Pemotongan PPh Pasal 21 saat ini memiliki berbagai skema perhitungan yang dapat
membingungkan Wajib Pajak dan secara administrasi perpajakan memberatkan bagi Wajib Pajak
yang berusaha untuk melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar.
DASAR HUKUM
Pasal 21 ayat (5) Undang-Undang Pajak Penghasilan:
“Tarif Pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah”.
TUJUAN
1
Memberikan kemudahan dan kesederhanaan bagi Wajib Pajak untuk
menghitung pemotongan PPh Pasal 21 di setiap Masa Pajak
2
Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya
3
Memberikan kemudahan dalam membangun sistem administrasi
perpajakan yang mampu melakukan validasi atas perhitungan Wajib Pajak.
2
“UntukMeningkatkan
memberikan kepatuhan
kepastian Wajib
hukum,
Pajak kemudahan, dan
dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya
kesederhanaan pemotongan PPh 21 oleh pemberi kerja. PMK ini
diterbitkan
3
agar bisa mengakomodir penyesuaian tarif pemotongan
Memberikan kemudahan dalam membangun sistem administrasi
menggunakan tarif efektif dan tarif Pasal 17 Ayat (1) UU PPh,
perpajakan yang mampu melakukan validasi atas perhitungan Wajib Pajak.
penerapan tarif efektif bulanan misalnya pada pegawai tetap hanya
3
TARIF PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
7
2
Tarif Efektif
Bulanan
TER A = PTKP : TK/0 (54 juta); TK/1 & K/0 (58,5 juta)
TER B = PTKP : TK/2 & K/1 (63 juta); TK/3 & K/2 (67,5 juta)
3
Tarif Efektif
Harian
Penghasilan Bruto Harian TER Harian
No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER A No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER A
No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER B No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER B
No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER C No Lapisan Penghasilan Bruto (Rp) TER C
Tuan R bekerja pada perusahaan PT ABC dan memperoleh gaji sebulan Rp10.000.000,00 serta
membayar iuran pensiun sebesar Rp100.000,00 per bulan. Tuan R menikah dan tidak
memiliki tanggungan (PTKP K/0).
diterima atau
Fasilitas iuran kepada
dan/atau dana pensiun diperoleh Pegawai.
Batasan Diperuntukkan semata-mata
Tertent Fasilitas peribadatan untuk kegiatan peribadatan
Jurnal
Bingkisan WHT Rp 4.000.000
Bingkisan Non WHT Rp 3.500.000 Rp 7.500.000
Kas/Bank
Contoh Natura
Pada bulan Februari 2024, PT Amaris memberikan fasilitas apartemen kepada Tuan Agung selaku
pegawainya. Apartemen tersebut disewa PT Amaris dari pihak ketiga secara bulanan. Selama bulan
Februari 2024, biaya-biaya terkait fasilitas apartemen tersebut yang dikeluarkan PT Amaris terdiri
dari:
1. Biaya sewa apartemen : Rp 10.000.000
2. Biaya pemeliharaan : Rp 2.000.000
lingkungan : Rp 1.000.000 +
3. Biaya utilitas
Total Rp 13.000.000
Biaya
Diketahui bahwa kenikmatan dengan jenis dan batasan tertentu berupa fasilitas tempat
tinggal dengan hak penggunaan dipegang oleh perseorangan (individual) antara lain berbentuk
apartemen dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan sepanjang diterima atau diperoleh pegawai
dari pemberi kerja dan bernilai secara keseluruhan tidak lebih dari Rp 2 juta untuk tiap pegawai
dalam waktu 1 bulan. PT Amaris sewa apartemen ke pihak ketiga (harus ada perjanjian sewa
menyewa, jika tidak ada maka mengikuti harga pasar)
Contoh Natura
Jurnal
Biaya Sewa Rp 10.000.000
Biaya Pemeliharaan Rp 2.000.000
Biaya Utilitas Rp 1.000.000
Biaya Pajak Rp 1.100.000
Hutang PPh Pasal 4 Ayat Rp 1.100.000
2 Kas/Bank Rp 13.000.000
Contoh Natura
Tuan Sony merupakan manajer eksekutif yang telah bekerja selama 4 tahun di PT Suryacipta. Tuan Sony tidak
memiliki penyertaan modal pada PT Suryacipta. Mulai Februari 2024, Tuan Sony menerima fasilitas kendaraan
berupa mobil sedan. Berdasarkan informasi divisi keuangan diketahui bahwa data penghasilan bruto Tuan Sony
