Anda di halaman 1dari 8

PPH BADAN DAN ORANG ASING

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

Amelia Sri Rejeki (3022171060)

Aushi Arabella Faiza (3022171062)

Annisa Yuniar (3022171061)

Cahyo Wibisono (3022171063)

Christian Sesar Wahyono (3022171064)

Dhika Wati (3022171065)

Dian Dwi Kartika (3022171066)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI KONSENTRASI PERPAJAKAN

UNIVERSITAS M.H THAMRIN Kampus A.K.A

JAKARTA SELATAN

2020
PERHITUNGAN ANGSURAN PPH PASAL 25

1. Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Purnama yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh
2014 sebesar Rp50.000.000. Jumlah kredit pajak Tuan Purnama pada tahun 2014 adalah
Rp21.500.000, dengan rincian sebagai berikut:

 PPh Pasal 21 Rp10.000.000


 PPh Pasal 22 Rp5.000.000
 PPh Pasal 23 Rp3.000.000
 PPh Pasal 24 Rp3.000.000

Berapa besarnya angsuran PPh Pasal 25 Tuan Purnama untuk tahun 2015:

Jawaban :

PPh terutang tahun 2014 : Rp. 50.000.000


Kredit Pajak :
- PPh Pasal 21 = Rp. 10.000.000
- PPh Pasal 22 = Rp. 5.000.000
- PPh Pasal 23 = Rp. 3.000.000
- PPh Pasal 24 = Rp. 3.000.000
Jumlah Kredit Pajak = Rp. (21.500.000)
Dasar pengenaan pajak PPh pasal 25 tahun 2015 = Rp. 28.500.000

Besarnya PPh Pasal 25 per bulan = Rp. 28.500.000 / 12 = 2.375.000.


jadi tuan purnama harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2015 mulai maret sebesar Rp. 2.375.000

2. Perhitungan Angsuran Pajak untuk Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT
Tahunan PPh

Tuan Purnama menyampaikan SPT Tahunan PPh 2014 pada bulan Maret 2015. Angsuran
PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2014 adalah Rp2.000.000,

Maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2015 ?.
Jawaban :

Angsuran bulanan untuk bulan sebelum waktu penyampaian SPT Tahunan (PPh Pasal 25 ayat
(2) sama besarnya dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak tahun lalu)

Desember 2014 = Rp. 2.000.000

Januari 2015 = Rp.2.000.000

Februari 2015 = Rp. 2.000.000

PPH PASAL 21

11. Gaji Bulanan


Aldi telah bekerja di PT Lalio sejak tahyn 2009, pada tahun 2016 ia memperoleh gaji Rp.
12.500.000/perbulan, tunjangan kinerja Rp.2.500.000, dan membayar sendiri iuran pension
sebesar Rp.300.000, ia menikah belum mempunyai anak.
Perusahan tsb mengikutu program asuransi jiwa dan kecelakaan kerja perbulan sebesar 0,70
% dan 0,30 % dari gaji, perusaan juga menanggung iuran THT 3,70 %/bulan dari gaji.
Hitung PPh Pasal 21 setahun dan sebulan, baik sudah ber-NPWP maupun belum ber-NPWP ?
Jawaban :
Gaji setahun (Rp. 12.500.000 x 12 bulan) = Rp. 150.000.000
Penambahan :
- Tunjangan kinerja = Rp. 2.500.000
- Asuransi jiwa (0,70 x Rp. 150.000.000) = Rp. 1.050.000
- Asuransi KK (0,30 x Rp. 150.000.000) = Rp. 450.000
Total penambahan = Rp. 4.000.000
Penghasilan berutto = Rp. 154.000.000

Pengurangan :

- Biaya jabatan = Rp. 6.000.000


Total pengurangan = (Rp. 6.000.000)

Total pengasilan netto = Rp. 148.000.000

PTKP :

