Anda di halaman 1dari 5

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan

B.     Akuntansi Belanja
Dalam manajemen anggaran, pada prinsipnya belanja baru dapat dibayarkan setelah barang/jasa yang dibeli
diterima Pemerintah. Pembayaran belanja dapat dilakukan secara langsung (LS) atau melalui dana kas kecil yang
diberikan kepada para bendahara pengeluaran.
  Pembayaran langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika jumlah, peruntukan, dan penerimanya sudah
pasti. Dokumen sumber untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan Surat Perintah Pencairan
Dana Langsung (SP2D LS).
Contoh:
pembayaran gaji pegawai bulan Juni 2006 dengan SP2D LS sebesar Rp50 juta. Dari  jumlah tersebut terdapat potongan
PPh, Askes, Taspen, dan Taperum sebesar Rp3 juta.
Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut adalah:

SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Pegawai 50 juta
     Piutang dari BUD 50 juta
(Untuk mencatat  belanja pegawai)

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Pegawai 50 juta
     Kas di Kas Daerah 50 juta
(Untuk mencatat  belanja pegawai)
Kas di Kas Daerah 3 juta
     Penerimaan PFK 3 juta

Potongan atas pembayaran yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan pihak lain dicatat sebagai penerimaan
PFK, sebaliknya pada saat disetorkan kepada pihak lain yang berhak dicatat sebagai Penyetoran PFK. Penerimaan dan
penyetoran PFK ini bukan transaksi anggaran tetapi dalam istilah keuangan dikenal sebagai transaksi transito. Oleh
karena itu penerimaan/pengeluaran PFK tidak disajikan dalam LRA tetapi disajikan dalam Laporan Arus Kas.
Contoh:
Apabila potongan sebesar Rp3 juta di atas disetor ke Kas Negara akan dijurnal:

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Pengeluaran PFK 3 juta
     Kas di Kas Daerah 3 juta
(Untuk mencatat penyetoran PFK)

            Apabila terdapat belanja untuk perolehan aset tetap atau aset lainnya, maka pada saat terjadi pembayaran tidak
hanya dilakukan pencatatan belanja tetapi sekaligus perolehan asetnya. Pencatatan aset tetap yang diperoleh dapat
dilakukan dengan menggunakan jurnal pendamping yang seringkali dikenal sebagai jurnal korolari.
Contoh:
Dibeli mesin fotocopy seharga Rp60 juta dari PT Tritanu dan sudah dibayar secara langsung dengan SP2D LS pada
tanggal 30 Mei 2006.
Jurnal untuk pembelian mesin fotocopy tersebut adalah:

SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 60 juta
     Piutang dari BUD 60 juta
(Untuk mencatat realisasi belanja modal)
Peralatan dan Mesin 60 juta
   Diinvestasikan dalam Aset Tetap 60 juta
(Untuk mencatat perolehan mesin fotocopy)
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin 60 juta
     Kas di Kas Daerah 60 juta
(Untuk mencatat realisasi belanja modal)

2.      Pembayaran melalui Dana Kas Kecil


Dana kas kecil digunakan pemerintah untuk membayar keperluan sehari-hari perkantoran. Pada dasarnya
pemerintah menggunakan sistem dana tetap. Dana kas kecil ini disebut Uang Persediaan (UP). Pada saat uang
persediaan diberikan kepada para Bendahara Pengeluaran belum membebani belanja. Belanja baru diakui setelah
pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan dan disahkan oleh unit perbendaharaan, dalam hal ini Kuasa BUD,
ditandai dengan terbitnya SPM GU atau SPM GU Nihil.
Contoh:
Diberikan uang persediaan sebesar Rp10 juta kepada Sdr. Zulfikar, Bendahara pengeluaran di Dinas Perindustrian.
Jurnal untuk pemberian uang persediaan tersebut adalah:

SKPD
Tangga Uraian Ref Debet Kredit
l
Kas di Bendahara Pengeluaran 10 juta
     Uang Muka dari BUD 10 juta
(Untuk mencatat pemberian uang
muka kerja)

BUD
Tangga Uraian Ref Debet Kredit
l
Uang Muka Kepada SKPD 10 juta
     Kas di Kas Daerah  10 juta
(Untuk mencatat pemberian uang
muka kerja)

Pada saat dibelanjakan oleh Bendahara Pengeluaran belum diakui sebagai belanja. Pada saat dipertanggungjawabkan
barulah diakui sebagai belanja. Dengan sistem dana tetap, maka dalam tahun berjalan kepada SKPD akan diberikan
SP2D GU sebagai pengganti uang yang telah dibelanjakan sehingga UP di Bendahara Pengeluaran kembali ke jumlah
UP semula.
Contoh:
Dari UP telah dibelanjakan Rp8 juta untuk biaya perjalanan dinas. Pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan ke
SKPKD dan setelah diverifikasi pengeluaran tersebut disetujui. Selanjutnya diberikan pengganti dengan menerbitkan
SP2D-GU sebesar Rp8 juta.
Jurnal untuk pertanggungjawaban UP serta penggantian tersebut adalah:
 SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Barang 8 juta
     Piutang dari BUD 8 juta
(Untuk mencatat  belanja perjalanan
dinas)

BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Barang 8 juta
      Kas di Kas Daerah 8 juta

Dalam hal terdapat kebutuhan pengeluaran kas yang besar, melebihi UP yang tersedia, SKPD dapat mengajukan
permintaan tambahan uang persediaan (TUP) kepada BUD. Perlakuan akuntansi TUP ini adalah seperti dana kas kecil
dengan sistem dana berfluktuasi. TUP ini harus dipertanggungjawabkan dalam waktu 1 (satu) bulan. Terhadap TUP
yang telah dipertanggungjawabkan tidak diberikan penggantian. Sebagai pengesahan atas pertanggungjawaban TUP
diterbitkan SP2D GU Nihil.

