Anda di halaman 1dari 11

Simulasi Cara Menghitung PPh 21 Terlengkap dan Terbaru

written by Radika K Cahyadi 26 June 2023 0 comment 8 minutes read

Daftar Isi
 Fungsi Menghitung PPh 21 Karyawan
 Komponen dalam Perhitungan PPh 21 Karyawan
o 1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
o 2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
o 3. Penghasilan bruto
o 4. Penghasilan neto
o 5. Iuran BPJS
o 6. Biaya jabatan
o 7. Biaya pensiun
 Metode Perhitungan PPh 21
 Perbedaan dan Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Karyawan
o Cara Menghitung PPh 21 Karyawan tetap
o Cara Menghitung PPh 21 karyawan kontrak
 Kalkulator PPh 21 Gadjian, Hitung PPh 21 secara Akurat Sesuai Aturan Terbaru
Simulasi Cara Menghitung PPh 21 Terlengkap dan Terbaru- Pajak penghasilan pasal 21 atau
PPh 21 adalah jenis pajak atas penghasilan yang bersifat teratur dan tidak teratur yang diterima
karyawan tetap maupun tidak tetap. Penghasilan teratur, misalnya gaji, tunjangan tetap, dan lembur.
Sedangkan, penghasilan tidak teratur bisa berupa upah harian/satuan/borongan bagi
karyawan freelance, THR, bonus, komisi, dan honorarium.
Pokoknya, semua penghasilan yang dihasilkan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang diterima
wajib pajak orang pribadi bisa dikenakan PPh 21. Di artikel ini, kami membahas lengkap tentang
PPh 21 serta contoh cara menghitung PPh 21 berdasarkan status karyawan. Yuk, simak!

Fungsi Menghitung PPh 21 Karyawan


Pada dasarnya, pengenaan pajak bertujuan untuk membangun negara dengan cara meningkatkan
kekayaan negara sehingga lebih maju. Fungsi dari PPh 21 sendiri adalah sebagai berikut.

1. Alat untuk mengatur regulasi anggaran negara


PPh 21 dikumpulkan dari subjek pajak yang berfungsi menyumbangkan pemasukan ke kas negara.
Dana dari pajak ini biasanya digunakan untuk sebuah pembangunan nasional.

Dengan demikian, pajak bisa menjadi alat untuk mengatur kebijakan negara, termasuk juga di
bidang sosial dan ekonomi.

2. Sarana pemerataan kesejahteraan


Pajak penghasilan mendukung penyebaran pendapatan masyarakat yang merata. Diharapkan,
penghasilan yang merata ini akan membawa dampak positif dalam mengurangi atau memperbaiki
kesenjangan sosial di masyarakat.

3. Mendukung stabilitas ekonomi


PPh 21, sebagaimana pajak lainnya, juga berfungsi menstabilkan ekonomi negara. Karyawan yang
membayar pajak secara rutin berperan langsung dalam menghambat laju inflasi. Selain itu, juga
berfungsi melindungi dan menyeimbangkan produksi dalam negeri atau PPN.
Baca Juga: Tarif PTKP 2023 PPh 21 dan Contoh Perhitungannya
Komponen dalam Perhitungan PPh 21 Karyawan

Berikut ini adalah komponen-komponen yang termasuk potongan PPh 21.

1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)


PKP berlaku untuk penghasilan teratur karyawan tetap, penghasilan karyawan tidak tetap yang
bayaran bulannya lebih dari Rp4,5 juta, uang pensiun yang dibayar berkala, dan penghasilan
berkesinambungan yang diberikan kepada bukan karyawan.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak

Sampai dengan Rp60 juta 5%

Di atas Rp60 juta hingga Rp250 juta 15%

Di atas Rp250 juta hingga Rp500 juta 25%

Di atas Rp500 juta hingga Rp5 miliar 30%

Di atas Rp5 miliar 35%

Penghasilan Kena Pajak dihitung dari penghasilan neto dikurang Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP). Penghasilan neto sendiri diperoleh setelah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan dan
iuran pensiun/iuran jaminan hari tua (JHT) yang dibayar karyawan.

PKP = penghasilan neto – PTKP


Adapun tarif pajak PPh 21 2023 atas PKP telah digolongkan oleh UU Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP) Bab III angka 7 tahun 2021. Pada pembaruan ini tarif progresif yang
sebelumnya terdiri dari 4 lapisan kini jadi 5 lapisan, yaitu sebagai berikut:
Penetapan tarif sesuai tabel tersebut nantinya akan dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah
sepenuhnya. Contoh, PKP Rp50.500.689 menjadi Rp50.500.000.
Hasil pengenaan tarif PKP merupakan jumlah pajak terutang atas penghasilan setahun. Meski
demikian, pajak terutang tidak selalu dipotong dari penghasilan karyawan karena tergantung pada
metode hitung PPh 21 yang perusahaan terapkan.

