Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengantar
Istilah studi kelayakan (feasibility study) saat ini sudah populer di dunia usaha. Hal
ini karena istilah tersebut sering diberitakan dimedia cetak dan tivi; hal
memunculkan pertanyaan, esensi apa yang termuat didalam studi kelayakan.
Pengertian studi kelayakan sering diungkap dengan metode yang berbeda
antara para peneliti. Meski demikian, pada prinsipnya makna pengertiannya
adalah sama. Dalam laporan studi kelayakan (Feasible Study) PT Cipta Karya

Wikarta, yang yang materi pokoknya bisa disimak pada Perjanjian


Kerjasama Penyaluran BBM (Bahan Bakar Minyak) antara PT Elnusa
Petrotin dengan PT Cipta Karya Wirata Nomor : 045KTR/000-D-EPN/2019,
disebutkan bahwa PT Cipta Karya Wikarta yang berkedudukan di Jalan
Pulau Samosir Kelurahan Lolu Utara Kota Palu, bergerak dibidang niaga
umum bahan bakar minyak; yaitu penyaluran bahan bakar minyak non
subsidi di wilayah : 1) Kota Palu, 2) Kendari, 3) Baubau, 4) Gorontalo, dan
5) Kolonedale. Dalam relasi, laporan studi kelayakan ini esensinya
mengemukakan pengertian studi kelayakan secara sederhana. Alex S.
Nitisemito & Umar Burhan : 2004, menyitir : Studi kelayakan berhakikat,
suatu metode penjajakan bersifat hipotesis atau hipotesa dari suatu
rencana usaha. Dalam hal ini bahan bakar minyak non subsidi; prediksi
layak-tidaknya rencana usaha tersebut untuk dilaksanakan atau di
implimentasikan di 5 (lima) wilayah operasional PT Cipta Karya Wirata,
guna mendukung industri di era pembangunan.
Penjajakan rencana (planning) usaha penyaluran bahan bakar minyak
non subsidi yang tersebut diatas dapat diibaratkan sebagai suatu
penjajakan tentang keselamatan seorang perenang menyeberangi Teluk
Palu. Dalam hal sang perenang harus berhitung seksama desasnya arus,
gelombang, angin dan jarak tempuh, kemungkinan adanya ancaman
biota perairan Teluk Palu, dan sebagainya. Apabila perenang tidak

1
cermat melakukan penjajakan dan langsung berenang menyeberangi
perairan, kemungkinan besar dia tidak akan sampai ke titik yang dituju
dengan selamat. Hal ini identik dengan seorang usahawan yang
langsung mendirikan usahanya tanpa melakukan studi kelayakan
sehingga mungkin akan merugi mengalami kegagalan investasi; maka
pertanyaannya, apatah pendirian suatu perusahaan yang didahului
dengan studi kelayakan dapat dijamin keberhasilannya? Jika studi
kelayakan yang dipakai sebagai landasan pendirian perusahaan dapat
diyakini, kemungkinan keberhasilan perusahaan lebih terjamin kendatipun
tidak mutlak. Perusahaan dapat mengalami kegagalan, antara lain
karena kesalahan dalam manjemen, perubahan peraturan pemerintah,
dan hal-hal lain yang acap tak dikuasai pihak manjemen perusahaan;
prediksinya bias diramalkan secara tepat. Sebaliknya, suatu perusahaan
yang dipaksakan pendiriannya meski menurut studi kelayakan fidak layak,
kemungkinan besar akan mengalami kegagalan. Jadi formulasinya,
pendirian suatu perusahaan yang tidak dilandasi dengan studi kelayakan
dapat diibaratkan pengusaha melakukan sesuatu yang spekulatif.
Langkah ini tentu tidaklah bijak.
Studi kelayakan (feasibility study) yang dipandang sebagai suatu
pekerjaan yang sulit dan rumit; dapat diasosiasikan sebagai proyek-
proyek skala besar, dikelola para ahli dari pelbagai disiplin ilmu dan
memakai metodologi atau teknik yang kompleks. Image seperti ini tidak
hanya terdapat dikalangan pengusaha awam, tetapi juga pada
sebahagian cerdik pandai. Alasan logisnya; karena yang melakukan studi
kelayakan secara formal umumnya adalah bidang usaha/proyek besar
yang butuh investasi besar, sehingga pengelolaannya butuh keahlian
manajemen (manajement skill) yang menggunakan sistem manajemen
yang tidak sederhana.
Akan tetapi, sepenuhya tidaklah benar jika beranggapan, studi
kelayakan hanya dimonopoli perusahaan besar, apalagi regulasi dewasa
ini (2020) mewajibkan semua bentuk perizinan usaha skala kecil dan besar

