Pengurangan:
Catt : natura dimasukkan sebagai penghasilan jika yg memberikan adalah bukan wajib pajak
Catatan:
Dalam hal pegawai tetap adalah wanita tidak kawin, pengurangan berupa PTKP yg
diperbolehkan adalah untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yg
menjadi tanggungannya.
Dalam hal pegawai tetap adalah wanita kawin yang suaminya berpenghasilan,
pengurangan berupa PTKP yg diperbolehkan hanya untuk dirinya sendiri.
Dalam hal pegawai tetap adalah wanita kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari
Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya Kecamatan) bahwa suaminya tidak
menerima/memperoleh penghasilan, pengurangan PTKP yang diperbolehkan adalah
untuk dirinya sendiri ditambah PTKP sejumlah ….. dan ditambah PTKP untuk keluarga
yg menjadi tanggungannya.
1
Dalam hal Pegawai Tetap menerima uang lembur dan penghasilan lain sejenis yg
diterima atau diperoleh bersamaan dengan gaji bulanan, maka penghasilan tsb digabung
dengan gaji bulanannya.
Dalam hal pajak yg terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan,
maka untuk penghitungan PPh pasal 21, jumlah penghasilan tersebut terlebih dahulu
dijadikan penghasilan bulanan dengan mengalikan:
1. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4
2. Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26
PPh pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh pasal 21 sebulan
dibagi 4, sedangkan PPh pasal 21 untuk penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh
pasal 21 sebulan dibagi 26.
2
Contoh Kasus 1: Pegawai Tetap dengan gaji bulanan
1. Tomy Hakim bekerja pada perusahaan PT Mutiara Raya mulai 1 januari 2018 dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 7.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 75.000.
tommy menikah tetapi belum mempunyai anak. Berapakah PPh pasal 21 terutangnya?
Penyelesaian:
Gaji sebulan Rp. 7.500.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan :
5% x Rp 7.500.000 = 375.000
2. Iuran Pensiun: = 75.000 +
450.000 -
Penghasilan neto sebulan: 7.050.000
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 7.050.000 84.600.000
Dikurangi:
PTKP:
Untuk diri WP orang pribadi 54.000.000
Tambahan WP kawin 4.500.000 +
58.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 26.100.000
PPh pasal 21 terutang:
5% x 26.100.000 = Rp 1.305.000
PPh pasal 21 sebulan :
1.305.000 / 12 = Rp 108.750
Kasus 2:
Budi bekerja pada PT Sejahtera sebagai pegawai tetap sejak 1 Juli 2018. Budi menikah tetapi
belum punya anak. Gaji sebulan adalah sebesar Rp 15.000.000 dan iuran pensiun yang dibayar
tiap bulan sebesar Rp 75.000,-. Berapakah besar PPh pasal 21 yang terutang?
Penyelesaian:
Gaji sebulan Rp 15.000.000
Pengurangan:
1. Biaya jabatan:
5% x 15.000.000 = 750.000
2. Iuran Pensiun 75.000+
825.000 -
Penghasilan neto sebulan: 14.175.000
Penghasilan neto setahun:
6 x Rp 14.175.000 Rp 85.050.000
3
Dikurangi PTKP:
Untuk diri WP orang pribadi : 54.000.000
Tambahan untuk WP kawin 4.500.000 +
58.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 26.550.000
PPh pasal 21 terutang:
5 % x Rp 26.550.000 = Rp 1.327.500
PPh pasal 21 /bulan:
Rp 1.327.500/6 = Rp 221.250
Kasus 3 : Penghasilan hanya dari satu pemberi kerja (contoh pengisian SPT 1770 SS)
Iwan budiman (NPWP 73.222.327.8 – 255.000) yang beralamat di Jalan Alpukat II No. 5,
Malang dengan status K/2. Iwan Budiman bekerja sebagai Manajer Promosi di PT Berjalan Maju
(NPWP 02.402.337.4-333.000) yang terletak di Jalan Anggrek 45, Malang dengan penghasilan
Rp 15.500.000,- per bulan.
PT Berjalan Maju mengikuti program Jamsostek untuk karyawannya dan menanggung premi
asuransi kecelakaan kerja atas Iwan Budiman sebesar Rp 75.000/bulan dan premi kematian
Rp60.000/bulan.
Pada akhir tahun Iwan Budiman mempunyai harta berupa sepeda motor dan bunga tabungan
sebesar Rp13.133.526,- dan masih punya pinjaman sebesar Rp5.000,000,-
Catatan: Premi asuransi kecelakaan kerja dan premi kematian yang ditanggung pemberi kerja
merupakan bagian dari penghasilan bruto yang diterima karyawan.
Jawab:
Gaji sebulan 15.500.000
(+) Premi asuransi 75.000
(+) Premi kematian 60.000 +
Penghasilan bruto/bulan 15.635.000
(-) Biaya Jabatan
5% x 15.635.000 = Rp781.750 , yg diperbolehkan (500.000) -
Penghasilan neto sebulan 15.135.750
Penghasilan neto setahun:
12 x 15.635.000 = 187.620.000
(-) PTKP :
Utk diri WP orang pribadi : 54.000.000
Tambahan untuk WP kawin 4.500.000
Utk Tanggungan 2 orang:
2 x 4.500.000 9.000.000
(67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 120.120.000
4
PPh pasal 21 terutang:
5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x 70.120.000 = Rp 10.518.000
13.018.000
PPh pasal 21 sebulan : 13.018.000/12 = Rp 1.084.833,-
5
15.554.200
PPh pasal 21 sebulan : Rp 15.554.200 / 12 = Rp 1.296.183
Kasus 6: Pegawai Tetap menerima Bonus (PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur
berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan hari raya atau tahun baru, bonus,
premi dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan pada umumnya
diberikan sekali dalam setahun).
Aziz (Belum Menikah) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji sebesar
Rp12.500.000,- sebulan. Pada bulan Juli 2018 Aziz menerima bonus sebesar Rp10.000.000,-.
Setiap bulannya Aziz membayar iuran pensiun ke dana Pensiun yang pendiriannya telah
6
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp60.000,-. Hitung besarnya PPh pasal 21 atas uang
Bonus tersebut!
Jawab :
1. Menghitung PPh pasal 21 atas Gaji dan Bonus (Penghasilan Setahun):
Gaji setahun (12 x Rp12.500.000,-) Rp 150.000.000
Bonus 10.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 160.000.000
Pengurangan:
1) Biaya Jabatan: 5%x Rp160.000.000= Rp8.000.000,
2) Iuran Pensiun setahun (12 x Rp60.000) = 720.000
8.720.000
Penghasilan Neto setahun 151.280.000,-
PTKP :
Untuk diri WP orang pribadi : 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 97.280.000
PPh pasal 21 atas Gaji dan Bonus:
5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000
15% x Rp 47.280.000 = 7.092.000
Rp 9.592.000,-
7
8