Anda di halaman 1dari 14

Tanya jawab (PPh) Pasal 21)

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


By. Gatot Sulandoko
 

A.  LANDASAN HUKUM PPh


    ORDONANTIE PPs.1925; ORDONANTIE PPd 1944;
    U.U.PAJAK ATAS PBDR 1970
            
    U.U.No.7 TAHUN 1983
    [ 1-1-1984 ]

    U.U.No.7 TAHUN 1991


    [ 1-1-1992 ]

    U.U.No.10 TAHUN 1994


    [ 1-1-1995 ]

    U.U.No.17 TAHUN 2000


    [ 1-1-2001 ]

    U.U.No. 36 TAHUN 2008

    Dari gambaran di atas terlihat sejak digulirkannya pembaharuan             
perpajakan yang dimulai Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 Pajak
Penghasilan telah mengalami perubahan sebanyak empat kali sampai
dengan yang terakhir yaitu Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 yang
berlaku mulai 1 Januari 2009. Sedangkan secara khusus ketentuan
mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 diatur dalam :
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tgl 31 Desember 2008.
 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tgl 25 Mei 2009 s.t.d.d. Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tgl 12 Oktober 2009
 Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2009 tgl 16 November 2009
 PMK- 16/PMK.03/2010 tgl 25 Januari 2010
 

B.   PERTANYAAN  DAN  JAWABAN


1.  Apakah pengertian PPh Pasal 21 itu?
Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan
nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek
Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
2.  Siapakah Pemotong PPh Pasal 21 ?
Pemotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib
Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan
dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi sebagaimana 
dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3.  Apakah pengertian pegawai itu?


Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik
sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis
maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam
jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau
ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah. Yang meliputi :

a.  Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh


penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota
dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus
menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu
tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time)
dalam pekerjaan tersebut.
b.     Pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja,
berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang
dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh
pemberi kerja.
c.    Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain pegawai
tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh
penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh
Pasal 21 sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu
yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi
penghasilan.
d.   Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu, termasuk mengikuti        rapat, sidang, seminar, lokakarya
(workshop), pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan
menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut.
e.   Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.

4.  Apa yang dimaksud Penghasilan Teratur dan Tidak Teratur ?


 Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratur adalah
penghasilan bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala
macam tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang
diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur. 
 Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah
penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat
teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya,
antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan
nama apapun.

     
5.  Siapa sajakah Pemotong PPh 21  dan siapa yang Bukan Pemotong
PPh 21?
      I   Pemotong PPh 21 adalah :        
 a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan
pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;
b. bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri,
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan
badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar :
1.  honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan
untuk dan atas nama persekutuannya;
2.   honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak luar negeri;
3.     honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan
magang;
e.  penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu
kegiatan.

II  Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak adalah:
           a.  kantor perwakilan Negara asing;
       b. organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan;
   c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

    6.  Apa Kewajiban Pemotong PPh 21 ?


Setiap Pemotong Pajak sebagaimana dimaksud diatas wajib mendaftarkan
diri ke Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai ketentuan yang berlaku.
Kewajiban ini berlaku juga untuk organisasi international yang tidak
dikecualikan sebagai non subyek pajak berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan.
    
 Kewajiban terkait dengan SPT Masa PPh 21
1. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong,
menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk
setiap bulan kalender. Penyetoran dilakukan paling lama 10
(sepuluh hari) setelah Masa Pajak berakhir ke Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Sedang pelaporan dilakukan
melalui penyampaian SPT masa PPh 21 ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat pemotong terdaftar, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
Masa Pajak berakhir.
2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja
perhitungan PPh Pasal 21 untuk masing-masing penerima
penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan
atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
3. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh
Pasal 21 untuk setiap bulan kalender tetap berlaku, dalam hal
jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
4.  Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak
atas PPh Pasal 21 yang terutang, oleh Pemotong PPh Pasal 21,
kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh
Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.
5. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 21 dan batas
waktu pelaporan PPh Pasal 21 bertepatan dengan hari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
6. Pemotong PPh Pasal 21 harus memberikan bukti pemotongan PPh
Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai
tetap atau penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu) bulan
setelah tahun kalender berakhir.

