Anda di halaman 1dari 4

3.

Objek PPh Pasal 21


a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. Seperti, gaji pokok yang
diterima ditiap bulan.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai pension. penghasilan
sehubungan dengan industri yang diterima secara sekaligus berupa uang
pesangon, uang manfaat industri, tunjangan hari tua.
c. Penghasilan pegawai tidak tetap, berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah industri atau upah yang dibayarkan secara bulanan
d. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
e. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

4. Bukan Objek PPh pasal 21


a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,
merupakan penerimaan.
c. Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
d. Beasiswa yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
246/PMK.03/2008 sebagaimana dirubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan No.154/PMK.03/2009 mengatakan Beasiswa yang dikecualikan dari
Obyek Pajak Penghasilan (PPh) adalah Beasiswa yang diterima atau diperoleh
Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka
mengikuti pendidikan formal dan/atau pendidikan non formal yang dilaksanakan
di dalam negeri dan/atau di luar negeri.
5. Tarif PPh Pasal 21
a. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

1. Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015. Pegawai


tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan sebesar Penghasilan Netto
dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru. Sementara pegawai
tidak tetap dikenakan sebesar Penghasilan Bruto dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
2. Sedangkan untuk pegawai yang termuat dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c, dikenakan sebesar 50% atas PKP
dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP dalam satu bulan.

b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Berdasarkan PMK 101/2016 tersebut, Wajib Pajak tidak akan dikenakan


pajak penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan atau tidak
lebih dari Rp54.000.000 dan tambahan besar PTKP yang disesuaikan dengan
status WP.

Dalam UU HPP, besar PTKP tidak berubah, yakni:

1. Rp54.000.000 per tahun / Rp4,5 juta per bulan untuk diri Wajib Pajak
Orang Pribadi lajang tanpa tanggungan.
2. Tambahan Rp4.500.000 untuk Wajib Pajak yang kawin.
3. Rp54.000.000 untuk istri yang memiliki jumlah penghasilan tersebut telah
digabung dengan penghasilan suami.
4. Tambahan Rp4.500.000 untuk setiap anggota keluarga kandung serta
keluarga dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

c. Tarif Pajak Progresif PPh Pribadi Pasal 21


Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU PPh, perhitungan tarif pajak pribadi
menggunakan tarif progresif dengan tarif pajak progresif tertinggi 30%. Dalam
RUU HPP yang di dalamnya merevisi beberapa undang-undang perpajakan
salah satunya UU PPh, maka tarif pajak progresif atau PPh 21 pribadi berapa
persen untuk mengetahui besaran PPh Terutang adalah sebagai berikut:
Lapisan Rentang Penghasilan Tarif Rentang Penghasilan Tarif
Tarif (UU PPh) (RUU HPP)

I 0 – Rp50 juta 5% 0 – Rp60 juta 5%

II >Rp50-250 juta 15% >Rp60 – 250 juta 15%

III >Rp250-500 juta 25% >Rp250 – 500 juta 25%

IV >Rp500 juta 30% >Rp500 juta – 5 miliar 30%

6. Contoh Soal PPh Pasal 21


1. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 75.000.000

a. Pajak penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang memilki NPWP
adalah:
5% x Rp.60.000.000 = Rp.3.000.000
15% x Rp.15.000.000 = Rp.2.250.000
Jumlah = Rp.5.250.000
b. Pajak penghasilan yang harus dipotong bagi wajib pajak yang tidak memilki
NPWP adalah:
5% x 120% x Rp.60.000.000 = Rp.3.600.000
15% x 120% x Rp.15.000.000 = Rp.2.700.000
Jumlah = Rp.6.300.000

Wajib pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan 20% lebih besar dibanding
wajib pajak yang memiliki NPWP.

2. Tommy Hakim merupakan pegawai tetap yang bekerja di Universitas Nusantara. Ia


memperoleh gaji sebulan berupa gaji pokok sebesar Rp 6.000.000. Tommy Hakim
membayar iuran pension sebesar Rp 100.000. Tommy sudah menikah namun belum
mempunyai anak.

Perhitungan PPh pasal 21

Gaji sebulan Rp 6.000.000

Pengurangan;

1. Biaya jabatan (5% x Rp 6.000.000) (Rp 300.000)


2. Iuran pension (Rp 100.000)

Penghasilan netto sebulan Rp 5.400.000


Penghasilan netto setahun 12 x Rp 5.400.0000 Rp 67.200.000

PTKP (K/-) :

1. Untuk diri wajib pajak Rp. 54.000.000


2. WP menikah Rp 4.500.000

(Rp 58.500.000)
Penghasilan kena pajak Rp 8.700.000

PPh pasal 21 setahun:5% x Rp 8.700.000 Rp 435.000

PPh pasal 21 sebulan: Rp 435.000/12 Rp 36.250

Anda mungkin juga menyukai