Anda di halaman 1dari 7

PERPAJAKAN 1

Dosen Pengampu :

Made Doni Permana Putra.,SE.,M.Si

Oleh :

Nama : Susmita

NIM / No. Absen : 2002622010154 / 06

Kelas : Akuntansi A Malam

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AJARAN 2021


S0AL BESERTA JAWABAN

1. Apa dasar hukum tarif pajak PPh Pasal 21 dan sebutkan rincian tarifnya ?
Jawab :
Dasar Hukum PPh Pasal 21 antara lain sebagai berikut:
 Pengenaan PPh pasal 21 berdasarkan kepada peraturan pemerintah dari Direktorat
Jenderal Pajak yang bernomor PER-32/PJ/2015 yang mengatur tentang pembebanan
penghasilan kena pajak atas semua profesi yang dilakukannya.
 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun
2007.
 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata
Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan
Penundaan Pembayaran Pajak.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal
21/26.

Sedangkan untuk rincian tarif pajak PPH Pasal 21 antara lain sebagai berikut :

Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan
menggunakan tarif progresif sebagai berikut:
Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp50.000.000,- adalah 5%.

Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp50.000.000,- sampai dengan


Rp250.000.000,- adalah 15%.

Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000,- sampai dengan


Rp500.000.000,- adalah 25%.

Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000,- adalah 30%.

Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka
yang memiliki NPWP.

2. Apa saja objek PPh Pasal 21 yang bersifat final ?


0bjek pajak yang bersifat final yaitu antara lain sebagai berikut :
 Uang Pesangon adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemberi kerja termasuk
Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja kepada pegawai, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi
pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa kerja dan uang hak.
 Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang digunakan
untuk orang-orang pribadi dan dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun oleh Dana Pensiun Pemberi
Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
 Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang sekaligus oleh badan penyelenggara
tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang mencapai usia pensiun.
 Biaya Jabatan
Biaya jabatan adalah pengeluaran (biaya) selama setahun yang berhubungan
dengan pekerjaan. Biaya jabatan ditetapkan sebesar 5% dari penghasilan bruto
setahun dan setinggi-tingginya Rp500.000 sebulan atau Rp6.000.000 setahun.
 Biaya Pensiun
Besarnya biaya pensiun yang ditetapkan adalah 5% dari penghasilan bruto dan
setinggitingginya Rp200.000 per bulan atau Rp2.400.000 per tahun.
 BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
Saat ini lebih dikenal sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS), badan hukum publik yang memiliki tanggung jawab langsung kepada
presiden memiliki tugas utama yaitu memberikan jaminan kesehatan nasional
untuk seluruh warga negara Indonesia
 Penghasilan bruto
Dalam hal ini yang termasuk ke dalam penghasilan bruto (penghasilan kotor) yaitu
penghasilan rutin yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam jangka waktu
tertentu, meliputi gaji pokok dan tunjangan/insentif (tunjangan makan, tunjangan
transportasi, dan semacamnya).
 Penghasilan tidak rutin
Beberapa penghasilan yang masuk dalam kategori ini yaitu upah dalam bentuk
bonus, THR (Tunjangan Hari Raya Keagamaan), serta upah lembur.
 Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah sebuah kompensasi dan rehabilitasi bagi
tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja terhitung mulai berangkat kerja
sampai tiba kembali di rumah, atau menderita penyakit lain yang berkaitan dengan
pekerjaan.
 Iuran JKK ini dibayarkan sepenuhnya oleh perusahaan.
 Jaminan Kematian (JK)
Jaminan ini diperuntukkan bagi ahli waris dari anggota program BPJS
Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.
 Jaminan Kesehatan
Terhitung sejak Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yaitu sebesar 5% dari gaji
bulanan (gaji pokok dan tunjangan tetap). Di mana 4% dibayar oleh perusahaan
(pemberi kerja) dan 1% dibayar oleh pegawai. Batas tertinggi gaji bulanan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan iuran jaminan kesehatan adalah dua kali PTKP
dengan status kawin dan memiliki 1 anak. Untuk keluarga lainnya, yaitu terdiri dari
anak keempat dan seterusnya, serta orangtua dan mertua, besar iurannya yaitu 1%
per orang (dipotong dari gaji bulanan).
3. Sebutkan tarif pajak PPh Pasal 21 yang bersifat final ?
Jawab :
Penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final diatur dalam Pasal 21 UU PPh

