Anda di halaman 1dari 25

MENGHITUNG PAJAK

PENGHASILAN Pasal 21
Maria dewi. MM
Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh 21 merupakan pajak yang dilewatkan terhadap wajib


pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Penghasilan yang
dimaksud meliputi upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pemotongan Pajak Penghailan Pasal 21

• Pemotongan PPh Pasal 21 adalah wajib pajak orang pribadi


atau badan termasuk Bentuk Usaha Tetap yang mempunyai
kewajiban melakukan pemotongan pajak atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.
Pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan peraturan Dirjen
Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
Penerima Penghasilan (Wajib Pajak Pasal 21)

1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pension atau uang manfaat pension,
tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.
3. Bukan pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetapdan
pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh
penghasilan.
4. Anggota dewan komisaris atau dengan pengawas yang tidak
merangkap sebagai pegawai tetap.
5. Mantan pegawai.
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilansehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan.
Menghitung PPh

• Pajak penghasilan yang terutang dihitung


dengan mengalikan tarif tertentu terhadap
dasar pengenaan pajak.Dalam pembahasan
Pajak Penghasilan, dasar pengenaan pajak
disebut dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP.
Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21

𝑷 𝒉𝑷𝒂𝒔 𝒍𝟐𝟏=𝑻𝒂𝒓𝒊𝒇𝒙𝑫𝒂𝒔 𝒓𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂 𝒏𝑷𝒂𝒋 𝒌


Contoh Perhitungan PPh
Contoh:
• Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tuan Akbar pada 2016 adalah Rp.
45.000.000,-
• Pajak Penghasilan Yang Terutang :
5% x Rp. 45.000.000,- = Rp. 2.250.000,-

• Jumlah Penghasilan kena Pajak Tuan Chika pada 2016 adalah Rp.
200.000.000,-
• Pajak Penghasilan yang Terutang:
• 5% x Rp. 50.000.000 = Rp 2.500.000
• 15% x Rp. 150.000.000 = Rp. 22.500.000,-
Rp. 25.000.000,-
Contoh Wajib Pajak Badan
• Perhitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak
Badan Dalam negeri dan bentuk usaha tetap dengan
jumlah penghasilan kena pajak Rp 1.250.000.000,-
• Pajak penghasilan yang terutang :
28% x 1.250.000.000 = Rp 350.000.000
• Contoh dimaksud akan menggunakan tariff pajak
25% apabila tahun pajaknya tahun 2010 dan
seterusnya, pajak terutang menjadi
25% x Rp 1.250.000.000 = Rp 312.500.000
Menghitung Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

• Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Wajib


Pajak yang memiliki dan Tidak memiliki NPWP
• Contoh: Penghasilan kena pajak sebesar Rp
75.000.000 .Pajak yang harus dipotong Wajib
Pajak yang memiliki NPWP:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 25.000.000 = Rp 3.750.000
• Jumlah Rp 6.250.000
• Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika
Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp 50.000.000 Rp 3.000.000
15% x 120% x Rp 25.000.000 Rp 4.500.000
• Jumlah Rp 7.500.000
Tarif Pajak penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak yang Memiliki
NPWP dan Tidak memiliki NPWP

• Tarif pajak yang digunakan sebagai tarif pemotongan


atau penghasilan yang terutang pajak penghasilan
pasal 21 yaitu tarif pajak sebagaimana diatur dalam
Pasal 17 ayat (1) Undang – Undang Pajak
Penghasilan, kecuali ditetapkan lain dengan
peraturan pemerintah.
• Bearnya tarif Pajak Peneghasilan Pasal 21 yang
diterapkan terhadap Wajob Pajak yang tidak memiliki
NPWP menjadi lebih tinggi 20% daripada tarif yang
ditetapkan
Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh
Pasal 21/26

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21


ditentukan sebagai berikut:
1. Penghasilan kena pajak
2. Penghasilan Bruto
3. Sebesar 50% dari penghasilan bruto
4. Sebesar 50% dari jumlah komulatif penghasilan
bruto
TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21

