Singkatnya, PPH 21 adalah pajak yang dikenakan untuk setiap penghasilan yang
diperoleh subyek pajak. Subyek pajak disini adalah pihak yang memperoleh
penghasilan. Maka dari itu, setiap karyawan, pegawai, atau pekerja yang memperoleh
gaji wajib membayarkan pajak penghasilan (PPh 21). Perhitungan PPh 21 sendiri
menyesuaikan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak yaitu:
Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan memperoleh
gaji sebulan Rp 5.750.000,- dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 200.000,-. Retto
menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari penghasilan Retto dari PT
Jaya Abadi hanya dari gaji. Perhitungan PPh 21 bulan Januari adalah:
Gaji Rp 5.750.000
Pengurangan:
(5% x Rp 5.750.000)
(12 x Rp 5.262.500)
Rp 232.500
(5% x Rp 4.650.000)
Abdul bekerja di PT Karya Abadi sejak tahun 2015 berstatus menikah dan mempunyai
anak 1. Pada Agustus 2017 Abdul mengundurkan diri dari PT Karya Abadi. Gaji Abdul
setiap bulan adalah Rp. 10.000.000, mendapat tunjangan BPJS Ketenagakerjaan, JKK,
JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan
sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Abdul membayar JHT sebesar 2% dari gaji
pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Berapa PPh 21 Abdul tahun 2017 selama di
PT Karya Abadi?
a. Pajak per bulan selama tahun 2017:
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 124.488.000 = Rp. 6.000.000
(Hasil dari biaya jabatan di atas Rp. 6.224.400 maka yang dipakai
adalah maksimal biaya jabatan setahun Rp. 6.000.000)
BPJS TK: JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 2.400.000
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 3.088.000 = Rp. 463.200
Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Abdul yang telah dipotong PPH 21 sebesar:
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK: JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100
PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 1.957.467
Pada bulan September 201, posisi Abdul diisi oleh Umar. PT Karya Abadi memberikan
gaji setiap bulan sebesar Rp. 7.500.000, mendapat tunjangan BPJS Ketenagakerjaan
JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan
sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Umar membayar JHT sebesar 2% dari gaji
pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Umar belum menikah. Berapa PPh 21 Umar
tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
Gaji Pokok dari bulan Sept – Des 2017: Rp. 7.500.000 x 4 = Rp. 30.000.000
BPJS TK:
Pengurang
Biaya Jabatan: 5%x Rp. 31.362.000 = Rp. 1.568.100
BPJS TK: JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 29.193.900
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 94.086.000 = Rp. 4.704.300
BPJS TK: JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 1.800.000
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 33.581.700
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 33.581.000 = Rp. 1.679.050