Anda di halaman 1dari 12

1.

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Konsep good governance merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh sector
publik khususnya adalah pemerintah daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih
responsif atau cepat dan tanggap. Good governance adalah proses interaksi politik
antara pemerintah dan rakyat di berbagai bidang yang membahas tentang kepentingan
masyarakat luas dan tindakan pemerintah terhadap kepentingan tersebut. 10 (sepuluh)
prinsip good governance secara umum yakni akuntabilitas,pengawasan,daya tanggap,
profesionalisme, efisiensi dan efektifitas, transparansi, kesetaraan, wawasan kedepan,
partisipasi, serta penegakan hukum.
Mardiasmo (2006:2) dalam menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) mekanisme
yang dapat dilaksanakan daerah agar lebih responsif, transparan, dan akuntabel serta
selanjutnya dapat mewujudkan good governance yaitu: (1) mendengarkan suara atau
aspirasi masyarakat serta membangun kerjasama pemberdayaan masyarakat, (2)
memperbaiki internal rules dan mekanisme pengendalian, dan (3) membangun iklim
kompetisi dalam memberikan layanan terhadap masyarakat serta marketisasi layanan.
Ketiga mekanisme tersebut saling berkaitan dan saling menunjang untuk
memperbaiki efektivitas pengelolaan pemerintahan daerah. Penyebab kurang
berhasilnya good governance di Indonesia

disebabkan kurangnya perhatian

pemerintah terhadap budaya oranisasi. Hal ini seperti dikemukakan Sofian Effendi
(2005) dalam Eka Nurmala (2012) yang menyatakan salah satu penyebab kurang
berhasilnya

reformasi administrasi untuk mendukung penyelenggaraan tata

pemerintahan yang amanah dan baik karena pemerintah tidak menaruh pehatian yang
serius terhadap perubahan budaya organisasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
budaya organisasi memainkan peran penting di dalam penyelenggaraan tata
pemerintahan yang amanah dan baik. Akuntansi sektor publik memiliki keterkaitan
erat dengan paradigma otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang saat ini sedang
berjalan. Kaitannya dengan reformasi sektor publik, otonomi daerah menjadi salah
satu bagian dari reformasi sektor publik itu sendiri. Otonomi memberikan keleluasaan
(diskresi) pada daerah untuk mengembangkan sistem pengelolaan keuangan daerah
secara luas (Mardiasmo,2002). Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-undang no. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menjadi tonggak di mulainya
Otonomi Daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal, tantangan yang dihadapi akuntansi sektor publik adalah menyediakan
informasi yang dapat digunakan untuk memonitor akuntabilitas pemerintah daerah
yang meliputi akuntabilitas finansial (financial accountability), akuntabilitas
manajerial (managerial accountability), akuntabilitas hukum (legal accountability),
akuntabilitas politik (political accountability), dan akuntabilitas kebijakan (policy
accountability).

Pengembangan akuntansi dapat dijelaskan baik dari segi faktor budaya dan
lingkungan. Budaya dan lingkungan adalah kedua faktor yang membentuk konteks di
mana akuntansi beroperasi, dan pengakuan dari dampak budaya pada akuntansi
merupakan kontribusi penting dari literatur akuntansi internasional, Budaya
perusahaan dapat mempengaruhi efektivitas penerapan akuntansi. Dan budaya
organisasi dapat membentuk tindakan manajer dan pengambilan keputusan, termasuk
pilihan sistem kontrol. Dengan demikian, budaya organisasi mempengaruhi perilaku
pekerja untuk efektivitas praktek akuntansi, seperti, integrasi informasi keuangan,
pembentukan pelaporan, diseminasi laporan keuangan, informasi akuntansi dapat
dipercaya,
Penelitian ini merupakan penelitian replika dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Eka Nurmala (2012) dengan variabel budaya organisasi, efektivitas
penerapan akuntansi sector publik, dan good governance dengan objek penelitian
satuan kerja perangkat daerah di kota Medan . sedangkan objek penelitian yang
diteliti dalam penelitian ini pada SKPD Kabupaten Tana Toraja yang memiliki
karakteristik dan latar belakang objek penelitian yang berbeda. Sehingga penulis
mengambil judul Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Penerapan
Akuntansi Sektor Publik Serta Dampaknya Terhadap Good Governance ( Studi pada
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Tana Toraja).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Efektivitas Penerapan
Akuntansi Sektor Publik?
2. Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Good Governance?
3. Apakah Efektivitas Penerapan Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap
Good Governance?
1.3 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini:
1. Bagi para pengambil kebijakan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dan landasan untuk menentukan kebijakan terkait dengan
efektivitas penerapan akuntansi sektor publik serta dampaknya terhadap good
governance.
2. Bagi peneliti lainnya,dapat digunakan sebagai bahan pembanding dalam
penyusunan penelitian sejenis.
3. Untuk memperoleh bahan kajian serta pengalaman dalam mengadakan
penelitian khususnya pada organisasi sektor publik.
1.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Efektivitas Penerapan Akuntansi Sektor Publik Serta Dampaknya Terhadap
Good Governance Pada Satuan Perangkat Daerah (SKPD) Di kabupaten Tana Toraja.

