Anda di halaman 1dari 48

PPh

Pasal 21
Peraturan terkait PPh Pasal 21

• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sampai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
• Peraturan Menteri Keuangan No.252/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER 16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
• Peraturan Menteri Keuangan No.102/PMK.010/2016 tentang penetapan bagian penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan
pemotongan menimbang pajak penghasilan.
Peraturan terkait PPh Pasal 21 – Cont.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pelaporan dan Penghitungan,
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Dari Pemberi Kerja Dengan Kriteria
Tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena
Pajak.

Peraturan Menteri Keuangan No.16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
atas Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak Terdampak
Corona Virus Disease 2019.
PPh Pasal 21 – bag.1
Subjek & Non
Pengertian PPh Pemotongan
Subjek PPh
Pasal 21 PPh Pasal 21
Pasal 21

Objek & Non


Objek PPh
Pasal 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah Pajak yang harus dipotong
oleh pemberi penghasilan (Withholding Tax) yang memberikan
penghasilan berupa gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, jabatan, dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi
tersebut.

Pengertian PPh Pasal


21 > Withholding Tax

PPh Pasal 21 merupakan cara pelunasan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam negeri dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak yang
dilakukan oleh pihak ketiga.
Pemotong PPh Pasal
21 (ada 5)
Pemotong PPh Pasal 21 meliputi :
1. Pemberi Kerja, yang terdiri dari :
• Orang Pribadi dan Badan;
• Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang
melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang
terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan, atau unit tersebut.
Pemotong PPh Pasal 21
2. Bendahara atau Pemegang Kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah, Lembaga-
Lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Luar Negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
Pemotong PPh Pasal 21
3. Dana Pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan
lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar:
• Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan
bertindak untuk dan atas nama sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
Pemotong PPh Pasal 21
• Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak Luar Negeri.
• Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada perserta Pendidikan dan pelatihan,
serta pegawai magang.
5. Penyelenggara Kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional
dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta Lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi berkenaan dengan suatu
kegiatan.
Bukan Pemotong PPh Pasal 21 (ada 2)

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja


yang Wajib melakukan pemotongan PPh
Pasal 21 adalah :
• Kantor Perwakilan Negara Asing
• Organisasi-organisasi internasional.
Subjek PPh Pasal 21 (ada 6)
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah Orang Pribadi yang merupakan :
1. Pegawai;
2. Penerima Uang Pesangon, pensiun atau manfaat pensiun, tunjangan hari tua, termasuk
ahli warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa, meliputi :
a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari Dokter, Arsitek,
Konsultan, Pengacara, Akuntan, Penilai, Aktuaris, Notaris (DAKPAPAN).
Subjek PPh Pasal 21
b. Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemarin drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

c. Olahragawan;

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk Teknik, computer dan system aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi
dan social serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
Subjek PPh Pasal 21
g) Agen iklan;
h) Pengawas atau pengelola proyek;
i) Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau menjadi
perantara;
j) Petugas penjaja barang dagangan;
k) Petugas dinas luar asuransi;
l) Distributor perusahaan Multi Level marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya;
Subjek PPh Pasal 21
4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
5. Mantan Pegawai;
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain:
a) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.
Subjek PPh Pasal 21
b) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
c) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
d) Peserta pendidik dan pelatihan;
e) Peserta kegiatan lainnya.
Bukan Subjek PPh Pasal 21 (ada 2)
Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah
:
1) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik.
2) Pejabat perwakilan organisasi internasional, yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha
atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Objek PPh Pasal 21 (ada 10)
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat Teratur maupun tidak teratur;
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya;
3) Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
4) Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah Borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;
Objek PPh Pasal 21
5) Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa yang dilakukan;
6) Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan
imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun;
7) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima
atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama;
Objek PPh Pasal 21
8) Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lain yang bersifat tidak teratur
yang diterima atau diperoleh mantan pegawai; atau
9) Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai
pegawai, dari dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
10) Termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh : Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;
Bukan Objek PPh Pasal 21 (ada 5)

1) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi Kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa;
2) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah;
3) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada
badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
Bukan Objek PPh Pasal 21
4) Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari badan atau Lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya Wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
5) Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. PMK No : 68/PMK. 03/2020
•Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP dikenakan tarif
Tarif Progresif PPh
sebesar 20% lebih tinggi dari pada Wajib Pajak yang telah
Pasal 21 (4 lapisan) memiliki NPWP.

