Anda di halaman 1dari 9

Modul 4 : PPh 21

Metode Pembelajaran Estimasi Waktu Capaian Pembelajaran


- Kuliah interaktif - Memahami maksud dan batasan
- Diskusi PPh 21
- Questions based - Memahami elemen-elemen utama
150 menit
Learning perhitungan PPh 21
- Memahami tekhnik perhitungan
PPh 21 berbagai status OP

Materi 4
I. Pajak Penghasilan Orang Pribadi pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21 adalah pemotongan pajak terhadap
penghasilan yang diterima oleh seorang Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dalam
negeri atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukannya. PPh Pasal 21 dipotong
dari penghasilan yang diterima oleh seorang wajib pajak, sementara untuk
penghasilan yang diterima oleh suatu Badan akan dikenakan pemotongan PPh 23.

Pemberlakuan PPh 21 mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang


ditetapkan. Landasan hukum yang berlaku saat ini adalah :

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sampai Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008


tentang Pajak Penghasilan. 
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan Orang Pribadi.
3. Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang pedoman teknis tata cara
pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang
Pribadi.
4. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang penetapan bagian
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta
pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan menimbang Pajak
Penghasilan. 
5. Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, dan
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Berdasarkan landasan hukum di atas, penghasilan yang dikenakan PPh 21 tidak


hanya sebatas dari penggajian, namun juga berlaku atas penghasilan dari berbagai
kegiatan lain. Ada beragam cara perlakuan PPh 21. Tekhnik pemotongan pajak ini
tergantung pada jenis penghasilannya. Penghasilan yang dapat menjadi objek PPh 21
adalah:

1. Penghasilan bagi Pegawai Tetap


2. Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap
3. Penghasilan bagi Bukan Pegawai
4. Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final
5. Penghasilan Lainnya

II. Subjek dan Objek PPh 21

Subjek PPh 21 adalah orang pribadi yang memiliki penghasilan atas pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukannya. Sedangkan Objek PPh 21 adalah penghasilan yang
didapat oleh orang pribadi. Namun tidak semua oraang pribadi yang mendapat
penghasilan merupakan subjek pajak, demikian pula penghasilan yang diterima tidak
semuanya merupakan objek pajak.

Subjek PPh 21 terdiri dari:


1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari akuntan,
arsitek, pengacara, dokter, konsultan, aktuaris, penilai, dan notaris.
2. Bintang film, pemain musik, penyanyi, pembawa acara, bintang iklan, bintang
sinetron, peragawan, kru film, sutradara, foto model, pelukis, pemain drama,
penari, pemahat, dan seniman lainnya.
3. Olahragawan, pelatih, penyuluh, pengajar, penasihat, moderator, dan
penceramah.
4. Peneliti, pengarang, dan penerjemah.
5. Penyedia jasa komputer dan sistem aplikasi, fotografi, teknik, telekomunikasi,
ekonomi, elektronika, sosial dan penyedia jasa kepanitiaan.
6. Petugas dinas luar asuransi, direct selling, distributor perusahaan multi-level
marketing, petugas penjaja barang dagangan.
7. Dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap perusahaan
atau anggota dewan komisaris. Penerima penghasilan atas keikutsertaan
dalam kegiatan seperti peserta perlombaan dan seni dalam segala bidang
termasuk perlombaan olahraga,ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
ketangkasan dan jenis perlombaan lainnya.
8. Peserta pertemuan, sidang, konferensi, kunjungan kerja, dan peserta rapat.
Peserta pendidikan dan pelatihan, peserta kegiatan lainnya.
9. Mantan pegawai.

Objek PPh 21 terdiri dari :


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran
lain sejenis.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Terdapat beberapa jenis penghasilan yang bukan objek PPh Pasal 21, yaitu:

 Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa. 
 Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,
merupakan penerimaan. 
 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari
tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau Badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja. 
 Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh
orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. 
 Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (3) huruf l UU Pajak
Penghasilan.

III. Mekanisme Perhitungan PPh 21

Perhitungan PPh 21 sangat bervariasi, karena berhubungan dengan jenis


penghasilan, serta status wajib pajak. Berikut hal-hal yang perlu dipahami sebelum
menghitung pajak yang dibebankan.

