NPM : 20310023
Prodi : D3 PERPAJAKAN
1. Jake Baron adalah pegawai tetap di PT. Merana yaitu perusahaan yang bergerak
dibidang industry Garmen . Pada Maret 2017 Jake Baron memperoleh gaji beserta
tunjangan berupa uang tunai sebesar Rp.4.550.000.00 dan digunakan untuk
membayar iuran pensiun sebesar Rp.25.000.00. Jake Baron sudah menikah dan
mempunyai dua anak. Berapakah Pasal 21 yang terutang pada bulan Maret 2017 ?
Soal :
Hitunglah PPh Pasal 23 yang dipotong atas transaksi di atas !
6 Juli 2012
15% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 750.000,00
15 Juli 2012
2% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 100.000,00
19 Juli 2012
15% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00
4. Pada 1 September 2015 PT. Jaguar berkedudukan di Tangsel , menjadi pemasok
alat tulis kantor untuk Dinas Perikanan Kota Bekasi dengan nilai kontrak sebesar
Rp.18.300.000.00 ( Nilai Kontrak termasuk PPN ) . Berapakah PPh Psl.22 yang
dipungut oleh Dinas Perikanan Kota Bekasi ?
Nilai Kontrak Rp. 18.300.000,00
DPP = 10/11 x Rp. 18.300.000 Rp. 16.636.363,6364
PPN = 10% x Rp. 16.636.363,6364 Rp. 1.663.636,36
5. Sadly Hasan adalah pegawai tetap di PT. Maha Kaya , yaitu perusahaan yang
bergerak dibidang industry gula . Pada Maret 2016 Sadly Hasan memperoleh gaji
beserta tunjangan berupa uang tunai sebesar Rp.5.000.000.00 dan digunakan
untuk membayar iuran pensiun sebesar Rp.25.000.00. Sadly Hasan sudah menikah
dan mempunyai dua anak. Berapakah Pasal 21 yang terutang pada bulan Maret
2016 ?
Penghasilan bruto Rp. 5.000.000,00
Pengurangan
Biaya jabatan 5% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 250.000,00
Iuran pensiun = Rp. 25.000,00 +
Rp. 275.000,00
Penghasilan 1 bulan Rp. 4.725.000,00
Penghasilan 1 tahun Rp. 56.700.000,00
PTKP Rp. 67.500.000,00
Sadly Hasan tidak dikenakan PPh pasal 21 karena jika penghasilan seorang
WP tidak melebihi PTKP maka tidak dikenakan PPh Pasal 21, Sebaliknya,
apabila penghasilan WP melebihi PTKP, maka penghasilan neto setelah
dikurangi PTKP itulah yang menjadi dasar penghitungan PPh 21.
6. Seorang karyawan bernama Adi Septiawan (kawin) dan memiliki 4 orang anak,
bekerja pada PT ABC dengan memperoleh gaji sebesar Rp.8.200.000 per bulan.
Perusahaan tempat Adi bekerja mengikuti program jamsostek.
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan premi Jaminan Kematian (JKM)
dan Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) dibayar oleh pemberi kerja setiap bulan
masing-masing sebesar 1,5%, 0,3%, dan 3,7% dari gaji.
Selain itu, Adi juga membayar iuran pensiun Rp150.000 dan iuran jaminan
hari tua sebesar 2% dari gaji untuk setiap bulan. Pada tahun berjalan, Adi juga
menerima bonus sebesar Rp.8.000.000. Pertanyaannya, berapa besar PPh
Pasal 21 atas bonus tersebut?
Tarif PPh
5% x Rp. 30.453.400,00 = Rp. 1.522.670,00
PPh Pasal 21 atas gaji setahun (tanpa bonus)
Gaji pokok setahun (Rp. 8.200.000,00 x 12) Rp.98.400.000,00
JKK (1,5% x Rp. 98.400.000,00) Rp.1.476.000,00
JKM (0,3% x Rp. 98.400.000,00) Rp. 295.200,00
JHT (3,7% x Rp. 98.400.000,00) Rp. 3.640.800,00 +
Penghasilan Bruto Setahun Rp. 103.812.000,00
Pengurangan
Biaya jabatan (5% x Rp. 103.812.000,00) Rp. 5.190.600,00
Iuran pensiun setahun (Rp. 150.000 x 12) Rp. 1.800.000,00
Iuran JHT (12 x Rp. 164.000) Rp. 1.968.000,00
Rp. 8.958.600,00 -
Penghasilan neto setahun Rp. 94.853.400,00
PTKP Rp. 72.000.000,00 -
Penghasilan kena pajak Rp. 22.853.400,00
Tarif PPh
5% x Rp. 22.853.400,00 = Rp. 1.142.670,00
Jadi besaran PPh atas bonus yang harus dibayarkan adalah sebesar
Rp. 380.000,00