2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


PTKP merupakan batas penghasilan bebas pajak. Jika penghasilan wajib pajak belum mencapai
PTKP, pajaknya nol rupiah. PTKP menjadi komponen pengurang terbesar atas penghasilan
karyawan yang kena pajak.

Pengenaan PTKP diasumsikan sebagai penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dasar wajib pajak dan keluarganya selama 1 tahun. Oleh sebab itu, besaran dan status PTKP
ditentukan oleh pernikahan dan jumlah tanggungan seorang karyawan.

Nilai PTKP terbaru juga mengacu pada Bab III UU HPP Nomor 7 tahun 2021 tentang Pajak
Penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut:

Status
Status PTKP
PTKP
Jumla Status PTKP Gabungan
Tidak
h Anak Kawin (K) Suami-Isteri
Kawin
(K/I)
(TK)

0 TK/0 Rp54.000.000 K/0 Rp58.500.000 K/I/0 Rp112.500.000

1 orang TK/1 Rp58.500.000 K/1 Rp63.000.000 K/I/1 Rp117.000.000

2 orang TK/2 Rp63.000.000 K/2 Rp67.500.000 K/I/2 Rp121.500.000

3 orang TK/3 Rp67.500.000 K/3 Rp72.000.000 K/I/3 Rp126.000.000

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa tarif PTKP per tahun sedikitnya:

 Rp54.000.000 untuk wajib pajak sendiri berstatus lajang (TK).


 Tambahan Rp4.500.000 untuk wajib pajak yang berstatus kawin.
 Tambahan Rp54.000.000 untuk seorang istri yang berpenghasilan digabung dengan suami.
 Tambahan Rp4.500.000 untuk setiap anggota keluarga sedarah, keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.
3. Penghasilan bruto
Penghasilan bruto = gaji pokok + tunjangan + bonus/THR + pendapatan lainnya
Penghasilan bruto adalah total penghasilan kotor yang dikenakan potongan pajak PPh 21. Adapun
yang termasuk penghasilan bruto mencakup penghasilan rutin karyawan, seperti gaji pokok dan
tunjangan tetap, seperti tunjangan makan, transportasi, BPJS, dan penghasilan tidak rutin.
Contohnya, lembur, bonus, THR, komisi, dan sebagainya.

4. Penghasilan neto
Penghasilan neto = penghasilan bruto – (biaya jabatan + iuran pensiun dan JHT + iuran BPJS
Kesehatan)
Penghasilan neto diperoleh dari penghasilan bruto dikurangi pengurang, seperti biaya jabatan, iuran
pensiun (JP) atau jaminan hari tua (JHT) yang dibayar karyawan, atau iuran dana pensiun yang
disahkan oleh menteri.

5. Iuran BPJS
Iuran atau tunjangan BPJS yang perusahaan setorkan setiap bulan juga termasuk dalam komponen
perhitungan PPh 21 karyawan tetap. Komponen ini dibedakan menjadi:
 Tunjangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), dan tunjangan
Jaminan Kematian (JKM).
 Iuran Jaminan Pensiun (JP) dan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) yang ditanggung karyawan bisa
dikategorikan dalam pengurang penghasilan bruto.
6. Biaya jabatan
Biaya jabatan adalah pengeluaran per tahun yang berhubungan dengan pekerjaan. Menurut
Peraturan Dirjen Pajak No. Per-16/PJ2016, biaya ini untuk mendapatkan, menagih, serta
memelihara penghasilan. Besaran biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto dalam 1 tahun,
maksimal Rp6 juta setahun atau Rp500 ribu per bulan.

7. Biaya pensiun
Besaran biaya pensiun yang dikenai pajak adalah 5% dari penghasilan bruto, sebanyak-banyaknya
Rp200 ribu per bulan atau Rp2.400.000 per tahun.
Baca Juga: Aplikasi Perhitungan PPh 21, Permudah Payroll Karyawan
Metode Perhitungan PPh 21

Cara menghitung PPh 21 di perusahaan bisa berbeda-beda. Hal ini memungkinkan sebab ada 3
metode perhitungan PPh 21, yaitu:

1. Gross. Digunakan di perusahaan yang membayarkan gaji bruto ke karyawan, sedangkan PPh 21-
nya dipotong dari gaji mereka.
2. Gross up. Diterapkan di perusahaan yang membayarkan gaji bruto termasuk tunjangan pajak
penghasilan sebesar PPh 21 yang dipotong.
3. Nett. Digunakan di perusahaan yang membayarkan upah bersih, sedangkan pajak ditanggung
sepenuhnya oleh perusahaan melalui subsidi pajak.

Perbedaan dan Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan


Karyawan
Cara Menghitung PPh 21 Karyawan tetap
Anda dapat menghitung PPh 21 karyawan dengan metode apa saja. Namun, pada contoh ini kami
menggunakan metode gross yang paling umum diterapkan di perusahaan. Berikut contoh cara
menghitung pph 21 karyawan tetap.

