Dari gambaran di atas terlihat sejak digulirkannya pembaharuan
perpajakan yang dimulai Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Pajak
Penghasilan telah mengalami perubahan sebanyak empat kali sampai
dengan yang terakhir yaitu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 yang
berlaku mulai 1 Januari 2009. Sedangkan secara khusus ketentuan
mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 diatur dalam :
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tgl 31 Desember 2008.
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tgl 25 Mei 2009 s.t.d.d. Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tgl 12 Oktober 2009
Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2009 tgl 16 November 2009
PMK- 16/PMK.03/2010 tgl 25 Januari 2010
5. Siapa sajakah Pemotong PPh 21 dan siapa yang Bukan Pemotong
PPh 21?
I Pemotong PPh 21 adalah :
a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan
pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri,
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar :
1. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya;
2. honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak luar negeri;
3. honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang;
e. penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan.
II Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak adalah:
a. kantor perwakilan Negara asing;
b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan;
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
7. Kapan Saat Terutangnya PPh Pasal 21 ?
PPh Pasal 21 terutang pada saat :
1. PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat
dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan
yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap
masa pajak.
3. Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau
pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
9. Penghasilan apa saja yang dipotong PPh Pasal 21 dan yang tidak
termasuk dipotong PPh Pasal 21
(1) Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a.penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan;
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.
1. Pegawai
Andhika (TK/0) bulan Mei 2009 bekerja sbg pagawai harian Pada PT. ESQ. Ia
bekerja selama 15 hari dgn menerima upah sehari sebesar Rp. 170.000,-
Penghitungan PPh 21Terutang :
Upah sehari Rp. 170.000,-
Dikurangi Rp. 150.000,-
Penghasilan Kena Pajak sehari Rp. 20.000,-
PPh 21 sehari = 5% x Rp. 20.000,- Rp. 1.000,-
Pada hari ke 8 dilakukan penghitungan ulang sbb :
Upah 8 hari = 8 x Rp. 170.000,- Rp. 1.360.000,-
Dikurangi PTKP = 8/360 x Rp. 15.840.000,- Rp. 352.000,-
Penghasilan Kena Pajak 8 hari Rp. 1.008.000,-
PPh 21 selama 8 hari = 5% x Rp. 1.008.000,- Rp. 50.400,-
PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja pada hari ke 8 :
Rp.50.400 – (7 x Rp. 1000,-) = Rp. 43.400,-
PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh pemberi kerja pada hari ke 9 dst :
Upah sehari = Rp. 170.000,-
Dikurangi PTKP sehari = Rp. 44.000,-
Penghasilan Kena Pajak Sehari =Rp. 126.000,-
PPh sehari – 5% x Rp. 126.000,- = Rp. 6.300,-
Rumus
Tarif Ps. 17 (1a) x PhKP ((50%x Ph Bruto)-PTKP bulanan) kumulatif
4. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas ( Pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaries, penilai dan aktuaris)
Rumus
Tarif Ps 17 (1a) x 50% x Penghasilan Bruto Kumulatif
Contoh :
Haura Defananda (K/1), dokter di RS Bunda Sehat. Data penghasilan dan
penghitungan PPh Ps. 21 selama Jan-Apr 2009 adalah :
5. Tiga Pihak
6. Pekerjaan atau jasa yang tidak bersifat berkesinambungan yang diterima oleh bukan
pegawai
Rumus :
Tarif Pasal 17 (1a) x 50 % Penghasilan Bruto
Contoh :
Cyntia (TK/3), artis, pada Juni 2009 tampil dalam acara ulang tahun PT. Megah
Perkasa Motor dengan mendapatkan honor Rp 10.000.000,-.
Penghitungan PPh Ps. 21 :
50% x 5% x Rp 10.000.000,- = Rp 250.000,-
7. Pembayaran yang bersifat utuh dan tidah dipecah yang diterima oleh peserta kegiatan
Rumus :
Tarif Ps 17 (1a) x Penghasilan Bruto
Contoh :
Ricky Hidayat (K/1), atlet bulutangkis, pada Juli 2009 menjadi juara pada Jakarta
Open 2009 dengan mendapatkan hadiah Rp 300.000.000,-.
Penghitungan PPh Ps. 21 :
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,-
25% x Rp 50.000.000,- = Rp 12.500.000,-
PPh Pasal 21 Dipotong = Rp 45.000.000,-
Contoh 1 :
Michael Bird (K/3) mulai bekerja 1 September 2009. Ia bekerja di Indonesia s.d
Agustus 2010. Selama tahun 2009 menerima gaji per bulan Rp. 12.000.000,-
Penghitungan PPh 21 tahun 2009 sbb :
Gaji (4 x 12.000.000) Rp. 48.000.000,-
Biaya Jabatan Rp. 2.000.000,-
Penghasilan Neto 4 bulan Rp. 46.000.000,-
Penghasilan Neto disetahunkan Rp.138.000.000,-
PTKP (K/3) Rp. 21.120.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp.116.880.000,-
PPh Pasal 21 setahun Rp. 12.532.000,-
PPh Pasal 21 terhutang (4 bulan) Rp. 4.177.333,-
Contoh 2 :
Dedy yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT. Bharata di Surabaya.
Sejak 1 Juni 2009 dimutasikan ke PT. Bharata Cabang Jakarta. Gaji Dedy pada
waktu bekerja pada PT. Bharata Surabaya adalah sebesar Rp. 6.000.000,- per bulan
dan naik menjadi Rp. 7.000.000,- setelah dipindahkan ke PT. Bharata Jakarta.
Selama bekerja di Surabaya maupun di Jakarta Dedy membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 100.000,- setiap bulan.
Gaji (Januari – Mei) Surabaya Rp.30.000.000,-
Pengurangan yg diperbolehkan
Biaya Jabatan Rp. 1.500.000,-
Iuran Pensiun Rp. 500.000,-
Jumlah Rp. 2.000.000,-
Penghasilan Neto 5 bulan Rp. 28.000.000,-
Penghasilan Neto disetahunkan Rp. 67.200.000,-
PTKP (TK/0) Rp.15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak Rp. 51.360.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun Rp. 2.704.000,-
PPh Pasal 21 terhutang (5 bulan) Rp. 1.126.667,-