Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDAPATAN ASLI DAERAH

Disusun oleh :
Muhammad Rizki Inabah (3.0120)
Kelas A-1

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


POLITIK INDONESIA TERAPAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah
ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori
Administrasi tentang PERMASALAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD).
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di
terima Allah SWT sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa
pahala yang berlipat ganda. Dan kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman dan masyarakat pada
umumnya.

Sumedang, 29 Maret 2021

~2~
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................2

DAFTAR ISI
.....................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................4

2. Ruang Lingkup Penulisan ............................................................5

3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....................................................5

BAB II. KAJIAN TEORITIK

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah dari berbagai ahli ...............6

2. Jenis-Jenis Pendapatan ..............................................................6

BAB III. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN DARI PENDAPATAN


ASLI DAERAH (PAD)

A. PERMASALAHAN...........................................................................8

1. Teknis analisis data………………………………………………….8

B. PEMBAHASAN ..............................................................................12

1. Faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah…12

2. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah…………………….14

3. Upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah.15

BAB IV. PENUTUP

KESIMPULAN ................................................................................17

REFERENSI PUSTAKA ….......................................................................18

~3~
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting


dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada
prinsip otonomi yang nyata, luas dan bertanggung jawab. Peranan
pendapatan asli daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak
ukur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah dalam arti semakin
besar suatu daerah memperoleh dan menghimpun Pendapatan Asli
Daerah (PAD), maka akan semakin besar pula tersedia jumlah keuangan
daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggarakan
otonomi daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu indikator


yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin besar
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka semakin
rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut terhadap
pemerintah pusat.

Hal ini dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan


sumbersumberpenerimaan daerah yang berasal dari dalam daerah itu
sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pasal 1 ayat
18 dijelaskan bahwa, “Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan
yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu


modal keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Hal ini
karena PAD menentukan kapasitas pemerintah daerah dalam
menjalankan
fungsi-fungsi pemerintahan, yaitu melaksanakan pelayanan publik (public
service function), dan melaksanakan pembangunan (development
function). Dalam mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah melalui
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi

~4~
Daerah diberikan kewenangan antara lain untuk menetapkan pajak
dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
diskresi untuk menetapkan tarif yang sesuai dengan kemampuannya dan
sumber lain yang sah. Namun, dalam pelaksanaannya, pemerintah
daerah harus memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan
keadilan, melibatkan peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan
memperhatikan potensi daerah.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Pada penulisan makalah ini, pembahasan terfokus pada Pengertian


Pendapatan Asli Daerah (PAD), tujuan dan manfaat Pendapatan Asli
Daerah (PAD), faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), permasalahan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Upaya untuk
mengoptamilisasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD).


2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
3. Mengetahui permasalahan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
4. Mengetahui bagaimana upaya mengoptimalkan peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).

~5~
BAB II

KAJIAN TEORITIK

Pengertian Pendapatan Asli Daerah dari berbagai ahli :

1. Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah

“Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan


dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak
daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD),
dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah.”

2. Menurut Herlina Rahman (2005:38) Pendapatan asli daerah

“Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,


hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.”

3. Menurut Mamesa (1995:30)

“Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan


asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat
dipergunakan oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan
pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil
ketergantungan dalam mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas
(subsidi). Dengan demikian usaha peningkatan pendapatan asli daerah
seharusnya dilihat dari perspektif yang Iebih luas tidak hanya ditinjau dan
segi daerah masing-masing tetapi daham kaitannya dengan kesatuan
perekonomian Indonesia. Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap
sebagai alternatif untuk memperoleh tambahan dana yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan pengeluaran yang ditentukan oleh
daerah sendiri khususnya keperluan rutin. Oleh karena itu peningkatan
pendapatan tersebut merupakan hal yang dikehendaki setiap daerah.”

4. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

“PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu : pajak daerah,


retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”

Jenis-Jenis Pendapatan :

A. Pajak Daerah

~6~
Di dalam UU No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dinyatakan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Selanjutnya, di dalam UU nomor 28 tahun 2009 ditegaskan
bahwa pajak kabupaten/kota dibagi menjadi beberapa jenis, yakni Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan, Pajak
Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan Pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan.

B. Hasil Retribusi Daerah


Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal 1 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009).

C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan


Menurut Ahmad Yani (2004:40) hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham
milik daerah.