Lapisan Penghasilan Kena


Pajak Tarif UU PPh Pasal 17
s.d Rp. 50 Juta 5%

Diatas Rp. 50 Juta – 250 Juta 15%

Diatas Rp. 250 Juta – 500 Juta 25%

Diatas Rp. 500 Juta 30%

TARIF LAMA
Tarif PPh 21
TERBARU
Pasal 17 ayat
(1) RUU HPP
(Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (UU HPP) pada 29
Oktober 2021)

•Untuk Wajib Pajak yang tidak


memiliki NPWP dikenakan tarif sebesar
20% lebih tinggi dari pada Wajib Pajak
yang telah memiliki NPWP (Pasal 20
ayat (1) PER-16/PJ/2016)
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PMK No.101/PMK.010/2016)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang


dibebaskan dari PPh Pasal 21. Dalam penghitungan PPh Pasal 21, PTKP
berfungsi sebagai pengurang penghasilan neto Wajib Pajak (WP) :

• Rp. 54.000.000,- untuk Wajib Pajak Orang Pribadi


• Rp. 4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
• Rp. 54.000.000,- tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami
• Rp. 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus serta anak angkat. Maksimal 3 (tiga) orang setiap keluarga.
PTKP untuk pegawai perempuan :

Bagi pegawai perempuan


Bagi pegawai perempuan
yang belum menikah,
yang sudah menikah hanya
jumlah PTKP diri sendiri
sebesar PTKP untuk diri
dan PTKP orang yang
sendiri
ditanggung.
Saat Terutang PPh Pasal 21
PER 16/PJ/2016
Akhir bulan dilakukannya
Saat terutang PPh Pemotong pembayaran atau akhir bulan
Pasal 21 terutangnya penghasilan

Saat dilakukannya
pembayaran atau saat Penerima
terutangnya penghasilan Penghasilan

Pembayaran PPh 21
Kewajiban PPh Pasal 21/26 yang dipotong Wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak Berakhir.

Pemotong Pelaporan PPh 21


Pemotong Pajak Wajib lapor SPT Masa PPh 21 paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir

Bukti Potong PPh 21


Wajib membuat Bukti Potong dan memberikannya kepada Penerima Penghasilan
Kewajiban bagi Pemberi Kerja yang
memotong PPh Pasal 21
1) Melakukan Pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan tarif PPh yang berlaku;
2) Membuat bukti potong PPh Pasal 21 melalui aplikasi e-SPT PPh Pasal 21;
3) Melakukan Penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut menggunakan kode
billing dengan kode MAP dan kode Jenis Setoran 411121-100. Penyetoran dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4) Menyampaikan laporan SPT Masa PPh Pasal 21 secara daring melalui saluran e-filing
Direktorat Jenderal Pajak di laman pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan
(PJAP) resmi yang ditunjuk. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
5) Kewajiban menyampaikan laporan SPT Masa PPh 21 tidak berlaku, dalam hal jumlah
pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil, kecuali untuk bulan Desember
Wajib dilaporkan.
Hak bagi Orang Pribadi Penerima Penghasilan dari Pemberi
Kerja yang memotong PPh Pasal 21

1) Meminta dan mendapatkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 (1721-


A1 dan 1721-A2) atas penghasilan yang diterima dan dipotong PPh Pasal
21 secara berkala. Pegawai tetap dan penerima pensiun yang PPh Pasal
21 nya dipotong oleh pemberi kerja maupun dana pensiun, maka berhak
menerima bukti pemotongan setiap awal tahun.
2) Bagi penerima honorarium, buka pegawai, dan peserta kegiatan yang
penghasilannya dipotong PPh Pasal 21-nya oleh pemberi penghasilan,
maka berhak menerima bukti pemotongan PPh Pasal 21 setelah
penghasilan dibayarkan.
Perlakuan atas PPh Pasal 21 sangat
bervariasi tergantung pada jenis
penghasilannya.

