Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

(SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH)

Dosen Pengampu : Putri Kemala Dewi Lubis., SE., M.Si.,Ak

Disusun Oleh :

KEL IV

1. Charles Erikson Damanik {7193341010}


2. Rahmita Sari Harahap (7191141008)
3. Hairul Fahmi (7193341036)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan pembangunan di indonesia
1.1 Latar Belakang Masalah mengalami perubahan dengan keluar nya Undang
Undang nomor 25 tahun Dengan keluarnya undang-
undang ini diharapkan pelaksanaan perencanaan
pembangunan di Indonesia akan menjadi lebih baik dan
bersifat baku dan mengikat. Hal ini berarti bahwa
pelaksanaan perencanaan pembangunan di Indonesia
baik untuk tingkat nasional maupun daerah harus
mengacu dan berpedoman pada system ini.

Sesuai dengan SPPN 2004, Perencanaan


Pembangunan didefinisikan sebagai satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka
menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggaraan Negara dan masyarakat ditingkat pusat
dan daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana permasalahan perencanaan pembangunan di Indonesia
?

2. Apa sasaran pokok SPPN ?

3. Bagaimana dokumen perencanaan pembangunan ?

4. Bagaimana keterkaitan antar dokumen perencanaan pembangunan


?

5. Bagaimana mekanisme penyusunan rencana pembangunan ?

6. Bagaimana perencanaan dan penganggaran ?

7. Bagaimana pengendalian (monitoring) dan Evaluasi ?

8. Bagaimana perencanaan pembangunan nasional vs daerah ?

1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui permasalahan perencanaan pembangunan di Indonesia

2. Untuk mengetahuisasaran pokok SPPN

3. Untuk mengetahuidokumen perencanaan pembangunan

4. Untuk mengetahuiketerkaitan antar dokumen perencanaan pembangunan

5. Untuk mengetahuimekanisme penyusunan rencana pembangunan

6. Untuk mengetahuiperencanaan dan penganggaran

7. Untuk mengetahuipengendalian (monitoring) dan Evaluasi

8. Untuk mengetahuiperencanaan pembangunan nasional vs daerah


BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Permasalahan Perencanaan Pembangunan Di Indonesia


beberapa permasalahan pokok dalam perencanaan pembangunan di Indonesia.
Permasalahan ini timbul baik dalam penyusunan rencana maupun dalam pelaksanaannya.

#. Permasalahan Pertama

Adanya perubahan yang cukup fundamental tentang ketentuan majelis


permusyawaratan rakyat (MPR) yang semula salah satu tugasnya adalah menyususun
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sedangkan didalam GBHN tersebut termasuk
garis besar pembangunan jangka panjang yang merupakan acuan utama dalam
penyusunan rencana pembangunan baik pada tingkat nasional maupun daerah. Dengan
adanya perubahan tersebut MPR tidak lagi berkewajiban menyusun GBHN dan hal ini
berarti pula tidak akan ada lagi garis besar pembangunan jangka panjang. Karena itu
pemerintah perlu menyusun sendiri Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk
periode 20 Tahun, baik untuk nasional maupun daerah yang akan dijadikan pedoman
untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk periode 5 tahun.
#. Permasalahan Kedua
Permasalahan berikut adalah masih sangat dirasakan adanya "ego sektoral" antara
para aparat pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pembangunan. Masing masing
dinas dan Instansi cenderung mengatakan tugas dan fungsinya lah yang terpenting dalam
kegiatan pembangunan. Permaslahan tersebut menyebabkan koordinasi dalam penyusu-
nan rencana dan pelaksanaan pembangunan menjadi sulit dilakukan.
Akibatnya adalah kurang optimalnya pelaksanaan proses pembangunan karena
kurangnya keterpaduan dan sinergi antar sektor dan akibatnya sasaran yang dituju tidak
dapat terlaksana sama sekali
#. Permasalahan Ketiga
Selanjutnya yang juga sangat dirasakan sampai saat ini adalah kurang terpadunya
antara perencanaan dan penganggaran. Tidak hanya itu tetapi kekurangpaduan ini juga
dirasakan antara perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan.
Akibatnya apa yang dilaksanakan cenderung tidak sama dengan apa yang
direncanakan sehingga dalam jangka panjang apa yang diharapkan dapat dicapai melalui
pembangunan ternyata tidak terwujud sama sekali, walaupun waktu dan dana telah habis
digunakan untuk keperluan tersebut.
#. Permasalahan Keempat (Permasalahan Terakhir)
Permasalahan yang sampai saat ini masih belum dapat dipecahkan adalah belum
optimalnya dimanfaatkan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan rencana
pembangunan sehingga kebanyakan perencanaan yang disusun masih bersifat "top down
planning".
Akibatnya kebanyakan kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak sesuai dengan
aspirasi dan keinginan masyarakat didaerah sehingga pemanfaatan dari hasil
pembangunan oleh masyarakat tidak maksimal. Bahkan sangat banyak masyarakat yang
kecewa karena apa yang dibangun pemerintah ternyata tidak berkaitan dengan apa yang
diinginkan oleh masyarakat. Kondisi demikian mengakibatkan masyarakat menjadi apatis
dan kepedulian serta tanggung jawab mereka terhadap program dan kegiatan
pembangunan menjadi sangat kecil bahkan cenderung tidak peduli.

