Anda di halaman 1dari 14

Perencanaan Pembangunan Regional

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH


A. Permasalahan Perencanaan Pembangunan Indonesia
Perencanaan merupakan aspek yang penting dalam melakukan setiap
kegiatan dari yang memiliki skala kecil, sampai skala makro seperti
negara. Perencanaan pembangunan ialah suatu program untuk
strategi pemerintah nasional, dalam menjalankan campur tangan
pemerintah

untuk

mempengaruhi

permainan

kekuatan-kekuatan

pasar, supaya terjadi perkembangan dalam proses sosial. Indonesia


sebagai negara yang besar memiliki berbagai tantangan dalam
melakukan perencanaan pembangunan ekonominya. Letak geografis
yang beranekaragam membuat Indonesia sulit melakukan pemerataan
pembangunan perekonomian.
Di dalam jangka panjang

pemerintah

harus

menghantarkan

masyarakat indonesia kepada kemakmuran, kesejahteraan lahir dan


batin, serta harus mengatasi masalah jangka panjang seperti masalah
pertumbuhan

ekonomi.

Sedangkan

di

dalam

jangka

pendek

pemerintah dituntut untuk selalu dapat membantu menciptakan iklim


usaha yang kondusif/ mendukung semua pihak. Sedangkan dipihak
lain harus dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi jangka pendek.
Dan sesungguhnya, keberhasilan pemerintah dalam jangka panjang
tidak

terlepas

dari

kemampuanya

menangani

masalah-masalah

ekonomi jangka pendek.


Disisi lain, adanya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan
dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam bentuk visi, misi, dan
arah pembangunan nasional.
Dalam melakukan pembangunan, Indonesia mengenal suatu sistem
yang mengatur pembangunan di Indonesia, dengan ruang lingkup
nasional

maupun

daerah

yaitu,

SPPN

(Sistem

Perencanaan

Pembangunan Nasional). SPPN ini tercantum dalam Undang-Undang


No. 25 Tahun 2004. Dalam rangka realisasi Sistem Perencanaan
1

Perencanaan Pembangunan Regional

Pembangunan dan Daerah ini, maka sudah sepatutnya memiliki


sasaran pokok yang ingin dicapai SPPN, jenis dokumen beserta
mekanisme pelaksanaannya dan pastinya juga ada permasalahan
yang

dihadapi.

SPPN

2004

ini,

dikeluarkan

pemerintah

untuk

memperbaiki berbagai kelemahan perencanaan pembangunan yang


dirasakan di masa lalu.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam melakukan perencanaan
pembangunan yaitu

diantaranya adanya egosektoral antara para

aparat pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, yang


menyebabkan sulitnya koordinasi dalam penyusunan rencana dan
pelaksanaan pembangunan, dan juga dapat memunculkan kurang
optimalnya pelaksanaan proses pembangunan, serta tidak tepat
sasaran yang ingin dituju. Permasalahan lainnya seperti kurangnya
sinkronisasi

antara

perencanaan

dan

pengawasan

sehingga

menimbulkan ketidakselarasan antara apa yang dilaksanakan dengan


apa yang diharapkan, dengan waktu dan dana yang habis digunakan
secara sia-sia, dan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan
dalam mewujudkan perencanaan pembangunan di Indonesia.
B. Sasaran Pokok SPPN
Berbagai macam permasalahan yang dihadapi peren perencanaan
pembangunan Indonesia, maka sasaran pokok SPPN antara lain:
1. Mendukung koordinasi antar-pelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun
antara Pusat dan Daerah
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan
C. Dokumen Perencanaan Pembangunan
Dalam proses perwujudan SPPN, terdapat lima dokumen yang
dijadikan sebagai bukti nyata dari hasil kegiatan perencanaan yang

Perencanaan Pembangunan Regional

telah dilakukan sebelumnya. Lima dokumen perencanaan tersebut


yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Rencana
Rencana
Rencana
Rencana
Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP).


Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
Strategis (Renstra).
Kerja Pemerintah (RKP).
Kerja Institusi (Renja).

Proses dan mekanisme penyusunan rencana pembangunan ada dua


yaitu

ada

rencana

pembangunan

pembangunan

daerah.

