Anda di halaman 1dari 13

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Diposkan pada Agustus 28, 2018


Kompetensi Dasar:

3.5 Menganalisis data pembuatan SPT Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

4.5 Melakukan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

A. DEFINISI PPh PASAL 21

Photo by Pixabay on Pexels.com

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau


diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang bisa dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Sehingga
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi,
perusahaan atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang
didapat.

Sementara PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi subjek dalam negeri.

B. PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21

Peserta wajib pajak PPh 21 ialah orang yang dikenai pajak atas penghasilannya
atau penerima penghasilan yang dipotong PPh21 berdasarkan peraturan Direktur
Jenderal Pajak PER-32/PJ/2015 Pasal 3 wajib pajak PPh 21. Jika disimpulkan
peserta wajib pajak terbagi menjadi 6 kategori, antara lain pegawai, bukan
pegawai, penerima pensiun dan pesangon, anggota dewan komisaris, mantan
pegawai dan peserta kegiatan. Secara lebih rinci peserta wajib pajak adalah sebagai
berikut:

1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun, atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga merupakan
wajib pajak PPh 21;
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa, meliputi:

 Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman
lainnya;
 Olahragawan;
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
 Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
 Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
 Agen iklan;
 Pengawas atau pengelola proyek;
 Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau yang menjadi perantara;
 Petugas penjaja barang dagangan;
 Petugas dinas luar asuransi; dan/atau
 Distributor perusahaan multilevel marketingatau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.

4. Wajib pajak PPh Pasal 21 kategori peserta kegiatan yang menerima atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan, antara lain:

 Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
 Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
 Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
 Peserta pendidikan dan pelatihan; atau
 Peserta kegiatan lainnya.

Berikut ini adalah hak dan kewajiban penerima penghasilan:


1. wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada
awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri
sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pada
saat mulai bekerja atau mulai pensiun.

3. menerima bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu) bulan
setelah tahun kalender berakhir dari pemberi kerja. atau jika berhenti bekerja
sebelum bulan Desember, bukti pemotongan PPh Pasal 21 harus diperoleh dari
pemberi kerja paling lama 1 (satu) bulan setelah yang bersangkutan berhenti
bekerja. Bagi selain Pegawai Tetap dan penerima pensiun berkala, menerima bukti
pemotongan setiap kali menerima penghasilan.

4. jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak untuk tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.

C. PENERIMA PENGHASILAN YANG TIDAK DIPOTONG PPh PASAL


21

Berikut ini adalah penerima penghasilan namun tidak dipotong oleh PPh Pasal 21:

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:

a. Bukan Warga Negara Indonesia

b. di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan


atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;

2. pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan


Menteri Keuangan sepanjang bukan Warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untukmemperoleh
penghasilan di Indonesia.

D. OBJEK PPh PASAL 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

2. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur


berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya

3. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan


sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran
lain sejenis,

4. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
bulanan,

5. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan,

6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

E. BUKAN OBJEK PPh PASAL 21

Berikut ini penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21.

1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan


asuransisehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun


diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, termasuk Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh Pemerintah,
merupakan penerimaan.

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari
tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara
jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang
diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari wajib Pajak
pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan formal/nonformal yang
terstruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

F. PEMOTONG PPh PASAL 21

PPh pasal 21 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan


pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan
oleh:

1. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai atau bukan pegawai;

2. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;

3. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun, seperti Jamsostek;

4. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan


sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas; dan

5. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan


pelaksanaan suatu kegiatan.

G. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

1. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 250/PMK/03/2008 tanggal 31


Desember 2008, potongan biaya-biaya yang diperkenankan terhadap penghasilan
kena pajak, sebagai berikut:
a. Besarnya biaya jabatan yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pegawai tetap, ditetapkan sebesar
5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp6.000.000 setahun atau
Rp500.000 sebulan.

b. Besarnya biaya pensiun yang bisa dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pensiunan, ditetapkan sebesar 5%
dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp2.400.000 setahun atau Rp200.000
sebulan.

2. Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi

Tarif PPh Pasal 21 menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 adalah sebagai
berikut.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak

5%
Sampai dengan Rp50.000.000

15%
Di atas Rp50.000.000-Rp250.000.000

25%
Di atas Rp250.000.000-Rp 500.000.000

30%
Di atas Rp 500.000.000

Bagi penerima yang tidak memiliki NPWP maka dikenakan tarif PPh 21 sebesar
20% lebih tinggi.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak

a. Tarif PTKP tahun 2001 sampai dengan 2008

Dasar tarif PTKP 2001 adalah UU No. 17 tahun 2000 dan efektif berlaku per
tanggal 1 Januari 2001.