1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Menurut UU Pajak Penghasilan, Penghasilan Kena Pajak adalah pengahsilan yang menjadi
dasar perhitungan pajak. PKP didapat dari penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP).

2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak
Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal Pajak,
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk memenuhi
kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Nilai penghasilan ini tidak
dima menjadi dasar perhitungan PPh 21. Berdasarkan PMK No. 101/PMK. 010/2016, Wajib
Pajak tidak akan dikenakan pajak penghasilan apabila penghasilan Wajib Pajak sama dengan
atau tidak lebih dari Rp54.000.000 per tahun.

Nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagai berikut.

PTKP
Rp54.000.000,0
Wajib Pajak Orang Pribadi
0
Tambahan untuk WP kawin Rp4.500.000,00
Tambahan untuk tanggungan Rp4.500.000,00
Tambahan apabila penghasilan istri digabung dengan Rp54.000.000,0
suami 0

Tambahan tanggungan yang diakui dalam perhitungan PTKP adalah anggota keluarga
kandung serta keluarga dalam garis keturunan serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya. Tambahan tanggungan paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

3. Tarif PPh 21
Berdasarkan Pasal 17 Ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008, perhitungan tarif pajak pribadi
menggunakan tarif progresif sebagai berikut:

Penghasilan (Rp) Tarif


s.d 50.000.000 5%
50.000.000 < n < 250.000.000 15%
250.000.000 < n < 500.000.000 25%
n > 500.000.000 30%

Cara menghitung Pajak Terhutang adalah PKP X Tarif. Bagi wajib Pajak yang tidak memiliki
NPWP dikenakan tarif sebesar 20% lebih tinggi daripada Wajib Pajak yang memiliki
NPWP.Sehingga perhitungannya menjadi 120% X Pajak Terhutang

IV. Contoh Perhitungan PPh 21

Berikut adalah contoh perhitungan PPh 21 dengan tarif PPh 21 yang berlaku:

1. Penghasilan Tetap
Arjuna adalah seorang karyawan swasta yang mulai bekerja di PT ASTANA pada bulan
Januari 2020 dengan status menikah dan mempunyai dua orang anak. Gaji pokok Arjuna
adalah sebesar Rp10.000.000 per bulan dengan tambahan tunjangan pada bulan Januari
2020 dari perusahaan sebagai berikut: 

 Tunjangan Lembur = Rp1.000.000

 Tunjangan Komunikasi = Rp300.000 

 Tunjangan Transport Rp500.000

Selain itu, perusahaan juga mengikuti program BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
yang menimbulkan iuran yang harus dibayarkan sebagai berikut: 

 Jaminan Kesehatan oleh Perusahaan 4% dan oleh Karyawan 1%

 Jaminan Kecelakaan Kerja oleh Perusahaan 0,24% 

 Jaminan Kematian oleh Perusahaan 0,3%

 Jaminan Hari Tua oleh Perusahaan 3,7% dan oleh Karyawan 2% 

 Jaminan Pensiun oleh Perusahaan 2% dan oleh Karyawan 1%

Maka perhitungan PPh Pasal 21 bagi Arjuna adalah:

Januari 2020

1. Gaji Pokok = Rp10.000.000


2. Tunjangan Lembur = Rp1.000.000
3. Tunjangan Komunikasi  = Rp300.000
4. Tunjangan Transport = Rp500.000

Penghasilan dari Pemberi Kerja per Bulan  = Rp11.800.000

Jaminan yang dibayar oleh pemberi kerja: 

1. Jaminan Kesehatan (4%) = Rp320.000


2. Jaminan Kecelakaan Kerja (0,24%) = Rp24.000
3. Jaminan Kematian (0,3%) = Rp30.000
4. Penghasilan Bruto per Bulan = Rp12.174.000

Pengurang: 

1. Biaya Jabatan (5% x Ph. Bruto)  = Rp500.000


2. Jaminan Hari Tua o/ Karyawan (2%) = Rp200.000
3. Jaminan Pensiun o/ Karyawan (1%) = Rp77.035

 
Penghasilan Netto per Bulan = Rp11.396.965

Penghasilan Netto per Tahun = Rp136.763.580

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) K/2 = Rp67.500.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP) =  Rp69.263.000

Ph. Kena Pajak (PKP) - pembulatan ke ribuan terdekat 

PPh 21 Terutang setahun (12 bulan) = Rp5.389.450

PPh 21 Terutang Januari 2021 =  Rp449.120,83

Berarti  PPh 21 yang harus dipotong oleh PT ASTANA pada bulan Januari 2021 adalah
sebesar Rp449.120,83.

2. Penghasilan Tidak Tetap


Deswita adalah seorang freelancer dengan status belum menikah dan sudah memiliki
NPWP. Penghasilannya adalah Rp2.000.000 per minggu. Untuk menghitung PPh 21 Deswita
maka penghasilan perminggu akan diakumulasikan sebulan yaitu Rp8.000.000. Perhitungan
pajak Deswita yang gajinya dibayarkan secara mingguan adalah sebagai berikut:

Rp2.000.000 x 4 = Rp8.000.000.

Penghasilan bruto = Rp8.000.000.

Biaya Jabatan = 5% x Rp8.000.000 =  Rp400.000.

Penghasilan neto sebulan = Rp7.600.000.

Penghasilan neto setahun = 12 x Rp7.600.000 =  Rp91.200.000.

PTKP setahun untuk Wajib Pajak Tidak Kawin adalah Rp54.000.000 = Rp91.200.000 –
Rp54.000.000.

Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp37.200.000.

PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp37.200.000 =  Rp1.860.000.

Maka PPh Pasal 21 dalam satu bulan yang dikenakan pada penghasilan Deswita adalah
Rp38.750.
Rangkuman
1. PPh 21 adalah pajak penghasila yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi atas
penghasilan yang diterima.
2. Komponen penting yang harus diperhatikan dalam menhitung PPh 21 antara lain PTKP
dan Tarif yang berlaku. Karena dalam perhitungan PPh 21 berlaku tarif progresif.
3. Wajib pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif pajak 20% lebih tinggi.
4. PPh 21 dihitung atas penghasilan setahun.

Tes Formatif 4
1. PTKP yang diakui bagi seorang istri pegawai swasta dengan 3 orang anak dan suami
ASN adalah sebesar …
A. Rp48.000.000,00
B. Rp72.000.000,00
C. Rp18.000.000,00
D. Rp36.000.000,00
2. Seorang komisaris dengan pengasilan netto setahun Rp900.000.000 akan dikenakan
tarif pajak …
A. 3 lapis
B. Lapisan ke tiga
C. 2 lapis
D. Lapis terakhir
3. Seorang pria lajang yang menanggung biaya hidup kedua orang tua serta seorang
paman, maka status tanggungan pria tsb …
A. TK/0
B. K/0
C. TK/3
D. TK/2
4. Pajak penghasilan untuk suatu badan usaha dikenal dengan …
A. PPh 21
B. PPh 23
C. PPh pasal 4 ayat 2
D. PPh 26
5. Penghasilan Kena Pajak di dapat dari
A. Penghasilan Bruto dikurangi Biaya Jabatan
B. Penghasilan Bruto dikurangi PTKP
C. Penghasilan Netto dikurangi Biaya Jabatan
D. Penghasilan Netto dikurangi PTKP

Jawaban Tes Formatif 4


1. A
2. A
3. D
4. B
5. D
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di
bagian modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Modul 1.

Tingkat Penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar X 100%


Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan : 90 – 100% = baik sekali


80 – 89 %.= baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% ata lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

Glosarium
-

Daftar Pustaka

Erly Suandy, 2016. Hukum Pajak, Edisi 7 Jakarta : Salemba Empat.

Waluyo, 2002. Perpajakan Indonesia : Pembahasan sesuai dengan Ketentuan


Pelaksanaan Perundang-undangan Perpajakan Terbaru, Buku 2. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat.

Mardiasmo, 2016. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta : Penerbit Andi


Untung Sukardji, Pajak Pertambahan Nilai
SK dan SE Menteri Keuangan terkait PPh 21

https://www.online-pajak.com/seputar-pph21/pph-pajak-penghasilan-pasal-21

https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/pajak-penghasilan-pasal-21-2/

https://konsultanku.co.id/blog/pengertian-penghasilan-kena-pajak-pkp-dan-penghasilan-
tidak-kena-pajak--ptkp

Anda mungkin juga menyukai