dari PT Suryacipta dalam bentuk uang, natura, dan fasilitas termasuk fasilitas kendaraan serta penghasilan bruto rata-
rata Tuan Sony dari PT Suryacipta dalam 12 bulan terakhir sebagai berikut:
Jurnal
Natura WHT Rp 43.000.000
Natura Non WHT Rp 20.000.000
Kas/Bank Rp 63.000.000
FAQ DJP NATURA
FAQ DJP NATURA
RESUME SKEMA PMK-168
12
PEGAWAI TETAP & PENSIUNAN Diterapkan setiap masa,
= Ph. Bruto x TER Bulanan
atas seluruh penghasilan kecuali masa pajak
terakhir
PNS/TNI/POLRI/PN/PENSIUNAN Diterapkan pada masa pajak
= PKP setahun x Tarif Ps. 17
atas penghasilan tetap teratur terakhir
PESERTA KEGIATAN Diterapkan per Masa Pajak = Ph. Bruto x Tarif Ps. 17
atas hadiah atau sehubungan dg kegiatan atau pada saat terutang
PPh Ps. 21 Masa Pajak terakhir = PPh Ps. 21 setahun – PPh Ps. 21 yang sudah dipotong selain masa pajak terakhir
Penghasilan dapat
berupa:
1 3
2 4
Bulan Gaji Tunjangan Tunjangan Bonus Uang Premi JKK Penghasilan Tarif Efektif PPh Pasal
(Rp) (Rp) Hari Raya (Rp) Lembur dan Bruto Bulanan 21 (Rp)
(Rp) (Rp) JKM (Rp) Kategori A
(Rp)
Januari 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
Februari 10.000.000 20.000.000 5.000.000 80.000 35.080.000 14% 4.911.200
Maret 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
April 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
Mei 10.000.000 20.000.000 5.000.000 80.000 35.080.000 14% 4.911.200
Juni 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
Juli 10.000.000 20.000.000 20.000.000 80.000 50.080.000 18% 9.014.400
Agustus 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
September 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
Oktober 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
November 10.000.000 20.000.000 80.000 30.080.000 13% 3.910.400
Desember 10.000.000 20.000.000 60.000.000 80.000 90.080.000
Jumlah 120.000.000 240.000.00 60.000.000 20.000.000 10.000.000 960.000 450.960.000 50.120.000
Petunjuk pelaksanaan juga berlaku untuk menghitung PPh Pasal 21 bagi penerima
pensiun berkala serta PNS. Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pensiunannya.
Contoh Kasus 2
CONTOH BUKAN PEGAWAI (TENAGA
AHLI)
Perhitungan Menggunakan PER 16/PJ/2016 (LAMA) Perhitungan Menggunakan PMK 168 / 2023 (TERBARU)
JASA DOKTER JASA DOKTER
Dasar Pemotongan Tarif pph 17 PAJAK PENGHASILAN Dasar Pemotongan Tarif pph 17 PAJAK PENGHASILAN
BULAN YANG DIBAYAR Detail DPP DPP kumulatif BULAN YANG DIBAYAR Detail DPP
Pajak (DPP) Ayat 1 TERUTANG Pajak (DPP) Ayat 1 TERUTANG
PASIEN PASIEN
(1) (2) (3) = 50% X (2) (4) (4) (5) (6) (1) (2) (3) = 50% X (2) (4) (5) (6)
JAN 120,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 5% 3,000,000 JAN 120,000,000 60,000,000 60,000,000 5% 3,000,000
FEB 180,000,000 90,000,000 90,000,000 150,000,000 15% 13,500,000 60,000,000 5% 3,000,000
FEB 180,000,000 90,000,000
MAR 240,000,000 120,000,000 100,000,000 250,000,000 15% 15,000,000 30,000,000 15% 4,500,000
20,000,000 270,000,000 25% 5,000,000 60,000,000 5% 3,000,000
MAR 240,000,000 120,000,000
APR 340,000,000 170,000,000 170,000,000 440,000,000 25% 42,500,000 60,000,000 15% 9,000,000
MEI 250,000,000 125,000,000 60,000,000 500,000,000 25% 15,000,000 60,000,000 5% 3,000,000
APR 340,000,000 170,000,000
65,000,000 565,000,000 30% 19,500,000 110,000,000 15% 16,500,000
JUN 210,000,000 105,000,000 105,000,000 670,000,000 30% 31,500,000 60,000,000 5% 3,000,000
MEI 250,000,000 125,000,000
JUL 180,000,000 90,000,000 90,000,000 760,000,000 30% 27,000,000 65,000,000 15% 9,750,000
AGT 90,000,000 45,000,000 45,000,000 805,000,000 30% 13,500,000 60,000,000 5% 3,000,000
JUN 210,000,000 105,000,000
SEPT 190,000,000 95,000,000 95,000,000 900,000,000 30% 28,500,000 45,000,000 15% 6,750,000