2
disyaratkan diakses melalui system OSS (Online Single Submission), yang
servernya pada Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu
Satu Pintu (PMPTSP). Sistem OSS hakekatnya memberi kemudahan serta
kecepatan ke pihak pengusaha memperoleh layanan izin berdasar
regulasi mutahir. Hal ini lah menyebabkan setiap rencana usaha harus
melindungi manajemennya dengan melakukan studi kelayakan yang
baik dan benar; di awali dengan Penyusunan Dokumen UKL UPL/ Amdal
agar mendapat Rekomendasi Lingkungan dari Dinas Lingkungan Hidup
sebagai pemenuhan komitmen, selanjutnya mendapatkan Izin
lingkungan efektif.

B. Arti Penting Studi Kelayakan


Setelah mendapatkan pengertian tentang studi kelayakan , kemungkinan
memunculkan pertanyaan sampai sejauh manakah pentingnya studi
kelayakkan?
Sebagaimana sudah diutarakan diawal tentang arti penting studi
kelayakan, utamanya dari sudut pengusaha; selanjutnya dalam studi ini,
relevan bila dijelaskan lebih luas lagi tentang arti penting pembuatan
studi kelayakan bagi pengusaha maupun bagi pihak-pihak lain yang
mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung atas suatu
kegiatan usaha. Berikut adalah berbagai pihak yang berkorelasi dengan
studi kelayakan :
1. Pengusaha
Dengan adanya studi kelayakan, pengusaha akan mengetahui
apakah rencana usahanya layak untu dilaksanakan atau tidak, jika
ditilik dari sudut pandang perusahaan
Jika berdasar studi kelayakan rencana usaha tidak layak untuk
dilaksanakan, maka tentu pengusaha akan menyelamatkan
investasinya dari kerugian, yang mungkin timbul disebabkan
kegagalan. Sebaliknya, bila berdasarkan studi kelayakan ternyata
rencananya layak atau feasible untuk dilaksanakan, maka
kemungkinan besar usahanya akan berhasil. Dengan kata lain, dapat

3
diutarakan bahwa dengan studi kelayakan pengusaha dapat
memanfaatkan peluang yang menguntungkan atas kalkulasi rencana
usaha yang dimilikinya.
Dapat diformulasi, bahwa setiap pengusaha harus berhitung dan
membuat studi kelayakan sebelum melangkah mendirikan suatu
perusahaan, kendati secara sederhana.
2. Penanam Modal (Investor)
Demikian pula dengan kreditor, calon investor pun mempunyai
kepentingan atas studi kelayakan. Dengan mempelajari studi kelayakan
pihak investor akan dapat mengambil keputusan; apatah akan
menanamkan modalnya atau tidak dalam perusahaan. Investor tentu
mempunyai kepentingan langsung atas profit yang kelak diperoleh serta
kestabilan dari perusahaan. Dalam relasi ini, calon investor perlu jaminan
keselamatan serta keamanan atas modal yang akan ditanamkannya.
3. Kreditor
Bila berdasar studi kelayakan disimpulkan, ternyata suatu usaha layak
untuk dilaksanakan, tentu akan dapat meyakinkan pihak kreditor. Kreditor
adalah yg berpiutang; atau yg memberikan kredit (KBBI:1991). Pihak
perbankan dalam hal ini pengusaha haruslah meyakinnya feasible atas
rencananya tersebut.
Sebelum kreditor memberi kredit, tentu terlebih dahulu mengkaji kembali
studi kelayakan yang diajukan oleh pihak pengusaha. Penting dicatat,
bahwa pemberian kredit oleh kreditor bukan semata-mata didasarkan
pertimbangan studi kelayakan, tetapi juga oleh pertimbangan-
pertimbangan lain; seperti bonafiditas pengusaha; tingkat hubungan
kedua belah pihak, layaknya jaminan, dan sebagainya. Meski, demikian
studi kelayakan mempunyai andil yang berarti guna disetujuinya kredit
yang diajukan pengusaha.
4. Masyarakat / Pemerintah
Kepentingan masyarakat/pemerintah terhadap studi kelayakan suatu
usaha menyangkut externalities, yakni efek/dampak positif dan negatif

