A. Pendahuluan
Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan atas
PP No 6/2005 tentang pemilihan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah membawa Indonesia pada titik di mana masalah peran pusat dan daerah masuk
kembali
pada wacana
publik
Sentralisasi
Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah adalah
argumen mana yang terbaik bagi masyarakat. Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak
selalu jelas.
Kepentingan di daerah bisa terbelah antara para elite penyelenggara negara dan
masyarakat lokal. Adalah mungkin pemerintah pusat memainkan peran menguatkan
masyarakat lokal dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan. Ketiga, dalam suatu
masyarakat yang berubah, tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus berubah
pula. Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang peran
pusat dan daerah. Misalnya, globalisasi akan meningkatkan kembali campur tangan pusat
di daerah di sisi-sisi tertentu. Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi
bersamaan pada aspek-aspek berbeda. Pusat mempunyai kecenderungan untuk
mendorong sentralisasi karena berbagai alasan.
Untuk alasan negatif dapat disebut alasan seperti kontrol sumber daya dan
menjadikan daerah sebagai sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang dapat bersifat
positif, seperti kestabilan politik dan ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak
terlalu buruk, dan mendorong program secara cepat. Harus diingat, dalam banyak negara,
termasuk Indonesia , pusat mempunyai sumber daya manajerial, kecakapan lebih banyak
dalam berinteraksi secara global, dan ada pada domain di mana pengaruh etik
pembangunan yang diterima secara internasional. Pemerintah pusat juga berada pada hot
spot proses politik. Adalah lebih mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di bawah
tekanan jika kekuatan masyarakat sipil bersatu. Bagaimana hal-hal itu dapat
menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif tergantung pada situasinya. Pertama yang
penting adalah legitimasi politik pemerintah pusat. Secara sederhana, harus dibedakan
antara legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi terhadap
birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan birokrasi untuk programnya
terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak bertahan lama dan dapat segera
dirusak oleh ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi.
Di Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan orientasi lumayan
pada awal reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan politik partai dan kelompok.
Penyelenggara negara di tingkat pusat terdiri dari beberapa partai politik. Kombinasi
antara partai politik yang hampir seluruhnya punya masalah akuntabilitas dan sistem
politik representasi (oleh partai politik yang dapat dikatakan sama di DPRD) yang tidak
akuntabel di tingkat lokal membuat masyarakat lokal tidak mudah memercayai pusat.
Jika ingin memperbaikinya, pemerintah pusat harus mampu membuat standar
2 | Sentralisasi dan Desentralisasi Anggaran
Pemerintah
akuntabilitas sendiri agar mendapat dukungan masyarakat lokal. Indonesia kini mulai
mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi ini bisa dimanfaatkan pemerintah
pusat untuk melakukan perubahan di tingkat daerah.
Kasus Argentina dan Brasil yang bersifat federalis menunjukkan jatuhnya legitimasi
para elite politik lokal memberikan kesempatan kepada elite nasional untuk melakukan
resentralisasi di bidang ekonomi untuk bidang- bidang tertentu. Kedua pemerintahan
banyak menggunakan struktur internal (birokrasi) untuk mengubah arah, tanpa terlalu
banyak berurusan dengan struktur politik yang ada. Kembali kepada persoalan awal,
masalah sentralisasi dan desentralisasi bukan lagi dipandang sebagai persoalan
penyelenggara negara saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa harus diletakkan pada
masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh orang-orang
partai politik juga kelompok-kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan dengan
pencapaian tujuan kesejahteraan umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di
banyak daerah dan langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal
dengan kepentingan sempit.
Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk berhadapan
dengan kekuatan tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang untuk
merekomendasikan penghentian pilkada, bukan melalui gubernur dan DPRD. Namun,
sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat secara institusional dan organisatoris.
Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak diharapkan untuk ikut mendorong perubahan
sistem politik yang ada sekarang, perbaikan penegakan hukum di daerah-daerah sangat
membantu kekuatan masyarakat pro perubahan. Birokrasi sekali lagi adalah alat
pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan daerah. Birokrasi, jika dirancang secara
sungguh-sungguh, bisa berperan sebagai alat merasionalisasikan masyarakat. Pemerintah
pusat, misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik yang
akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh dengan kepentingan
perpolitikan lokal.
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah representasi persoalan daerah di tingkat
pusat. Sekarang ini sistem perwakilan daerah yang ada baik di DPR maupun asosiasi
bersifat elitis. Tetap yang berlaku antara hubungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Persoalan daerah harus ditangani oleh sesuatu badan yang lebih independen dari
kepentingan yang ada di pusat dan daerah. Badan ini seharusnya mampu membahas apa
peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang paling diperlukan untuk
kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan yang otoritatif untuk membuat
3 | Sentralisasi dan Desentralisasi Anggaran
Pemerintah
Jumlah yang destujui oleh dewan direksi harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisien, dan efektif
e. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang bersifat tahunan maupun multi tahunan.
f. Akurat Anggaran
Estimasi anggarn hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi yang
dapat dijadikan sebagai kantong-kantong inefisiensi anggarann serta dapat
mengakibatkan
munculnya
underestime
pendapatan
dan
overestimete
pengeluaran.
g. Fleksibel
Anggaran bersifat fleksibel maksudnya ialah mampu menyesuaikan dengan apa
yang dibutuhkan saat ini apabila anggaran yang dianggarkan tidak sesuai dengan
tahun yang dianggarkan.
h. Jelas
Anggaran
hendaknya
sederana
dapat
dipahami
masyarakat
dan
tidak
membingungkan.
i. Partisipatif
Anggaran bersifat partisipatif maksudnya ialah semua sumber daya manusia
dapat meberikan kontribusi dalam penyusunan anggaran suatu
3. Karakteristik
a. Anggaran dapat dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain uang;
b. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun;
c. Anggaran erisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang berarti bahwa
para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan dalam anggaran;
d. Usulan anggaran direview dan disetujui ole pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusunan anggaran;
e. Sekali disetujui anggaran anya dapat di ubah kebawah kondisi tertentu; dan
f. Secara berkala kinerja keuangan sesungguhanya dibandingkan dengan anggaran
dan selisihnya di analisis dan dijelaskan.
4. Tujuan
5 | Sentralisasi dan Desentralisasi Anggaran
Pemerintah
a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi
dana.
b. Mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan digunakan.
c. Merinci sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga dapat
mempermudah pengawasan.
d. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal.
e. Menyempunakan rencana yang disusunkarena dengan anggaran menjadi lebih
jelas dan nyata terlihat.
f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan
dengan keuangan.
g. Pedoman kerja,alat pengkoordinasi kerja, alat pengawasan kerja
5. Kelemahan
a. Karena anggaran disusun berdasarkan estimasi (permintaan efektif, kapasitas
produksi dan lain-lain) maka terlaksananya dengan baik kegiatan-kegiatan
tergantung pada ketepatan estimasi tersebut.
b. Anggaran hanya merupakan rencana dan rencana tersebut baru berhasil apabila
dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
c. Anggaran hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk membantu
manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya, bukan menggantikannya.
d. Kondisi yang terjadi tidak selalu seratus persen sama dengan yang diramalkan
sebelumnya, sebab itu anggaran perlu memiliki sifat yang luwes.
6. Jenis-jenis anggaran
Menurut M Nafarin (2007 : 31), jenis-jenis anggaran dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang sebagai berikut:
a. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :
1) Anggaran variabel adalah anggaran yang disusun berdasarkan interval
(kisar), kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri
anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan)
yang berbeda.
6 | Sentralisasi dan Desentralisasi Anggaran
Pemerintah
C. Sentralisasi Anggaran
1. Konsep Dasar Sentralisasi
Sentralisasi adalah seluruh wewenang terpusat pada pemerintah pusat. Daerah tinggal
menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah
digariskan menurut Undang-Undang. Menurut ekonomi manajemen sentralisasi
adalah memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang
berada di suatu puncak pada sebuah struktur organisasi. Sentralisasi banyak
7 | Sentralisasi dan Desentralisasi Anggaran
Pemerintah
pusat
Totaliterisme penyelenggaraan
Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi,
Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi.
Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien, karena seluruh aktivitas organisasi
keseluruhan.
Menghasilkan strategi yang konsisten dalam organisasi.
Mencegah sub-sub unit menjadi independen.
Memudahkan koordinasi dan kendali manajerial.
Meningkatkan penghematan ekonomi dan mengurangi biaya berlebih.
Mampu meningkatkan spesialisasi.
3. Kelemahan
Selain kelebihan diatas sentraliasi memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a. Kebutuhan kebutuhan pekerjaan di daerah yang membutuhkan anggaran yang
spesifik tidak/ belum tentu dapat ditampung oleh pemerintah pusat
Luar Negri
Peradilan
Hankam
Moneter dalam arti mencetak uang, menentukan nilai uang, dan sebagainya.
Pemerintahan Umum
Dari segi ekonomi, efek positif yang di berikan oleh sistem sentralisasi ini
adalah perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya
pusat saja yang mengatur perekonomian. Sedangkan dampak negatifnya
adalah daerah seolah-olah hanya di jadikan sapi perahan saja dan tidak
dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masing- masing sehingga
terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.
2) Segi Sosial Budaya
Dengan di laksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan.Sehingga,
setiap daerah tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih
menguatkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang di miliki bangsa
Indonesia.
Sedangkan dampak negatif yang di timbulkan sistem ini adalah pemerintah
pusat begitu dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara.
Dominasi pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah telah menghilangkan
eksistensi daerah sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan
dinamika sosial budaya tersendiri, keadaan ini dalam jangka waktu yang
panjang mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada
akhirnya
mematikan
kreasi
dan
inisiatif
lokal
untuk
membangun
lokalitasnya.
3) Segi Keamanan dan Politik
Dampak positif yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah
keamanan lebih terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang
terjadi konflik antar daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
nasional Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga membawa dampak negatif
dibidang
ini.
Seperti
menonjolnya
organisasi-organisasi
kemiliteran.
10 | S e n t r a l i s a s i d a n D e s e n t r a l i s a s i A n g g a r a n
Pemerintah
2. Desentralisasi Pemerintahan
Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara
sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan
sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan
dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang
menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia
Desentralisasi di bidang pemerintahan adalah pelimpahan wewenang dari
Pemerintah Pusat kepada satuan organisasi pemerintahan di wilayah untuk
meyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang
mendiami wilayah tersebut.
Dengan demikian, prakarsa, wewenang, dan tanggung jawab mengenai urusan
yang diserahkan pusat menjadi tanggung jawab daerah, baik mengenai politik
pelaksanaannya,
perencanaan,
dan
pelaksanaannya
maupun
mengenai
segi
dimuat
pada
majalah
Tempo
Kamis
November
2004
daerah.
Karena
dengan
diterapkannya
sistem
desentralisasi
ini
diadakannya
desentralisasi
merupakan
suatu
upaya
untuk
16 | S e n t r a l i s a s i d a n D e s e n t r a l i s a s i A n g g a r a n
Pemerintah
di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini
menyebabkan pemerintah daerah lebih aktif dalam mengelola daerahnya.
Tetapi, dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang
berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan
golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi
atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di
tingkat pusat.
6.
Bentuk Kegiatan
Desentralisasi dapat dilakukan melalui empat bentuk kegiatan utama, yaitu:
a. Dekonsentrasi wewenang administrative
Dekonsentrasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat kepada
perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan
kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat
b.
keputusan.
Delegasi kepada penguasa otorita
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan
manajerial untuk melakukan tugas tugas khusus kepada suatu organisasi yang
c.
d.
17 | S e n t r a l i s a s i d a n D e s e n t r a l i s a s i A n g g a r a n
Pemerintah