Contoh:
Diberikan TUP Rp 25 juta kepada Bendahara Pengeluaan Dinas Perdagangan.
Jurnal untuk pemberian TUP adalah:
SKPD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Bendahara Pengeluaran 25 juta
     Uang Muka dari BUD 25 juta
(Untuk mencatat  TUP)
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Uang Muka ke SKPD 25 juta
      Kas di Kas Daerah 25 juta
(Untuk mencatat  TUP)

Dari TUP tersebut telah dikeluarkan untuk belanja perjalanan dan telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp20 juta dan
telah diterbitkan SP2D GU Nihil.
SKPD
Jurnal 1: untuk mengakui realisasi belanja
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Barang 20 juta
     Piutang dari BUD 20 juta
(Untuk mencatat  belanja perjalanan
dinas)

Jurnal 2: untuk mengurangi uang muka


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Uang muka dari BUD 20 juta
     Kas di Bendahara Pengeluaran 20 juta
(Untuk mencatat  belanja perjalanan
dinas)
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Belanja Barang 20 juta
      Uang Muka ke SKPD 20 juta
Pemerintah pada umumnya mengeluarkan ketentuan tentang batas akhir penerbitan SP2D GU sebagai pengganti UP
yang telah dikeluarkan oleh Bendahara Pengeluaran. Pertanggungjawaban atas pengeluaran UP yang telah melewati
batas akhir penerbitan SP2D GU tidak diberikan penggantian kas. Pengesahan atas pertanggungjawaban pengeluaran
akan diterbitkan SP2D GU Nihil. Sisa UP pada akhir tahun anggaran disetor kembali ke rekening Kas Umum
Daerah. Sebagai bukti penyetoran akan diperoleh Surat Tanda Setoran (STS). Demikian pula sisa TUP, apabila
kegiatan sudah selesai maka sisa TUP harus disetor kembali ke rekening Kas Umum Daerah.
Contoh:
Dari UP sejumlah Rp10 juta telah dibelanjakan Rp 9 juta untuk belanja barang dan jasa. Pengeluaran ini
dipertanggungjawabkan pada tanggal 27 Desember 2005. Terhadap pengeluaran ini tidak diberikan penggantian UP,
tetapi diterbitkan SPM dan SP2D GU Nihil.
Jurnal  SPM dan SP2D GU Nihil, adalah:
SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Belanja Barang 9 juta
Piutang dari BUD 9 juta
Uang Muka dari BUD 9 juta
Kas di Bendahara Pengeluaran 9 juta
BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Belanja Barang 9 juta
Uang muka ke SKPD 9 juta
Terhadap sisa UP akan disetor kembali ke rekening Kas Umum Daerah.
Contoh:
Sisa UP untuk contoh di atas adalah Rp1 juta. Jumlah tersebut disetor ke Kas Daerah pada tanggal 2 Januari 2006.
Jurnal untuk setoran sisa UP adalah:
SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Uang Muka dari BUD 1 juta
   Kas di Bendahara Pengeluaran 1 juta
BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Kas di Kas Daerah 1 juta
   Uang Muka ke SKPD 1 juta
3. Penerimaan Kembali Belanja
Walaupun pembayaran belanja telah dilakukan secara hati-hati, namun kadang-kadang terjadi
kesalahan/kelebihan sehingga ada koreksi atau penerimaan kembali belanja di kemudian hari. Koreksi atas 
pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai
pengurang belanja pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran
belanja dibukukan dalam Pendapatan lain-lain PAD.
Contoh:
Pada bulan Juni 2006 diterima kembali belanja pegawai bulan Maret 2006 sejumlah Rp2 juta.
Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah:
SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Piutang dari BUD 2 juta
     Belanja Pegawai 2 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja pegawai)
BUD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Kas di Kas Daerah 2 juta
     Belanja Pegawai 2 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja pegawai)

Contoh:
Pada bulan Juni 2006 diterima pengembalian belanja perjalanan dinas sejumlah Rp5 juta dari seorang pegawai yang
dibayarkan pada tahun 2005.
Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah:
SKPD

Tanggal Uraian Ref Debet Kredit


Utang kepada BUD 5 juta
     Pendapatan lain-lain PAD 5 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas tahun lalu)
BUD
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
Kas di Kas Daerah 5 juta
     Pendapatan Lain-lain PAD 5 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja perjalanan dinas tahun lalu)

Anda mungkin juga menyukai