Perlakuan Ada berbagai kategori jenis penghasilan


atas PPh yang dikenakan PPh Pasal 21, seperti :
Pasal 21 • Penghasilan Pegawai Tetap
• Penghasilan bagi Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja
Lepas
• Penghasilan bagi Bukan Pegawai
• Penghasilan yang dikenakan PPh 21 Final.
Pegawai Tetap adalah Pegawai yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,
termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan
pengawas, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak
untuk suatu jangka waktu tertentu yang menerima atau
memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.
Pegawai
Tetap Dalam pengertian Pegawai Tetap termasuk juga antara lain :
karyawan kontrak, Guru Honorer, Pegawai Honorer di
Pemerintah (selain PNS), dengan syarat yang bersangkutan
bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu dan menerima atau memperoleh penghasilan dalam
jumlah tertentu secara teratur.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap terbagi atas 2 jenis :
1) Penghasilan Teratur : Penghasilan bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah,
segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan pemberi
kerja, termasuk uang lembur.
2) Penghasilan tidak teratur : Penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan
yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode
lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap – Penghasilan Teratur

 Penghasilan Neto = Penghasilan Bruto – Biaya Jabatan/Biaya Pensiun/THT/JHT


yang ditanggung Pegawai
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto – Penghasilan Tidak Kena Pajak
PPh Pasal 21 = Penghasilan Kena Pajak x Tarif Pasal 17
Penghitungan Kembali PPh Pasal 21 dilakukan pada :

1.Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun


2.Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun
kalender.
• Besarnya penghasilan neto PPh 21 bagi pegawai tetap adalah jumlah
penghasilan bruto dikurangi Biaya Jabatan sebesar 5% dari jumlah
penghasilan bruto, maksimal 500.000 per bulan atau 6.000.000 per tahun.
• Besarnya penghasilan neto PPh 21 bagi penerima pensiun berkala adalah
jumlah penghasilan bruto dikurangi Biaya Pensiun sebesar 5% dari
penghasilan bruto maksimal 200.000 per bulan atau 2.400.000 per tahun.
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari
kerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja.
Penghasilan yang diterima oleh Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas antara
lain : upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah Borongan, upah yang
dibayarkan secara bulanan.
Dalam penghitungan PPh Pasal 21, Penghasilan yang diterima oleh pegawai Tidak
Tetap atau Tenaga Kerja Lepas tidak boleh dikurangi dengan biaya jabatan.
Ketentuan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak
Tetap/Tenaga Kerja Lepas
Penghasilan Sehari Penghasilan Kumulatif Sebulan Tarif Dasar Pengenaan Pajak

< 450.000 < 4.500.000 0% Tidak dipotong PPh pasal 21

> 450.000 ≤ 4.500.000 5% Upah Sehari – 450.000

< 450.000
> 4.500.000 tetapi kurang dari Upah Sehari – PTKP yang
5%
10.200.000 sebenarnya
> 450.000