 
7.  Kapan Saat Terutangnya PPh Pasal 21 ?
   PPh Pasal 21 terutang pada saat :  
1. PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat
dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan
yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 untuk setiap
masa pajak. 
3. Saat terutang untuk setiap masa pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) adalah akhir bulan dilakukannya pembayaran atau
pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

  8. Siapa saja Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21


dan Penerima Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
I. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi
yang merupakan :
a. pegawai;
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
1. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan
aktuaris;
2. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
3. olahragawan;
4. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan
sistem aplikasinya, lekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi,
dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7. agen iklan;
8. pengawas atau pengelola proyek;
9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang
menjadi perantara;
petugas penjaja barang dagangan;
10. petugas dinas luar asuransi;
11. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya;
d. peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi :    
1. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,
seni, ketangkasan,   ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan
lainnya;
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
    3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
     4. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
     5. peserta kegiatan lainnya.

II.   PENERIMA PENGHASILAN YANG TIDAK DIPOTONG PPh PASAL 21


a.    Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
b.     Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

9.  Penghasilan apa saja  yang dipotong PPh Pasal 21 dan yang tidak
termasuk dipotong PPh Pasal 21
  (1) Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21  adalah:
a.penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa    
penghasilan  yang bersifat teratur maupun tidak teratur;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara     
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;
c. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan   
penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan;
f.  imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama
apapun.

(2) Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 termasuk pula penerimaan


dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang diberikan oleh:
    a.bukan Wajib Pajak;
b.Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;atau
c.Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit).

2  TIDAK TERMASUK PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21


Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal
21       adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah;
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau
iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua
atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh
pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-
Undang Pajak Penghasilan.

10.  Berapakah tarif PPh Pasal 21 yang berlaku sekarang ?

Sesuai UU PPh No. 36 tahun 2008 pasal 17 :


Tarif
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Pajak
Sampai dengan  Rp 50.000.000,00 5  %
Di atas Rp  50.000.000,00 s/d Rp 15 %
250.000.000,00
Di atas Rp250.000.000,00 s/d Rp 25 %
500.000.000,00
Di atas Rp 500.000.000,00 30 %
Tarif  PPh 21 atas  Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan
Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus
berdasarkan PP 68/2009 jo PMK-16/PMK.03/2010
1. Penghasilan berupa Uang Pesangon:
s.d. Rp 50 juta                     =  0%
> 50 juta s.d. 100 juta          =  5%
> 100 juta s.d. 500 juta        = 15%
> 500 juta                           = 25%
 Bersifat Final

2. Penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau


Jaminan Hari Tua
s.d. Rp 50 juta                    = 0%
> 50 juta                            = 5%
Bersifat final

11.  Bagaimana Tarif Pemotongan yang tidak mempunyai  NPWP ?


(1) Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21
dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif  yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
(2) Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% (seratus
dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong
dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
(3) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud diatas hanya berlaku
untuk pemotongan PPh  Pasal 21 yang bersifat tidak final.
(4)  Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai
penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang
lebih tinggi sebagaimana dimaksud diatas, mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, dalam tahun kalender yang
bersangkutan paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk masa
pajak Desember, PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan
tarif sebesar 20%  (dua puluh persen) lebih tinggi tersebut
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan
selanjutnya setelah  memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
12.  Berapa batas Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku
sekarang ? (1)  Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :

        a. Rp 15.840.000,00  untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;


        b. Rp 1.320.000,00  tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
        c. Rp 1.320.000,00  tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.
 (2) PTKP per bulan adalah PTKP per tahun dibagi 12 (dua belas), sebesar
       a. Rp 1.320.000,00  untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
       b. Rp 110.000,00  tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
      c.  Rp 110.000,00  tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah   dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga. 
(3) Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
     a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
   b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

RESUME PERBANDINGAN PTKP LAMA DAN BARU

      STATUS L A M A (2007) B A R U (2009)

TK/0 13.200.000 15.840.000


TK/1 14.520.000 17.160.000
TK/2 15.840.000 18.480.000
TK/3 17.160.000 19.800.000
K/0 14.520.000 17.160.000
K/1 15.840.000 18.480.000
K/2 17.160.000 19.800.000
K/3 18.480.000 21.120.000
K/I/0 29.040.000 33.000.000
K/I/1 30.360.000 34.320.000
K/I/2 31.680.000 35.640.000
K/I/3 33.000.000 36.960.000

13.  Selain PTKP biaya pengurang apa yang diperbolehkan ?


Pengurang yang diperbolehkan untuk penghasilan bruto pegawai tetap
terdiri dari biaya jabatan dan iuaran pensiun/jaminan hari tua. Sedang
untuk penerima pensiun hanya biaya pensiun.
1. Biaya Jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto maksimal Rp 500.000,-
sebulan atau setahun Rp 6.000.000,-.
2. Iuaran Pensiun/jaminan hari tua yang terkait dengan gaji yang dibayarkan
oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh
Menteri Keuangan
3. Biaya Pensiun sebesar 5% dari penghasilan bruto maksimal Rp 200.000,-
sebulan atau setahun Rp 2.400.000,-.