Pada

nasional

dasarnya,

dan

juga

mekanisme

rencana

atau

alur

penyusunan rencana pembangunan nasional dengan daerah sama,


dan perbedaannya hanya terletak di lembaga yang terlibat pada
setiap tahapan perencanaan.
D. Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan Pembangunan
Salah satu sasaran utama SPPN 2004 adalah untuk meningkatkan
keterpaduan dan sinergitas perencanaan antara pusat dan daerah
serta antar daerah terkait. Hal ini sangat penting artinya dalam rangka
mewujudkan kesatuan arah dan efisiensi proses pembangunan secara
nasional sehingga sasaran yang dituju akan akan dapat diwujudkan
secara lebih cepat dan tepat. Aspek ini menjadi lebih penting dalam
era otonomi dewasa ini dimana daerah diberikan kewenangan yang
lebih luas sehingga dapat menentukan sendiri arah, strategi dan
kebijakan pembangunan sendiri.
Di dalam SPPN 2004, upaya untuk meningkatkan keterpaduan dan
sinergitas pembangunan nasional tersebut dilakukan dengan jalan
menciptakan keterkaitan antara dokumen perencanaan pembangunan
yang disusun oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah, mulai dari
RPJP sampai dengan Renja SKPD antara tingkat nasional dan daerah.
Bahkan keterkaitan ini tidak hanya antar dokumen perencanaan, tetapi
sampai kepada dokumen anggaran. Secara skematis, keterkaitan antar
dokumen perencanaan pembangunan dan penganggaran tersebut dapat
terlihat pada skema berikut ini.

Perencanaan Pembangunan Regional

Gambar 1. Skema Alur Perencanaan dan Penganggaran


Keterkaitan

pertama

yang

sangat

penting

dan

harus

diupayakan

semaksimal mungkin adalah antar RPJP nasional dan RPJP Daerah.


Sebagaimana ditetapkan dalam SPPN 2004, penyusunan RPJP daerah
harus mengacu pada RPJP nasional, Hal ini sangat penting artinya untuk
menjaga agar pelaksanaan pembangunan daerah dalam jangka panjang

Perencanaan Pembangunan Regional

searah,

terpadu

dan

saling

mendukung

dengan

pelaksanaan

pembangunan nasional, Dalam rangka ini Undang-undang No. 7 Tahun


2007 tentang RPJP Nasional telah mengamanatkan bahwa periode RPJP
Nasional harus sama dengan periode RPJP Daerah yaitu 2005-2025,
walaupun waktu penyusunan RPJP daerah tergantung dari pelaksanaan
PILKADA daerah bersangkutan. Disamping itu, Peraturan Pemerintah
No. 40 Tahun 2006 dan No. 08 Tahun 2008 juga memberikan acuan yang
lebih rinci tentang tata cara dan sistematika penyusunan dokumen
perencanaan baik untuk tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Keterkaitan selanjutnya yang perlu diupayakan adalah antara RPJM
Nasional dengan RPJM Daerah. Mengingat pembangunan daerah adalah
bagian intergral
RPJM

dari

pembangunan nasional, maka keterkaitan antara

daerah dengan RPJM nasional merupakan keharusan untuk

mewujudkan keterpaduan dan sinergi pembangunan. Selanjutnya agar


pembangunan dalam daerah sendiri juga
terpadu

maka

keterkaitan

antara

dapat

RPJMD

dilakukan

secara

dan Renstra SKPD dari

masing-masing dinas perlu pula diwujudkan. Keterkaitan ini menjadi lebih


penting lagi dalam era otonomi daerah dimana dinas dan instansi telah
berfungsi sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan bukan lagi
sebagai wakil dari instansi teknis dari pemerintah pusat. Hubungan antara
RPJM nasional dengan Rencana Strategis Kementerian dan Lembaga
(Renstra KL) dan hubungan

antara

RPJMD

dengan

Renstra

SKPD

adalah bersifat mengikat (menjadi pedoman). Sedangkan hubungan


antara RPJM nasional dan RPJM daerah adalah bersifat konsultatif yang
berarti bahwa penyusunan RPJMD harus memperhatikan RPJM nasional.
RPJM dan Renstra adalah dokumen perencanaan jangka menengah untuk
periode

tahun,

Agar

perencanaan

pembangunan

menjadi

lebih

operasional, maka rencana jangka menengah ini perlu dijabarkan lebih


lanjut menjadi rencana tahunan (Annual Planning). Mengikuti terniinolgi
dan istilah teknis resmi yang ditetapkan dalam SPPN 2004, rencana
tahunan pada tingkat nasional dinamakan Rencana
(RKP) yang disusun oleh pemerintah
daerah