2.2 Sasaran Pokok SPPN


Sasaran utama perencanaan pembangunan yang ingin dicapai pemerintah dengan
ditetapkannya SPPN secara menyeluruh di Indonesia tersebut mencakup 5 hal pokok yaitu :

1. Meningkatkan koordinasi antar pelaku pembangunan sehingga hasil yang diharapkan


menjadi lebih optimal
2. Meningkatkan keterpaduan dan sinergitas perencanaan antara pusat dan daerah, serta
antar daerah yang terkait
3. Meningkatkan keterpaduan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan
pengawasan
4. Mengoptimalkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam penyusunan dan
pelaksanaan perencanaan pembangunan
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif dan adil.
2.3 Dokumen Perencanaan Pembangunan
5 dokumen perencanaan pembangunan yang perlu disusun oleh badan perencana,

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)


2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
3. Rencana Strategis Institusi (Renstra SKPD)
4. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
5. Rencana Kerja Institusi (Renja SKPD)

RPJP Nasional maupun RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan


pembangunan jangka panjang untuk periode selama 20 tahun yang berisikan jabaran dan
tujuan dibentuknya negara Indonesia atau suatu daerah tertentu. RPJP ini pada dasarnya
berisikan hal-hal yang bersifat umum dan menyeluruh seperti visi dan misi, sertaarah
pembangunan jangka panjang untuk masa 20 tahun ke depan.

RPJM Nasional danRPJM Daerah adalah dokumen perencanaan jangka menengah


untuk periode 5 tahun ke depan. RPJM tersebut berisikan jabaran lebih konkret visi dan misi
presiden presiden (Pada tingkat nasional) atau visi dan misi Kepala Daerah (Untuk tingkat
provinsi, kabupaten dan kota). Visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi
kebijakan dan program pembangunan dengan memperhatikan kondisi keuangan yang ada.
Termasuk kedalam RPJM ini adalah kerangka ekonomi makro, kondisi keuangan, dan
perkiraan kebutuhan investasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan target
pembangunan yang telah ditetapkan

2.4 Keterkaitan Antar Dokumen Perencanaan Pembangunan


Secara skematis keterkaitan antara dokumen perencanaan pembangunan dan
penganggaran yaitu :Keterkaitan Pertama yang sangat penting dan harus diupayakan
semaksimal mungkin adalah antara RPJP Nasional dan RPJP Daerah. Sebagaimana
ditetapkan dalam SPPN 2004, Penyusunan RPJP Daerah harus mengacu pada RPJP
nasional.Keterkaitan selanjutnya yang perlu diupayakan adalah antara RPJM Nasional
dengan RPJM Nasional dengan RPJM Daerah. RPJM dan Renstra adalah dokumen
perencanaan jangka menengah untuk periode 5 tahun, Agar perencanan pembangunan
menjadi lebih operasional, maka rencana jangka menengah ini perlu dijabarkan lebih lanjut
menjadi rencana tahunan.Sesuai dengan SPPN 2004, RKPD merupakan dasar untuk
penyusunan Rencana Anggaran dan Pendapatan Daerah (RAPBD).
.

