Disusun oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum dapat dipahami bahwa manusia akan selalu berproses untuk
mencapai sebuah tatanan yang ideal. Makna yang terkandung didalamnya
menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi menuju
terciptanya manusia yang seutuhnya.
Perkembangan yang ada pada masyarakat tidak bisa terlepas dari realitas
individu. Hal ini berarti bahwa akan terbentuk individu-individu yang berinteraksi dan
pada gilirannya akan membentuk komunikasi tertentu yang menjujung sebuah nilai
dan etika bersama untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga keterkaitan antara
individu merupakan suatu keniscayaan dalam ummat atau masyarakat untuk mencapai
kehidupan yang memanusiakan manusia yang mempunyai aturan atau tatanan norma.
Dalam mencapai suatu tatanan pembangunan yang baik, masyarakat dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada dan mengenali kearifan local didaerahnya. Di
dalam kearifan local terkandung pula kearifan budaya local. Kearifan budaya local
sendiri adalah pengetahuan local yang sudah sedemikian menyatu dengan system
kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikamn dalam tradisi dan mitos yang
dianut dalam jangka waktu yang lama.
Maka dari itu saya mengambil tema moralitas di era globalisasi dengan judul
makalah “Partisipasi Masyarakart Dalam Pembangunan Daerah Berbasis Kearifan
Lokal”
B. Rumusan masalah
1. Apa makna pembangunan daerah?
2. Bagaimana peran masyarakat pembangunan daerah berbasis kearifan lokal?
3. Bagaimana meningkatkan mutu pembangunan daerah dengan kearifan lokal?
C. Tujuan masalah
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisa
lebih lanjut tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah dengan
berbasis kearifan lokal.
KAJIAN PUSTAKA
Dalam penyusunan artikel ini saya menggunakan referensi Tesis yang disusun
oleh mahasiswa PROGRAM PASCA SARJANA (PPs) UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN) sebagai kajian pustaka.
Di dalam tesis tersebut dijelaskan tentang Pengembangan masyarakat pada
dasarnya adalah pembangunan manusia, memang dalam pembangunan dibutuhkan
produksi barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup manusia. Tujuan akhir dari
pengembangan masyarakat adalah terwujudnya masyarakat mandiri, maju dan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera secara
lahir dan bahagia secara batin.
Dalam kearifan local, terkandung pula kearifan budaya local. Kearifan budaya
local sendiri adalah pengetahuan local yang sudah sedemikian menyatu dengan
system kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos
yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Jadi, untuk melaksanakan pembangunan
disuatu daerah, hendaknya pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah pola pikir
dan apa saja yang ada pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembangunan Daerah
Peningkatan mutu pembanguan daerah dan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas merupakan tantangan yang cukup besar bagi pembangunan insfrakstruktur
bangsa ini. Karena ketika sumber daya manusia di suatu kawasan melemah akan
berakibat fatal bagi perkembangan sumber daya alam di lingkungan tersebut.
Akibatnya terjadi pencemaran lingkungan, pembalakan liar , dan aksi-aksi lain yang
mengakibatkan kerusakan pada lingkungan, hal semacam inilah yang mesti di tangan
pemerintah untuk meningkatkan mutu yang lebih baik bagi kemajuan bangsa.
Tanpa mencampur adukkan birokrasi dalam hal pembangunan insfrakstruktur
sumber daya manusia dalam lingkungan sekitar. Salah satu metode yang dapat
dikembangkan secara mudah adalah dengan meningkatkan budidaya berkearifan lokal
atau semacam nilai-nilai tradisi yang di yakini oleh masyarakat sekitar semisal dalam
memecahkan masalah, kebiasaan masyarakat lokal adalah dengan cara
bermusyawarah, berdiskusi secara terbuka dan ramah, sehingga proses penyelesaian
sebuah Masalah tidak menimbulkan efek kerugian baik bagi individu-individu lain
maupun kerusakan pada lingkungan sekitar karena dalam proses musyawarah tersebut
terjadi kemufakatan, saling menerima keputusan yang telah ditetapkan.
Kearifan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan
yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi,
ekologi, dan lain-lain. Sumber daya lain mengatakan bahwa Keunggulan lokal adalah
hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber
daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama,
2007). Di sini dapat kita lihat benag merah bahwa dari kedua pengertian tersebut
dapat disangkal kearifan Lokal (KL) adalah suatu proses dan realisasi peningkatan
nilai dari suatu daerah sehingga menjadi produk / jasa atau karya lain yang bernilai
tinggi, bersifat unik dan memiliki keunggulan komparatif.
Budaya berbasis Kearifan lokal harus dikembangkan dari potensi daerah.