14.  Rumus dan contoh-contoh Penghitungan PPh Pasal 21 ?

        
1. Pegawai

Mahmud bekerja pada PT. ABC dgn penghasilan per bulan:


Gaji                               Rp. 5.000.000,-
Tunjangan Transport   Rp.    750.000,-
Tunjangan Jabatan     Rp.    750.000,-
PT. ABC mengikutkan Mahmud dalam program Jamsostek sesuai ketentuan dengan
produk sbb: JKK Kelompok I, JPK dan JKM, JHT
Mahmud adalah pengantin baru (menikah tgl. 5 Januari 2009) dan masih tinggal
dengan kedua orang tuanya yang tidak bekerja dan adiknya yang masih sekolah.
Berapa PPh 21 Mahmud Th. 2009?

Penghasilan bruto                                                                             


Gaji                                           Rp. 5.000.000,-
Tunjangan                                Rp. 1.500.000,-
Premi JKK, JPK & JKM         Rp.      87.000,- 
Jumlah                                      Rp. 6.587.000,-
Pengurangan yg diperbolehkan
Biaya Jabatan   Rp.    329.350,-
Iuran JHT            Rp.    100.000,-
Jumlah                                       Rp.      429.350,- 
Penghasilan Neto 1 bulan       Rp.   6.157.650,-
Penghasilan Neto 1 tahun                                    Rp. 73.891.800,-
PTKP (TK/2)                                                          Rp. 18.480.000,-
Penghasilan Kena Pajak                                      Rp. 55.411.800,-
PPh Pasal 21 terutang 1 tahun                            Rp.   3.311.650,-
PPh Pasal 21 terutang 1 bulan                            Rp.      275.971,-

2.  Upah  harian

Andhika (TK/0) bulan Mei 2009 bekerja sbg pagawai harian  Pada PT. ESQ. Ia
bekerja selama 15 hari dgn menerima upah sehari sebesar Rp. 170.000,-
Penghitungan PPh 21Terutang :
Upah sehari                                                         Rp.     170.000,-
Dikurangi                                                             Rp.     150.000,-
Penghasilan Kena Pajak sehari                        Rp.       20.000,-
PPh 21 sehari = 5% x Rp. 20.000,-                   Rp.         1.000,-
Pada hari ke 8 dilakukan penghitungan ulang sbb :
Upah 8 hari = 8 x Rp. 170.000,-                        Rp.  1.360.000,-
Dikurangi PTKP = 8/360 x Rp. 15.840.000,-   Rp.      352.000,-
Penghasilan Kena Pajak 8 hari                         Rp.  1.008.000,-
PPh 21 selama 8 hari = 5% x Rp. 1.008.000,- Rp.       50.400,-

PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja pada hari ke 8 :
Rp.50.400 – (7 x Rp. 1000,-) =  Rp. 43.400,-
PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh pemberi kerja pada hari ke 9 dst :
Upah sehari                                         = Rp. 170.000,-
Dikurangi PTKP sehari                      = Rp.   44.000,-
Penghasilan Kena Pajak Sehari       =Rp. 126.000,-
PPh sehari – 5% x Rp. 126.000,-     = Rp.    6.300,-

3.  Bukan Pegawai


      -  Bukan pegawai (termasuk tenaga ahli) yang memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan (antara
lain artis, olahragawan, pengajar, pengarang, agen iklan, pengawas
proyek, perantara, penjaja barang dagangan, agen asuransi, distributor
MLM, pemberi jasa lainnya)
Memperoleh pengurangan PTKP bulanan dgn 4 syarat:
-   Memperoleh penghasilan secara berkesinambungan;
-   Mempunyai NPWP;
-   Hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong Pajak;
-   Tidak memperoleh penghasilan lainnya.