2.5 Mekanisme Penyusunan Rencana Pembangunan


Mekanisme perencanaan menyangkut dengan prosedur pelaksanaan, instansi terlibat,
jadwal pelaksanaannya dan pejabat yang berwenang menetapkan dokumen perencanaan.
Mekanisme ini diperlukan sebagai pedoman bagi aparat perencanaan dalam melaksanakan
penyusunan dokumen berikut penetapannya. Mekanisme perencanaan yang dilakukan pada
tingkat nasional pada dasarnya adalah sama dengan tingkat daerah dan perbedaannya
hanyalah pada lembaga yang terlibat pada setiap tahapan perencanaan.

Menteri perencanaan pembangunan nasional yang dibantu Oleh Bappenas


menyiapkan rancangan (konsep awal) RPJP nasional, sedangkan Kepala Bappeda
menyiapkan rancangan RPJP untuk daerahnya masing-masing. Rancangan RPJP nasional dan
RPJP daerah tersebut kemudian dijadikan bahan utama bagi Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) jangka panjang. Dalam Musrenbang ini diikutsertakan pemuka


dan tokoh masyarakat, pemuka adat, cerdik pandai, ISM, dan Iain-Iainnya dalam rangka
menyerap aspirasi masyarakat guna memberikan masukan dalam penyusunan dokumen
perencanaan.

Prosedur ini juga berlaku pada tingkat daerah, baik provinsi, kabupaten dan kota,
dalam penyusunan RPJMD dan RKPD (rencana tahunan). BAPPENAS menyiapkan
rancangan awal RPJM nasional dan BAPPEDA menyiapkan rancangan awal RPJMD.
Sedangkan Rencana Strategis departemen dan lembaga (Renstra KL) disiapkan Oleh masing-
masing departemen di tingkat pusat dan Renstra SKPD disiapkan Oleh dinas dan instansi
daerah. Dengan demikian, akan terdapat tiga bentuk Musrenbang, yaitu Musrenbang Jangka
Panjang dalam rangka penyusunan RPJP, Musrenbang Jangka Menengah dalam rangka
penyusunan RPJM, dan Musrenbang Tahunan dalam rangka penyusunan RKPD.
2.6 Perencanaan dan Penganggaran
Dalam rangka mewujudkan keterpaduan antara perencanaan dan penganggaran,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 juga telah melakukan perubahan yang cukup
penting. Perubahan tersebut menyangkut dengan penyusunan anggaran yang dewasa ini
didasarkan pada rencana tahunan. Sebelumnya, untuk tingkat nasional anggaran didasarkan
pada Program Perencanaan Pembangunan Nasional (PROPENAS). Sedangkan untuk tingkat
daerah, penyusunan anggaran tersebut dilakukan berdasarkan Program Pembangunan Daerah
(PROPEDA) atau Rencana Strategis Daerah (Renstrada) yang disusun sekali dalam 5 tahun.
Karena rencana pembangunan adalah untuk 5 tahun, maka sifatnya menjadi lebih umum,
sedangkan anggaran yang bersifat tahunan memerlukan program dan kegiatan yang lebih
rinci. Akibatnya penyusunan anggaran mengalami kesulitan dan cenderung tidak sinkron
dengan perencanaan yang telah disusun.

Dalam rangka keterpaduan antara penyusunan perencanaan dan penganggaran,


Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 yang dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2005 mengsar;skan Seberapa prosedur dan langkah Yang harus
ditempuh dalam proses penyusunan anggaran, baik pada tingkat nasional maupun daerah.
Langkah-Iangkah tersebut menyangkut dengan penyusunan dokumen berikut ini:

a) Kebijakan Umum Anggaran (KVA),

b) Prioritas dan Plafond Angyaran Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Angsaran (RRA).

Penyusunan KUA menjadi penting sejak indonesia menerapkan konsep otonomi


daerah dalam penyusuanan perencanaan dan penganggaran. KUA pada dasarnya merupakan
suatu dokumen yang bertujuan untuk mengidentifikasi program dan kegiatanyang dapat
dibiayai anggaran negara. Sedangkan program dan kegiatan yang dapat dibiayai dengan
anggaran daerah adalah yang sesuai dengan kewenangan dan urusan daerah.