D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah


Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain
PAD yang sah meliputi :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan


2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan
atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

~7~
BAB III

PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN DARI


PERMASALAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

A. PERMASALAHAN

1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk menyampaikan dan membatasi


penemuan-penemuan sehingga menjadi data yang teratur. Data di
tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data yang digunakan
adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengn angka-angka.
Perhitungan dilakukan dengan metode statistik yang dibantu program
SPPS. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis
regresi linier berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

a. Analisis Deskriptif Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif


dengan populasi dan sampel kecamatan di Kota Medan. Data
dalam sumber penelitian ini bersumber dari laporan APBD
pemerintah daerah Kota Medan yakni Data Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Data PAD yang diperoleh dari Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan. Analisis deskriptif digunakan
untuk memberikan gambaran secara umum mengenai data,
sehingga dapat dilihat nilai maksimum, minimum, rata-rata,
serta standar deviasinya.

b. Analisis Regresi linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh


variabel pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) digunakan analisis regresi linier
berganda. Dengan persamaan regresi linier berganda adalah :
PAD = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan : PAD = Pendapatan
asli daerah a = Konstanta b1-b2 = Koefisien variabel X1-X2 X1
= Pajka daerah X2 = Retribusi daerah e = Koefisien Penganggu

c. Uji Asumsi Klasik


 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat
normalitas, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen, yaitu perbedaan antara nilai
prediksi dengan skor sesungguhnya atau error akan
terdistribusi secara simetri di sekitar nilai mean sama
dengan nol (Ghozali, 2005 : 27). Untuk uji normalitas
data, penulis menggunakan uji Normal P-P Plot apabila

~8~
titik-titik menyebar disekitar garis diagonal maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk
mengguji apakah regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Multikolinearitas yang berbahaya terjadi
apabila nilai dari variance inflation factor (VIF) lebih besar
dari 10 (Ghozali, 2005 : 91).
 Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara
residual pada periode t dengan residual periode t-1
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
(Ghozali, 2005), bila nilai DW terletak diantara batas atas
atau upper bound (du) dan 4 – upper bound (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada
autokorelasi.
 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen
ZPRED dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2005 :
105).

d. Uji Hipotesis
 Analisis Determinasi (R2 ) Analisis determinasi dalam
regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
persentase sumbangan pengaruh variabel independen
secara serentak terhadap variabel dependen. Analisis
regresi linear antar dua atau lebih variabel independen
dengan satu variabel dependen. Dalam hal ini penulis
ingin melihat seberapa besar pengaruh penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah di Dinas Pendapatan Kota
Medan.
 Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independennya yang dimaksudkan dalam model
regresi secra bersama-sama terhadap variabel dependen

~9~
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (5%). Kriteria
pengujian uji F adalah apabila nilai signifikan Fhitung
lebih rendah dari 0,05 (5%), maka dapat disimpulkan
bahwa semua variabel independen yang diteliti secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
 Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05 (5%). Untuk uji t, penelitian ini
membandingkan antara thitung lebih besar dari ttabel,
maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap
variabel dependen. ANALISIS DAN EVALUASI Statistik
deskriptif keseluruhan variabel penelitian mencakup nilai
minimum, maksimum, ratarata dan standar deviasi
adalah seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean


Std. Deviation Pendapatan_Asli_ Daerah 63 41445827026,0 0
140855373333,0 0 74455590653,25 40 22975406435,09 031
Pajak_Daerah 63 13481182500,0 0 90261528116,00 52763137583,71 43
21346809694,06 202 Retribusi_Daerah 63 632950000,00
36917043000,00 14519784574,82 54 9693202831,422 90 Valid N
(listwise) 63 Sumber olahan : SPSS 22, 2016

Dari tabel 1 dijelaskan bahwa jumlah data (N) yang diuji sebanyak 63.
Selain itu diperoleh gambaran nilai minimum, maksimum, rata-rata serta
standar deviasi masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Pajak Daerah Dari hasil statistik deskriptif diketahui


bahwa penerimaan pajak terbesar, yaitu Rp
1.189.999.280.000,00 yang dihasilkan pada tahun 2013.
Penerimaan pajak terkecil Rp 948.179.108.000,00 pada
tahun 2012. Rata-rata penerimaan pajak daerah adalah
sebesar Rp 52.763.137.583,7 dengan standar deviasi
Rp 21.346.809.694,1.

2. Retribusi Daerah Dari hasil statistik deskriptif


penerimaan retribusi daerah terbesar, yaitu Rp
420.056.364.010,00 pada tahun 2012. Sedangkan
penerimaan retribusi daerah terkecil adalah sebesar Rp
174.670.370.000 pada tahun 2014. Rata-rata
penerimaan retribusi daerah adalah sebesar Rp

~ 10 ~
14.519.784.574,8 dengan standar deviasi Rp
9.693.202.831,4.