4
yang ditimbulkan. Pendirian usaha PT Cipta Karya Wikarta di Jalan Pulau
Samosir Kelurahan Lolu Utara Kota Palu, dengan bidang usaha niaga umum
bahan bakar minyak; yakni penyaluran bahan bakar minyak non subsidi
wilayah operasi Kota Palu, Kendari, Gorontalo, dan Kolonedale; yang
mepunyai dampak negatif (kendatipun kecil dan tidak penting), seperti
pencemaran lingkungan, kebisingan, getaran, dan gangguan sirkulasi lalu
lintas di jalan raya, disebabkan karena beroperasinya truk tangki
pengangkut bahan bakar solar. Regulasi yang mengaturnya, berpedoman
kepada :
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999, tentang
Pengendalian Pencemaran Udara;
b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 35/MENLHK/10/1993,
tentang Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor;
c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 48/MENLHK/II/1996, tentang
Baku Tingkat Kebisingan; dan
d. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 49/MENLHK/II/1996, tentang
Baku Tingkat Getaran;
Dampak semacam ini disebut social cost. Sedangkan dampak positif yang
diakibatkan, seperti adanya pembuatan/peningkatan jalan baru untuk
kelancaran lalu lintas kendaraan bermotor disebut social benefits. Karena
pihak perusahaan pada umumnya tidak memasukkan factor ini kedalam
neraca keuntungan dan kerugian terutama karena sulit dinilai dengan uang,
maka masyarakat yang dapat diwakili oleh pemerintah mempunyai
kepentingan memasukkan factor tersebut ke dalam studi kelayakan.
Sehingga dapat dilihat, apatah suatu usaha dapat diterima atau tidak.
Dengan demikian, apabila berdasarkan studi kelayakan bahwa suatu usaha
mempunyai social costs lebih kecil daripada social benefits, otomatis usaha
akan mendapat dukungan dari pemerintah/masyarakat; demikian pula
sebaliknya.

5
C. Pola Pikir Konsepsional dalam Studi Kelayakan
Sebelum menelaah aspek-aspek studi kelayakan secara mendalam, perlu
disimak seksama tentang rangka pemikiran dalam suatu studi kelayakan
terlebih dahulu. Tinjauan ini akan memberi pola pikir di dalam studi
kelayakan. Tanpa pola pikir yang sistematis, kemungkinan akan
mengalami kesulitan untuk mencapai formula kesimpulan berkait dengan
kelayakan rencana usaha.
Seperti sudah diutarakan, bahwa suatu studi kelayakan acap berkait
banyak aspek yang memerlukan pelbagai disiplin ilmu.
Secara konsepsional, pola pikir dalam studi kelayakan dicerminkan dalam
struktur variabel pada Gambar 1
berikut. Variable pasar menjadi
pusat perhatian dan titik tolak
berpikir dalam studi kelayakan,
karena faktor inilah yang
menentukan apatah penjajakan
pada bidang lain perlu diteruskan
atau tidak. Pada tahap
permulaan, perlu diteliti apatah
barang atau jasa yang akan
dihasilkan ada pembelinya di pasar atau tidak; sebab sekalipun secara
teknis barang/ jasa tersebut layak dibuat atau dihasilkan, tiada gunanya
kalau barang/jasanya tidak laku di pasar atau tidak bermanfaat bagi
konsumen. Selain itu perlu diketahui, apatah sudah ada barang sejenis
atau barang pengganti di pasar. Jika sudah ada, berapa harga jualnya
dan berapa market share-nya. Demikian pula banyak pertanyaan lain
yang berkait dengan pasar. Bilamana hasil dari penjajakan pasar
menyimpulkan bahwa barang/jasa yang hendak dihasilkan layak untuk
dilemparkan ke pasar, maka langkah selanjutnya adalah menjajaki aspek
teknis, aspek organisasi/managerial, aspek keuangan, dan sebagainya.