2. Kajian Teori dan Pengembangan Hipotesis


2.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Penerapan Akuntansi
Sektor Publik
Menurut Mondy (1993) dalam Djokosantoso (2006) Budaya organisasi adalah
sistem nilai-nilai, keyakinan , dan kebiasaan bersama dalam organisasi yang
berinteraksi dengan

struktur formal untuk menghasilkan normal perilaku.

Sedangkan Mardiasmo (2006) budaya organisasi adalah sistem nilai-nilai yang


diyakini semua anggota organisasi

dan yang dipelajari, diterapkan, serta

dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat dan dapat


dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujan perusahaan yang
ditetapkan.
Menurut Indra Bastian (2006:3) akuntansi sektor publik merupakan suatu
produk yang dipahami sebagai kemajuan budaya dalam suatu organisasi. Dapat
disimpulkan bahwa budaya yang terdapat dalam organisasi dapat mempengaruhi
seberapa baik atau efektivitas dari penerapan akuntansi sector public dalam suatu
organisasi.

Sedangkan menurut Eka Nurmala (2012) budaya organisasi dapat membentuk


tindakan manajer dan pengambilan keputusan termasuk pilihan sistem kontrol.
2.2 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Good Governance
Keith Kevgen En Manav Thadani, (2003) dalam Eka Nurmala (2012)
menyatakan bahwa corporate culture was viewed as an integral part of the
governance mentality of accompany. Budaya perusahaan menunjukkan bagian yang
terpisahkan dari mentalitas governance dari suatu perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka
Nurmala (2012) untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas
penerapan akuntansi sektor publik serta dampaknya terhadap good governance pada
SKPD Kota Medan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa budaya organisasi
memberikan kontribusi yang cukup dalam meningkatkan efektivitas penerapan
akuntansi sektor publik namun belum mencapai tingkat maksimal yang diharapkan.
Hal ini menunjukkan budaya organisasi

pada SKPD kota Medan sudah baik,

sedangkan pengaruh budaya organisasi terhadap good governance masih tergolong


rendah.
2.3 Pengaruh Efektivitas Penerapan Akuntansi Sektor Publik
Pengertian good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang
baik. Sementara World Bank (1994) mendefinisikan good governance sebagai suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang
sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan penncegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,

menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha. Pembahasan mengenai pengaruh akuntansi sektor publik
terhadap good governance di Indonesia telah dilakukan oleh Mardiasmo (2002) yang
menyatakan good governance dan akuntansi sektor publik memiliki hubungan yang
kuat, dimana akuntansi sektor publik sebagai alat untuk melakukan elaborasi good
governanance ke tatanan yang lebih riil.

2.4 Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelitian Eka Nurmala (2012), budaya organisasi berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas penerapan akuntansi sektor publik, sedangkan budaya
organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap good governance.
2.5 Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Good Governance (Z) dan
Efektifitas

Penerapan Akuntansi

sector

Publik

(Y)

sedangkan

Variabel

Independennya yaitu Budaya Organisasi (X) pada SKPD Kabupaten Tana Toraja.
Dari kerangka pemikiran tersebut, selanjutnya akan diketahui bagaimana pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Y
X

EFEKTIVITAS
GOOD
PENERAPAN
GOVERNANCE
2.6 Pengembangan Hipotesis AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK
Berdasarkan kerangka pemikiran
tersebut di atas, maka hipotesis yang
BUDAYA
ORGANISASI

diajukan dalam penelitian ini adalah :

Budaya Organisasi terhadap Efektivitas Penerapan Akuntansi Sektor Publik


(H1)

Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Good Governance (H2)

Efektivitas Penerapan Akuntansi Sektor Publik berpengaruh terhadap Good


Governance (H3)

Metode Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah budaya organisasi, efektivitas penerapan


akuntansi sektor publik, dan good governance. Penelitian ini bermaksud untuk

memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap


efektivitas penerapan akuntansi sektor publik serta dampaknya terhadap good
governance. Penelitian ini akan dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang ada di Pemerintahan Kota Medan. Metode dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriftif. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah
verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di Kota Medan.
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh SKPD yang ada di Kabupaten
Tana Toraja. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah seluruh SKPD
yang ada di Kabupaten Tana Toraja. Sedangkan yang dijadikan responden dari setiap
SKPD adalah Kepala atau Wakil SKPD dan Bendahara atau Kepala Bagian
Akuntansi.