3. Pendapatan Asli Daerah Dari hasil statistik deskriptif


selama kurun waktu 3 tahun dapat diketahui bahwa
jumlah PAD terbesar yaitu Rp 1.758.787.835.000,00
yang dihasilkan pada tahun 2013. Sedangkan PAD
terkecil, yaitu Rp 1.416.229.173.156,00 dihasilkan pada
tahun 2012. Rata-rata PAD yang diterima selam 3 tahun
(tahun 2012-2014) adalah sebesar Rp 74.455.590.653,2
dengan standar deviasi sebesar Rp 22.975.406.435,1.
Analisis Regresi Linier Berganda Hasil analisis regresi
linear berganda ditunjukkan pada tabel berikut ini :

Tabel. 2 Hasil Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model


Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity
Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 21714772670,10 0
2536853073,55 2 8,560 ,001 Pajak_Daerah ,901 ,061 ,837
14,712 ,001 ,525 1,905 Retribusi_Daerah ,358 ,135 ,151 2,655 ,001 ,525
1,905 a. Dependent Variable: Pendapatan_Asli_Daerah Sumber Olahan :
SPSS 22, 2016

Dari hasil analisis regresi pada tabel 2 diatas maka dapat disusun
persamaan regresi sebagai berikut: PAD = 21.714.772.670,1+ 0,901 X1 +
0,358 X2 + e Persamaan regresi diatas mempunyai arti sebagai berikut: −
Konstanta (α) = 21.714.772.670,1 Artinya bila variabel penerimaan pajak
daerah (X1) dan penerimaan retribusi daerah (X2) sama dengan nol.
Maka besarnya pendapatan asli daerah (Y) sebesar 21.714.772.670,1. −
Penerimaan Pajak Daerah (βX₁) = 0,901 Artinya apabila terjadi kenaikan
pada variabel pajak daerah dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 0,901 atau 9,01%. − Penerimaan
Retribusi Daerah (βX₂) = 0,358 Artinya apabila terjadi kanaikan pada
variabel retribusi daerah dalam satu satuan, maka dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) sebesar 0,358atau 3,58%. 1. Uji
Multikolinieritas Model penelitian yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independen, oleh sebab itu dilakukan uji
multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel. 3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model Unstandardized


Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std.
Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 21714772670,1 00 2536853073,55
2 8,560 ,001 Sumber Olahan : SPSS 22, 2016

~ 11 ~
Dari hasil tabel 3 di atas dapat diketahui nilai Variance Inflance Vactor
(VIF) kedua variabel, yaitu pajak daerah dan retribusi daerah adalah 1,905
lebih kecil dari 10, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa antara variabel
independen tidak terjadi persoalan multikoliniearitas. 2. Uji Autokorelasi
Salah satu syarat dalam model regresi adalah tidak adanya autokorelasi.
Uji autokorelasi yang digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (DW)
dengan hasil output sebagai berikut :

Tabel. 4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Model


Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson 1 ,948a ,898 ,895 7457668205,91 033 1,972 a.
Predictors: (Constant), Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah b. Dependent
Variable: Pendapatan_Asli_Daerah Sumber Olahan : SPSS 22, 2016

Dari hasil output di atas nilai DW yang dihasilkan adalah 1,972.


Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 (5%) dan jumlah data
(n) = 63, dengan jumlah variabel independen (k) = 2 diperoleh nila dL
sebesar 1,527 dan dU sebesar 1,6581 oleh karena nilai DW = 1,972 lebih
besar dari batas atas (dU) = 1,6581 dan kurang dari 4 – 1,6581 = 2,3419
(4 - dU), berarti dU < d < 4 – dU (1,6581 < 1,972 < 2,3419) maka dapat
disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Uji Koefisien Determinasi (R2 )
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R


Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,948a ,898 ,895 7457668205,91 033 1,972 a. Predictors: (Constant),
Retribusi_Daerah, Pajak_Daerah b. Dependent Variable:
Pendapatan_Asli_Daerah Sumber Olahan : SPSS 22, 2016

Dari hasil tabel 5 diketahui bahwa angka R adalah sebesar 94,8%


menunjukkan bahwa hubungan PAD dengan pajak daerah dan retribusi
daerah sangat erat. Dasar hubungan ini kuat adalah
Pajak_Daerah ,901 ,061 ,837 14,712 ,001 ,525 1,905 Retribusi_Daer
ah ,358 ,135 ,151 2,655 ,001 ,525 1,905 a. Dependent Variable:
Pendapatan_Asli_Daerah nilai R diatas 50%. Sedangkan R square adalah
0,898 atau 89,8% menunjukkan bahwa PAD dapat dijelaskan oleh
variabel pajak daerah dan retribusi daerah sebesar 89,8%, sedangkan
sisanya 10,2% (100% - 89,8%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti, seperti hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan serta lain-lain pendapatan yang sah

B. PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor penyebab rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Menurut Nafsi Hartoyo (2017)
Pertama, kurangnya kepekaan daerah dalam menemukan

~ 12 ~
keunggulan budaya dan potensi asli daerah. Kedua, kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak atau retribusi yang relatif rendah. Ketiga,
lemahnya sistem hukum dan administrasi pendapatan daerah. Keempat,
kelemahan kualitas SDM aparatur. Kelima, kekhawatiran birokrasi akan
kegagalan dalam menjalankan programnya. Keenam, ketidakoptimisan
akan hasil yang mungkin dicapai. Ketujuh, sering kali pengeluaran biaya
yang digunakan untuk menjalankan program dinaikkan (mark up) sejak
awal pada setiap anggarannya. Padahal jika sejak awal penganggaran
biaya program diefektifkan sehemat mungkin, maka sisa yang ada dapat
digunakan untuk menjalankan program lainnya dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik.
Berbeda dengan catatan penyebab di atas, menurut Jaya (1996)
Mengungkapkan penyebab utama rendahnya PAD adalah sebagai
berikut.

A. Kurang berperannya Perusahaan Daerah sebagai sumber


pendapatan daerah.

B. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan, karena


semua jenis pajak utama yang paling produktif baik pajak langsung
maupun tidak langsung ditarik oleh pusat.

C. Kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang


bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan.

D. Alasan politis di mana banyak orang khawatir apabila daerah


mempunyai sumber keuangan yang tinggi akan mendorong
terjadinya disintegrasi dan separatisme.

E. Kelemahan dalam pemberian subsidi pemerintah pusat kepada


pemerintah daerah yang memberikan kewenangan yang lebih kecil
kepada pemerintah daerah untuk merencanakan pembangunan di
daerahnya.

Menurut Widayat Wahyu (1994) Paling tidak terdapat 7


penyebabnya. Pertama, banyak sumber pendapatan di kabupaten/kota
yang besar, tetapi digali oleh instansi yang lebih tinggi, misalnya, pajak
kendaraan bermotor (PKB), dan pajakbumi dan bangunan (PBB). Kedua,
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) belum banyak memberikan
keuntungan kepada Pemerintah Daerah.

Ketiga, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak,


retribusi dan pungutan lainnya. Keempat, adanya kebocoran-kebocoran.
Kelima, biaya pungut yang masih tinggi. Keenam, banyak Peraturan
Daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan. Ketujuh,
kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

~ 13 ~
2. Permasalahan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) relatif masih sama. Meskipun pada tatanan otonomi
daerah yang berlaku saat ini telah sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Namun, dalam

permasalahan peningkatan PAD masih ditemukan permasalahan


yang sama. Rata-rata Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan
provinsi hanya mampu mencapai 37,8% dari total pendapatan daerah
masingmasing. Belum ada daerah yang persentase PAD terhadap
pendapatan daerahnya mencapai 70%. Ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar daerah belum memperlihatkan kemandiriannya dan masih
sangat tergantung pada bantuan dari pusat untuk membiayai segala
kewajiban terkait dengan pembangunan dan pemerintahan daerahnya
masingmasing. Penyebab Pertama, umumnya pemerintah daerah belum
mampu mengidentifikasi potensi sumber pendapatannya. Kedua,
sebagian besar daerah masih belum dapat mengoptimalkan penerimaan
pajak daerah, retribusi daerah atau bahkan penerimaan dari hasil
kekayaan daerah yang dipisahkan sesuai UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Ketiga, daerah masih
menganggap bahwa rendahnya pendapatan PAD sebagai akibat dari
ruang gerak daerah yang terbatas untuk mengoptimalkan penerimaan.
pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diatur dalam UU No 28
Tahun 2009.