rencana

tahunan

tersebut

Kerja

Pemerintah

pusat. Sedangkan pada tingkat

disebut

sebagai

Rencana

Kerja
5

Perencanaan Pembangunan Regional

Pemerintah Daerah (RKPD). Hubungan Renstra KL dengan RKP dan


Renstra SKPD dan RKPD adalah bersifat mengikat yaitu penyusunan
rencana tahunan harus berpedoman
pada rencana limatahunan. Sedangkan hubungan antara Renstra KL
dan Renstra SKPD adalah bersifat konsultatif yaitu penyusunan Renstra
SKPD harus memperhatikan Renstra KL.
Sesuai dengan SPPN 2004, RKPD merupakan dasar untuk penyusunan
Rencana Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD). Karena itu
penyusunan RKPD tersebut perlu dilakukan secara lebih rinci dengan
tekanan utama pada penetapan program dan kegiatan prioritas tahun
bersangkutan Disamping itu, untuk memudahkan penyusunan RAPED,
program dan kegiatan dalam RKPD harus pula mencakup indikator dan
target kinerja serta perkiraan kebutuhan dana untuk mendukung
pelaksanaan masing-masing program dan kegiatan tersebut.
E. Proses dan Mekanisme Penyusunan Rencana Pembangunan
Mekanisme perencanaan menyangkut dengan prosedur pelaksanaan,
instansi

terlibat,

berwenang
diperlukan

jadwal

menetapkan
sebagai

melaksanakan

pelaksanaannya
dokumen

pedoman

penyusunan

dan

perencanaan.

bagi

aparat

dokumen

pejabat

yang

Mekanisme

perencanaan

berikut

ini

dalam

penetapannya.

Mekanisme perencanaan yang dilakukan pada tingkat nasional pada


dasarnya adalah sama dengan tingkat daerah dan perbedaannya
hanyalah

pada

lembaga

yang

terlibat

pada

setiap

tahapan

perencanaan.
Menteri perencanaan pembangunan nasional yang dibantu oleh
Bappenas
sedangkan

menyiapkan
Kepala

rancangan

Bappeda

(konsep

menyiapkan

awal)

RPJP

rancangan

nasional,

RPJP

untuk

daerahnya masing-masing. Rancangan RPJP nasional dan RPJP daerah


tersebut

kemudian

dijadikan

bahan

utama

bagi

Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) jangka panjang. Dalam


Musrenbang ini diikutsertakan pemuka dan tokoh masyarakat, pemuka
adat, cerdik pandai, LSM dan lain-lainnya dalam rangka menyerap

Perencanaan Pembangunan Regional

aspirasi masyarakat guna memberikan masukan dalam penyusunan


dokumen perencanaan. Rincian prosedur pelaksanaan Musrenbang ini
diatur lebih lanjut dalam surat edaran Mendagri
dan
Menteri
Perencanaan Pembangunan sedangkan alur keterkaitannya dapat dilihat
pada gambar 1.
Prosedur ini juga berlaku pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten
dan kota, dalam penyusunan RPJMD dan RKPD (rencana tahunan).
BAPPENAS menyiapkan
BAPPEDA

rancangan

awal

RPJM

nasional

dan

menyiapkan rancangan awal RPJMD. Sedangkan Rencana

Strategis Departemen dan lembaga (Renstra KL) disiapkan oleh masingmasing departemen di tingkat pusat dan Renstra SKPD disiapkan oleh
dinas dan instansi daerah. Dengan demikian akan terdapat 3 bentuk
Musrenbang yaitu Musrenbang Jangka Panjang dalam rangka penyusunan
RPJP, Musrenbang Jangka Menengah dalam rangka penyusunan RPJM dan
Musrenbang

Tahunan

dalam

rangka

penyusunan

RKPD.