Potensi daerah adalah sumber daya yang dimiliki suatu daerah. Sebagai contoh
potensi kota Batu Jawa Timur Madura dan kawasan lain yang memiliki potensi
budidaya apel dan pariwisata. Pemerintah dan masyarakat kota Batu dapat melakukan
upaya dan program, agar potensi tersebut dapat diangkat menjadi keunggulan lokal
kota Batu sehingga ekonomi di wilayah kota Batu dan sekitarnya dapat berkembang
dengan baik.
Kualitas dari proses dan realisasi keunggulan lokal tersebut sangat dipercaya
oleh sumber daya yang tersedia, yang lebih dikenal dengan istilah 7 M, yaitu Man,
Money, Machine, Material, Methode, Marketing and Management(Manajemen
Pengantar 2012 up45 Yogyakarta). Jika sumber daya yang diperlukan bisa dipenuhi,
maka proses dan realisasi tersebut akan memberikan hasil yang bagus, dan demikian
Agak. Di samping perkembangan oleh sumber daya yang tersedia, proses dan realisasi
keunggulan lokal harus memperhatikan kondisi pasar, para pesaing, substitusi dan
perkembangan IPTEK, khususnya teknologi. Proses dan realisasi tersebut akan
menghasilkan produk akhir sebagai keunggulan lokal yang mungkin berbentuk
produk (barang / jasa) dan atau budaya yang bernilai tinggi, memiliki keunggulan
komparatif, dan unik.
Dari pengertian kearifan lokal tersebut maka pembangunan Berbasis kearifan
Lokal (PBKL) di lingkungan masyarakat adalah program peningkatan mutu sumber
daya manusia (SDM) yang diselenggarakan pada masyarakat, sesuai dengan
kebutuhan daerah, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam, sumber daya
manusia, geografis, budaya , historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat
dalam proses pengembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat
masyarakat di lingkungan sekitar.
Proses pengembangan sumber daya manusia akan menjadi lebih menarik,
memberi kegairahan pada semangat masyarakat, jika masyarakat dapat melihat
manfaat, makna dari peningkatan mutu sumber daya manusia menghadapi berbagai
masalah kehidupan yang dihadapinya saat ini bahkan di masa depan. Proses
peningkatan mutu sumber daya alam sekalipun akan memberikan suasana yang
menyenangkan ( pembelajaran yang menyenangkan ) jika berkaitan dengan potensi,
minat, hobi, bakat masyarakat dan penerimaan masyarakat, bahwa apa yang
lakukannya akan berguna bagi kehidupan kehidupannya di masa depan (kontekstual).
Karena masyarakat merasa mendapatkan keterampilan yang berharga untuk
menghadapi hidup. Jadi pada intinya potensi daerah atau keunggulan lokal adalah
potensi kontekstual yang dapat diangkat sebagai bahan pembelajaran yang menarik di
lingkungan masyarakat. Maka dari itu untuk meningkatkan pembangunan serta
kesejahteraan rakyat dalam hal otonomi daerah, sudah semestinya kita semua bisa
mengembangkan budidaya berkearifan lokal sebagai embrio bangsa yang bermutu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Terkait pembahasan diatas maka kearifan lokal yang ada dapat dikelola
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan hidup.
Program pengembangan masyarakat juga telah meningkatkan aktifitas
produktif. Banyak masyarakat yang membangun kerjasama yang mendukung
produksi, membantu proses penyimpanan, dan memfasilitasi pemasaran retail
dan barang.
Adapun prinsip-prinsip pokok yang perlu dikembangkan dalam
pemberdayaan sumber daya lokal adalah :
1) Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat
dibuat ditingkat lokal oleh warga masyarakat yang memiliki identitas yang
diakui peranannya sebagai pertisipan dalam proses pengambilan
keputusan pengembangan.
2) Focus utama pemberdayaan sumber daya lokal adalah memperkuat
kemampuan rakyat miskin dalam mengarahkan dan mengatasi asset-aset
yang ada pada masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.
3) Di dalam mencapai tujuan yang mereka tentukan menggunakan teknik
social learning di mana individu-individu berinteraksi satu sama lain
menembus batas-batas oraganisatoris dengan mengacu pada kesadaran
kritis masing-masing.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.google.com/url?
q=http://repository.radenintan.ac.id/4507/1/TESIS.pdf&usg=AFQjCNGpWeSt
qD24xGAx2YrlDdU5Qgu7Cw
2. https://yumeikochi.wordpress.com/2011/05/16/pembangunan-daerah/
3. https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/teori-partisipasi-konsep-partisipasi-
masyarakat-dalam-pembangunan-menurut-para-ahli-10