Rumus
Tarif Ps. 17 (1a) x PhKP ((50%x Ph Bruto)-PTKP bulanan) kumulatif

4. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas ( Pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaries, penilai dan aktuaris)
Rumus
Tarif Ps 17 (1a) x 50% x Penghasilan Bruto Kumulatif
Contoh :
        Haura Defananda (K/1), dokter di RS Bunda Sehat. Data penghasilan dan
penghitungan PPh Ps. 21 selama Jan-Apr 2009 adalah :

5. Tiga Pihak 

Tarif dan Penerapannya


Tarif Ps. 17 (1a) x Penghasilan Bruto Kumulatif :
a.    Honorarium atau imbalan yg bersifat tidak teratur yg diterima dewan komisaris atau
dewan pengawas yg tidak merangkap sebagai pegawai tetap;
b.    Jasa produksi, tantiem, gratifikasi dan bonus yang bersifat tidak teratur yg diterima
oleh mantan pegawai;
c.    Penarikan pada Dana Pensiun oleh peserta program pensiun yg masih berstatus
sbg pegawai.
Contoh :
Krisna (K/3), anggota komisaris PT. ACE yang tidak merangkap sebagai pegawai
tetap. Data penghasilan dan penghitungan PPh Ps. 21 selama Jan-Jun 2009 :
DPP PPh
Bulan PPh Bruto DPP Tarif
Komulatif Ps.21
Januari 20.000.000 20.000.000 20.000.000 5% 1.000.000
April 40.000.000 30.000.000 50.000.000 5% 1.500.000
10.000.000 60.000.000 15% 1.500.000
Juni 30.000.000 30.000.000 90.000.000 15% 4.500.000
Jumlah 90.000.000 90.000.000 8.500.000

6. Pekerjaan atau jasa yang tidak bersifat berkesinambungan yang diterima oleh bukan
pegawai
Rumus :
Tarif Pasal 17 (1a) x 50 % Penghasilan Bruto
Contoh :
Cyntia (TK/3), artis, pada Juni 2009 tampil dalam  acara ulang tahun PT. Megah
Perkasa Motor dengan   mendapatkan honor Rp 10.000.000,-.
    Penghitungan PPh Ps. 21 :
          50% x 5% x Rp 10.000.000,- = Rp 250.000,-

7.  Pembayaran yang bersifat utuh dan tidah dipecah yang diterima oleh peserta kegiatan
Rumus :
Tarif  Ps 17 (1a) x  Penghasilan Bruto
Contoh :
Ricky Hidayat (K/1), atlet bulutangkis, pada Juli 2009 menjadi juara pada Jakarta
Open 2009 dengan  mendapatkan hadiah Rp 300.000.000,-.
    Penghitungan PPh Ps. 21 :
            5% x Rp  50.000.000,-  = Rp    2.500.000,-
          15% x Rp 200.000.000,- = Rp  30.000.000,-
          25% x Rp  50.000.000,-   = Rp  12.500.000,-
    PPh Pasal 21 Dipotong        =  Rp  45.000.000,-

8.  Penghitungan PPh Pasal 21 Disetahunkan apabila


- Kewajiban pajak subjektif sbg WPDN DIMULAI atau BERAKHIR dalam bagian tahun
pajak (WPLN niat menetap atau tinggal lebih dr 183 hari, WPDN meninggal dunia,
meninggalkan Indonesia selamanya)
-  Pegawai dipindahkan ke Kantor Cabang dari Kantor Pusat atau sebaliknya atau antar
cabang pada Pemberi Kerja yang sama (disetahunkan oleh Kantor Asal)

Contoh 1 :
Michael Bird (K/3) mulai bekerja 1 September 2009. Ia bekerja di Indonesia s.d
Agustus 2010. Selama tahun 2009 menerima gaji per bulan Rp. 12.000.000,-
Penghitungan PPh 21 tahun 2009 sbb :        
Gaji (4 x 12.000.000)                    Rp.  48.000.000,-
Biaya Jabatan                                Rp.    2.000.000,-
Penghasilan Neto 4 bulan             Rp.  46.000.000,-
Penghasilan Neto disetahunkan                       Rp.138.000.000,-
PTKP (K/3)                                                          Rp.   21.120.000,-
Penghasilan Kena Pajak                                    Rp.116.880.000,-
PPh Pasal 21 setahun                    Rp.  12.532.000,-
PPh Pasal 21 terhutang (4 bulan)  Rp.    4.177.333,-

