Anda di halaman 1dari 12

Pert.

3
Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tetap
Difinisi Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan adalah kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
wajib pajak dalam negeri atau luar negeri yang dapat dipakai konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan bentuk apapun dengan merujuk
pada Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali dan
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008.
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.31/PJ/2009, Pajak Penghasilan Pasal
21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
Kesimpulan : Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan karyawan
yang jumlah pajaknya langsung dipotong oleh pemberi kerja.
Pengertian Subjek Pajak
Subjek Pajak adalah pihak-pihak yang dikenai kewajiban untuk melaksanakan
pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya. Dapat meliputi orang pribadi maupun
badan (perusahaan).
Subjek Pajak Dalam Negeri
Istilah Subjek Pajak dalam negeri akan sering ditemukan dalam konteks PPh. Subjek
pajak dalam negeri meliputi orang pribadi (individu) maupun badan.
Subjek Pajak Luar Negeri
Istilah subjek pajak luar negeri juga akan lebih sering ditemukan dalam pembahasan
PPh. Dan sama seperti subjek pajak dalam negeri, subjek pajak luar negeri juga terdiri
dari orang pribadi (individu) dan badan. Subjek pajak orang pribadi luar negeri adalah
orang pribadi yang :
1. tidak bertempat tinggal di Indonesia; dan
2. berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

Objek Pajak Penghasilan


Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

Tidak Termasuk Objek Pajak :


1. Bantuan atau Sumbangan
2. Warisan
3. Deviden atau Bagian Laba
4. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
5. Beasiswa
Tidak termasuk Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah :
1. Badan perwakilan negara asing
2. Penjabat-penjabat perwakilan diplomatik
3. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan keputusan
Menteri Keuangan
4. Penjabat-penjabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pengurangan yang diperbolehkan dalam Pajak Penghasilan


A. Biaya Jabatan, Biaya Pensiun, dan Iuran Pensiun / Jaminan Hari Tua
1. Biaya Jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto, dengan jumlah maksimum yang
diperkenankan sejumlah Rp.6.000.000 setahun atau Rp.500.000 sebulan
(Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.010/2016).
2. Iuran pensiun, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang dibayarkan oleh
pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
3. Iuran Jaminan Hari Tua, yaitu iuran yang terkait dengan gaji yang dibayarkan
oleh pegawai kepada badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun.
4. Biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang
pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan jumlah
maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp.2.400.000 setahun atau Rp.300.000
sebulan.
B. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Pegawai Tetap, Pegawai Tidak Tetap,
dan Bukan Pegawai.

Besaran PTKP :
1. Wajib Pajak Tidak Kawin dan mempunyai tanggungan

2. Wajib Pajak Kawin dan memiliki anak/tanggungan


2. Wajib Pajak Kawin, penghasilan istri digabung dengan suami

Catatan :
● Tunjangan PTKP untuk anak atau tanggungan maksimal 3 orang
● TK :Tidak Kawin
● K :Kawin
● K/I :Kawin dan penghasilan pasangan digabung

Tarif Pajak →

Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak
yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :
Tarif Pajak
Tarif PPh 21 dijelaskan pada Pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif PPh 21 berikut ini berlaku pada Wajib Pajak
yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) :

● WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp.50 juta adalah 5%


● WP dengan penghasilan tahunan diatas Rp.50 juta – Rp.250 juta adalah 15%
● WP dengan penghasilan tahunan diatas Rp.250 juta – Rp.500 juta adalah 25%
● WP dengan penghasilan tahunan diatas Rp.500 juta adalah 30%
● Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif PPh 21 sebesar 20%
lebih tinggi dari mereka yang memiliki NPWP

Penghasilan Kena Pajak


Penghasilan kena pajak didapat dengan menghitung penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Apabila
dalam menghitung penghasilan kena pajak, penghasilan bruto setelah dikurangkan
dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan didapat
kerugian maka kerugian tersebut dikompensasikan mulai dengan penghasilan tahun
pajak berikutnya sampai dengan berturut-turut lima tahun.
IURAN BPJS KESEHATAN BAGI KARYAWAN SWASTA
Besaran iuran bulanan Peserta BPJS Kesehatan untuk karyawan dihitung berdasarkan
persentase dari gaji pokok dan tunjangan tetap yang Pokok diperuntukan untuk 5 anggota
keluarga (tanggungan) secara sekaligus (peserta, suami/istri dan 3 anak).

Tarif iuran bagi Pekerja Penerima Upah (PPU) Badan Usaha Swasta yang dibayarkan
mulai 1 Juli 2015 adalah sebesar 5% (lima persen) dari gaji/upah dan tunjangan tetap per
bulan dengan ketentuan :

1. 4% dibayar oleh perusahaan dan 1% dipotong dari gaji karyawan. Gaji atau Upah
yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah Gaji/Upah Pokok + Tunjangan Tetap,
maksimal sebesar 2 x Nilai PTKP/K1 (Rp.10.500.000).
2. Apabila terdapat pekerja dengan gaji/upah dan tunjangan tetap di bawah (lebih kecil)
dari UMK/UMR/UMP, maka dasar perhitungan menggunakan UMK, kecuali Badan
Usaha tersebut memiliki surat penangguhan pelaksanaan Upah Minimum dari
gubernur.
3. Apabila terdapat pekerja dengan gaji/upah dan tunjangan tetap di atas (lebih besar)
dari 2 x PTKP K/1, maka dasar perhitungannya tetap menggunakan 2 x PTKP K/1
sebagai batas atas potongan iuran.
4. Jika Besarnya Gaji diantara (1,5 x PTKP/K1 s/d 2 x PTKP/K1) maka dasar perhitungan
adalah gaji dari karyawan itu sendiri.
(1,5 x PTKP/K1 = Rp.7.875.000)
IURAN BPJS KETENAGAKERJAAN BAGI KARYAWAN SWASTA
TARIF PEMBERI
JENIS JAMINAN MAKSIMUM PEKERJA
IURAN KERJA
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
0,24% dari
❶ Tingkat Risiko Sangat Rendah Rp. 8.000.000
upah sebulan
0,54% dari
❷ Tingkat Risiko Rendah Rp. 8.000.000
upah sebulan
0,89% dari
❸ Tingkat Risiko Sedang Rp. 8.000.000 Seluruhnya -
upah sebulan
1,27% dari
❹ Tingkat Risiko Tinggi Rp. 8.000.000
upah sebulan
1,74% dari
❺ Tingkat Risiko Sangat Tinggi Rp. 8.000.000
upah sebulan
0,30% dari
Jaminan Kematian (JKM) Rp. 8.000.000 Seluruhnya -
upah sebulan
5,7% dari
Jaminan Hari Tua (JHT) Rp. 8.000.000 3,7% 2%
upah sebulan
3% dari
Jaminan Pensiun (JP) Rp. 7.000.000 2% 1%
upah sebulan
PERHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PEGAWAI TETAP

Definisi Pegawai Tetap


Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu yang
menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

Dalam pengertian Pegawai Tetap termasuk juga antara lain :


> Karyawan dengan status Outsourcing atau karyawan kontrak
> Guru Wiyata Bakti
> Pegawai Honorer di Pemerintah (selain PNS)
dengan syarat yang bersangkutan bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka
waktu tertentu dan menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu
secara teratur.

Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan
adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya
pensiun yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran
pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
Cara Menghitung Pajak Penghasilan PPh.21

Untuk menghitung pajak penghasilan Pph 21 langkah-langkahnya sebagai berikut :