• Penghasilan bruto
 
• Gaji bulanan Rp xxx 
• Tunjangan PPh Rp xxx
• Tunjangan dan honorarium lainnya Rp xxx
• Premi JKK, JK, JHT, JPK, dibayar pemberi kerja Rp xxx 
• Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja Rp xxx
• Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan pemotongan PPh Psl 21 Rp xxx
• Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1 s.d 6)  Rp xxx
Pengurangan  
• Biaya jabatan (5%x penghasilan bruto, maksimal Rp 500.000 sebulan) Rp xxx 
• Iuran pension atau iuran THT/HT(yang dibayar oleh penerima penghasilan) Rp xxx 
• Jumlah pengurangan (jumlah 8+9)  Rp xxx
Perhitungan PPh Pasal 21 
• Penghasilan netto sebulan (7-10) Rp xxx
• Penghasilan netto setahun/disetahunkan (11x12bulan)  Rp xxx
• Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp xxx
• Penghasilan Kena Pajak setahun Rp xxx
• PPh Pasal 21 yang terutang (14xtarif Pasal 17 ayat (1)huruf a Rp xxx
• PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan (15 + 12 ) bulan Rp xxx
Pegawai Tetap dengan gaji Bulanan
Contoh:
• Tommy Hakim bekerja di Universitas
Nusantara . Ia memperoleh gaji sebulan
berupa gaji pokok Rp 6.000.000. Tommy
Hakim membayar iuran pensiun sebesar Rp
100.000. Tommy sudah menikah, tetapi belum
mempunyai anak.
Gaji bulanan Rp 6.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan(5%x Rp6.000.000) Rp 300.000
1. Iuran pensiunan Rp 100.000
Rp 400.000
Penghasilan Netto sebulan Rp 5.600.000
Penghasilan netto setahun 12 x Rp 67.200.000
Rp5.600.000 PTKP (K/-)

- Untuk diri Wajib Pajak Rp 54.000.000


- Tambahan WP menikah Rp 4.500.000
Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 8.700.000
PPh Pasal 21 setahun : 5% x Rp 435.000
Rp8.700.000

PPh Pasal 21 sebulan : Rp 36.250


Rp435.000 : 12
• Catatan:
1. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkandari
penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap
tanpa memandang mempunyai jabatan ataupun tidak
2. Contoh tersebut berlaku apabila pegawai yang
bersangkutan sudah memiliki NPWP, dalam hal pegawai yang
bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21
yang harus dipotong adalah sebesar:
120% x Rp 36.250,- = Rp 43.500,-
Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan

1. Bambang Yuliawan pegawai di perusahaan PT Yasa Buana, ia


berstatus menikah tanpa anak dan memperoleh gaji Rp
10.000.000 sebulan serta tunjangan – tunjangan Rp 4.000.000,
sebulan. PT Yasa Buana mengikuti program BPJS
Ketenagakerjaan, premi jaminan Kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing – masing 0,50% dan 0,30% dari gaji.
PT Yasa bUana menanggung iuran jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2% dari gaji setiap
bulan. Disamping itu PT Yasa Buana juga mengikuti program
pensiun bagi para pegawainya. PT Yasa Buana membayar iuran
pensiun untuk Bmabang Yuliawanke dana pensiun, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap
bulan sebesar Rp 100.000,, sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran pensiunan sebesar Rp 80.000,-
• Penghasilan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji Sebulan Rp 10.000.000
Tunjangan – tunjangan Rp 4.000.000
Premi jaminan kecelakaan kerja: 0,5% x Rp 50.000
Rp10.000.000
Premi jaminan kematian:0,3% x Rp10.000.000 Rp 30.000
Penghasilan bruto sebulan Rp 14.080.000,
Pengurangan:
1. Biaya jabatan 5%xRp14.000.000, =Rp704.000
Maksimal diperbolehkan
2. Iuran pensiunan Rp 500.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 80.000
Rp 200.000
Penghasilan neto sebulan Rp 780.000
Penghasilann neto sebulan: 12xRp13.300.000 Rp 13.300.000
PTKP (K/-) Rp 159.600.000
- Untuk diri Wajib Pajak
- Tambahan Wajib Pajak Menikah Rp 54.000.000
Rp 4.500.000
Rp 58.800.000
Rp 101.100.000
Lanjutan

Penghasilan kena Pajak


PPhPasal 21 setahun
5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000,-
15% x Rp 51.100.000,- Rp 7.665.000,-
Rp 10.165.000
PPh Pasal 21sebulan Rp Rp 10.165.000 : 12 = Rp
847.083
Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan

• Seorang Dokter bernama dr. Danang (menikah dan


mempunyai 3 anak kandung) adalah seorang dokter
spesialis kandungan yang bekerja sebagi pegawai tetap
dirumah sakit swasta Sehat Sentosa dengan gaji bulanan Rp
20.000.000. Pada bulan Agustus 2016, ia menerima
pembayaran dari rumah sakit sehat sentosa berupa gaji Rp
20.000.000 dan menerima jasa medis sebagai dokter yang
bersumber dari pasien sebesar Rp 25.000.000. Ia
membayar iuran pensiun sebesar Rp.200.000 setiap bulan.
• Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan dari dr Danang
dari Rumah Sakit Sehat Sentosa pada Agustus 2016 adalah:
Gaji sebulan Rp 20.000.000
Penghasilan bruto sebulan Rp 20.000.000
Pengurangan
1. Biaya Jabatan 5% x Rp 20.000.000 = Rp 500.000
Rp 1.000.000, maksimal
diperbolehkan
1. Iuran pensiunan Rp 200.000
Rp 700.000
Penghasilan netto sebulan Rp 19.300.000
Penghasilan netto setahun 12 x Rp Rp 231.600.000
19.300.000
PTKP (K/3)
Untuk WP sendiri Rp 54.000.000
Tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Tambahan 3 orang tanggungan Rp 13.500.000
Rp 72.000.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 159. 600.000

PPh Pasal 21 terutang setahun

- 5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
- 15% x Rp 109.600.000 Rp 16.440.000
Rp 18.940.000

Catatan: Perhitungan PPh Pasal 21 atas jasa medis yang diterima oleh dokter Danang dihitung sebgai
penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang mempunyai NPWP atas penghasilan yang
berkesinambungan
Penghasilan tetap dengan gaji mingguan dan gaji harian

• Kuncoro menikah dan belum mempunyai anak, bekerja


sebagai pegawai tetap yang telah memilki NPWP pada PT
Cemerlang menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar RP
2.000.000,-
• Perhitungan PPh sebagai berikut:
Gaji sebulan
4 x Rp 2.000.000,- Rp 8.000.000,-
Pengurangan:
Biaya jabatan
55 x Rp 8.000.000,- Rp 400.000,-
Penghasilan netto sebulan Rp 7.600.000,-
Penghasilan netto setahun
12 x Rp 7.600.000,- Rp 91.200.000,-
PTKP (K/0) setahun
- Untuk wajib pajak sendiri Rp 54.000.000
- Tambahan wajib pajak kawin Rp 4.500.000,-
Rp 58.500.000.-
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 32.700.000,-
PPh Pasal 21 Terutang setahun
5% x Rp 32.700.000,- = Rp 1.635.000,-
PPh Psal 21 sebulan
!/12 x Rp1.635.000,- = Rp 136.250,-
PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan
¼ x Rp 136.250,- = Rp 34.060,-
Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas
Penghasilan Yang Diterima Peserta Kegiatan

Tata cara perhitungan PPh Pasal 21


Bambang seorang pemain bulu tangkis professional
yang bertempat tinggal di Indonesia. Bambang
menjuarai turnamen Indonesia terbuka dan
memperoleh hadiah sebesar Rp 200.000.000
PPh Pasal 21 y1ng terutang atas hadiah turnamen
Indonesia terbuka tersebut.
5% x Rp50.000.000 Rp 2.500.000
15% x Rp150.000.000 Rp 22.500.000
Total PPh Pasal 21 Rp 25.000.000
Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 26 Atas Penghasilan Pegawai Dengan Status
Wajib Pajak Luar Negeri yang memperoleh Gaji Sebagian Atau Seluruhnya Dalam
Mata Uang Asing

Pemotongan PPh Pasal 26 terhadap WP Luar Negeri perlu


diperhatikan sebagai berikut:
•Dalam hal pegawai dengan status WP luar negeri memperoleh
gaji sebagian atau seluruhnya dalam rangka mata uang asing
sebelum PPh dihitunng terlebih dahulu harus dikonversi dalam
mata uang rupiah.
•PPh Pasal 26 yang terutang dihitung – hitung berdasarkan
jumlah penghasilan bruto, dan tidak boleh diperhiungkan
pengurangan – pengurangan seperti biaya jabatan dan PTKP.
Willian pegawai asing yang berada di Indonesia kurang dari
183 hari. Ia berstatus menikah dan mempunyai 2 orang anak dan
memperoleh gaji pada bulan Maret 2016 sebesar U$$ 2.500
sebulan. Kurs Menteri Keuangan pada saat pemotongan sebesar
Rp 13.500 untuk kurs U$$ 1.00
Perhitungan PPh Pasal 26
Penghasilan Bruto berupa gaji sebulan:
U$$2.500 x Rp13.500 = Rp 33.750.000
PPh Pasal 26 terutang:
20% x Rp33.750.000 = Rp 6.750.000

Anda mungkin juga menyukai