Aspirasi

masyarakat yang berkembang dalam Musrenbang selanjutnya dijadikan


masukan utama untuk perbaikan dokumen perencanaan pembangunan
sebelum difinalkan.
Terdapat perbedaan prosedur penetapan RPJM antara ketentuan yang
tertera dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Undang'undang No. 32
tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Pada Undang-undang No. 25
tahun 2004, dinyatakan bahwa RPJM ditetapkan dengan Peraturan
Presiden (untuk nasional) dan Peraturan Kepala Daerah uhtuk RPJM
Daerah. Sedangkan pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004, RPJM
nasional harus ditetapkan oleh DPR dengan Undang- undang dan RPJM
Daerah oleh DPRD dengan PERDA. Perbedaan ini tentunya menimbulkan
kebingungan bagi aparat perencana pembangunan baik di tingkat pusat
maupun daerah sehingga perlu ada jalan keluar yang cukup logis ditinjau
dari segi prinsip Ilmu Hukum maupun Ilmu Politik.
Dari segi Ilmu Hukum terdapat suatu prinsip yang dinamakan sebagai
"Leg Specialist" yang berati bahwa bila terdapat suatu undang-undang
yang mengatur khusus tentang suatu hal, maka ketentuan tersebut
seharusnya dijadikan pedoman utama untuk hal-hal yang diaturnya.
7

Perencanaan Pembangunan Regional

Karena Undang-undang No. 25 Tahun 2004 khusus mengatur tentang


Sisteni

Perencanaan

Pembangunan

Nasional,

maka

pengelolaan

perencanaan pembangunan harus mempedomani undang-undang ini dan


bukan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 walaupun didalamnya juga ada
bab yang membahas tentang perencanaan pembangunan. Dengan
demikian, sangat beralasan kiranya bila dikatakan bahwa penetapan RPJM
seharusnya dilakukan melalui Peraturan Presiden atau Peraturan Kepala
Daerah sesuai dengan amanat Undang-undang No. 25 Tahun 2004
tersebut dan bukan berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004.
Dari segi Ilmu Politik, karena dewasa ini Indonesia telah melakukan
sistem

pemilihan

langsung,

maka

pemilihan

Presiden

dan

Kepala

Daerah langsung dilakukan oleh rakyat dan bukan oleh DPRD. Ini berarti
Presiden dan Kepala Daerah terpilih bertanggung jawab langsung kepada
rakyat dan bukan kepada DPRD. Mengingat RPJM berisikan visi dan misi
yang telah dijanjikan kepada rakyat, maka penentapan RPJM seharusnya
dilakukan oleh kepala daerah sendiri dan tidak oleh DPRD. Dengan
demikian

baik

dari

segi

Ilmu

Hukum maupun Ilmu Politik, maka

penentapan RPJM oleh Kepala Daerah sendiri sesuai Undang-undang No.


25 Tahun 2004 adalah sangat logis dan cukup beralasan. Sedangkan
dalam penetapan RPJP tidak terdapat perbedaan pendapat antara kedua
undang-undang, yaitu sama-sama ditetapkan oleh DPRD dalam bentuk
Peraturan Daerah.
Aspek

lainnya yang berbeda dalam SPPN 2004 dibandingkan dengan

ketentuan yang berlaku sebelumnya adalah menyangkut dengan jenis


dokumen perencanaan
penyusunan

yang

dijadikan

dasar

utama

dalam

anggaran. Ketentuan sebelumnya menyatakan bahwa

Renstra Daerah (Renstrada) merupakan dasar utama penyusunan RAPED.


Mengingat Renstrada adalah perencanaan untuk 5 tahunan, tentu isinya
tidak sampai kepada kegiatan dan kebanyakan hanya sampai pada
program pembangunan. Akibatnya penyusunan RAPED sering mengalami
kesulitan karena penyusunan anggaran lebih banyak dilakukan pada
tingkat kegiatan.

Perencanaan Pembangunan Regional

Untuk mengatasi hal tersebut, maka SPPN 2004 mengamanatkan


bahwa dasar utama penyusunan RAPED bukan Renstrada, tetapi
adalah RKPD yang merupakan
Sebagai

sebuah

dokumen

perencanaan

perencanaan

tahunan

RKPD

tahunan.
merupakan

perencanaan yang lebih operasional dan rinci yang berisikan program


sampai pada tingkat kegiatan. Dengan demikian, penyusunan RAPED
untuk tahun tertentu diperkirakan tidak akan mengalamai kesulitan
bila penyusunannya didasarkan pada RKPD pada tahun bersangkutan.
Skema 4.2 memberikan skema proses penyusunan perencanaan dan
penganggaran tahunan khusus untuk tingkat daerah.
F. Perencanaan dan Penganggaran
Terdapat kendala perencanaan dan penganggaran secara umum dan
spesifik. Kendala umum, yaitu:
1. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi
sehingga tidak tepat sasaran.
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran
dan proses politik dalam menerjemahkan dokumen perencanaan
menjadi dokumen anggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat warga (civil society).
4. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian
(safeguarding).
5. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
6. Ketergantungan

