Status Kena Wajib Pajak Jumlah Per Tahun Jumlah Per Bulan
1. Biaya Jabatan
Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Abdul yang telah dipotong PPH 21 sebesar:
Rp. 246.933 x 8 = Rp. 1.975.467
b. PPh 21 dari Penghasilan Sebenarnya sampai bulan Agustus 2017:
Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 8 = Rp. 80.000.000
BPJS TK:
JKK: (0,24% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 192.000
JKM: (0,30% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 240.000
BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 8 = Rp. 2.560.000
(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 82.992.000
(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 77.242.400
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100
PPh 21 sebenarnya sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 712.100
PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 1.957.467
Jadi Abdul lebih bayar sebesar:
Rp. 1.957.467 – Rp. 712.100 = Rp. 1.245.367
(pajak lebih bayar ini diberikan kepada Abdul beserta pemberian bukti pemotongan PPh 21 (A1)
dan PT Karya Abadi membuat pembetulan)
Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan masuk Tengah
Tahun
Contoh Soal:
Pada bulan September 201, posisi Abdul diisi oleh Umar.
PT Karya Abadi memberikan gaji setiap bulan sebesar
Rp.7.500.000, mendapat tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%,
0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan
sebesar 4% yang ditanggung perusahaan. Umar
membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS
Kesehatan sebesar 1%. Umar belum menikah. Berapa
PPh 21 Umar tahun 2017 selama di PT Karya Abadi?
Penyelesaian
A. Pajak per bulan selama tahun 2017
Pengurang
Biaya Jabatan: 5%x Rp. 31.362.000 = Rp. 1.568.100
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 29.193.900
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 0
(tidak dikenakan pajak, karena Penghasilan Neto Setahun lebih kecil dari PTKP)
B. Pajak per bulan selama tahun 2018
Gaji Pokok: Rp. 7.500.000 x 12 = Rp. 90.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 216.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 270.000
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 94.086.000 = Rp. 4.704.300
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 1.800.000
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 33.581.000 = Rp. 1.679.050
PPh 21 Setahun = Rp. 1.679.050
PT Asia Baja Perkasa adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang
Penjualan Besi dan Baja.Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2016 sebesar
Rp 6.245.753.000,00 . Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2017 sebesar
Rp 7.256.458.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp
6.245.753.000,00 . atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan adalah
berdasarkan Pasal 17dan 31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan.
Karena Peredaran Bruto PT Asia Baja Perkasa dalam Tahun Pajak 2017 sebesar Rp
7.256.458.000,00 atau melebihi Rp.4.800.000.000,00, maka Perhitungan PPh Badan dihitung
dengan cara Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif Pajak penghasilan dengan mendapatkan
fasilitas pengurangan 50 % dan yang tidak mendapatkan pengurangan 50 % yang dihitung dari
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.765.459.000,00
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
4.800.000.000 x 765.459.000 = 506.335.625
7.256.458.000
Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :
765.459.000 - 506.335.625 = 259.123.375