Daerah melihat banyak jenis dan objek pajak serta retribusi yang
masih dapat diterapkan, tetapi tidak diperbolehkan oleh undang-undang.
Keempat, daerah masih melihat bahwa potensi pendapatan pajak
yang besar masih diatur oleh pusat yaitu Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak rokok. Kelima, adalah kesiapan Sumber
Daya Manusia (SDM) baik dalam kuantitas maupun kualitas. Disadari
bahwa dengan sistem yang masih belum sepenuhnya terintegrasi,
jumlah SDM untuk dapat melakukan pemungutan pajak dan retribusi
masih sangat kurang. Pemahaman SDM terkait dengan pajak dan
retribusi daerah menjadi penting karena SDM di lapangan harus dapat
memberi penjelasan yang mudah dimengerti masyarakat. Pemahaman
SDM menjadi tombak untuk membangun kesadaran pentingnya

membayar pajak dan retribusi dari masyarakat guna menunjang


peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, membangun sistem
administrasi yang baik dan upaya melakukan pengawasan yang efektif
tidak terlepas dari ketersediaan anggaran yang dimiliki daerah. Saat ini
dengan melihat kemampuan daerah melalui gambaran PAD, nampaknya
untuk pembiayaan seluruh kegiatan untuk meningkatkan PAD masih

~ 14 ~
akan terkendala. Daerah arus melakukan pemilihan prioritas kegiatan
yang akan dibiayai lebih awal. Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa
dengan system administrasi pendapatan PAD yang saat ini dimiliki
sebagian besar daerah, akan sulit untuk meningkatkan pendapatan
pajak dan retribusi daerah. Sistem administrasi yang manual dan tidak
terintegrasi akan cenderung menimbulkan kebocoran pendapatan
daerah. Tetapi ada beberapa daerah juga yang sudah bagus dan sudah
mulai menerapkan sistem online yaitu dengan alat yang disediakan
pemerintah daerah yang ditempatkan di restoran-restoran besar dan
terhubung dengan pusat data di Pemda. maka aktivitas transaksi
restoran dapat dipantau secara real time (langsung). Namun diakui,
upaya peningkatan pajak melalui sistem ini memang membutuhkan
investasi pemerintah daerah yang besar. Keenam, lemahnya pengawasan
atas pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Belum
efektifnya pengawasan ini juga terjadi pada pengawasan kinerja
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang dilaksanakan oleh
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

3. Upaya mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan
pendapatan yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, yaitu
menyempurnakan dan mengoptimalkan penerimaan dari pajak daerah
dan retribusi daerah yang telah ada serta menerapkan pajak daerah dan
retribusi daerah yang baru. Untuk menempuh kedua cara itu, pemerintah
daerah dapat menyempurnakan perda yang mengatur pajak daerah dan

retribusi daerah yang telah ada serta membuat perda baru untuk
menerapkan pajak daerah dan retribusi daerah yang baru.
Karena pajak daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah berdasarakan peraturan perundangundangan
yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah yang balas jasanyatidak secara langsung diberikan.
Respon yang mungkin diberikan :

1. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan


penarikan jenis pajak daerah maupun retribusi daerah.
2. Menyusun perda baru untuk merespon dimungkinkannya penarikan
jenis pajak daerah maupun retribusi daerah.
3. Menyusun perda baru untuk merespon perubahan ketentuan yang
disusun oleh pemerintah daerah dengan dilahirkannya perda baru
yang memayungi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Adapun dua cara lainnya untuk mengupayakan peningkatan


Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga maksimal yaitu dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satu wujud nyata dari kegiatan
intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi seakurat

~ 15 ~
mungkin, maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara
ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumbersumber
objek pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru.

~ 16 ~
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh


dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen


sumber pendapatan daerah bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah
daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas)
yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi
daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan
retribusi daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu
indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Semakin
besar penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) suatu daerah maka
semakin rendah tingkat ketergantungan pemerintah daerah tersebut
terhadap pemerintah pusat.

Peranan pemerintah sangat diperlukan dalam pengelolaan


keuangan daerah agar setiap daerah tersebut lebih bisa mengendalikan
pengeluaran dan pemasukan yang diterima dari daerah tersebut.
Pemerintah perlu melakukan identifikasi permasalahan, kelemahan,
kekuatan, peluang dan tantangan dalam sisem dan prosedur
penerimaan pajak daerah. Hal ini menjadi penting sebagai pondasi awal
dalam membuat perencanaan program peningkatan pendapatan asli
daerah, khususnya dari pajak daerah.

~ 17 ~
REFERENSI PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_Asli_Daerah

http://muchtareffendiharahap.blogspot.com/2017/02/masalah-
pendapatandaerah-dki-jakarta.html?m=1

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/buku_tim/buku-tim-public-74.pdf

http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/881/mod_resource/content/2/Metode
%20Peningkatan%20PAD%2020160903.pdf
Ranggadiza, Mohd. 2009. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi
Pada FE USU

~ 18 ~

Anda mungkin juga menyukai