

(Darmasnyah. 2012; halaman 73-79)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Factor yang sangat berpengaruh pada sistem pembelajaran yaitu:
a. Faktor guru
b. Factor siswa
c. Factor sarana dan prasarana
d. Factor lingkungan
2. tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah laku atau hasil
perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar telah berlangsung.
3. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka, kriteria utama dalam pemilihan
strategi pembelajaran tersebut ditinjau dari upaya penyampaan tujuan
pembelajaran dalam rangka pencapaan tujuan umum pendidikan nasional.
B. Saran
Makalah ini kami tulis sebaik mungkin agar pembaca dapat membaca
dengan nyaman sehingga dapat memperoleh ilmu dan manfaat yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun jauh dari kata sempurna,
kami harap pembaca dapat memaklumi dan memberikan saran serta motivasi
dalam agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for learning, Teaching,
and

Assesing: Arevision of blomms taxonomy of ducation objective. New


york: Addison Wesley lonman inc.

Blomm, b. s. 1956. Taxonomy of educational objective, handbook. david McKay,

Newyork: the cognitive domain.

Darmansyah. 2012. Strategi Pembelajaran. Padang: Universitas Negeri Padang.

Nining Sulistyo Ningrum. Standar Proses Pendidikan.


(http://niningsulistyoningrum.wordpress.com/2010/05/15/standar-proses-
pendidikan-2/), dibuat tanggal 15 Mei 2021

Ramayulis.2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Suharsimi Arikunto. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wadjiran, dkk (1984). Pengembangan kurikulum dan system instruksional. Jakarta:

Departemen pendidikan dan kebudayaan, direktoral jendral perguruan


tinggi, proyek pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan.

Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan pembelajaran fiLosofi teori dan aplikasi.
Bamfimg: Pakar Raya.

Anda mungkin juga menyukai