6
Aspek teknis antara lain akan menjawab pertanyaan apatah peralatan dan
mesin untuk menghasilkan barang/jasa yang dkehendaki tersedia atau
dapat diusahakan; apatah bahan-bahan mentah dan bahan pembantu
tersedia dan cukup untuk jangka waktu tertentu. Aspek
organisasi/managerial antara lain akan menjawab pertanyaan apatah
mempunyai cukup tenaga/manajemen guna mengorganisir suatu usaha
yang akan menhasilkan barang/jasa tersebut. Beberapa pertanyaan lain
yang berkait dengan organisasi dan manjemen yang harus dijawab sebelum
melangkah lebih jauh dalam studi kelayakan.
Aspek keuangan atau finansial akan menjajaki seberapa besar kebutuhan
uang dan investasi yang diperlukan untuk pendirian usaha. Jika sudah
diketahui brsarnya, maka penting dijajaki sumber pembiayaannya, apatah
cukup dengan modal sendiri ataukah perlu ditunjang oleh modal pinjaman.
Jika perlu modal pinjaman, bagaimana bentuk penjamannya harus
diusahakan agar biayanya minimal. Alhasil, aspek keuangan ini akan
menjajaki sumber biaya serta struktur permodalan.
Apabila hasil penjajakan aspek teknis, organisasi/managerial, dan keuangan
menyim pulkan layak untuk dilaksanakan rencana usaha tersebut, berarti
manajemen telah melangkah lebih jauh. Akan tetapi, kriteria tersebut
belumlah cukup untuk menilai kelayakan rencana usaha tersebut. Masih
perlu menjajaki faktor-faktor yuridis, program pemerintah dan sosiopolitis,
seperti dapat disimak pada diagram Gambar 1.
Apabila faktor-taktor teknis, organisasi/ managerial, serta keuangan pada
umumnya dikontrol pengusaha, maka faktor yuridis, program pemerintah,
serta faktor sosiopolitis berada diluar kontrol pengusaha. Jika faktor-faktor
tersebut mempunyai dampak negatif terhadap rencana usaha, maka harus
dianggap sebagai kendala (constrains) dan pengusaha harus menyesuaikan
diri dengan kendala tersebut. Sebaliknya, jika faktor di atas menunjang
rencana usaha, hal ini berarti peluang baik bagi pengusaha dan
kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya meraih sukses.

7
Dari yang diutarakan diatas, dapat diformulasi, bahea suatu rencana
usaha dapat dianggap layak apabila hasil penjajakan semua faktor yang
diuraikan didepan memberi lampu hijau. Namun jika salah satu faktor
memberi lampu kuning, apalagi lampu merah, maka rencana usaha
belum dapat dikatakan layak, dan perlu ditinjau kembali untuk diubah
atau dibatalkan.
D. Proses Penjajakan dalam Praktik
Langkah secara konsepsional guna mengevaluasi sejumlah faktor penting
dalam penjajakan rencana usaha telah diutarakan, tetapi dalam
praktiknya prosedur penjajakan masing-masing variable mungkin tidak
selalu dilakukan urutan seperti yang telah diuraikan di awal. Usahawan
bisajadi mengadakan penjajakan teknis terlebih dahulu, kemudian
dilakukan penjajakan pasar. Faktor manakah yang lebih utama dijajaki
tergantung pada situasi serta kondisi pengusaha; tetapi umumnya factor
yang lebih di prioritaskan adalah variable kunci, yaitu faktor yang
kemungkinan besar menjadi penghalang terbesar dalam meng-goal-kan
gagasan usaha, contohnya pasar.
Usahawan yang mempunyai gagasan untuk mendirikan perusahaan roti
misalnya, bisajadi menganggap pasar sebagai varibel kunci dikarenakan
dewasa ini terdapat bermacam-macam roti, sehingga tidaklah begitu
mudahnya bagi merek baru untuk memasuki pasar. Sebaliknya,
usahawan yang monopoli untuk mendirikan perusahaan percetakan
mungkin tidak menganggap pasar sebagai variable kunci karena dia
monopoli; yang menjadi variable kuncinya adalah faktor teknis, karena
tenaga ahli, mesin dsn peralatan untuk keperluan perusahaan
percetakan yang masih kurang. Berkait dengan variable kunci ini, sangat
penting dalam praktik pembuatan studi kelayakan, sebab faktor inilah
uang kelakpaling menetukan, apatah gagasan usaha atau rencana
layak atau tidak layak untuk diteruskan.

Anda mungkin juga menyukai