Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERPAJAKAN II

Nama : Fildha Wahyuni


Nim : 220902502006
Kelas.Prodi : B . Pendidikan Akuntansi 2022

Materi Tentang Pengenaan PPH pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima oleh
seorang Wajib Pajak pribadi atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukannya di dalam
negeri. Namun, sebenarnya PPh Pasal 21 juga digunakan secara luas untuk berbagai kegiatan
lainnya dengan subjek pajaknya terdiri dari:

 Pekerja formal atau karyawan/pegawai


 Pekerja bebas atau bukan pegawai
 Sebagai pekerja sekaligus pengusaha
 Wajib pajak pribadi sebagai pengusaha

Perlakuan atas PPh 21 dan berapa persen pajak yang akan dikenakan sangat variatif
tergantung penerima penghasilan, di antaranya:

1. Penghasilan bagi Pegawai/karyawan Tetap


2. Penghasilan bagi Pegawai/karyawan Tidak Tetap
3. Penghasilan bagi Bukan Pegawai/karyawan
4. Penghasilan karyawan yang dikenakan PPh 21 Final
5. dan penghasilan Lainnya

PPh 21 Final adalah pajak penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan karyawan dari
uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua.

Perubahan Regulasi PPh 21 Terbaru

Pemerintah telah mengatur kembali pemotongan PPh 21 yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 58 Tahun 2023 tentang Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau Kegiatan WP Orang Pribadi.

Melalui beleid ini, skema tarif pemotongan pajak penghasilan pasal 21 ada dua, yakni:

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Skema tarif progresif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh ini untuk menghitung PPh 21
setahun di Masa Pajak Terakhir.

2. Tarif efektif rata-rata (TER) pemotongan PPh Pasal 21


Skema tarif efektif rata-rata PPh 21 ini untuk menghitung pajak penghasilan pasal 21 di
masa pajak selain Masa Pajak Terakhir atau secara bulanan dan harian.

Dasar Hukum

Dasar hukum skema penghitungan PPh 21 terbaru ini sesuai dengan ketentuan dalam
Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)
s.t.d.t.d. UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP), yang
menyebutkan bahwa:

“Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.”

Kemudian pemerintah menerbitkan regulasi teknis sebagai aturan pelaksana dari PP


58/2023 melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 168 Tahun 2023 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, atau
Kegiatan Orang Pribadi.Maka skema penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru
berdasarkan penerima dan jumlah penghasilan yang dikenakan pajak.

Perubahan Skema Hitung

Skema perhitungan PPh Pasal 21 terbaru atau skema To Be adalah dengan mendasarkan
pada subjek penerima dari jenis penghasilannya dan penerapan waktu perhitungan
pajaknya.Pokok perubahan skema perhitungan PPh 21 di antaranya:

1. Perubahan seluruh skema penghitungan PPh 21

Skema penghitungan pajak penghasilan pasal 21 yang dipotong untuk pegawai tetap
(untuk masa pajak selain masa pajak terakhir) dan pegawai tidak tetap telah diubah.

2. Perluasan lingkup penghitungan PPh 21

Memperluas lingkup penghitungan PPh Pasal 21 untuk peserta program pensiun yang
masih berstatus pegawai yang menarik dana pensiun.Perluasan tersebut dari sebelumnya
hanya Dapen saja, kini juga berlaku untuk lingkup BPJSTK, ASABRI, TASPEN.

3. Pengurangan zakat/sumbangan keagaaman

Zakat / sumbangan keagamaan wajib yang dibayar melalui pemberi kerja dapat
dikurangkan dalam penghasilan bruto PPh 21.

4. Penambahan pengecualian penghasilan yang dipotong PPh 21

Menambah pengecualian penghasilan yang dipotong PPh 21 yakni DTP.

5. Penggabungan seluruh penghasilan dalam masa pajak


Menggabungkan seluruh penghasilan pegawai tetap dalam 1 bulan atau dalam masa
pajak.

6. Pemotongan PPh 21 atas natura/kenikmatan

Dilakukan pemotongan PPh 21 atas natura dan/atau kenikmatan bagi wajib pajak orang
pribadi.

Penyesuian Pengaturan

Sedangkan pokok penyesuaian pengaturan skema perhitungan PPh Pasal 21 To Be atau


yang berubah di antaranya:

1. Mempertegas kriteria pemberi kerja yang tidak wajib melakukan pemotongan PPh 21.

Pemberi kerja tidak wajib memotong pajak penghasilan pasal 21 apabila:

 Penerima penghasilan tidak terkait dengan usaha/pekerjaan bebas dari pemberi kerja.
 Organisasi internasional berdasarkan perjanjian internasional.

2. Menggabungkan Peraturan Menteri Keuangan biaya jabatan/biaya pensiun dan PMK


pengurang penghasilan harian.

3. Penambahan jenis penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh 21, yakni bantuan,
sumbangan, hibah.

4. Penyesuaian pengurang penghasilan bruto Bukan Pegawai dengan konsep dalam PMK
141/2015.

5. Ketentuan DPP PPh 21 dokter dimasukkan dalam Lampiran RPMK (petunjuk umum).

6. Penegasan penerima penghasilan berhak mendapatkan bukti pemotongan, dan pemberi


penghasilan tidak wajib membuat bupot jika tidak ada penghasilan yang dibayarkan.

7. Pengaturan tentang PNS membuat surat pernyataan 2 pemberi kerja.

Latar Belakang, Tujuan dan Dampak TER

Perhitungan pajak penghasilan dan pemotongan PPh 21 cukup kompleks dan memiliki
skema penghitungan yang membingungkan.Sehingga diperlukan simplifikasi dan
penyederhanaan penghitungan serta pemotongan, juga pengelolaan administrasi yang tidak
memberatkan wajib pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar.

Dengan adanya skema tarif efektif PPh 21 TER ini, maka perhitungan pajak penghasilan
pasal 21 jadi lebih simpel.Skema TER juga tidak mengubah perhitungan PPh 21 dalam setahun
karena masih berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh.Selain itu, skema TER juga tidak
memberikan tambahan beban pajak baru karena pada dasarnya sebagai metode penghitungan
pajak secara bulanan maupun harian.

Tarif Pemotongan PPh Pasal 21 Progresif & TER

Tarif pemotongan pajak penghasilan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh menggunakan tarif
pajak progresif berdasarkan lapisan penghasilan kena pajak.Untuk diketahui, sebelumnya
penghasilan yang dikenakan pajak mulai dari Rp50 juta setahun dengan tarif pajak progresif
PPh 21 mulai dari 5% hingga 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp500 juta dalam UU
PPh 36/2008.Lalu dilakukan perubahan lapisan penghasilan kena pajak mulai dari Rp60 juta
setahun dengan tarif progresifnya 5% hingga 35% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp5
miliar melalui UU HPP 7/2021.

1. Tarif Kategori TER A


Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori A yakni PTKP TK/0 (Rp54 juta)
dan PTKP TK/1 & K/0 (Rp58,5 juta):

No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER

1 sampai dengan 5.400.000 0%

2 5.400.000 – 5.650.000 0,25%

3 5.650.000 – 5.950.000 0,5%

4 5.950.000 – 6.300.000 0,75%

5 6.300.000 – 6.750.000 1%

6 6.750.000 – 7.500.000 1,25%

7 7.500.000 – 8.550.000 1,5%

8 8.550.000 – 9.650.000 1,75%

9 9.650.000 – 10.050.000 2%

10 10.050.000 – 10.350.000 2,25%

11 10.350.000 – 10.700.000 2,5%

12 10.700.000 – 11.050.000 3%

13 11.050.000 – 11.600.000 3,5%

14 11.600.000 – 12.500.000 4%

15 12.500.000 – 13.750.000 5%
16 13.750.000 – 15.100.000 6%

17 15.100.000 – 16.950.000 7%

18 16.950.000 – 19.750.000 8%

19 19.750.000 – 24.150.000 9%

20 24.150.000 – 26.450.000 10%

21 26.450.000 – 28.000.000 11%

22 28.000.000 – 30.050.000 12%

23 30.050.000 – 32.400.000 13%

24 32.400.000 – 35.400.000 14%

25 35.400.000 – 39.100.000 15%

26 39.100.000 – 43.850.000 16%

27 43.850.000 – 47.800.000 17%

28 47.800.000 – 51.400.000 18%

29 51.400.000 – 56.300.000 19%

30 56.300.000 – 62.200.000 20%

31 62.200.000 – 68.600.000 21%

32 68.600.000 – 77.500.000 22%

33 77.500.000 – 89.000.000 23%

34 89.000.000 – 103.000.000 24%

35 103.000.000 – 125.000.000 25%

36 125.000.000 – 157.000.000 26%

37 157.000.000 – 206.000.000 27%

38 206.000.000 – 337.000.000 28%

39 337.000.000 – 454.000.000 29%

40 454.000.000 – 550.000.000 30%


41 550.000.000 – 695.000.000 31%

42 695.000.000 – 910.000.000 32%

43 910.000.000 – 1.400.000.000 33%

44 1.400.000.000 34%

2. Tarif Kategori TER B

Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori B yakni PTKP TK/2 & K/1 (Rp63 juta) dan PTKP TK/3
& K/2 (Rp67,5 juta):

