1. Pengertian
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat tertuang dalam Undang-Undang UU KUP Nomor 28 Tahun 2007.
PPh pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama atau bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi, subjek
pajak dalam negeri yang dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Pemotong Pph 21
a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau pemegang kas
pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
c. Dana Pensiun ataupun badan lainnya yang membayar uang pensiun. PPh 21
dipotong atas uang pensiun yang diberikan kepada para nasabahnya.
d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
Ada juga pemberi kerja tetapi tidak wajib melakukan pemotongan PPh 21 terhadap
pegawainya, mereka adalah yang termasuk ke dalam bukan Subjek PPh, yakni :
a. Kantor Perwakilan Negara Asing
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.
Ref:
https://www.sobatpajak.com/article/5fd87e593db9e02f1b42b36e/Pajak%20Pengha
silan%20Pasal%2021%3A%20Pengertian%2C%20Objek%2C%20Tarif%20dan%20Lan
dasan%20Hukum
8. Menghitung PPh 21
Metode perhitungan gaji
Ada 3 metode perhitungan PPh 21 yang paling umum, yaitu:
1. Metode gross
Metode gross diterapkan bagi pegawai atau penerima penghasilan yang
menanggung PPh 21 terutangnya sendiri. Maksudnya, gaji karyawan tersebut
belum dipotong PPh 21.
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
senilai Rp 8.000.000, maka perhitungannya sebagai berikut:
2. Metode net
Metode net juga digunakan oleh perusahaan yang memberikan tunjangan pajak
untuk karyawannya. Namun, berbeda dengan metode Gross up tunjangan pajak
tersebut tidak ditambahkan ke penghasilan bruto.
Misalnya jika Ardi, seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan
sejumlah Rp 8.000.000, maka: perhitungannya:
3. Metode Gross UP
Metode gross-up adalah sebuah metode pemotongan pajak dimana perusahaan
memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak
yang dipotong dari karyawan.
Dengan demikian, gaji bersih karyawan tidak berkurang seperti jika perusahaan
menggunakan metode Gross.
Untuk mendapatkan angka yang sama besar dengan potongan PPh 21,
tunjangan pajak dihitung berdasarkan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP)
dengan mengikuti formula berikut :
Misalnya, Ardi seorang laki-laki lajang (TK/0) menerima gaji bulanan senilai Rp
8.000.000, berikut perhitungannya:
Karena PKP setahun Rp 21.200.000, maka berlaku rumus lapisan pertama, yaitu:
Tunjangan PPh 21 = (PKP setahun – 0) x 5/95 + 0
Tunjangan PPh 21 = Rp 37.200.000 – 0 x 5/95 + 0
Tunjangan PPh 21 = Rp 1.957.894
Tunjangan PPh 21 yang harus diberikan perusahaan dalam sebulan adalah:
Rp 1.957.894 : 12 = Rp 163.157
Selanjutnya, masukkan tunjangan pajak yang sudah didapatkan ke dalam
penghasilan bruto untuk menghitung PPh 21 nya. Jika hasilnya sama maka
perhitungan pph di atas benar.
Pengurangan:
Pengurangan:
Tarif PPh 21 :
5% x Rp 39.157.884 Rp 1.957.894
Dengan model penggajian ini, jika menginginkan karyawan menerima take home pay
Rp 8.000.000, maka perusahaan harus membayar gajinya Rp 8.163.157, atau dengan
menambahkan tunjangan pajak sebesar Rp 163.157 sebulan.
Gaji Rp 8.000.000
1. Pegawai Tetap
Sita Rianti adalah karyawati pada perusahaan PT. Onix Komunika dengan
status menikah dan mempunyai tiga anak. Suami Sita merupakan pegawai
negeri sipil di Kementerian Komunikasi & Informatika. Sita menerima gaji Rp
6.000.000 per bulan. PT. Onix Komunika mengikuti program pensiun dan BPJS
Kesehatan. Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS
Ketenagakerjaan sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni senilai Rp 60.000 per
bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT)
karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Sita membayar
iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan
jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan 0,3% dari gaji. Pada bulan Juli 2016,
di samping menerima pembayaran gaji, Sita juga menerima uang lembur
(overtime) senilai Rp 2.000.000.
Pengurangan
Rp (581.620)
PTKP
Rp (54.000.000)
5% x Rp 35.409.000 Rp 1.770.450
Rp 1.770.450 : 12 Rp 147.538
Perhitungan di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP). Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan 120%,
sehingga PPh Pasal 21 Bulan Juli menjadi Rp 147.538 x 120% = Rp 177.046.
Penyelesaian:
3. Bukan Pegawai
Mengutip situs resmi DJP, pegawai tidak tetap tidak berkesinambungan adalah orang
pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang
memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh
21 dan/atau PPh 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau
permintaan dari pemberi penghasilan.
Berikut ini adalah cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tidak tetap
yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan:
Ardi adalah seorang freelancer desain grafis di PT. Cahaya Kurnia dengan penghasilan
Rp 5.000.000. Maka besarnya PPh 21 yang terutang adalah:
Penyelesaian:
Bila Aditya tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah:
Penjelasan:
Karena Ardi bukan pegawai tetap di PT. Cahaya Kurnia, maka PKP yang dikenakan
sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto.
Hal ini sesuai dengan peraturan PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c. Sedangkan tarif PPh
Pasal 21 untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000 adalah 5%.
Panduan Cara Menghitung PPh 21 Lengkap dengan Contoh Terbaru 2021
(karyaone.co.id)
https://www.online-pajak.com/tentang-pph21/cara-perhitungan-pph-21#:~:text=Besarnya
%20PPh%2021%20yang%20terutang,000%2C00%20%3D%20Rp%20150.000.