pada

sumberdana

dari

donor

dan

lembaga

internasional.
Permasalahan

(spesifik)

dalam

perencanaan

dan

penganggaran,

adalah:
1. Permasalahan yang terkait dengan struktur program dan kegiatan
perencanaan dan penganggaran antara lain adalah:
a. Pelaksanaan (operasional) perencanaan yang diwujudkan dalam
bentuk program, cenderung disusun dengan pendekatan input
based.
b. Program digunakan oleh beberapa Kementerian Negara/Lembaga.
c. Program memiliki tingkatan kinerja yang terlalu luas.

Perencanaan Pembangunan Regional

d. Program

memiliki

tingkatan

yang

sama

atau

lebih

rendah

dibandingkan kegiatan. Masih ditemui adanya beberapa keluaran


yang tidak berkaitan dengan pencapaian kinerja.
2. Permasalahan yang terkait dengan tidak sinerginya perencanaan
pusat, perencanaan sektoral dan daerah.
a. Pembangunan nasional (makro) semata-mata agregasi (gabungan)
atas pembangunan-pembangunan daerah/wilayah atau bahkan
sekedar gabungan pembangunan antar sektor semata.
b. Pembangunan nasional adalah hasil sinergi berbagai bentuk
keterkaitan (linkages), baik keterkaitan spasial (spatial linkages
atau regional linkages), keterkaitan sektoral (sectoral linkages) dan
keterkaitan institusional (institutional linkages).
3. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu
diperhatikan antara lain:
a. Demokratisasi, Proses perencanaan pembangunan dituntut untuk
disusun secara terbuka dan melibatkan semakin banyak unsur
masyarakat.
b. Otonomi Daerah, Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu
sinkron dan sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten.
c. Globalisasi, Perencanaan pembangunan dituntut untuk mampu
mengantisipasi kepentingan nasional dalam kancah persaingan
global.
d. Perkembangan Teknologi, Perencanaan pembangunan dituntut
untuk selalu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat.
G. Pengendalian (Monitoring) dan Evaluasi
1. Pengendalian Pelaksanaan Rencana :
a. Pimpinan Kementerian/Lembaga/SKPD melakukan pengendalian
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tugas dan
kewenangan masing-masing.
b. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan merupakan
tugas

dan

fungsi

yang

melekat

pada

masing-masing

Kementerian/ Lembaga/ SKPD.


c. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan
untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan
yang tertuang dalam rencana dilakukan melalui kegiatan koreksi
dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut.
d. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing10

Perencanaan Pembangunan Regional

masing pimpinan kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat


daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya
2. Evaluasi Pelaksanaan Rencana :
a. Merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data
dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan
kinerja pembangunan.
b. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja
yang

tercantum

dalam

dokumen

rencana

pembangunan.

Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input),


keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact).
c. Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian/
lembaga, baik pusat maupun daerah, berkewajiban untuk
melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan
dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
d. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
kementerian/lembaga, baik pusat maupun daerah, mengikuti
pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin
keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masingmasing jangka waktu sebuah rencana.
H. Perencanaan Pembangunan Nasional vs Daerah
Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2004, sesuai
dengan apa yang dilakukan pada tingkat nasional, setiap daerah juga
diwajibkan menyusun seperangkat
yang
SKPD.

meliputi

RPJPD,

Mekanisme

dokumen

RPJMD, Renstra

penyusunan

perencanaan

SKPD,

RKPD

daerah

dan

dokumen perencanaan

Renja

tersebut

pada tingkat daerah juga sama dengan apa yang dilakukan pada
tingkat nasional. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa
hal ini diperlukan dan apa perbedaan prinsipil yang mengharuskan
masing-masing

daerah

untuk

menyusun

sendiri

dokumen

perencanaannya sebagai pasangan dari dokumen perencanaan pada


tingkat nasional.

