Anda di halaman 1dari 15

PAJAK

Nama kelompok 2 merah muda


Nama Kelompok :PPh 21
Kak Mentor: Kak Kania
Ketua: Farrel Raihane Daud

Anggota : 1.Alfandu Cristiani Bulolo


2.Amanda Tiara Febriane
3.Antonia Denciana oki
4.Bahtera Oktoberius Haloho
5.Betri Pitta Perangin Angin
6.Candra Deva Pratama
7.Dini Kartika Ahmad
8.Irsyadul 'Ibad Tri Machyudi
9.Jean Andrian Pattopeilohy
10.Krisna Agung Wibowo
11.Rachman Hadi Nugroho
12.Veronica Ester Rehulina Sinaga
Pengertian PPh 21

Pengertian PPh 21
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun yang diterima atau
diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
wajib Pajak
Wajib pajak

1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai atau mereka yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, dalam kategori ini misalnya
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris,
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang
iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lain,
Olahragawan,
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator,
Pengarang, peneliti, dan penerjemah,
Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan,
Agen iklan,
Pengawas atau pengelola proyek
Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi perantara,
Petugas penjaja barang dagangan,
Petugas dinas luar asuransi,
Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling atau kegiatan sejenis lainny
Wajib pajak

4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama
5. Mantan pegawai
6. Wajib pajak PPh 21 kategori peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan seperti:
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lain,
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja,
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu,
Peserta pendidikan dan pelatihan,
Peserta kegiatan lainnya.
Dasar pengenaan pajak

Dasar Pengenaan Pajak


Ada 4 dasar pengenaan pajak penghasilan, yaitu:
Penghasilan Kena Pajak: berlaku untuk penghasilan teratur pegawai tetap, penghasilan
pegawai tidak tetap yang dibayarkan bulanan melebihi Rp4.500.000, uang pensiun yang
dibayarkan berkala, dan penghasilan berkesinambungan yang diterima bukan pegawai.
Penghasilan harian dikurangi Rp450.000: berlaku untuk penghasilan pegawai tidak tetap
berupa upah harian, upah satuan, upah borongan yang melebihi Rp450.000 sehari tetapi
dalam 1 bulan kalender belum melebihi Rp4.500.000.
50% dari penghasilan bruto: berlaku bagi bukan pegawai yang menerima penghasilan yang
tidak berkesinambungan.
Jumlah penghasilan bruto: berlaku untuk selain penghasilan yang disebutkan di atas,
misalnya uang penghasilan yang diterima peserta kegiatan.
Biaya jabatan dan Biaya Pensiun
Biaya jabatan dan biaya pensiun adalah pengurang dalam perhitungan PPh 21. Ketentuan
biaya jabatan boleh dikurangkan atas penghasilan bruto pegawai tetap, sedangkan biaya
pensiun dikurangkan atas penghasilan bruto penerima pensiun berkala.
Aturan biaya jabatan dan biaya pensiun ditetapkan di Peraturan Menteri Keuangan No
250/PMK.03/2008.
Dasar pengenaan pajak
Tambahkan subBiaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp6.000.000 setahun atau
Rp500.000 sebulan.
Biaya pensiun adalah 5% dari penghasilan bruto, maksimal Rp2.400.000 setahun atau
Rp200.000 sebulan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
PTKP adalah batas penghasilan bebas pajak. Artinya, apabila penghasilan wajib pajak
belum melampaui PTKP, maka pajaknya nol rupiah. Dalam perhitungan PPh 21 2023 dan
tahun sebelumnya, PTKP merupakan komponen pengurang paling besar atas penghasilan
karyawan yang akan dikenai pajak.
PTKP diasumsikan sebagai penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar
wajib pajak dan keluarganya selama setahun, sehingga tidak dikenai pajak. Karena itulah,
besaran dan status PTKP karyawan ditentukan oleh pernikahan dan jumlah tanggungan
anak.
PTKP 2023 merujuk pada UU HPP No 7 Tahun 2021, Bab III tentang Pajak Penghasilan
angka 3 tentang perubahan Pasal 7 ayat (1) UU PPh. Berikut ketentuannya:
Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit:
Rp54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi
Dasar pengenaan pajak
TambRp4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang kawin;
Rp54.000.000 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami; dan
Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Komponen BPJS
Tunjangan dan iuran BPJS juga merupakan komponen dalam menghitung PPh 21 pegawai
tetap di perusahaan. Komponen tersebut dikelompokkan seperti berikut:
Tunjangan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tunjangan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
dan tunjangan Jaminan Kematian (JKM) yang dibayar perusahaan dikenai pajak, sehingga
ditambahkan ke penghasilan bruto.
Iuran Jaminan Pensiun (JP) dan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) yang ditanggung karyawan
boleh menjadi pengurang penghasilan bruto.
Penghasilan bruto
Penghasilan bruto merupakan jumlah seluruh penghasilan yang diterima wajib pajak yang
belum dikurangi apa pun. Misalnya, penghasilan karyawan dapat terdiri atas gaji pokok,
tunjangan tetap, uang makan, uang hadir, tunjangan BPJS, lembur, bonus, THR, komisi, dan
lain-lain
Dasar pengenaan pajak