WP = Rp. 54.000.000
Kawin = Rp. 4.500.000

Total PTKP = (Rp. 58.500.000)

Total Penghasilan Kena Pajak (PKP) = RP. 89.500.000

Tariff pajak terutang :

5% x Rp. 50.000.000 = RP. 2.500.000

15% x Rp. 39.500.000 = Rp. 5.925.000

Pajak terutang pertahun = Rp. 8.425.000

Pajak terutang perbulan = Rp. 8.425.000/12 = Rp. 702.083,33

12. Gaji Mingguan


Junaidi bekerja pada PT JNE sebagai pegawai tetap sejak tahun 2015, pada bulan pebruari
2016 ia memperoleh gaji minggua sebesar Rp.1.500.000 dan membayar sendiri iuran pensiun
sebesar Rp.100.000, ia menikah dan mempunyai seorang anak.
Hutung PPh Pasal 21, setahun dan sebulan ?
Jawaban :

Gaji setahun (Rp. 6.000.000 × 12) = Rp. 72.000.000

Biaya jabatan (5% × Rp. 72.000.000) = (Rp. 3.600.000)

Iuran pensiun (Rp. 100.000 × 12) = ( Rp. 1.200.000)

Penghasilan netto = Rp. 67.200.000

PTKP (K/1) = (Rp. 63.000.000)

Penghasilan Kena Pajak = Rp. 4.200.000

Pajak Terutang pertahun:

5% × 4.200.000 = Rp. 210.000/tahun

Pajak terutang perbulan :

Rp. 210.000/12 = Rp. 17.500 /bulan


13. Pegawai menerima Rapel atas kenaikan gaji
Sesuai dengan soal nomor 2, pada bulan Juni 2016 mengenai gaji bulanan. Aldi mennerima
kenaikan gaji menjadi Rp.13.500.000/sebulan dan berlaku surut sejak bulan Januari 2016.
Berdasarkan kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, ia menerima Rapel sejumlah
Rp.5.000.000 (kekurangan gaji Januari s.d Mei 2016).
Hutung PPh Pasal 21 terutang atas Rapel Rp.5.000.000 ?

Jawaban :

Gaji pertahun ( Rp. 13.500.000 x 12) = Rp. 162.000.000

Pengurangan :

- Biaya jabatan (5% x Rp. 162.000.000) = Rp. 6.000.000


- Biaya pensiun = Rp. 100.000
Total pengurangan = (Rp. 6.100.000)

Total penghasilan netto = Rp. 155.900.000

PTKP :

WP = Rp. 54.000.000

Kawin = Rp. 4.500.000

Total PTKP = (Rp.58.500.000)

PKP = Rp. 97.400.000

Tariff pajak terutang :

5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000

15% x Rp. 47.400.000 = Rp. 7.110.000

Total pajak terutang pertahun = Rp. 9.610.000/tahun

Pajak terutang perbulan = Rp. 9.610.000/12 = Rp. 800.833,33/bulan

Potongan januari s/d mei yang seharusnya 5 bulan x Rp. 800.833,33 = Rp. 4.004.166,67
PPh Pasal 4(2)
26. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan yang Dilakukan Antara Dua
WajibPajak Orang Pribadi

Pada tanggal 12 Agustus 2013 Rahmat menjual rumahnya di kawasan Palo Alto Residence
Bogor kepada Nasri. NJOP atas tanah dan bangunan tersebut yang tertera pada SPPT PBB
Tahun 2013 adalah Rp1.500.000.000,00. Harga transaksi yang disepakati adalah
Rp1.700.000.000,00. Rahmat dan Nasri sepakat untuk melakukan penandatanganan Akta Jual
Beli pada tanggal 15 Agustus 2013 di hadapan PPAT Dhea Tunggadewi, S.H., M.Kn.

Bagaimana kewajiban PPh atas transaksi penjualan rumah tersebut?