Penyusunan PPAS menjadi sangat penting karena pada umumnya dana yang tersedia
sesuai dengan kondisi keuangan daerah lebih kecil dari dana yang dibutuhkan untuk
membiayai program dan kegiatan sesuai dengan apa yang terdapat dałam RKPD. Karena itu
perlu diberikan prioritas terhadap program dan kegiatan yang akan dibiayai dan plafond dana
untuk masing-masing SKPD sesuai dengan dana yang tersedia. Untuk menghindari konflik
antara badan perencana dengan instansi pelaksana, penentuan prioritas dan plafond dana ini
dilakukan berdasarkan Nota Kesepatakan antara pihak eksekutif dan legislatif.
Sedangkan penyusunan RKA menjadi sangat penting dałam rangka menjaga
konsistensi dan keterkaitan yang erat antara perencanaan dan penganggaran. Dalarn angka ini
RKA pada dasarnya berisikan program dan kegiatan sesuai dengan prioritas dan plafond dana
yang telah ditetapkan dałam PPAS. Dengan cara demikian keterkaitan antara program dan
kegiatan dengan penganggarannya menjadi lebih terjamin.

2.7 Pengendalian (Monitoring) dan Evaluasi


terlihat bahwa tugas badan perencana pembangunan bukan hanya meliputi kegiatan
penyusunan dan penetapan rencana saja, tetapi juga sampai pada kegiatan pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan rencana tersebut.

Pengendalian atau pemantauan dilakukan pada waktu program dan kegiatan sedang
dilaksanakan. Kegiatan pengendalian ini dilakukan untuk memastikan kesesuaian antara
pelaksanaan program dan proyek dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Unsur-unsur
pengendalian yang dilakukan adalah dari segi kesesuaian fisik dan kualitas kerja, realisasi
penggunaan dana maupun waktu yang digunakan untuk pelaksanaan program dan kegiatan.
Sedangkan Evaluasi dilakukan setelah program dan kegiatan selesai dilaksanakan. Beberapa
tahun kemudian dilakukan evaluasi untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembangunan
sesuai dengan tujuan dan sasaran dari perencanaan.

Pada tingkat pusat, pengendalian dan pemantauan pelaksanaan rencana dilakukan


oleh menteri dan kepala lembaga sedangkan pada tingkat daerah dilakukan oleh Gubernur,
Bupati, dan Walikota. Menteri dan Kepala Lembaga melakukan pengendalian terhadap
pelaksanaan program dan kegiatan yang tertera dalam Renja-KL. Gubernur melaksanakan
pengendalian dan evaluasi terhadap program dan proyek dengan dana dekonsentrasi dan
pembantuan. Sedangkan Bupati dan Walikota melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
program dan proyek yang menggunakan dana desentralisasi (APBD).

Pada tingkat nasional, evaluasi pelaksanaan rencana dilakukan untuk menilai


efisiensi, efektivitas, dan manfaat dan kegiatan. Evaluasi pelaksanaan rencana tahunan
pelaksanaan RKP dan Renja-KL. Sedangkan pada tingkat tersebut dilakukan terhadap
pelaksanaan RKPD dan Renja SKPD.
2.8 Perencanaan Pembangunan Nasional Versus Daerah

Secara umum ada empat hal pokok yang menjadi dasar pertimbangan utama yang
menyebabkan perlunya masing-masing daerah menyusun dokumen perencanaannya sendiri.
Keempat hal tersebut adalah sebagai berikut:
l . Struktur pembangunan daerah berbeda dengan struktur pembangunan nasional;
2. Pada pembangunan daerah terdapat interaksi yang erat dengan daerah Iainnya baik dalam
bentuk perdagangan, perpindahan penduduk, dan mobilitas modal;
3. Struktur dan komponen keuangan daerah berbeda dengan keuangan nasional;
4. Ruang lingkup kewenangan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan pembangunan daerah
berbeda dengan lingkup kewenangan pemerintah pusat.