Contoh: Karyawan A di sebuah perusahaan multinational menerima gaji pokok Rp10 juta, tunjangan
jabatan Rp1 juta, tunjangan BPJS, dengan status lajang (TK/0).
Potongan PPh 21-nya adalah sebagai berikut:

Gaji 10.000.000

Tunjangan jabatan 1.000.000

Tunjangan JKN (4%) 440.000

Tunjangan JKK (0,24%) 26.400

Tunjangan JKM (0,30%) 33.000

Total penghasilan bruto 11.499.400

Pengurang

Biaya jabatan 500.000

Iuran JHT (2%) 220.000

Iuran JP (1%) 100.000

Total pengurang 820.000

Penghasilan neto sebulan 10.679.400

Penghasilan neto 1 tahun 128.152.800

PTKP TK/0 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP) 74.154.800

Pembulatan 74.154.000

PPh 21 terutang setahun (5%) 3.707.600

PPh 21 sebulan 308.966


Cara Menghitung PPh 21 karyawan kontrak
Pada contoh ini, ada 2 kasus penghitungan pajak PPh 21 karyawan kontrak yang umum terjadi,
yaitu karyawan kontrak yang selesai di tengah tahun dan karyawan kontrak yang kembali
dipekerjakan pada tahun yang sama.

1. Karyawan kontrak yang selesai bekerja di tengah tahun


Andi adalah karyawan PKWT kontrak 1 tahun yang mulai bekerja pada 2 Juni 2021 sampai dengan
30 Mei 2022. Ia menerima upah Rp15 juta per bulan dengan status lajang (tidak kawin), tanpa
tanggungan.

Penjelasan perhitungan pajak tahun pajak 2022 Andi adalah sebagai berikut.

Pada tahun pajak 2022, masa kerja Andi hanya 5 bulan (1 Januari–30 Mei 2022). Jadi, pajaknya
juga dihitung 5 bulan.

Pada bulan Mei, Andi menerima bukti potong PPh 21 (form 1721 A1) pelaporan SPT sebagai
berikut:
2. Karyawan kontrak yang kembali bekerja di tahun yang sama
Dalam situasi tertentu, karyawan bisa saja dipekerjakan kembali di tahun yang sama dengan
kontrak PKWT baru, tapi ada jeda beberapa bulan sebelumnya. Karyawan tersebut pun tidak
bekerja di tempat lain selama jeda.

Masih mengambil contoh Andi di atas, ia kembali bekerja dengan kontrak PKWT baru selama 1
tahun mulai 1 Agustus 2022 sampai 31 Juli 2023 dengan gaji Rp16 juta.

Andi akan menerima bukti pemotongan PPh 21 lagi pada Desember 2022 untuk perhitungan pajak
mulai dari Agustus hingga Desember 2022 (5 bulan). Perhitungannya sebagai berikut.
Pada akhir Desember 2022, perusahaan akan memberikan bukti potong pajak PPh 21 kepada Andi,
yang berisi:

3. Menghitung PPh 21 karyawan lepas (freelance)


Untuk menghitung pajak PPh 21 karyawan lepas, Anda dapat menerapkan dasar pengenaan pajak
harian, dimana penghasilan sehari dikurangi Rp450 ribu. Berikut ini contohnya.

Robin merupakan videographer lepas dengan upah Rp800 ribu sehari. Ia bekerja untuk 7 hari.

Potongan PPh 21 sehari = (upah sehari – Rp450 ribu) x 5%

= (800.000 – 450.000) x 5%

= 17.500

Sampai dengan hari ke-5, penghasilan kumulatif belum lebih dari Rp4.500.000 sehingga upah Robin
setiap hari dipotong PPh 21 sebesar Rp17.500.

Pada hari ke-6, penghasilan kumulatif sudah lebih dari Rp4.500.000, yakni Rp4.800.000. Dasar
pengenaan pajaknya adalah upah dikurangi PTKP sebenarnya (jumlah hari x Rp150 ribu).
Baca Juga: DPP PPh 21: Dasar Pengenaan Pajak dan Contoh Perhitungannya
Kalkulator PPh 21 Gadjian, Hitung PPh 21 secara Akurat Sesuai
Aturan Terbaru

Bagi perusahaan baru, cara menghitung PPh 21 karyawan bisa jadi cukup rumit. Namun, Anda bisa
mengatasinya dengan fitur kalkulator pajak PPh 21 di aplikasi Gadjian. Gadjian membantu Anda
menghitung penghasilan semua karyawan, mulai dari karyawan tetap hingga freelance, sekaligus
potongan pajaknya secara otomatis.
Kalkulator PPh 21 karyawan di aplikasi Gadjian memungkinkan 3 metode perhitungan PPh 21
sehingga bisa digunakan oleh perusahaan, baik yang memberikan tunjangan pajak maupun tidak
kepada karyawannya.
Tarif PPh 21 di Gadjian sudah disesuaikan dengan UU HPP dan akan ter-update jika ada
pembaruan di masa depan. Jadi, tak perlu repot lagi menginput aturan perpajakan terbaru karena
perhitungan PPh 21 karyawan Anda akan otomatis up-to-date mengikuti ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai