Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK I

Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 tentang Pajak


Penghasilan Pasal 21, pengertian dari PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi subyek pajak dalam negeri.

Status Kena Wajib Pajak Jumlah Per Tahun Jumlah Per Bulan

Pribadi Rp 54.000.000 Rp 4.500.000

Kawin (Tanpa Tanggungan) Rp 4.500.000 Rp 375.000

Setiap Anggota Keluarga


Sedarah dan Dalam Garis
Rp 4.500.000 Rp 375.000
Keturunan Lurus (Tanggungan)
maksimal 3 (tiga) orang
Contoh Soal I :
Pak andi pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT
Jaya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp
5.750.000,- dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
200.000,-. Pak andi menikah tetapi belum mempunyai
anak. Pada bulan Januari penghasilan Pak andi dari PT
Jaya Abadi hanya dari gaji. Perhitungan PPh 21 bulan
Januari adalah:
Gaji Rp5.750.000
Pengurangan:

1. Biaya Jabatan

(5% x Rp 5.750.000) Rp287.500

2. Iuran Pensiun Rp200.000


Jumlah Pengurang Per Bulan Rp487.500
Penghasilan Neto Sebulan Rp5.262.500
Penghasilan Neto Setahun
Rp63.150.000
(12 x Rp 5.262.500)
PTKP Setahun

– Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp54.000.000 Rp 58.500.000-

– Tambahan karena Menikah Rp4.500.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp4.650.000

PPh Pasal 21 Terutang

(5% x Rp 4.650.000) Rp232.500


PPh Pasal 21 bulan Januari
Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan Keluar Tengah
Tahun
Contoh Soal 2 :
Abdul bekerja di PT Karya Abadi sejak tahun 2015 berstatus
menikah dan mempunyai anak 1. Pada Agustus 2017 Abdul
mengundurkan diri dari PT Karya Abadi. Gaji Abdul setiap
bulan adalah Rp. 10.000.000, mendapat tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan, JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30%
dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan sebesar 4% yang
ditanggung perusahaan. Abdul membayar JHT sebesar 2% dari
gaji pokok dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Berapa PPh 21
Abdul tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
a. Pajak per bulan selama tahun 2017:

Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 12 = Rp. 120.000.000


BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 288.000
JKM : (0,30% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 360.000

BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 12 = Rp. 3.840.000


(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 124.488.000
(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan Tarif Pajak Penghasilan Pph
Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1,
Pengurang Undang-Undang No. 36 tahun
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 124.488.000 = Rp. 6.000.000 2008, :
(Hasil dari biaya jabatan di atas Rp. 6.224.400 maka yang dipakai Penghasilan Netto Kena Tarif
Pajak Pajak
adalah maksimal biaya jabatan setahun Rp. 6.000.000) Sampai dengan 50 juta 5%
BPJS TK: 50 juta sampai dengan 15%
250 juta
JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 2.400.000 250 juta sampai dengan 25%
500 juta
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 116.088.000 Diatas 500 juta 30%

(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)

Rp 124.488.000-6.000.000-2.400.000= Rp. 116.088.000


PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan Neto setahun: Rp. 116.088.000
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 53.088.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 53.088.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 53.088.753 maka
Pembulatan = Rp. 53.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya kebetulan memiliki
PKP dan Pembulatan yang sama)
Tarif Pajak Penghasilan Pph Pasal 21
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, Undang-Undang No. 36 tahun 2008, :
Perhitungan PPh 21 Penghasilan Netto Kena Tarif
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000 Pajak Pajak
Sampai dengan 50 juta 5%
15% x Rp. 3.088.000 = Rp. 463.200 50 juta sampai dengan 15%
250 juta
PPh 21 Setahun = Rp. 2.963.200
250 juta sampai dengan 25%
PPh 21 Sebulan = Rp. 2.963.200 : 12 = Rp. 246.933 500 juta
Diatas 500 juta 30%

Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Abdul yang telah dipotong PPH 21 sebesar:
Rp. 246.933 x 8 = Rp. 1.975.467
b. PPh 21 dari Penghasilan Sebenarnya sampai bulan Agustus 2017:
Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 8 = Rp. 80.000.000

BPJS TK:
JKK: (0,24% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 192.000
JKM: (0,30% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 240.000
BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 8 = Rp. 2.560.000
(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 82.992.000
(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 77.242.400
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Penghasilan Neto setahun: Rp. 77.242.400
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 14.242.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 14.242.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 15.088.753 maka Pembulatan
= Rp. 15.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan
yang sama)

Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100
PPh 21 sebenarnya sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 712.100
PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 1.957.467
Jadi Abdul lebih bayar sebesar:
Rp. 1.957.467 – Rp. 712.100 = Rp. 1.245.367
(pajak lebih bayar ini diberikan kepada Abdul beserta pemberian bukti pemotongan PPh 21 (A1)
dan PT Karya Abadi membuat pembetulan)
Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan masuk Tengah
Tahun
Contoh Soal:
Pada bulan September 201, posisi Abdul diisi oleh Umar.
PT Karya Abadi memberikan gaji setiap bulan sebesar
Rp.7.500.000, mendapat tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%,
0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan
sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Umar
membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS
Kesehatan sebesar 1%. Umar belum menikah. Berapa
PPh 21 Umar tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
Penyelesaian
A. Pajak per bulan selama tahun 2017

Pajak Perbulan selama tahun 2017


Gaji Pokok dari bulan Sept – Des 2017: Rp. 7.500.000 x 4 = Rp. 30.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 72.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 90.000
BPJS KES: (4% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 1.200.000
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 31.362.000

Pengurang
Biaya Jabatan: 5%x Rp. 31.362.000 = Rp. 1.568.100
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 29.193.900
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 0
(tidak dikenakan pajak, karena Penghasilan Neto Setahun lebih kecil dari PTKP)
B. Pajak per bulan selama tahun 2018
Gaji Pokok: Rp. 7.500.000 x 12 = Rp. 90.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 216.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 270.000

BPJS KES: (4% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 3.600.000


Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 94.086.000

Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 94.086.000 = Rp. 4.704.300
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 1.800.000

Penghasilan Neto Setahun = Rp. 87.581.700


(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 33.581.700
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 33.581.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 33.088.753 maka
Pembulatan = Rp. 33.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya kebetulan memiliki
PKP dan Pembulatan yang sama)

Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 33.581.000 = Rp. 1.679.050
PPh 21 Setahun = Rp. 1.679.050

PPh 21 Sebulan = Rp. 1.679.050 : 12 = Rp. 139.921


Contoh Perhitungan Pajak PPh Badan Dengan Peredaran Bruto Diatas Rp.4.800.000.000,00
sampai dengan Rp.50.000.000.000,00 Untuk Tahun Pajak 2017 apabila Peredaran Bruto Pada
Tahun Pajak 2016 jumlahnya lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 :
Contoh Soal :

PT Asia Baja Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang
Penjualan Besi dan Baja.Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2016 sebesar
Rp 6.245.753.000,00 . Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2017 sebesar
Rp 7.256.458.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00

Penghitungan Pajak Penghasilan terutang :

 Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp
6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan adalah
berdasarkan Pasal 17dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.

 Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2017 sebesar Rp
7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan dihitung
dengan cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan dengan mendapatkan
fasilitas pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan pengurangan 50 % yang dihitung dari
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
765.459.000 - 506.335.625 = 259.123.375

Pajak Penghasilan yang terutang :


Pajak Penghasilan yang mendapat fasilitas :
25 % x 50 % x 506.335.625 = 63.291.875
Pajak Penghasilan yang tidak mendapat fasilitas :
25% x 259.123.375 = 64.780.750.

Total PPh Badan Terutang :


63.291.875 + 64.780.750 = 128.072.625

Anda mungkin juga menyukai