Contoh 2 :
Dedy yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT. Bharata di Surabaya.
Sejak 1 Juni 2009 dimutasikan ke PT. Bharata Cabang Jakarta. Gaji Dedy pada
waktu bekerja pada PT. Bharata Surabaya adalah sebesar Rp. 6.000.000,- per bulan
dan naik menjadi Rp. 7.000.000,- setelah dipindahkan ke PT. Bharata Jakarta.
Selama bekerja di Surabaya maupun di Jakarta Dedy membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 100.000,- setiap bulan.
Gaji (Januari – Mei) Surabaya Rp.30.000.000,-
Pengurangan yg diperbolehkan                     
Biaya Jabatan   Rp.  1.500.000,-
Iuran Pensiun     Rp.     500.000,-
Jumlah                                        Rp.   2.000.000,-
Penghasilan Neto 5 bulan        Rp. 28.000.000,-
Penghasilan Neto disetahunkan                   Rp. 67.200.000,-
PTKP (TK/0)                                                    Rp.15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak                                Rp. 51.360.000,-
PPh Pasal 21 terutang setahun    Rp.   2.704.000,-
PPh Pasal 21 terhutang (5 bulan) Rp.   1.126.667,-

Gaji (Juni – Desember) Jakarta         Rp. 49.000.000,-


Pengurangan yg diperbolehkan                                             
Biaya Jabatan     Rp. 2.450.000,-
Iuran Pensiun       Rp.    700.000,-
Jumlah                                                     Rp.   3.150.000,-
Penghasilan Neto 7 bulan di Jakarta   Rp. 45.850.000,-
Penghasilan Neto masa sebelumnya   Rp. 28.000.000,-
Jumlah Penghasilan Neto                                       Rp. 73.850.000,-
PTKP (TK/0)                                                             Rp. 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak                                         Rp. 58.010.000,-
PPh Pasal 21 terutang 2009                  Rp.   3.701.500,-
PPh 21 masa sebelumnya                      Rp.   1.126.667,-
  PPh 21 terutang di Jakarta (7 bulan)      Rp.   2.574.833,-

9.  Contoh  Penghitungan PPh Pasal 21 Tidak Disetahunkan


Jaka seorang fresh graduate bekerja pada PT. SMO mulai 1 Juni 2009. Jaka belum
menikah. Gaji sebulan adalah sebesar Rp. 4 juta dan iuran pensiuan yang dibayar
tiap  bulan adalah Rp. 50 ribu.
Penghitungan PPh 21 tahun 2009 sbb : 
Gaji sebulan                                        Rp.    4.000.000,-
Biaya Jabatan                                    (Rp.      200.000,-)
Iuran pensiun                                      (Rp.        50.000,-)
Penghasilan Neto sebulan                 Rp.   3.750.000,-
Penghasilan Neto setahun (7 bulan) Rp. 26.250.000,-
PTKP (TK/0)                                        Rp. 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak                   Rp 10.410.000,-
PPh Pasal 21 terutang                       Rp.     520.500,-

10.      Contoh Penghitungan PPh 21 bagi Pegawai yang Pindah Kerja


Hendra yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT. Pakuwon Indah di
Surabaya. Sejak 1 Juni 2009 pindah kerja pada PT. Bintaro Estate di Jakarta. Gaji
Hendra pada waktu bekerja pada PT. Pakuwon Indah adalah sebesar Rp.
6.000.000,- per bulan dan naik menjadi Rp. 7.000.000,- setelah bekerja pada PT.
Bintaro Estate. Pada kedua perusahaan tersebut Hendra membayar iuran pensiun
sebesar Rp. 100.000,- setiap bulan.

Gaji (Januari – Mei) Pakuwon   Rp.30.000.000,-


Pengurangan yg diperbolehkan                                               
Biaya Jabatan  Rp. 1.500.000,-
Iuran Pensiun    Rp.    500.000,-
Jumlah               Rp.   2.000.000,-
Penghasilan Neto 5 bulan          Rp. 28.000.000,-
PTKP (TK/0)                                Rp. 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak           Rp. 12.160.000,-
PPh Pasal 21 terutang                Rp.      608.000,-

Gaji (Juni – Desember) Bintaro        Rp. 49.000.000,-


Pengurangan yg diperbolehkan                                               
Biaya Jabatan   Rp. 2.450.000,-            
Iuran Pensiun     Rp.    700.000,-
Jumlah                                                   Rp.   3.150.000,-
Penghasilan Neto 7 bulan di Jakarta Rp. 45.850.000,-
Penghasilan Neto masa sebelumnya Rp. 28.000.000,-
Jumlah penghasilan Neto                     Rp. 73.850.000,-
PTKP (TK/0)                                          Rp. 15.840.000,-
Penghasilan Kena Pajak                      Rp. 58.010.000,-
PPh Pasal 21 terutang 2009                Rp.   3.701.500,-
PPh 21 masa sebelumnya                    Rp.      608.000,-
PPh 21 terutang di Jakarta                   Rp.   3.093.500,-

Diposting oleh ADJIE "THEA" di 08.26

Anda mungkin juga menyukai