No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER

1 sampai dengan 6.200.000 0%

2 6.200.000 – 6.500.000 0,25%

3 6.500.000 – 6.850.000 0,5%

4 6.850.000 – 7.300.000 0,75%

5 7.300.000 – 9.200.000 1%

6 9.200.000 – 10.750.000 1,5%

7 10.750.000 – 11.250.000 2%

8 11.250.000 – 11.600.000 2,5%

9 11.600.000 – 12.600.000 3%

10 12.600.000 – 13.600.000 4%

11 13.600.000 – 14.950.000 5%

12 14.950.000 – 16.400.000 6%

13 16.400.000 – 18.450.000 7%

14 18.450.000 – 21.850.000 8%

15 21.850.000 – 26.000.000 9%

16 26.000.000 – 27.700.000 10%

17 27.700.000 – 29.350.000 11%

18 29.350.000 – 31.450.000 12%


19 31.450.000 – 33.950.000 13%

20 33.950.000 – 37.100.000 14%

21 37.100.000 – 41.100.000 15%

22 41.100.000 – 45.800.000 16%

23 45.800.000 – 49.500.000 17%

24 49.500.000 – 53.800.000 18%

25 53.800.000 – 58.500.000 19%

26 58.500.000 – 64.000.000 20%

27 64.000.000 – 71.000.000 21%

28 71.000.000 – 80.000.000 22%

29 80.000.000 – 93.000.000 23%

30 93.000.000 – 109.000.000 24%

31 109.000.000 – 129.000.000 25%

32 129.000.000 – 163.000.000 26%

33 163.000.000 – 211.000.000 27%

34 211.000.000 – 374.000.000 28%

35 374.000.000 – 459.000.000 29%

36 459.000.000 – 555.000.000 30%

37 555.000.000 – 704.000.000 31%

38 704.000.000 – 957.000.000 32%

39 957.000.000 – 1.405.000.000 33%

40 di atas 1.405.000.000 34%

3. Tarif Kategori TER C

Rincian tarif efektif rata-rata bulanan untuk TER kategori C yakni PTKP TK/3 (Rp70 juta):

No Penghasilan Bruto Bulanan (Rp) TER

1 sampai dengan 6.600.000 0%

2 6.600.000 – p6.950.000 0,25%


3 6.950.000 – 7.350.000 0,5%

4 7.350.000 – 7.800.000 0,75%

5 7.800.000 – 8.850.000 1%

6 8.850.000 – 9.800.000 1,25%

7 9.800.000 – 10.950.000 1,5%

8 10.950.000 – 11.200.000 1,75%

9 11.200.000 – 12.050.000 2%

10 12.050.000 – 12.950.000 3%

11 12.950.000 – 14.150.000 4%

12 14.150.000 – 15.550.000 5%

13 15.550.000 – 17.050.000 6%

14 17.050.000 – 19.500.000 7%

15 19.500.000 – 22.700.000 8%

16 22.700.000 – 26.600.000 9%

17 26.600.000 – 28.100.000 10%

18 28.100.000 – 30.100.000 11%

19 30.100.000 – 32.600.000 12%

20 32.600.000 – 35.400.000 13%

21 35.400.000 – 38.900.000 14%

22 38.900.000 – 43.000.000 15%

23 43.000.000 – 47.400.000 16%

24 47.400.000 – 51.200.000 17%

25 51.200.000 – 55.800.000 18%

26 55.800.000 – 60.400.000 19%

27 60.400.000 – 66.700.000 20%

28 66.700.000 – 74.500.000 21%

29 74.500.000 – 83.200.000 22%

30 83.200.000 – 95.000.000 23%


31 95.600.000 – 110.000.000 24%

32 110.000.000 – 134.000.000 25%

33 134.000.000 – 169.000.000 26%

34 169.000.000 – 221.000.000 27%

35 221.000.000 – 390.000.000 28%

36 390.000.000 – 463.000.000 39%

37 463.000.000 – 561.000.000 30%

38 561.000.000 – 709.000.000 31%

39 709.000.000 – 965.000.000 32%

40 965.000.000 – 1.419.000.000 33%

41 di atas 1.419.000.000 34%

Contoh Perhitungan PPh 21 TER

Agar lebih mudah memahami seperti apa penerapan tarif efektif rata-rata untuk menghitung
pajak penghasilan pasal 21, berikut contoh perhitungan dari masing-masing status penerima
penghasilan tersebut:

A. Contoh Hitung PPh 21 Pegawai Tetap

Tuan B berstatus menikah dan memiliki 2 tanggungan (K/1) bekerja sebagai pegawai tetap di PT
CCC selama tahun 2024 dengan gaji bruto yang diterima setiap bulannya, pembayaran premi
JKK dan JKM, iuran pensiun, bonus maupun THR, dengan rincian pada tabel seperti berikut:

TER
Premi Penghasila PPh
Gaji Tunjanga THR Bonus Bulanan
Bulan JKK & n Bruto Pasal 21
(Rp) n (Rp) (Rp) (Rp) Kategor
JKM (Rp) (Rp) (Rp)
iB

1.190.00
Januari 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

1.190.00
Februari 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

1.
Maret 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
190.000

1.190.00
April 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

Mei 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7% 1.190.00


0

2.700.00
Juni 10 juta 5 juta 10 juta 2 juta 27 juta 10%
0

1.190.00
Juli 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

1.190.00
Agustus 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

Septembe 1.190.00
10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
r 0

1.190.00
Oktober 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

1.190.00
November 10 juta 5 juta 2 juta 17 juta 7%
0

Desember 10 juta 5 juta 10 juta 2 juta 27 juta

144 10
Jumlah 60 juta 24 juta 214 juta 14,6 juta
juta juta

Berikut rincian biaya jabatan dan iuran pensiun yang dibayarkan Tuan B sebagai pengurang pajak:

No. Pegurang Gaji Bruto Jumlah

Biaya jabatan maksimal


1. Rp6 juta
setahun

2. Iuran pensiun setahun Rp1,2 juta

Dengan rincian pada tabel tersebut, perhitungan pajak penghasilan pasal 21 terutang pada bulan Desember 2024
sebagai berikut:

Rp214
Gaji bruto setahun
juta

Pengurang:

– Biaya jabatan setahun Rp6 juta

Rp1,2 juta
– Iuran pensiun setahun
(+)

Rp7,2 juta
(-)

Rp206,8
Penghasilan neto setahun
juta
PTKP setahun:

– untuk wajib pajak


Rp54 juta
sendiri

– tambahan untuk
Rp4,5 juta
menikah

– tambahan untuk 1 Rp4,5 juta


tanggungan (+)

Rp63 juta
(-)

Penghasilan kena pajak Rp143,8


setahun juta

– 5% x Rp60 juta Rp3 juta

Rp12,57
– 15% x Rp83,8 juta
juta (+)

Rp15,57
juta

PPh 21 yang dipotong Rp14,6


hingga November 2024 juta (-)

PPh 21 harus dipotong Rp970


pada Desember 2024 ribu

B. Contoh Hitung PPh 21 Pegawai Tidak Tetap

Seperti diketahui, penghitungan pajak penghasilan pegawai tidak tetap ini terbagi menjadi dua
skema pembayaran, yakni dibayarkan secara harian atau bulanan.

1. Penghasilan tidak dibayar bulanan kurang dari Rp2,5 juta

Tuan D mengerjakan pekerjaan tidak tetap di PT AAA pada Februari 2024 dan menyelesaikan
pekerjaan tersebut selama 12 hari.

Kemudian Tuan D memperoleh penghasilan sebesar Rp2,4 juta atas penyelesaian pekerjaan
tersebut untuk 12 hari atau Rp200 ribu/hari.

Karena penghasilannya masih di bawah Rp250 ribu per hari, maka perhitungan PPh Pasal 21
menggunakan tarif efektif 0%.

Sehingga perhitungan pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan harian Tuan D sebesar:

= Tarif efektif harian x Penghasilan bruto harian


= 0% x Rp200 ribu

= 0% x Rp200 ribu

= Rp0

Kesimpulan

Latar belakang diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2023 ini bertujuan
untuk mempermudah wajib pajak dalam menghitung dan melakukan administrasi pemotongan
PPh Pasal 21 agar proses bisnis lebih efektif, efisien dan akuntabel.Namun penerapan skema
perhitungan tarif efektif bulanan ini juga tidak memberikan dampak tambahan beban pajak baru.

Sebab tarif efektif bulanan hanya merupakan skema yang digunakan dalam penghitungan
PPh 21 untuk masa pajak selain Masa Pajak Terakhir (Januari-November) saja.Artinya,
pemotong PPh 21 dapat menghitung pemotongan PPh Pasal 21 di setiap Masa Pajak (bulanan).

Sedangkan penghitungan PPh 21 setahun di Masa Pajak Terakhir (Desember), tetap


menggunakan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh seperti ketentuan yang berlaku saat ini.

Referensi : https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-pasal-21-2/

Anda mungkin juga menyukai