11

Perencanaan Pembangunan Regional

Secara umum ada 4 hal pokok yang menjadi dasar pertimbangan


utama yang menyebabkan perlunya masing-masing daerah menyusun
dokumen perencanaannya sendiri. Keempat hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Struktur
pembangunan

daerah

berbeda

dengan

struktur

pembangunan nasional.
2. Pada pembangunan daerah terdapat interaksi yang erat dengan
daerah lainnya baik dalam bentuk perdagangan, perpindahan
penduduk dan mobilitas modal.
3. Struktur dan komponen keuangan

daerah

berbeda

dengan

keuangan nasional.
4. Ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan
pembangunan

daerah

berbeda

dengan

lingkup

kewenangan

pemerintah pusat.
Perbedaan struktur pembangunan nasional dan daerah terletak pada
ruang lingkup dan sistem perencanaan pembangunan yang digunakan.
Dari

segi

ruang

lingkup,

pembangunan

keseluruhan negara Indo- nesia,

nasional

sedangkan

hanya mencakup kegiatan pembangunan

yang

jelas

mencakup

pembangunan
terjadi

pada

daerah
daerah

bersangkutan saja. Sistem pembangunan nasional lebih banyak bersifat


sektoral sesuai dengan susunan organisasi pemerintah. Sedangkan sistem
pembangunan yang digunakan pada tingkat daerah lebih banyak bersifat
regional dengan mengutamakan keterkaitan antar sektor. Dalam hal ini,
aspek lokasi dan tata~ruang menjadi penting karena kondisi geografis
daerah yang sangat bervariasi. Dengan demikian pola pembangunan
pada suatu daerah akan berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya.
Perbedaan pola pembangunan daerah tersebut menyebabkan masingmasing daerah perlu menyusun sendiri perencanaan pembangunannya
dengan tetap mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
nasional.
Berbeda dengan tingkat nasional, pada tingkat daerah terdapat interaksi
yang sangat erat antara suatu daerah dengan daerah lainnya, terutama
yang berdekatan. Interaksi ini dapat terjadi dalam bentuk perdagangan
antar daerah, perpindahan penduduk dan perpindahan modal antar

12

Perencanaan Pembangunan Regional

daerah. Ini berarti bahwa kemajuan pembangunan suatu daerah akan


sangat ditentukan pula oleh apa yang terjadi didaerah sekitarnya, dan hal
ini

harus

dipertimbangkan

secara

kongkrit

dalam

perencanaan

pembangunan daerah. Sedangkan dalam perencanaan pembangunan


nasional, interaksi antar daerah ini diabaikan dan yang ada adalah
interaksi dengan negara lain dalam bentuk perdagangan internasional dan
penanaman modal asing, Perbedaan struktur keuangan nasional dan
daerah sangat dirasakan terutama dalam era otonomi daerah, Pada
tingkat nasional, penerimaan negara terutama berasal dari pajak (PPN
dan PPh) dan pengahsilan dari minyak bumi. Sedangkan
daerah

sumber

utama

penghasilan

berasal

pada

tingkat

dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD) baik dalam bentuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta
Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumberdaya
Alam, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Karena
itu, tidaklah mengherankan bilamana kemampuan keuangan daerah
menjadi sangat bervariasi, tergantung dari potensi daerah masingmasing. Perbedaan kemampuan keuangan daerah menyebabkan daerah
harus menggunakan strategi, kebijakan dan program pembangunan
yang berbeda sesuai dengan kondisi keuangannya masing-masing.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kewenangan
dalam

pengelolaan

pembangunan

dibagi

antara

pemerintah

pusat

dan pemerintah daerah, baik propinsi maupun kabupaten dan kota.


Kewenangan pemerintah pusat terletak pada pengelolaan pertahanan dan
keamanan, politik luar negeri, moneter dan keuangan, peradilan dan
agama. Sedangkan kewenangan
pembangunan

yang

propinsi

terletak

pada

pengelolaan

bersifat lintas kabupaten dan kota seperti

perhubungan, perkebunan dan kehutanan. Sedangkan kewenangan pada


tingkat kabupaten dan kota adalah selain dari kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintah pusat dan propinsi. Perbedaan kewenangan ini tentunya
akan sangat mempengaruhi pula jenis perencanaan pembangunan yang
dimiliki pada tingkat nasional dan tingkat daerah.
REFERENSI:
13

Perencanaan Pembangunan Regional

Didi Rasidi. 2014. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


(SPPN). Tersedia:
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajianperencanaan/sistemperencanaanpembangunannasionalsppn (18 Februari
2016)
Cassiouvheyaa.
Tersedia:

2011.

Awal

Mula

Perencanaan Pembangunan.

https://cassiouvheyaa.wordpress.com/2011/07/10/37/

(18

Februari 2016)

14

Anda mungkin juga menyukai