Perbedaan struktur pembangunan nasional dan daerah terletak pada ruang lingkup dan
sistem perencanaan pembangunan yang digunakan. Dari segi ruang lingkup, pembangunan
nasional jelas mencakup keseluruhan negara Indonesia, sedangkan pembangunan daerah
hanya mencakup kegiatan pembangunan yang terjadi pada daerah bersangkutan saja. Sistem
pembangunan nasional lebih banyak bersifat sektoral sesuai dengan susunan organisasi
pemerintah. Sedangkan sistem pembangunan yang digunakan pada tingkat daerah lebih
banyak bersifat regional dengan mengutamakan keterkaitan antar sektor. Dalam hal ini, aspek
lokasi dan tata-ruang menjadi penting karena kondisi geografis daerah yang sangat bervariasi.
Dengan demikian pola pembangunan pada suatu daerah akan berbeda dibandingkan dengan
daerah lainnya. Perbedaan pola pembangunan daerah tersebut menyebabkan masing-masing
daerah perlu menyusun sendiri perencanaan pembangunannya sesuai dengan potensi dan
permasalahannya, tetapi dengan tetap mengacu pada dokumen perencanaan pembangunan
nasionl
2.9 Studi Kasus

ANALISIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUNAN


PROVINSI SUMATERA UTARA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu
perangkat daerah yang khusus menangani Perencanaan Pembangunan pada daerah Propinsi
sumatera Utara, mempunyai peranan strategis dalam rangka pencapaian tujuan Pembangunan di
Oaerah Propinsi Sumatera Utara. Tugas utama Bappeda Propinsi Sumatera Utara adalah
Membantu Gubernur Sumatera Utara dalam menentukan kebijakan di bidang Perencanaan
Pembangunan di Daerah, memonitor pelaksanaan penyusunan perencanaan program/proyek dan
melakukan penilaian/evaluasi atas pelaksanaannya serta melakukan penjajakan kerjasama antar
Provinsi, Kabupaten/Kota maupun kerjasama dengan Provinsi yang berada di negara lain .

Dalam rangka mencapai keberhasilan Perencanaan Pembangunan Tahunan tersebut, maka


sangat dituntut kinerja yang optimal dari setisp aparat Bappeda Propinsi Sumatera Utara
maupun untuk mensinkronkan dan mensinergikan rencana program dan usulan dari setiap unit
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), selain itu, memperhatikan, penganalisian dan
meminimalisasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja suatu organisasi, faktor
kepemimpinan dan budaya , etos kerja , kebijakan-kebijakan dan keputusan yang ditentukan
yang disesuaikan dengan iklim situasi, kondisi dan politik yang dinamis dan realitas yang
berkembang dengan perobahan yang dihadapi dalam kehidupan hubunganya dengan kebutuhan
masyarakat, serta mengakselarasikan jenis peraturan dan ketentuan yang menjadi acuan dan
pedoman. Dengan demikian senantiasa dapat menyesuaikan pada perubahan yang belum sempat
semua pihak dapat memahaminya untuk diberlakukan, disebabkan peraturan tersebut, kurang
tersosialisasikan, keterbatasn sumber-sumber pembiayaan, serta dukungan dan peranan dari
semua stakeholers, kemampuan kualitas sumber daya manusia untuk memterjemahkan dan
menjabarkan baik mekanisme, alur perencanaan dan penganggaran jadwal pembahasan dalam
penyusunan dari setiap perencanaan pembangunan tahun tersebut.