PTKP Pria/Wanita Lajang


TK/0
Rp 2.880.000

TK/1 Rp 4.320.000

TK/2 Rp 5.760.000

Rp 7.200.000
TK/3

PTKP Pria Kawin

K/0 Rp 4.320.000

K/1 Rp 5.760.000

K/2 Rp 7.200.000

Rp 8.640.000
K/3

PTKP Suami Istri Digabung

K/1/0 Rp 7.200.000

K/1/1 Rp 8.640.000

K/1/2 Rp10.080.000

K/1/3 Rp11.540.000

b. Tarif PTKP tahun 2009-2012

Dasar tarif PTKP 2009 sampai dengan 2012 adalah UU No. 36 Tahun 2008 dan
mulai berlaku per 1 Januari 2009.
PTKP Pria/Wanita Lajang

TK/0
Rp 15.840.000

TK/1 Rp 17.160.000

Rp 18.480.000
TK/2

TK/3 Rp 19.800.000

PTKP Pria Kawin

K/0 Rp 17.160.000

K/1 Rp 18.480.000

K/2 Rp 19.800.000

Rp 21.120.000
K/3

PTKP Suami Istri Digabung

K/1/0
Rp 33.000.000

K/1/1 Rp 34.320.000

K/1/2 Rp 35.640.000

Rp 36.960.000
K/1/3

c. Tarif PTKP Tahun 2013—2014


Dasar tarif PTKP 2013 sampai dengan 2014 adalah PMK Nomor
162/PMK.011/2012 dan mulai berlaku per 1 Januari 2013.

PTKP Pria/Wanita Lajang

TK/0
Rp 24.300.000

TK/1 Rp 26.325.000

TK/2 Rp 28.350.000

Rp 30.375.000
TK/3

PTKP Pria Kawin

K/0
Rp 26.325.000

K/1 Rp 28.350.000

K/2 Rp 30.375.000

Rp 32.400.000
K/3

PTKP Suami Istri Digabung

K/1/0 Rp 50.625.000

K/1/1 Rp 52.650.000

K/1/2 Rp 54.675.000
Rp 56.700.000
K/1/3

d. Tarif PTKP Tahun 2015

Dasar tarif PTKP tahun 2015 adalah PMK Nomor 122/PMK.010/2015 dan efektif
berlaku per tanggal 1 Januari 2015.

PTKP Pria/Wanita Lajang

TK/0
Rp 36.000.000

TK/1
Rp 39.000.000

Rp 42.000.000
TK/2

Rp 45.000.000
TK/3

PTKP Pria Kawin

K/0
Rp 39.000.000

Rp 42.000.000
K/1

Rp 45.000.000
K/2

Rp 48.000.000
K/3

PTKP Suami Istri Digabung

K/1/0
Rp 75.000.000

K/1/1 Rp 78.000.000
Rp 81.000.000
K/1/2

Rp 84.000.000
K/1/3

e. Tarif PTKP Tahun 2016—2018

Dasar tarif PTKP tahun 2016 sampai dengan 2018 adalah PMK No.
101/PMK.010/2016 dan mulai berlaku per 1 Januari 2016.

PTKP Pria/Wanita Lajang

TK/0
Rp 54.000.000

TK/1
Rp 58.500.000

Rp 63.000.000
TK/2

Rp 67.500.000
TK/3

PTKP Pria Kawin

K/0
Rp 58.500.000

Rp 63.000.000
K/1

Rp 67.500.000
K/2

Rp 72.000.000
K/3

PTKP Suami Istri Digabung


K/1/0
Rp112.500.000

Rp117.000.000
K/1/1

Rp121.500.000
K/1/2

Rp126.000.000
K/1/3

4. Penghitungan PPh Pasal 21


Contoh Perhitungan PPh Pasal 21

Retto pada tahun 2016 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp 5.750.000,- dan membayar iuran pensiun sebesar Rp
200.000,-. Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Januari
penghasilan Retto dari PT Jaya Abadi hanya dari gaji. Perhitungan PPh 21 bulan
Januari adalah:

Gaji Rp 5.750.000

Pengurangan:
Rp 287.500
1. Biaya Jabatan (5% x Rp 5.750.000)
Rp 200.000
2. Iuran Pensiun

Jumlah Pengurang Per Bulan (Rp 487.500)

Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.262.500

Rp 63.150.000
Penghasilan Neto Setahun (12 x Rp 5.262.500)

PTKP Setahun Rp54.000.000 (Rp58.500.000)


– Untuk Wajib Pajak Sendiri
Rp 4.500.000
– Tambahan karena Menikah

Rp 4.650.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun
PPh Pasal 21 Terutang (5% x Rp 4.650.000)
Rp 232.500

PPh Pasal 21 bulan Januari


Rp 19.375
(Rp 232.500 : 12 bulan)

Sumber:

1. https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-21-apa-itu-and-cara-
menghitungnya
2. https://www.pajakbro.com/2014/06/Objek-Pajak-Penghasilan-Pasal-
21.html
3. https://pajakku.com/page/detail/1016/pemotongan-pph-pasal-21
4. https://www.gadjian.com/blog/2017/09/11/panduan-lengkap-
perhitungan-pph-21/
5. UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
6. Mulyono, Agus dan Reham Munas. 2018. Administrasi Pajak kelas XI.
Yogyakarta:Penerbit Andi
7. Fitriana, Anisyah dan Rusma Wulan Sari. 2018. Administrasi Pajak 2.
Surakarta: Putra Nugraha

Anda mungkin juga menyukai