OKT 100,000,000 50,000,000 50,000,000 950,000,000 30% 15,000,000 60,000,000 5% 3,000,000
JUL 180,000,000 90,000,000
NOV 160,000,000 80,000,000 80,000,000 1,030,000,000 30% 24,000,000 30,000,000 15% 4,500,000
DES 150,000,000 75,000,000 75,000,000 1,105,000,000 30% 22,500,000 AGT 90,000,000 45,000,000 45,000,000 5% 2,250,000
60,000,000 5% 3,000,000
SEPT 190,000,000 95,000,000
35,000,000 15% 5,250,000
OKT 100,000,000 50,000,000 50,000,000 5% 2,500,000
60,000,000 5% 3,000,000
NOV 160,000,000 80,000,000
20,000,000 15% 3,000,000
60,000,000 5% 3,000,000
DES 150,000,000 75,000,000
- 15,000,000 15% 2,250,000
1,105,000,000 Yang dipotong Mandaya 275,500,000 1,105,000,000 Yang dipotong Mandaya 94,000,000
CONTOH BUKAN PEGAWAI (TENAGA
AHLI)
Contoh Kasus 2
Besarnya pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dr Randy dari praktik di Rumah
Sakit Mandaya sebagai berikut:
CONTOH BUKAN PEGAWAI (TENAGA
AHLI)
Tuan P adalah seorang komisaris di PT K. Selama tahun 2024, Tuan P hanya menerima atau
memperoleh penghasilan dari PT K di bulan Desember 2024. Tuan P berstatus tidak menikah dan
tidak memiliki tanggungan (TK/0). Pada bulan Desember 2024, Tuan P menerima atau memperoleh
honorarium sebesar Rp60.000.000,00.
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh
Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024,
dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%.
b. Besarnya pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 20% x Rp 60.000.000,00 = Rp12.000.000,00.
PENCATATAN
CATATAN
a. WP OP yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto (NPPN) wajib
memberitahukan
penggunaannya kepada DJP paling lama 3 bulan sejak awal tahun pajak.
b. DJPOnline => Layanan => info KSWP => Untuk keperluan : Pemberitahuan Penggunaan NPPN.
PEMBUKUAN
PEMBAHASAN
a. Omset sama atau lebih dari 4,8 milyar.
b. Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto – PTKP.
c. Penghasilan Terutang = Penghasilan Kena Pajak x Tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh.
PEGAWAI TIDAK TETAP
SEHARIa. Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh
Tuan M bekerja
Pasal 21 pada PT N.
terutang atasTuan M menerima
penghasilan atau memperoleh
yang diterima penghasilan
atau diperoleh Tuan P padaharian
bulanberdasarkan
Desember 2024,
dihitung
jumlah unit berdasarkan
TV yang tarifdengan
diperbaiki efektif bulanan
besarankategori A sebesar
penghasilan 20%.
yang diterima atau diperoleh adalah
sebesar
b. Rp300.000,00 per unit
Besarnya pemotongan PPhTV. Tuan
Pasal M menyelesaikan
21 sebesar perbaikan
20% x Rp 60.000.000,00 TV sebanyak 10 buah dalam sehari
= Rp12.000.000,00.
dan menerima atau memperoleh penghasilan sebesar Rp 3.000.000.
Penghitungan PPh Pasal 21 menggunakan tarif Pasal 17 UU PPh : 5% x 50% x Rp 3 Juta = Rp 75.000
SIMULASI TER A
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh
Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024,
dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%.
b. Besarnya pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 20% x Rp 60.000.000,00 = Rp12.000.000,00.
SIMULASI TER B
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh
Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024,
dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%.
b. Besarnya pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 20% x Rp 60.000.000,00 = Rp12.000.000,00.
SIMULASI TER C
PEMBAHASAN
a. Berdasarkan status PTKP (TK/0) dan jumlah bruto honorarium sebesar Rp60.000.000,00, besarnya PPh
Pasal 21 terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Tuan P pada bulan Desember 2024,
dihitung berdasarkan tarif efektif bulanan kategori A sebesar 20%.
b. Besarnya pemotongan PPh Pasal 21 sebesar 20% x Rp 60.000.000,00 = Rp12.000.000,00.