Jawaban :
. Atas penghasilan yang diterima oleh Rahmat dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan wajib dibayar PPh pasal 4 ayat (2) yang bersifat final

Besarnya PPh yang wajib dibayar adalah :

5% x Rp. 1.700.000.000 = Rp. 85.000.000

Kewajiban Rahmat atas transaksi tersebut adalah :

1. Melakukan penyetoran PPh pasa 4 ayat (2) dengan menggunakan SSP sebesar Rp.
85.000.000 paling lambat tanggal 15 Agustus 2013 sebelum ditandatanganinya akta jual beli.
2. Menggunakan formulir penelitian Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajaak yang
wilayah kerjanya meliputi letak tanah dan/atau bangunan yang dialihkan haknya.
3. Melaporkan penyetoran PPh pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT masa pajak
Agustus 2013 paling lambat tanggal 20 September 2013.

Sebelum menandatangani akta jual beli, Dhea Tunggadewi S.H M,Kn selaku PPAT wajib
memastikan terpenuhinya kewajiban PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan oleh Rahmat dengan fotokopi bukti SSP yang telah diteliti oleh KPP.

27. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah guna
Pelaksanaan Pembangunan

Dinas Perhubungan dan Transportasi melakukan pembelian tanah di Bogor untuk


pembangunan kantor baru. Nilai tanah berdasarkan keputusan pejabat pengadaan adalah
Rp750.000.000,00. Budi Suharsono sebagai pemilik tanah bersedia menjual dengan harga
tersebut. Oktova sebagai Bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi membayar
sejumlah Rp750.000.000,00 pada tanggal 13 Juni 2013 kepada Budi Suharsono atas pembelian
tanah tersebut.

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas pembelian tanah tersebut?

Jawaban :
Atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima oleh Budi
Suharsono wajib dipungut PPh pasal 4 ayat (2) yanh bersifat final oleh Oktova sebagai
bendahara Dinas Perhubungan dan Transportasi

Besarnya PPh yang wajib dipungut adalah 5% x nilai pengalihan.

Nilai pengalihan yang menjadi dasar pengenaan pajak atas transaksi pengalihan hak kepada
pemerintah adalah nilai berdasarkan keputusan pejabat yang bersangkutan.

Besarnya pemungutan PPh pasal 4 ayat (2) adalah :

5% x Rp. 750.000.000 = Rp. 37.500.000

Kewajiban Oktova sebagai bendahara adalah :

1) Melakukan pemungutan PPh pasal 4 ayat (2) sebesar Rp. 37.500.000.


2) Melakukan penyetoran PPh pasal 4 ayat (2) tersebut dengan menggunakan SSP yang
telah diisi nama Budi Suharsono dan ditandatangani oleh bendahara sebelum
dilakukan pembayaran.
3) Melaporkan pemungutan PPh pasal 4 ayat (2) atas transaksi tersebut dalam SPT masa
PPh pasal 4 ayat (2) masa pajak Juni 2013 paling lambat tanggal 22 Juli 2013.

28. Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Pemerintah guna
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Memerlukan
Persyaratan Khusus

Dalam rangka proyek pembangunan bandar udara, Kementerian Perhubungan akan


melakukan pembebasan tanah. Tanah milik Noorman merupakan salah satu tanah yang
terkena pembebasan tersebut. Nilai ganti rugi per meter persegi ditetapkan sebesar
Rp700.000,00.

Bagaimana perlakuan PPh atas pembebasan tanah tersebut?


Jawaban :
Penghasilan dari pembebasan tanah oleh pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus yaitu untuk proyek-proyek :

- jalan umum

- saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya,


saluran irigasi

- pelabuhan laut

- bandar udara

- fasilitas keselamatan umum seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan
bencana lainnya

- fasilitas angkatan bersenjata Republik Indonesia

Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Penghasilan yang diterima oleh Noorman dari pembayaran ganti rugi tanah tersebut
dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan PPh atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Anda mungkin juga menyukai