< 450.000
Tarif Pasa 17 ayat
> 10.200.000 atau Upah PKP setahun = Penghasilan Bruto
(1) huruf a UU
dibayarkan secara bulanan disetahunkan – PTKP setahun
> 450.000 PPh
Dasar Pengenaan Pajak dan pemotongan PPh Pasal 21-nya adalah jumlah penghasilan yang melebihi
Rp.450.000,- sehari, yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah Borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam satu bulan kalender belum melebihi
Rp.4.500.000,-
Contoh : Honor seorang tukang bangunan sehari Rp.100.000,- yang bekerja selama 30 hari dalam 1
(satu) bulan kalender, maka honor/upah Rp.3.000.000
Berarti Dasar Pengenaan Pajaknya Rp.100.000-Rp.450.000= Rp.0,- Sehari, atau Rp.3.000.000 –
Rp.4.500.000 = Rp.0 dalam sebulan.
PPh Pasal 21 yang harus dipotong = 5% x Rp.0 = 0
Tidak ada PPh Pasal 21 yang perlu disetor ke Negara.
Bukan Pegawai
Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain Pegawai Tetap dan Pegawai
Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan
dari pemberi penghasilan.
Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris
Bukan Pegawai
2) Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemarin drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
3) Olaragawan;
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk Teknik, computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
Bukan Pegawai
7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;
9) Pembawa pesanan atau menemukan langganan atau menjadi perantara;
10) Petugas penjaga barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatan sejenis lainnya;
Bukan Pegawai
Pengelompokan Bukan Pegawai dalam SPT PPh 21 disederhanakan ke dalam enam
kategori :
1) Imbalan Kepada Distributor Multi Level Marketing (MLM)
2) Imbalan Kepada Petugas Dinas Luar Asuransi
3) Imbalan Kepada Penjaja Barang Dagangan
4) Imbalan Kepada Tenaga Ahli
5) Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang menerima Penghasilan yang bersifat
berkesinambungan
6) Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang menerima Penghasilan yang Tidak bersifat
berkesinambungan
Terdapat 3 Cara Penghitungan PPh Pasal 21 untuk
Bukan Pegawai :
1. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Memperoleh PTKP
PPh 21 = ((50% x Penghasilan Bruto)-PTKP Sebulan) x Tarif PPh Pasal 17
Dihitung secara kumulatif.
Syaratnya :
• Memiliki NPWP
• Penghasilan berasal dari hubungan kerja
• Tidak memperoleh penghasilan lainnya
• Menyerahkan fotokopi kartu NPWP (bagi Wanita kawin ditambah surat
nikah dan Kartu Keluarga)
2. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Tidak Memperoleh
PTKP
PPh Pasal 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif PPh Pasal 17
Dihitung secara kumulatif
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, maka Bukan Pegawai tidak berhak
memperolah pengurang PTKP
3. PPh Pasal 21 Bukan Pegawai Tidak Berkesinambungan
PPh Pasal 21 = (50% x Penghasilan Bruto) x Tarif Pasal 17
PPh Pasal 21 Final (ada 2)
Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21 Final :
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa uang pesangon, Uang
Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus (sebagian atau seluruh pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 tahun)
Uang Pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja
termasuk Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja Kepada Pegawai, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, sehubungan dengan berakhirnya masa kerja
atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak.
Uang Manfaat Pensiun adalah penghasilan dari manfaat pensiun yang dibayarkan
kepada orang pribadi peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang dana pensiun oleh Dana
Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
Tunjangan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai usia
pensiun.
Jaminan Hari Tua adalah penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak dalam
jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
PP 68/2009 dan PMK 16/PMK.03/2010
Tarif PPh Pasal 21 Final atas Uang Pesangon
• 0% x Penghasilan s.d. Rp.50 Jt
• 5% x Penghasilan di atas Rp. 50 Juta s.d Rp.100 Juta
• 15% x Penghasilan di atas Rp.100 Juta s.d Rp.500 Juta
• 25% x Penghasilan di atas Rp.500 Juta
Tarif PPh Pasal 21 Final atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua,
dan Jaminan Hari Tua
• 0% x Penghasilan s.d Rp.50 Juta
• 5% x Penghasilan di atas Rp.50 Juta
2) Penghasilan berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang
menjadi beban APBN atau APBD yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, POLRI, dan Pensiunannya.
Tarif PPh 21 Final :
• Tarif 0% dari penghasilan bruto bagi PNS golongan I dan golongan II, Anggota TNI
dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.
• Tarif 5% dari penghasilan bruto bagi PNS golongan III, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya.
• Tarif 15% dari penghasilan bruto bagi PNS golongan IV, Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Perwira Mengah dan Perwira Tingga dan Pensiunannya.

Anda mungkin juga menyukai