1. Hitung penghasilan bruto Anda dalam setahun, seperti gaji pokok ditambah dengan
tunjangan-tunjangan lainnya.
2. Hitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), sesuai dengan status Anda.
3. Hitung pengurang lainnya seperti : Tunjangan Biaya Jabatan 5% (maksimal
Rp.6.000.000 dalam setahun), Iuran BPJS, Iuran Dana Pensiun (maksimal
Rp.2.400.000 dalam setahun) dan iuran-iuran lainnya.
4. Hitung Penghasilan Netto Anda : Penghasilan Bruto – B.Jabatan – Iuran2 – PTKP
5. Kalikan Penghasilan Netto dengan tarif Pajak Penghasilan yang berlaku.
Contoh Soal :
Sdr.Adi Nugroho merupakan pegawai pada perusahaan PT. Karya Putra Perkasa,
menikah tanpa anak, memperoleh gaji pokok Rp.7.500.000 per bulan.
PT. Karya Putra Perkasa mengikuti program BPJS Kesehatan dan BPJS-
Ketenagakerjaan, iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) = 0,89% dan iuran Jaminan
Kematian (JKM) = 0,30% yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

PT. Karya Putra Perkasa menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan
Pensiun (JP) masing-masing setiap bulan sebesar 3,70% dan 2% dari gaji, sedangkan
Sdr.Adi Nugroho membayar iuran JHT dan JP masing-masing sebesar 2% dan 1%
setiap bulan.

Di samping itu, PT. Karya Putra Perkasa juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT. Karya Putra Perkasa membayar iuran dana pensiun untuk Sdr.Adi
Nugroho ke Lembaga Dana Pensiun Keungan (DPLK) yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp.250.000, sedangkan
Sdr.Adi Nugroho membayar Iuran Dana Pensiun sebesar Rp.125.000.

Diminta : Hitunglah kewajiban PPh Pasal 21 yang harus dibayar oleh Sdr.Adi
Nugroho setiap bulannya!
Perhitungan PPh.21 Sdr. Adi Nugroho (K0) :
- Gaji Pokok = Rp. 7.500.000
- Tunjangan = Rp. 0
= Rp. 7.500.000
Tambahan :
- Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) = 3,70% x Rp. 7.500.000 = Rp. 277.500
- Iuran Jaminan Kec.Kerja (JKK) = 0,89% x Rp. 7.500.000 = Rp. 66.750
- Iuran Jaminan Kematian (JKM) = 0,30% x Rp. 7.500.000 = Rp. 22.500
- Iuran Jaminan Pensium (JP) = 2,00% x Rp. 7.000.000 = Rp. 140.000
- Iuran Jaminan Kesehatan (JKN) = 4,00% x Rp. 7.500.000 = Rp. 300.000
- Iuran Dana Pensiun Rp. 250.000
= Rp. 1.056.750
Rp. 8.556.750
Pengurangan :
- Biaya Jabatan = 5,00% x Rp. 7.500.000 = Rp. 375.000
- Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) = 2,00% x Rp. 7.500.000 = Rp. 150.000
- Iuran Jaminan Pensiun (JP) = 1,00% x Rp. 7.000.000 = Rp. 70.000
- Iuran Jaminan Kesehatan (JKN) = 1,00% x Rp. 7.500.000 = Rp. 75.000
- Iuran Dana Pensiun = Rp. 125.000
Rp. 795.000
Jumlah Penghasilan Neto sebulan Rp. 7.761.750
Jumlah Penghasilan Neto disetahunkan 12 x Rp. 7.761.750 = Rp. 93.141.000
PTKP :
- Wajib Pajak = Rp. 54.000.000
- Tanggungan Istri = Rp. 4.500.000
- Tanggungan anak (maksimal 3 anak) = Rp. 0
Jumlah PTKP = Rp. 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 34.641.000
Dibulatkan dalam Ribuan ke bawah = Rp. 34.641.000
PPh Pasal 21 Terutang 5% x Rp. 34.641.000 = Rp. 1.732.050
15% x Rp. 0 = Rp. 0
Jumlah PPh Pasal 21 terutang untuk Sdr.Adi Nugroho dalam 1 tahun = Rp. 1.732.050
Jadi PPh Pasal 21 terutang Sdr.Adi Nugroho untuk sebulan : Rp.1.991.700 / 12 = Rp. 144.338

Anda mungkin juga menyukai