1. Tarif PPh Final Uang Pesangon yang Dibayarkan Sekaligus

Sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan, atas penghasilan yang diterima atau


diperoleh pegawai berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus dikenai pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
yang bersifat Final.

a. Tarif PPh Final Pasal 21 atas Uang Pesangon adalah:

Penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000 = 0%

Penghasilan bruto di atas Rp50.000.000 = 5%

Penghasilan bruto di atas Rp100.000.000 = 15%

Penghasilan bruto di atas Rp500.000 = 25%

b. Tarif PPh Final Pasal 21 atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan
Hari Tua adalah:

Penghasilan bruto sampai dengan Rp50.000.000 = 0%

Penghasilan bruto di atas Rp50.000.000 = 5%

2. Tarif PPh Final Honorarium dan Imbalan Lain yang Diterima PNS atas Bebas APBN/APBD

Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010, penghasilan berupa honorarium dan
imbalan lain yang diterima PNS atas bebas dari APBN atau APBD dikenakan Pajak
Penghasilan Final.

Tarif PPh Final atas honorarium ini ditentukan berdasarkan golongan atau tingkat
jabatannya, yaitu:

Golongan I dan Golongan II, Anggota TNI dan POLRI, Golongan Pangkat Tamtama dan
Bintara, dan Pensiunannya adalah = 0%
Golongan III, Anggota TNI dan POLRI Golongan Pangkat Perwira Pratama, dan pensiunannya
adalah = 5%

Pejabat negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan POLRI Golongan Pangkat Perwira
Menengah dan Perwira Tinggi, dan pensiunannya adalah = 15%

4. Ketut Omicron memiliki Penghasilan Kena Pajak sebesar 60 jt atas gaji yang diterima selama
satu tahun. Hitunglah PPh Terutang Pasal 21 atas PKP Ketut Omicron ? Sertakan rincian tarifnya!
Jawab :
 Perhitungan PPh Pasal 21 berdasarkan UU PPh, Yaitu :
PKP Ketut Omicron diketahui sebesar Rp. 60.000.000
Tarif pasal 17
Rp. 50.000.000 X 5 % = Rp. 2.500.000
Rp. 10.000.000 X 15 % = Rp. 1.500.000
PPh pasal 21 terutang = Rp. 4.000.000/tahun
PPh Pasal 21 terutang = Rp. 333.333/bulan

5. Gede Moncot status kawin mempunyai 2 (dua) orang anak kandung dan menanggung seorang
adik kandung. Anak Pertama dan Anak ke-2 berumur 3 Tahun dan 2 Tahun. Gede Moncot
mengangkat anak dari panti asuhan yang berumur 5 Th (semuanya anggota keluarga telah
masuk KK kecuali anak angkat). Sebutkan besaran PTKP dari Gede Moncot beserta status
PTKPnya?
Jawab :
PTKP dari Gede Moncot, yaitu :
Kawin : Rp. 58.500.000
Tanggungan anak 1 : Rp. 4.500.000
Tanggungan anak 2 : Rp. 4.500.000
Jadi status PTKP dari Gede Moncot yaitu K/2 dengan PYKP sebesar Rp. 67.500.000.
Adik kandung dan juga anak angkat tidak terhitung PTKP karena tidak masuk ke dalam KK,
sehingga pembuktian legalitas keluarga tidak ada dan tidak dapat mengajukan PTKP.
6. Pada Tahun 2017, Komang Delta status menikah dengan tanggungan 2 anak, 1 mantu dan 1
cucu. Anaknya bernama Si Otong umur 17 th (sudah menikah/blm bekerja) dan Si Oneng umur
15 th (belum menikah/tidak bekerja). Istri Si otong yakni si Susik umur 16 th (blm bekerja).
Cucunya umur 1 Th. Apa status PTKP Komang Delta pada tahun 2017 ?
Jawab :
PTKP Komang Delta :
Wajib pajak pribadi = Rp. 54.000.000
Status Kawin = Rp. 4.500.000
Anak 1 (Oneng) = Rp. 4.500.000
Cucu K/2 = Rp.4.500.000
PTKP = Rp. 67.500.000
Jadi besar PTKP Komang Delta dengan status K/2 adalah Rp. 67.500.000

Anda mungkin juga menyukai