Penghasilan neto
Definisi penghasilan neto adalah penghasilan bruto setelah dikurangi biaya jabatan dan
iuran pensiun atau iuran jaminan hari tua yang dibayar wajib pajak sendiri, misalnya iuran
BPJS Ketenagakerjaan (JHT dan JP) yang ditanggung karyawan setiap bulan atau iuran
dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh menteri.
Penghasilan Kena Pajak
Pengertian Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan neto yang telah dikurangi
PTKP. Untuk penerapan tarif sesuai lapisan penghasilan pada tabel di atas, PKP lebih dulu
dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Contohnya, PKP sebesar Rp50.500.789
dibulatkan menjadi Rp50.500.000.
Hasil pengenaan tarif pada PKP merupakan jumlah pajak terutang atas penghasilan
setahun. Namun, pajak terutang tidak selalu dipotong dari penghasilan karyawan, karena
tergantung pada metode hitung PPh 21 yang digunakan perusahaan.
Metode hitung PPh 21
Ada tiga metode perhitungan PPh 21 yaitu:
Gross: digunakan oleh perusahaan yang membayarkan penghasilan kotor kepada
karyawan, dan pajak PPh 21 ditanggung karyawan sendiri, yakni dipotong dari slip gaji
mereka.
Dasar pengenaan pajak

Gross up: digunakan oleh perusahaan yang membayarkan penghasilan kotor termasuk
tunjangan pajak sebesar PPh 21 yang akan dipotong dari slip gaji karyawan.
Nett: digunakan oleh perusahaan yang membayarkan penghasilan bersih, di mana pajak
ditanggung perusahaan dan tidak mengurangi slip gaji karyawan.
Untuk melakukan perhitungan PPh 21, kita harus tahu terlebih dulu bahwa pajak
penghasilan bersifat progresif. Oleh karena itu, sebelum masuk pada perhitungan, kita perlu
mengetahui lapis tarif PPh yang dikenakan pada wajib pajak.
Peraturan pajak penghasilan progresif di tahun 2023 tertuang dalam RUU Ketentuan Umum
Perpajakan yang diubah menjadi RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP).
Wajib pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp60.000.000 dikenakan tarif
pajak sebesar 5 persen.Wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp60.000.000 sampai dengan
Rp250.000.000 dikenakan tarif sebesar 15%.
Wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp250.000.000 sampai dengan
Rp500.000.000 dikenakan tarif pajak sebesar 25%.
Wajib pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp500.000.000 – Rp5.000.000.000
dikenakan tarif pajak sebesar 30%.
Sementara itu, WP dengan pendapatan di atas Rp 5 miliar per tahun dikenakan pajak
penghasilan tarif baru yaitu 35%
Dasar pengenaan pajak
Metode Perhitungan Gaji Karyawan
Walaupun perhitungan PPh 21 telah diatur oleh DJP, namun pada praktiknya, setiap
perusahaan memiliki metode perhitungan PPh 21 sendiri yang disesuaikan dengan
tunjangan pajak atau gaji bersih .yang diterima karyawannya.
Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:
Metode Gross (Gaji Kotor Tanpa Tunjangan Pajak)
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang menanggung PPh
21 terutangnya sendiri. Ini berarti gaji pegawai tersebut belum dipotong PPh 21.
Metode Gross-Up (Gaji Bersih dengan Tunjangan Pajak)
Metode gross-up diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang diberikan
tunjangan pajak (gajinya dinaikkan terlebih dahulu) sebesar pajak yang dipotong.
Metode Net (Gaji Bersih dengan Pajak Ditanggung Perusahaan)
Metode net diterapkan bagi karyawan atau penerima penghasilan yang mendapatkan gaji
bersih dengan pajak yang ditanggung perusahaan
Dasar pengenaan pajak

Cara Perhitungan PPh 21 Karyawan Tetap


Dikutip dari situs DJP, karyawan tetap adalah karyawan yang menerima penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur atau pegawai yang berstatus kontrak dalam jangka waktu
yang telah ditentukan, yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
Berikut ini adalah contoh-contoh penghitungan PPh 21 untuk karyawan atau pegawai tetap
dengan memperhitungkan PTKP.
Alya adalah karyawati pada perusahaan PT. ABC dengan status menikah dan mempunyai
tiga anak. Suami Alya merupakan pegawai di perusahaan PT BCD. Alya menerima gaji Rp
7.000.000 per bulan. PT. ABC mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan.
Dasar pengenaan pajak

Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari


perhitungan gaji, yakni senilai Rp 70.000 per bulan. Di samping itu perusahaan
membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji, sedangkan Alya membayar iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan 0,3% dari gaji. Pada bulan Mei 2020, di
samping menerima pembayaran gaji, Alya juga menerima uang lembur (overtime) senilai Rp
2.000.000.
Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:
Gaji Pokok 7.000.000
(i) Tunjangan Lainnya (jika ada) 2.000.000
(ii) JKK 0,24% 16.800
JK 0,3% 21.000
Penghasilan Bruto 9.037.800
Pengurangan:
(iii) Biaya jabatan 5% x 9.037.800 451.890
Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok 140.000
Dasar pengenaan pajak

iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok 70.000 (661.890)


Penghasilan neto (bersih) sebulan 8.375.910
(v) Penghasilan neto setahun 12 x 8.375.910
100.510.920
(vi) PTKP (54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun 46.510.920
(vii) Pembulatan ke bawah 46.510.000
PPh Terutang 5% x 46.510.920 2.325.500
PPh Pasal 21 Bulan Mei = 2.325.500/12 193.792
Ilustrasi di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan 120%,
sehingga PPh
Pasal 21 Bulan Mei menjadi Rp 193.792 x 120% = Rp 232.550
terimaKasi

Anda mungkin juga menyukai