Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERPAJAKAN

“CONTOH PERHITUNGAN PPH 21 & 22”

OLEH :
ZANUBA ARIFAH HADJIM
170330254
AKUNTANSI A

PROGRAM STUDI AUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
2019
Berdasarkan Undang-Undang, PPh tak hanya Pph Pasal 22 saja,
tetapi juga ada PPh 21 dan Pph 23. PPh Pasal 22 dikenakan kepada
badan-badan usaha tertentu, baik milik Pemerintah maupun swasta, yang
melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor, dan re-impor.

Bedanya dengan PPh lain, objek pajak pada PPh 22 sangat bervariasi,
termasuk juga dengan objek kena pajaknya yang beragam. Sementara
untuk PPh Pasal 21, yang menjadi objek pajaknya adalah gaji,
honorarium, upah, ataupun tunjangan dan penerimaan apa pun yang
terkait dengan jabatan atau pemberian jasa. Sementara pada PPh Pasal
23, objek pajaknya adalah modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan selain yang terkena potongan PPh Pasal 21.

Contoh Perhitungan Pph Pasal 21

Contoh 2

Arifah adalah seorang manajer keuangan. Dia menerima gaji setiap bulan
sebesar Rp12.000.000. Ditambah tunjangan makan sebesar Rp1.000.000
per bulan dan tunjangan PPh 21 sebesar Rp650.000.

Biaya jabatan yang ditanggung Sinta selama sebulan adalah:

Gaji Bulanan: Rp12.000.000

Tunjangan Makan: Rp1.000.000

Tunjangan PPh 21: Rp650.000

Gaji Bruto Setiap Bulan: Rp13.650.000

Biaya Jabatan: Rp13.650.000 x 0,05 = Rp682.500 (lebih dari tarif


maksimal)
Karena, hasil perhitungan lebih besar dari tarif maksimal yang telah
ditentukan oleh pemerintah, maka biaya jabatan yang Sinta tanggung
sebesar Rp500.000.

Tarif biaya jabatan setahun sebesar:

Total Gaji Setahun: Rp144.000.000

Tunjangan Makan: Rp12.000.000

Tunjangan PPh 21: Rp7.800.000

Gaji Bruto Setiap Tahun: Rp163.800.000

Biaya Jabatan: Rp163.800.000 x 0,05 = Rp8.190.000 (lebih dari tarif


maksimal Rp6.000.000)

Karena penghitungan melebihi tarif maksimal, maka biaya jabatan yang


ditanggung sesuai ketentuan maksimal, yaitu menjadi sebesar
Rp6.000.000.

Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan Keluar Tengah Tahun

Risky bekerja di PT Karya Abadi sejak tahun 2015 berstatus menikah dan
mempunyai anak 1. Pada Agustus 2017 Risky mengundurkan diri dari PT
Karya Abadi. Gaji Risky setiap bulan adalah Rp. 10.000.000, mendapat
tunjangan BPJS Ketenagakerjaan, JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%,
0,30% dan 3,70% dari gaji pokok. BPJS Kesehatan sebesar 4% yang
ditanggung perusahaan. Risky membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok
dan BPJS Kesehatan sebesar 1%. Berapa PPh 21 Risky tahun 2017
selama di PT Karya Abadi?

a. Pajak per bulan selama tahun 2017:

Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 12 = Rp. 120.000.000


BPJS TK:

JKK : (0,24% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 288.000


JKM : (0,30% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 360.000

BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 12 = Rp. 3.840.000


(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)

Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 124.488.000


(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)

Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 124.488.000 = Rp. 6.000.000
(Hasil dari biaya jabatan di atas Rp. 6.224.400 maka yang dipakai
adalah maksimal biaya jabatan setahun Rp. 6.000.000)
BPJS TK:

JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 12 = Rp. 2.400.000

Penghasilan Neto Setahun = Rp. 116.088.000


(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)

PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan Neto setahun: Rp. 116.088.000

PTKP K/1: Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 53.088.000


(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)

Pembulatan = Rp. 53.088.000


(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp.
53.088.753 maka Pembulatan = Rp. 53.088.000. Contoh kasus pada
artikel ini hanya kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)

Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 3.088.000 = Rp. 463.200

PPh 21 Setahun = Rp. 2.963.200


PPh 21 Sebulan = Rp. 2.963.200 : 12 = Rp. 246.933

Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Risky yang telah dipotong PPH 21
sebesar:

Rp. 246.933 x 8 = Rp. 1.975.467

b. PPh 21 dari Penghasilan Sebenarnya sampai bulan Agustus 2017:

Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 8 = Rp. 80.000.000


BPJS TK:

JKK: (0,24% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 192.000


JKM: (0,30% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 240.000
BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 8 = Rp. 2.560.000
(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)

Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 82.992.000


(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)

Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK:

JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000

Penghasilan Neto Setahun = Rp. 77.242.400


(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)

PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000

PTKP K/1 = Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Penghasilan Neto setahun: Rp. 77.242.400

PTKP K/1: Rp. 63.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 14.242.000


(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)

Pembulatan = Rp. 14.242.000


(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp.
15.088.753 maka Pembulatan = Rp. 15.088.000. Contoh kasus pada
artikel ini hanya kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)

Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100

PPh 21 sebenarnya sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 712.100

PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp.


1.957.467

Jadi Risky lebih bayar sebesar:


Rp. 1.957.467 – Rp. 712.100 = Rp. 1.245.367
(pajak lebih bayar ini diberikan kepada Risky beserta pemberian bukti
pemotongan PPh 21 (A1) dan PT Karya Abadi membuat pembetulan)

2.Contoh Perhitungan Pph Pasal 22

CONTOH 3
PT Traktor Bersatu, perusahaan penyewaan alat berat yang
memiliki API, mengimpor alat berat DOZER TRACTOR dari Jerman
dengan harga faktur US$100.000. Biaya asuransi sebesar US$5.000 dan
ongkos angkut sebesar US$25.000. Kurs Tengah BI (BI rate) waktu itu
sebesar Rp 10.000 dan kurs pajak ditetapkan sebesar Rp 9.000 per
US$1. Bea masuk dibayar oleh PT Traktor Bersatu sebesar 30% dari CIF.
Berapa PPh 22 yang harus dibayar dan Buat jurnal atas pembelian ini.

Harga faktur $100.000


Biaya asuransi $ 5.000
Biaya angkut $ 25.000
-------------
CIF $130.000
CIF dalam rupiah $130.000 x Rp 9.000 = Rp 1.170.000.000
Bea masuk 30% x Rp 1.170.000.000 = Rp 351.000.000
------------------------
Nilai Impor Rp 1.521.000.000
PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)
Rp 1.521.000.000 x 2,5% = Rp 38.025.000
JURNAL:
DOZER TRACTOR Rp 1.300.000.000
Pajak Penghasilan pasal 22 Rp 38.025.000
Kas Rp 1.338.025.000

CONTOH 4
PT ABC mengimppor barang dari USA dengan harga US$30.000.
Asuransi yang dibayar diluar negeri sebesar 5% dari harga dan biaya
angkut sebesar 10% dari harga. Bea masuk dan bea masuk tambahan
masing-masing 10% dan 20%. (Berdasarkan kurs pajak US% = Rp
10.000). PT ABC tidak memiliki API dan mengimpor melalui PT XYZ;
importir yang memiliki API. Berdasarkan perjanjian kedua pihak, handling
fee dtetapkan sebesar 1,5% dari harga impor. Hitung PPh 22 yang harus
dipungut dan Jurnal transaksi ini.
Harga faktur $ 30.000
Biaya asuransi $ 1.500
Biaya angkut $ 30.000
-------------
CIF $ 61.500
CIF dalam rupiah $61.500 x Rp 10.000 = Rp 615.000.000
Bea masuk 10% x Rp 615.000.000 = Rp 61.500.000
Bea masuk tambahan 20% x Rp 615.000.000 = Rp 123.000.000
------------------------
Nilai Impor Rp 922.500.000
Pajak Penghasilan pasal 22= 2,5% X Rp 922.500.000 = Rp 23.062.500
Handling Fee = 1,5% x Rp 922.500.000 = Rp 13.837.500
JURNAL
Barang X (NI+Handling fee) Rp 936.337.000
Pajak Penghasilan pasal 22 Rp 23.062.500
Kas Rp 959.400.000

Anda mungkin juga menyukai