Disusun oleh :
Muhammad Rizki Inabah (3.0120)
Kelas A-1
~2~
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................4
A. PERMASALAHAN...........................................................................8
B. PEMBAHASAN ..............................................................................12
KESIMPULAN ................................................................................17
~3~
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
~4~
Daerah diberikan kewenangan antara lain untuk menetapkan pajak
dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
diskresi untuk menetapkan tarif yang sesuai dengan kemampuannya dan
sumber lain yang sah. Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah
daerah harus memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan
keadilan, melibatkan peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan
memperhatikan potensi daerah.
B. Tujuan Penulisan
~5~
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Jenis-Jenis Pendapatan :
A. Pajak Daerah
~6~
Di dalam UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dinyatakan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Selanjutnya, di dalam UU nomor 28 tahun 2009 ditegaskan
bahwa pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa jenis, yakni Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.
~7~
BAB III
A. PERMASALAHAN
~8~
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk
mengguji apakah regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Multikolinearitas yang berbahaya terjadi
apabila nilai dari variance inflation factor (VIF) lebih besar
dari 10 (Ghozali, 2005 : 91).
Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara
residual pada periode t dengan residual periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
(Ghozali, 2005), bila nilai DW terletak diantara batas atas
atau upper bound (du) dan 4 – upper bound (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen
ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2005 :
105).
d. Uji Hipotesis
Analisis Determinasi (R2 ) Analisis determinasi dalam
regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel independen
secara serentak terhadap variabel dependen. Analisis
regresi linear antar dua atau lebih variabel independen
dengan satu variabel dependen. Dalam hal ini penulis
ingin melihat seberapa besar pengaruh penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independennya yang dimaksudkan dalam model
regresi secra bersama-sama terhadap variabel dependen
~9~
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (5%). Kriteria
pengujian uji F adalah apabila nilai signifikan Fhitung
lebih rendah dari 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan
bahwa semua variabel independen yang diteliti secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05 (5%). Untuk uji t, penelitian ini
membandingkan antara thitung lebih besar dari ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen. ANALISIS DAN EVALUASI Statistik
deskriptif keseluruhan variabel penelitian mencakup nilai
minimum, maksimum, ratarata dan standar deviasi
adalah seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel. 1
Dari tabel 1 dijelaskan bahwa jumlah data (N) yang diuji sebanyak 63.
Selain itu diperoleh gambaran nilai minimum, maksimum, rata-rata serta
standar deviasi masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
~ 10 ~
14.519.784.574,8 dengan standar deviasi Rp
9.693.202.831,4.
Dari hasil analisis regresi pada tabel 2 diatas maka dapat disusun
persamaan regresi sebagai berikut: PAD = 21.714.772.670,1+ 0,901 X1 +
0,358 X2 + e Persamaan regresi diatas mempunyai arti sebagai berikut: −
Konstanta (α) = 21.714.772.670,1 Artinya bila variabel penerimaan pajak
daerah (X1) dan penerimaan retribusi daerah (X2) sama dengan nol.
Maka besarnya pendapatan asli daerah (Y) sebesar 21.714.772.670,1. −
Penerimaan Pajak Daerah (βX₁) = 0,901 Artinya apabila terjadi kenaikan
pada variabel pajak daerah dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 0,901 atau 9,01%. − Penerimaan
Retribusi Daerah (βX₂) = 0,358 Artinya apabila terjadi kanaikan pada
variabel retribusi daerah dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 0,358atau 3,58%. 1. Uji
Multikolinieritas Model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen, oleh sebab itu dilakukan uji
multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
~ 11 ~
Dari hasil tabel 3 di atas dapat diketahui nilai Variance Inflance Vactor
(VIF) kedua variabel, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah adalah 1,905
lebih kecil dari 10, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa antara variabel
independen tidak terjadi persoalan multikoliniearitas. 2. Uji Autokorelasi
Salah satu syarat dalam model regresi adalah tidak adanya autokorelasi.
Uji autokorelasi yang digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (DW)
dengan hasil output sebagai berikut :
B. PEMBAHASAN
~ 12 ~
keunggulan budaya dan potensi asli daerah. Kedua, kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak atau retribusi yang relatif rendah. Ketiga,
lemahnya sistem hukum dan administrasi pendapatan daerah. Keempat,
kelemahan kualitas SDM aparatur. Kelima, kekhawatiran birokrasi akan
kegagalan dalam menjalankan programnya. Keenam, ketidakoptimisan
akan hasil yang mungkin dicapai. Ketujuh, sering kali pengeluaran biaya
yang digunakan untuk menjalankan program dinaikkan (mark up) sejak
awal pada setiap anggarannya. Padahal jika sejak awal penganggaran
biaya program diefektifkan sehemat mungkin, maka sisa yang ada dapat
digunakan untuk menjalankan program lainnya dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Berbeda dengan catatan penyebab di atas, menurut Jaya (1996)
Mengungkapkan penyebab utama rendahnya PAD adalah sebagai
berikut.
~ 13 ~
2. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) relatif masih sama. Meskipun pada tatanan otonomi
daerah yang berlaku saat ini telah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Namun, dalam
Daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi yang
masih dapat diterapkan, tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang.
Keempat, daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak
yang besar masih diatur oleh pusat yaitu Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak rokok. Kelima, adalah kesiapan Sumber
Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas. Disadari
bahwa dengan sistem yang masih belum sepenuhnya terintegrasi,
jumlah SDM untuk dapat melakukan pemungutan pajak dan retribusi
masih sangat kurang. Pemahaman SDM terkait dengan pajak dan
retribusi daerah menjadi penting karena SDM di lapangan harus dapat
memberi penjelasan yang mudah dimengerti masyarakat. Pemahaman
SDM menjadi tombak untuk membangun kesadaran pentingnya
~ 14 ~
akan terkendala. Daerah arus melakukan pemilihan prioritas kegiatan
yang akan dibiayai lebih awal. Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa
dengan system administrasi pendapatan PAD yang saat ini dimiliki
sebagian besar daerah, akan sulit untuk meningkatkan pendapatan
pajak dan retribusi daerah. Sistem administrasi yang manual dan tidak
terintegrasi akan cenderung menimbulkan kebocoran pendapatan
daerah. Tetapi ada beberapa daerah juga yang sudah bagus dan sudah
mulai menerapkan sistem online yaitu dengan alat yang disediakan
pemerintah daerah yang ditempatkan di restoran-restoran besar dan
terhubung dengan pusat data di Pemda. maka aktivitas transaksi
restoran dapat dipantau secara real time (langsung). Namun diakui,
upaya peningkatan pajak melalui sistem ini memang membutuhkan
investasi pemerintah daerah yang besar. Keenam, lemahnya pengawasan
atas pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Belum
efektifnya pengawasan ini juga terjadi pada pengawasan kinerja
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang dilaksanakan oleh
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
retribusi daerah yang telah ada serta membuat perda baru untuk
menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru.
Karena pajak daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah berdasarakan peraturan perundangundangan
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah yang balas jasanyatidak secara langsung diberikan.
Respon yang mungkin diberikan :
~ 15 ~
mungkin, maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara
ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumbersumber
objek pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru.
~ 16 ~
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
~ 17 ~
REFERENSI PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Asli_Daerah
http://muchtareffendiharahap.blogspot.com/2017/02/masalah-
pendapatandaerah-dki-jakarta.html?m=1
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-74.pdf
http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/881/mod_resource/content/2/Metode
%20Peningkatan%20PAD%2020160903.pdf
Ranggadiza, Mohd. 2009. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi
Pada FE USU
~ 18 ~