3.2 Definisi Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah budaya organisasi. Budaya


organisasi merupakan sistem dari shared value, keyakinan dan kebiasaan dalam
suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk
menciptakan norma-norma perilaku. (Robbins : 2003)

Variabel dependen dalam penelitian efektivitas penerapan akuntansi sektor publik


dan good governance. Menurut Indra Bastian (2006:6) akuntansi sektor publik

adalah mekanisme analisis akuntansi yang digunakan untuk mengelola dana


masyarakat di lembaga negara, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial pada
proyek kerja sama sektor publik dan swasta. Sedangkan good governance
menurut Kurniawan (2005) sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang
solid dan bertanggung jawab serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergian
.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini adapun jenis data yang digunakan adalah data kualitatif.
Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer. Data kualitatif atau
primer diperoleh dari reponden dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
kuesioner,wawancara, dan observasi. Data primer yang dikumpulkan melalui
penyebaran

kuesioner

perlu

dilakukan

pengujian

terlebih

dahulu

dengan

pertimbangan bahwa kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaanpertanyaan


merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini.

3.4 Analisis Data


3.4.1

Pengujian Data
Pengujian data memerlukan dua macam pengujian yaitu uji Validitas (test of

validity) dan uji reliabilitas (test of reliability). Uji validitas dilakukan dengan
menggunakan analisis faktor dengan kriteria suatu item dikatakan valid apabila
memiliki Kaiser Meyer Olkin > 0,5 dan faktor loading > 0,4. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha (), dimana suatu instrumen
dapat dikatakan handal (reliabel), bila memiliki Cronbach alpha > 0,6.

3.4.2

Pengujian Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah

analisis jalur (path analysis). Alasan digunakan model analisis jalur tersebut, karena
hubungan kausal antar variabel yang hendak diuji dibangun atas dasar kerangka
teoritis tertentu yang mampu menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel
tersebut. Analisis Jalur merupakan bagian dari statistika parametrik yang
mensyaratkan skala minimal interval, sehingga data ordinal hasil kuesioner perlu
dinaikkan menjadi skala interval melalui metode interval berurutan (Method of
Successive Interval). Penaikan skala dari ordinal ke interval ini dilakukan untuk
setiap item per subvariabel/variabel berdasarkan kepada skor ordinal responden.

Daftar Pustaka
Agung, Kurniawan, 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta,
Pembaharuan
Bastian, I., 2006, Akuntansi Sektor Publik : Suatu pengantar, Jakarta, Penerbit
Erlangga
Keith Kefgen and Manav Thadani, 2003, Corporate Governance and Organizational

Culture,

Ambika

Mehta,

Nov

4,

2003,

http://www.hvs.com/article/658/corporate-governance-and
organizationalculture/, diakses tanggal 15 Desember 2015
Mardiasmo,2002, Elaborasi Reformasi Akuntansi Sektor Publik: Telaah Kritis
Terhadap Upaya Aktualisasi Kebutuhan Sistem Akuntansi Keuangan
Pemerintah Daerah. JAAI Volume 6 No. 1, Juni 2002
Mardiasmo,2006, Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik:Suatu Sarana Good Governance, Jurnal Akuntansi
Pemerintah Vol. 2, No. 1, Mei 2006 Hal 1 17
Moeljono. D., 2005, Good Corporate Culture; Good Corporate Governance,
Jakarta, PT Elex Media Komputindo
Moeljono, Djokosantoso , 2006, Culture: Budaya Organisasi Dalam Tantangan,
Jakarta, PT Elex Media Komputindo
Robbins, Stephen P., 2003, Perilaku Organisasi, Edisi 10, Jakarta, Penerbit Salemba
Empat
Sofian Effendi , 2005, Membangun Budaya Birokrasi untuk Good
Governance,Disampaikan pada Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi
diselenggarakan pada Kantor Menteri Negara PAN,Y Yogyakarta 22
September 2005

Anda mungkin juga menyukai