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), RKPD, Renstra, Renja dan
RKA SKPD dengan dihubungkan Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Pendek
(Tahunan) yang berhubungan dengan anggaran, berkaitan dengan hubungan hat tersebut,
bagaimanakah para Aparat Perencana di propinsi dan Kabupaten/Kota juga peran serta
Stakeholders.untuk merumuskan dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan dimaksud.
Oleh karena itu, sampel diambil secara total sampling, sebanyak 65 orang. Yang terdiri dari
unsur Bappeda Propinsi dan kabupaten/kota, Perwakilan Satuan Kerja Perangkat Daerah, Unsur
Muspida/DPRDSU, Tokoh mayarakat, Agama, Pemuda, Adat, dan Perempuan, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan organisasi masyarakat Analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode korelasional dengan menggunakan korelasi melalui wawancana dengan Diskripsi yaitu;
untuk mengetahui sejauh manakah mereka mengetahui, mendukung dan berperan dalam
penyusunan perencanaan tahunan provinsi Sumatera Utara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih belum sepenuhnya menerapkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan menyesuaikan kedudukan hirarki hukum yang
berlaku di Propinsi maupun di Kabupaten/Kota, oleh karena itu menurut hasil pembahasan dan
analisis penelitian diperlukan kaji ulang atas beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang penyusunan rencana pembangunan tahunan dan juga masih ada faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi termasuk mekanisme, alur dan jadwal yang telah ditetapkan
mengalami keterlambatan baik yang menyangkut penyusunan perencanaan maupun
penganggaran. maupun didalam pelaksanaan pembangunan tahunan. Oleh karena itu pertu
upaya untuk mensinkronkan, integrasi serta sinergitas dalam semua komponen yang terlibat
didalamnya sehing rencana pembangunan tahunan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional pemerintah meletakkan komitmen politik untuk memperbaiki kualitas
pembangunan manusia Indonesia mulai dari penataan sistem perencanaan pembangunan yang
melibatkan peran serta prosesional masyarakat dan pemerintah daerah sejak dalam tahap
perencanaan sampai pemanfaatan, pelestarian dan manajamen feedback. Manakala Undang -
Undang itu dilaksanakan secara konsisten, maka apa yang dibangun senantiasa didasarkan pada
kebutuhan nyata manusia Indonesia yang multiposisi baik sebagai makhluk, individu, orang dan
penduduk maupun sebagai masyarakat, rakyat, warga bangsa dan warga dunia atau pun
komunitas global. Melalui Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, bangsa Indonesia secara tegas menghendaki agar di tengah euphoria reformasi sistem
pemerintahan sentralistik menuju desentralistik, pemerintah daerah dan masyarakat serta
seluruh elemen stakeholder pemerintahan daerah harus mengarahkan berbagai kebijakan dalam
kerangka implementasi kebijakan otonomi daerah pada percepatan perwujudan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik, keberdayaan masyarakat dan
optimalisasi peranserta masyarakat dalam proses pemerintahan. Dengan demikian, perencanaan
pembangunan manusia Indonesia yang lebih berkualitas melalui kebijakan

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 Perencanaan Pembangunan


Nasional pemerintah meletakkan politik untuk memperbaiki kualitas pembangunan manusia
Indonesia mulai penataan sistem perencanaan pembangunan yang melibatkan peran prosesional
masyarakat dan pemerintah daerah sejak perencanaan sampai pemanfaatan, pelestarian dan
manajamen Manakala Undang - Undang itu dilaksanakan secara konsisten, dibangun senantiasa
didasarkan pada kebutuhan Indonesia yang multiposisi baik sebagai makhluk, individu,
penduduk maupun sebagai masyarakat, rakyat, warga bangsa atau pun komunitas global.

Melalui Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Daerah, bangsa Indonesia secara
tegas menghendaki AREA otonomi daerah dimulai dengan meningkatkan keberdayaan
masyarakat sehingga dapat berperan aktif menjadi subyek otonomi daerah itu sendiri menuju
suatu daerah otonom yang berdaya, mandiri dan sejahtera. Pencapaian tujuan otonomi daerah
yang demikian diarahkan melalui penerapan prinsip, asas, tujuan dan mekanisme perencanaan
pembangunan daerah otonom yang konsisten dan yang didasarkan pada potensi sumber daya
dan perkembangan masyarakat desa dan kelurahan masing - masing. Untuk itu, setiap
pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPO) serta Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPO).
Berbagai dokumen perencanaan pembangunan daerah otonom indikasi jangka panjang dan
menengah pada intinya mengatur visi, misi, arah pembangunan, program kerja kepala daerah,
arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program
satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan
disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan.
Dokumen rencana pembangunan daerah ada dua yakni RKPD dan Renstra - SKPD. RKPD
memuat rancangan kerangka otonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan
pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat. Sedangkan Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing perangkat daerah otonom
KESIMPULAN

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara


perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan pembangunan di indonesia
mengalami perubahan dengan keluar nya Undang Undang nomor 25 tahun Dengan keluarnya
undang-undang ini diharapkan pelaksanaan perencanaan pembangunan di Indonesia akan
menjadi lebih baik dan bersifat baku dan mengikat. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan
perencanaan pembangunan di Indonesia baik untuk tingkat nasional maupun daerah harus
mengacu dan berpedoman pada system ini.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah..
DAFTAR PUSTAKA
Sjafrizal. 2020. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Jakarta : Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai