Anda di halaman 1dari 27

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

LATAR BELAKANG

Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan


perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan
bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator -indikator
yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
Struktur perencanaan pembangunan di Indonesia berdasarkan hirarki dimensi
waktunya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nas ional dibagi menjadi perencanaan jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang Undang ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa
yang disebut sebagai rencana pembangunan daerah, yaitu Renc ana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra -SKPD) dan Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya.
Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang berdurasi waktu 20 (dua puluh)
tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah. Perencanaan ini
kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang berdurasi waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah,
strategi pembangunan daerah, kebija kan umum, program SKPD dan lintas SKPD,
program kewilayahan disertai dengan rencana -rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah
dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut se bagai Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi mas yarakat.
Sebagai institusi yang mengemban tugas untuk merencanakan
pembangunan daerah baik untuk jangka panjang, jangka menengah, maupun
tahunan, Pemerintah Daerah dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas
perencanaannya sehingga perencanaan bisa sejalan dengan implementasi di
lapangan.
1

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Posisi yang stategis sebagai perancang blue print pembangunan daerah yang
melibatkan berbagai macam pemangku kepentingan (stakeholders), Pemerintah
Daerah dituntut untuk selalu menjalin komunikasi dan sinergi dengan para
stakeholders tersebut. Salah satu satu stakeholders yang perannya semakin penting
saat ini adalah media massa. Di era komunikasi dan informasi seperti saat ini, media
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan. Media mass a sangat berperan dalam menginformasikan dan
mensosialisasikan program-program pemerintah, termasuk di dalamnya tentang
perencanaan pembangunan.
Namun, selama ini, masih banyak program-program pemerintah tidak
tersampaikan kepada publik dengan baik, apalag i capaian Pemerintah Daerah yang
tidak terlihat masyarakat secara langsung. Hal ini karena peran media massa dalam
proses perencanaan pembangunan daerah dirasa masih belum optimal. Oleh karena
itu perlu diperjelas lagi mengenai peranan media massa dalam da lam proses
perencanaan pembangunan sehingga rencana pembangunan pemerintah daerah
dapat tersampaikan melalui pemberitaan mengenai kebijakan dan program -program
Pemerintah Daerah oleh media massa dan diterima oleh publik secara luas, jelas, dan
benar. Dengan tersosialisasikannya perencanaan pembangunan daerah, ke depan
diharapkan akan dihasilkan perencanaan pembangunan daerah yang semakin baik .
I.2

RUMUSAN MASALAH

Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah:


1. Bagaimana kondisi sosialisasi perencanaan pem bangunan daerah kepada
masyarakat?
2. Apa saja peran media massa dalam proses perencanaan pembangunan?
1.3

TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui kondisi sosialisasi perencanaan pembangunan daerah kepada
masyarakat.
2. Untuk mengetahui peran media massa dalam proses perencanaan
pembangunan.

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

II.1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Menghadapi realitas kehidupan yang menunjukkan adanya kesenjangan


kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan berat kepada para ahli
pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan. Ini dimaksudkan
untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul ak ibat kesenjangan
kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana.
Upaya pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang
tepat sesuai dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya
usaha pembangunan.
Perencanaan ada sebagai upaya untuk mengantisipasi ketidakseimbangan
yang terjadi yang bersifat akumulatif. Artinya perubahan pada suatu keseimbangan
awal dapat mengakibatkan perubahan pada s istem sosial yang akhirnya membawa
sistem yang ada menjauhi keseimbangan awal. Perencanaan sebagai bagian
daripada fungsi manajemen yang bila ditempatkan pada pembangunan daerah
akan berperan sebagai arahan bagi proses pembangunan berjalan menuju tujuan di
samping itu menjadi tolok ukur keberhasilan proses pembangunan yang
dilaksanakan.
Menurut Tjokroamidjojo (1992), perencanaan dalam arti seluas -luasnya tidak
lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan -kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu
cara bagaimana mencapai tujuan sebaik -baiknya dengan sumber-sumber yang ada
supaya lebih efisien dan efektif.
Menurut Albert Waterston perencanaan pembangunan didefinisikan sebagai
melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai alternatif dari kegiatan untuk
mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti supaya pelaksanaan
tidak menyimpang tujuan.
Berbagai ahli memberikan definisi perencanaan. Bahkan ada yang
memberikan pengertia n lebih luas contohnya Prof. Jan Tinbergen mengemukakan
lebih kepada kebijaksanaan pembangunan ( development policy) bukan hanya
perencanaan (plans) semata.
Perencanaan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Namun tidak semua
rencana merupakan perencanaan pembangunan Terkait dengan kebijaksanaan
pembangunan maka pemerintah berperan sebagai pendorong pembangunan
(agent of development), ini terkait dengan definisi perencanaan yang merupakan
upaya institusi publi k untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah dengan didasarkan


keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha
pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya -upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi
yang kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif.
2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.
3. Berisi upaya melaku kan struktur perekonomian
4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.
5. Adanya pemerataan pembangunan.
Dalam prakteknya pelaksanaan pembangunaan akan menemui hambatan
baik dari sisi pelaksana, masyarakat yang menjadi obyek pembangunan maupun dari
sisi luar semua itu. Lebih rinci alasan diperlukannya perencanaan dalam proses
pembangunan sebagai berikut:
1. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan member ikan perubahan yang
sangat cepat dalam masyarakat.
2. Perencanaan merupakan tahap yang penting apabila dilihat dari dampak
pembangunan yang akan muncul setelah proses pembangunan selesai.
3. Proses pembangunan yang dilakukan tentu saja memiliki keterbatasan waktu
pelaksanaan, biaya serta ruang lingkup pelaksanaannya.
4. Perencanaan juga dapat berperan sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan
pembangunan sehingga proses pembangunan yang dilaku kan dapat dimonitor
oleh pihak-pihak terkait tanpa terkecuali masyarakat.
Perencanaan yang baik seperti sebuah perjalanan yang sudah melewati
separuh jalan, karena sisanya hanyalah tinggal melaksanakan dan mengendalikan.
Apabila dalam pelaksanaannya konsi sten, pengendalian yang efektif, dan faktor faktor pengganggu sedikit atau tidak memberi pembiasan pelaksanaan
pembangunan, maka pembangunan dapat dikatakan tinggal menanti waktu untuk
mencapai tujuan.
Negara besar sekalipun tetap menghadapi berbagai masal ah pembangunan
yang bertahap harus diselesaikan. Ada berbagai alasan sebagai pendorong untuk
melakukan perencanaan seperti menonjolnya kemiskinan, adanya perbedaan
kepentingan, keterbatasan sumber daya, sistem ekonomi pasar dan adanya tujuan
tertentu yang ditetapkan. Jadi Perencanaan pembangunan menjadi prioritas utama.
dalam pembangunan itu sendiri.
II.1.1 Aspek Legal Perencanaan Pembangunan
Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut
perubahan paradigma perencanaan dan keuangan d aerah yang bersifat
4

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

komprehensif mengarah kepada transparansi, akuntabilitas, demokratisasi,


desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Merujuk pada Undang -Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan
adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional dimaksud upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencap ai tujuan
bernegara.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) itu sendiri adalah satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat
pusat dan daerah.
Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang -Undang
Nomor 25 Tahun 2004, antara lain:
1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisa si, dan sinergi baik antar-daerah, antarruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan
menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan
Lebih lanjut proses perencanaan menurut UU Nomor 25 Tahun 200 4, yakni:
1. Proses Politik: Pemilihan langsung Presiden dan Kepala Daerah menghasilkan
rencana pembangunan hasil proses (publik choice theory of planning)
Khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM
2. Proses Teknokratik: Perencanaan yang dilakukan oleh perencana profesional,
atau oleh lembaga/unit organisasi yang secara fungsional melakukan
perencanaan khususnya dalam pemantapan peran, fungsi dan kompetensi
lembaga perencana
3. Proses partisipatif: perencanaan yang melibatkan masyarakat (stakeholders)
antara lain melalui pelaksanaan Musrenbang
4. Proses Bottom-Up dan Top-Down: Perencanaan yang aliran pros esnya dari atas
ke bawah atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan.

II.1.2 Sistem Perencanaan Pembangunan


Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah memberikan pengaruh pada
pergeseran nilai, pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Perubahan nilai yang
terjadi setelah reformasi meliputi pergeseran dari sentralistik menjadi desentralistik,
dari pendekatan top down menjadi bottom up sudah jelas dampak langsungnya
5

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

adalah diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk meng urus
rumah tangganya sendiri. Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Selanjutnya kedua Undang-undang tersebut disempurnakan menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tent ang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang -undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem
perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu
untuk dimantapkan dan d isempurnakan, guna lebih menjamin penyelenggaraan
pembangunan di pusat dan daerah yang lebih berhasil guna dan berdayaguna.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun
rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap
terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang
(25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau tahunan (1
tahun). Setiap daerah (propins i/kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dalam Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga
dinyatakan bahwa rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda -agenda
pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah, yang
penyusunannya dengan mengacu pada dokumen Rencana Pemb angunan Jangka
Panjang Nasional/Daerah.
II.1.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan yang mendasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Selama ini sistem pemerintahan sangat sentralistik
dengan kebijakan yang didominasi oleh pemerintah pusat ( top down), sedangkan
pada pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi maka kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan menjadi tanggung jawab daerah sesuai dengan
kewenangan yang diberikan.
Perubahan ini menuntut kemampuan Pemerintah Daerah untuk dapat
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing masing. Pemberian kewenangan yang besar kepada daerah dimaksudkan agar
penyelenggaraan pemerintahan berjalan lebih efektif dan efisien sehingga
pelayanan kepada masyarakat berjalan lebih baik dan potensi daerah dapat
dimanfaatkan secara optimal.
6

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Salah satu aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan


terutama pengelolaan pembangunan adalah perencanaan. Dengan suatu
perencanaan yang baik kita dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
yang baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber dana
pembangunan lainnya. Melalui perencanaan akan dirumuskan skala prior itas dan
kebijaksanaan pembangunan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah
dirumuskan terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Perencanaan Pembangunan Daerah didefinisikan sebagai suatu usaha yang
sistematik dari pelbagai pelaku (aktor), baik um um (publik) atau pemerintah, swasta ,
maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk
menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan
aspek lingkungan lainnya dengan cara secara terus menerus menganalis is kondisi
dan pelaksanaan pembangunan daerah, merumuskan tujuan dan kebijakan
pembangunan daerah, menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi),
dan melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, sehingga
peluang baru untuk menin gkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat
ditangkap secara berkelanjutan.

II.1.4 Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah


Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen
politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme,
prosedur, dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan
dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik,
demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan.
Dalam peraturan dan perundangan baru, penyusunan rencana dikehendaki
memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan
top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan
memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan, dan
akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan
rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan
stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan
menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan
dukungan optimal bagi implementasinya.
Alur dan mekanisme perencanan pembangunan daerah menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku dapat dilihat pada Gambar 2.1 .

SS

P m

i m P

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

II.2

MEDIA MASSA

Media Massa (Mass Media) adalah chanel, media/medium, saluran, sarana,


atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, yakni komunikasi yang
diarahkan kepada orang banyak (channel of mass communication). L. John Martin
pula berpendapat bah wa media massa merujuk kepada alat yang mewujudkan
interaksi sosial, politik, dan ekonomi dalam ukuran yang lebih moden. Media
haruslah menyampaikan maklumat dan mendidik masyarakat serta menjadi media
perantara dalam bermasyarakat (Vir Bala Aggarwal, 2002: xvii). Dalam sistem
demokrasi, media merupakan sumber primer dalam komunikasi massa (Md Sidin
Ahmad Ishak, 2006: 7) dimana komunikasi massa sendiri merupakan kependekan
dari komunikasi melalui media massa ( communicate with media). Media massa pada
masa kini telah melalui arus globalisasi dimana media kini bersifat universal dan. Jenis
dan fungsinya juga semakin canggih sejalan dengan perkembangan arus
modenisasi pada masa kini. Men urut John Ryan media massa tidak dapat terpisahkan
dari institusi yang lain dalam masyarakat (1999 : 23).
Yang termasuk media massa terutama adalah suratkabar, majalah, radio,
televisi, dan film sebagai The Big Five of Mass Media (Lima Besar Media Massa), juga
internet (cybermedia, media online).
II.2.1 Jenis Media Massa:
Media massa dapat diklasifikasikan kepada dua kategori yaitu:
1.

Media Massa Cetak (Printed Media).


Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas. Dari segi formatnya dan
ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi
a. koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano),
b. tabloid (1/2 broadsheet),
c. majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto),
d. buku (1/2 majalah),
e. newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan
f. buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4 -8).
Isi media massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita,
opini, dan feature.

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2.

Media Massa Elektronik (Electronic Media).


Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan
suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, internet
dan film.
Media massa juga dapat dikategorikan berdasarkan timeline, yaitu:

1.

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki
organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa
digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar
lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri -ciri seperti:
a. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
b. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran
tertentu.
c. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan
menyeleksi informasi yang mereka terima.
d. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.

2.

Media massa modern, seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan


teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media -media lain yang
kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon
selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri -ciri seperti:
a. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui
SMS atau internet misalnya)
b. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga
oleh individual
c. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
d. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
e. Penerima yang menentukan waktu interaksi

II.2.2 Teori-Teori Media Massa


Teori fungsionalisme bermula dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
Robert Marton (1949) dengan apa yang disebut paradigma (Hasmah Zainuddin,
2006 : 99). Asas fungsionalisme merujuk kepada masyarakat yang mempunyai sistem
kompleks yang tinggi dan aktivitas saling berinteraksi, bekerjasama dalam
keseimbangan demi menjamin kemantapan dalam susunan. Analisis fungsionalisme
menunjukkan bagaimana fenomena akhir-akhir ini memberikan kesan yang
mengarah pada kestabilan dan penguatan sistem. Analisis fungsi dalam komunikasi
massa berpihak pada peranan media sendiri dalam memperbaiki susunan sosial
dalam mengukuhkan keseimbangan dalam masyarakat (Hasmah Zainudd in, 2006 :
99). Fungsionalisme mengganggap bah wa media harus diselidiki secara empir is
10

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

untuk membuat penilaian sama ada media dapat berfungsi dengan baik ataupun
tidak.
Teori interaksionisme melihat interaksi masyarakat dalam mendapatkan suatu
kabar. Jika ditinjau pada teori interaksionisme ini, terdapat interaksi dalam
mendapatkan suatu berita. Contohnya bagaimana para wartawan ingin
mendapatkan sesuatu berita. Para wartawan akan memintai keterangan dari saksi
yang melihat sesuatu kejadian ataupun jika in gin mendapatkan klarifikasi dari pihak
yang bertanggunngjawab. Para wartawan akan menganalisis setiap berita yang
diperolehnya tersebut benar atau salah jika melibatkan saksi kejadian dan juga
peristiwa yang lain. Peranan yang dimainkan oleh wartawan juga bisa dianggap
sebagai pihak tengah karena mereka akan berusaha untuk mendapatkan suatu berita
dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Begitu juga dengan bagian media massa
yang lain seperti televisi, bidang pengacaraan dalam suatu program dapat melahir kan
acara yang mampu berinteraksi dengan orang lain. Bagi teori ini, interaksi perkara
yang penting untuk mendapatkan sesuatu berita dan juga menilai berita tersebut
benar ataupun salah.
Dalam teori konflik, peranan media massa dapat dilihat dari segi sosial.
Terdapat 2 aliran dalam teori ini yaitu faktor ekonomi yang dipelopori oleh Max
Webber dan juga faktor keagamaan serta faktor pembentukan masyarakat oleh
Webber. Peranan dalam media massa dapat diambil dalam faktor pembentu kan
masyarakat oleh Webber. Teori konflik ini berlaku apabila sedang ada krisis dalam
masyarakat. Jika setiap struktur tidak menjalankan fungsi dengan sempurna akan
menghasilkan konflik. Dalam media massa, konflik juga bisa berlaku. Apabila media
massa gagal dalam menjalankan fungsinya sendiri maka akan terjadi konflik. Sebagai
contoh, penggunaan surat kabar sebagai media untuk menjatuhkan orang lain dan
berita salah yang telah memberikan pandangan negatif masyarakat terhadap media
massa. Jika ini tidak dikendalikan akan menghasilkan kasus.

II.2.3 Peran Media Massa


Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media
massa selama ini, yakni:
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri
lain utamanya dalam p eriklanan/promosi.
2. Sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
5. Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.

11

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

II.2.4 Karakteristik Media Massa


1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan
semua peristiwa di berbagai tempat, juga meny angkut kepentingan umum
karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran
sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus -menerus sesuai dengan priode
mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips
baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi
kepada publik.

II.2.5 Fungsi Media Massa


Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut.
Harold D. Laswell:
1. Informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
Wright:
1. Pengawasan (Surveillance) terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui
proses peliputan dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya tahu, panik,
terancam, gelisah, apatis, dsb.
2. Menghubungkan (Correlation) mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap
atas suatu peristiwa atau masalah.
3. Transmisi Kultural (Cultural Transmission) pewarisan budaya, sosialisasi.
4. Hiburan (Entertainment).
De Vito:
1. Menghibur
2. Meyakinkan e.g. iklan, mengubah sikap, call for action.
3. Menginformasikan
4. Menganugerahkan status menunjukkan kepentingan orang -orang tertentu;
name makes news. Perhatian massa = penting.
5. Membius massa terima apa saja yang disajikan media.
6. Menciptakan rasa kebersatuan proses identifikasi.

12

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

II.2.6 Pengaruh media massa


Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa
dilihat dari:
1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan
tahun/ abad) dampak itu terjadi.
Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell
pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering
dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
1. Siapa (who)
2. Pesannya apa (says what)
3. Saluran yang digunakan (in what channel)
4. Kepada siapa (to whom)
5. Apa dampaknya (with what effect)
Model ini adalah garis besar dari elemen -elemen dasar komunikasi. Dari
model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.
II.2.7 Fungsi-fungsi media massa
1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi
untuk suatu masalah.
3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang
mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas
kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi
hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi
negatif (disfungsi).
II.2.8 Pengaruh media mas sa pada pribadi
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan
pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana
seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari -hari
Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup
layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka
sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak
dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi
mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media
mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan
dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarg a
ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu

13

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku


tokoh yang aneh dan hal -hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
Ketiga, media visual dapat memenu hi kebutuhan pemirsanya akan
kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak -anak
kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter,
atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini
terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola
mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka
mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka
inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita
dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau
menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".
Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai
penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka
menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan
pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya
menjadi lebih baik atau men gempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat
pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari
yang lain .

14

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III
PEMBAHASAN

III.1

KONDISI SOSIALISASI PRENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA


MASYARAKAT

Didalam era demokrasi dewasa ini proses partisipasi public merupakan tolok
ukur bagi pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan. Bahkan, Issu partisipasi
masyarakat dalam kebijakan publik tersebut juga telah menjadi issu global hal
tersebut ditandai dengan munculnya issu Good Governance dalam mengelola
kebijakan sebuah negara . M.M Billah menyatakan good governance dapat diartikan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai -nilai yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi m asalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu didalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Berdasarkan pendapat ahli dan kriteria good governance, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi dan transparansi publik merupakan elemen yang
penting bagi pencapaian tujuan pembangunan dan demokratisasi nasional.
Pemerintah menanggapi berkembangannya issu tersebut dengan meluncurkan
berbagai macam regulasi guna menjamin partisipasi masyarakat didalam
pembangunan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan.
Pembangunan merupakan sebuah proses yang terencana yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu proses yang paling
penting adalah perencanaan pembangunan. Oleh karena itu didalam proses
perencanaan peran serta masyara kat mutlak diperlukan sebab didalam
pembangunan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi juga
subjek pembangunan.
Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan tersebut diatas telah dinyatakan didalam Bab II Pasal 4 Huruf d yang
menyatakan bahwa perencanaan pembangunan bertujuan untuk mengoptimalkan
partipasi masyarakat. Dengan demikian, Undang -Undang tersebut telah menjamin
bahwa dalam setiap langkah perencanaan pembangunan baik ditingkat pusat
maupun daerah partisipasi masyarakat wajib untuk didengar dan dipertimbangkan
oleh pemerintah.
Didalam kaitannya dengan proses pembangunan nasional untuk
perencanaan pembangunan yang dituangkan didalam tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM), Rencana kerja Pembangunan (RKP) dan APBN/D merupakan bagian dari
sebuah kebijakan publik yang dikuatkan dengan Undang -Undang atau Perda.
Produk-produk dokumen perencanaan tersebut merupakan bagian dari kebijakan
publik sebab implikasi dari produk-produk perencanaan tersebut adalah masyarakat
15

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

karena pada hakekatnya pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyakat. Hal tersebut sesuai dengan intisari dari kebijakan publik,
bahwa dokumen-dokumen perencanaan pembangunan menetapkan tindakan tindakan pemerintah dimasa datang, mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas
serta senantiasa ditujukan untuk kepentingan seluruh anggota masyarakat.
Perencanaan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
tidak akan berhasil tanpa peran serta masyarakat didalam pembuatan perencanaan
tersebut. Menyadari akan pentingnya peran serta masyarakarakat, pemerintah
mengharuskan didalam pembuatan perencanaan pembangunan baik pusat
maupun daerah dilakukan musyawarah secara berjenjang dari tingkat bawah
(bottom up). Proses tersebut diawali dengan Musrenbang desa, Musrenbang
kecamatan, Musrenbang Kabupaten dan Musrenbang Provinsi dengan tujuan untuk
mengoptimalkan partisipasi masyarakat sesuai deng an amanat undang-undang.
Jalur musrenbang dapat dikatakan sebagai jalur utama didalam menyalurkan
aspirasi dan peran serta masyarakat didalam penentuan perencanaan
pembangunan. Melalui jalur inilah mayoritas aspirasi masyarakat disalurkan sebagai
masukkan bagi proses perencanaan pembangunan selanjutnya.
Walaupun dikatakan sebagai jalur utama aspirasi masyarakat, aspirasi yang
disampaikan dijalur ini juga dapat dikatakan sebagai jalur yang paling lemah pada
proses perumusan agenda dan usulan kegiatan. Masya rakat tidak banyak tahu
seberapa besar peluang usulannya yang ditampung dan ditindaklanjuti dalam
proses pembangunan atau seberapa besar persentase kegiata -kegiatan yang
tertuang didalam dokumen perencanaan yang berasal dari aspirasi musrenbang.
Inilah problem utama partisipasi masyarakat yang dihadapi didalam proses kebijakan
penentuan perencanaan pembangunan di Indonesia.
Jika dilihat lebih lanjut maka penyebab lemahnya aspirasi masyarakat tersebut
dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Eksternal, yang dimaksud adalah kondisi diluar system birokrasi pemerintah yaitu
masyarakat umum, antara lain:
a. Sistem Perencanaan Pembangunan yang disusun dengan jadual yang ketat
mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai cukup waktu untuk
menyampaikan seluruh aspira sinya
b. Aparat birokrasi yang paling bawah ditingkat desa / kelurahan maupun
kecamatan tidak memperoleh informasi yang cukup tentang program program kabupaten / kota. Ada dua kemungkinan penyebab hal tersebut
terjadi yaitu karena mereka tidak memperoleh info rmasi yang cukup dari
kabupaten / kota atau mereka sendiri tidak ingin tahu perencanaan
pembangunan daerah.
c. masih besarnya dominasi program-program pemerintah kabupaten, provinsi
atau pemerintah pusat (top down) didalam menentukan kebijakan, program
dan kegiatan didalam perencanaan pembangunan
d. terpisahnya jalur perencanaan kegiatan dan keuangan menyebabkan akses
masyarakat untuk menentukan anggaran menjadi sangat terbatas

16

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

e. masyarakat tidak mempunyai mekanisme untuk memantau aspirasi mereka


untuk sampai pada usulan rencana penganggaran.
2. Internal, yang dimaksud adalah kondisi didalam system birokrasi pemerintah.
Guna meningkatkan peran serta masyarakat di dalam penyusunan
perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan didalam penyusunan perencanaan
pembangunan sebaiknnya dilakukan secara berkesinambungan. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan penyusunan perencanaan
pembangunan terhadap tokoh -tokoh masyarakat di pedesaan.
2. Diperlukan sosialisasi dokumen perencanaan pembangunan daerah sampai
ketingkat pemerintahan yang paling bawah sehingga masyarakat dapat
mengetahui
program-program
pembangunan
pemerintah
melalui
pengoptimalan peran media massa.
3. Perbaikan sistem perencanaan pembangunan dengan memberikan akses bagi
masyarakat untuk merencanakan keuangan.
4. Perbaikan sistem perencanaan pembangunan dengan membuat sistem
pemantuan aspirasi masyarakat sehingga masyarakat tahu sampai sejauh mana
aspirasi mereka dapat diterima oleh pemerintah.
III.2

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

III.2.1 Peran Komunikasi dalam Pembangunan


Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti luas dan arti
sempit. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi
komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara
semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat
dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan
penilaian terhadap pembangunan.
Dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan
cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan -keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan
ditujukan kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut bertujua n agar masyarakat
yang dituju dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan
gagasan-gagasan yang disampaikan.
Dalam karyanya, Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi
dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional, yaitu :
1. menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan
nasional,agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan
perubahan,kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana -sarana
perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional.
2. memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara
aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan
semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, member
17

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memi mpin dan


mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang
berjalan lancar dari bawah ke atas.
3. mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang
dewasa,hingga anak-anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis
yang mengubah hidup masyarakat.
Media massa menurut Schramm secara sendirian atau bersama lembaga lain
dapat melakukan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pemberi informasi. Tanpa media massa sangatlah sulit untuk
menyampaikan informasi secar a cepat dan tepat waktu seperti yang diharapkan
oleh suatu negara yang sedang membangun.
2. Pembuatan Keputusan. Dalam hal ini media massa berperan sebaga ipenunjang
karena fungsi ini menuntut adanya kelompok -kelompok diskusi yang akan
membuat keputusan, dan media massa menyampaikan bahan untuk didiskusikan
serta memperjelas masalah yang sedang diperbincangkan.
3. Sebagai Pendidik. Sebagian dapat dilaksanakan sendiri oleh media
massa,sedangkan bagian yang lainnya dikombinasikan dengan komunikasi antar
pribadi. Misalkan program-program pendidikan luar sekolah, atau siaran
pendidikan.
Peran lain bagia media massa menurut Schramm, antara lain :
1. Meluaskan wawasan masyarakat
2. Memfokuskan perhatian masyarakat kepada pembangunan
3. Meningkatkan aspirasi
4. Membantu mengubah sikap dan praktek yang dianut
5 .Memberi masukan untuk saluran komunikasi antar pribadi
6. Memberi status.
7. Memperlebar dialog kebijakan
8. Menegakkan norma-norma soaial
9. Membantu membentuk selera
10. Mempengaruhi nilai-nilai yang kurang teguh dianut dan menyalurkan sikap yang
lebih kuat.
Gambaran pemikiran Schramm mengenai peranan komunikasi dalam
pembangunan sebagai berikut :

18

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Gambar 3. 1
Peranan Komunikasi Dalam Pembangunan
Hedebro (1979) mendaftar 12 peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam
pembangunan, antara lain:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan
nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilku yang menunjang modernisasi.
3. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan -keterampilan baru, mulai daribaca tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasimobil.
4. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber -sumber daya
pengetahuan.
5. Media massa dapat mengantarkan pengalaman -pengalaman yang seolah-olah
dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis yang ekonomis untuk
menciptakan kepribadian yang mobile.
6. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk
bertindak nyata.
7. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma -norma baru dan
keharmonisan dari masa transisi
8. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan di tengah kehidupan bermasyarakat.
9. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang
bercirikan tradisional, dengan membawakan pengetahuan kepada massa.Mereka
yang beroleh informasi, akan menjadi orang yang berarti, dan parapemimpin
tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang -oranglain yang
juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
10. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai seuatu yang mengatasi
kesetiaan-kesetiaan lokal.

19

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

11. Komunikasi dapat membantu mayoritas populasi menyadari pentingnya arti


mereka
sebagai
warga
negara,
sehingga
dapat
membantu
meningkatkanaktivitas politik.
12. Komunikasi memudahkan perencanaan dan implementasi program -program
pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan penduduk.
13. Komunikasi dapat membuat pembangunan ekonomi, sosial, dan politik menjadi
suatu proses yang berlangsung sendiri (self -perpetuating).
III.2.2 Peran Media Massa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Media merupakan unsur penting dan strategis dalam menentukan serta
mendorong proses perubahan ke arah pengembangan demokrasi dan tata kelola
kepemerintahan yang baik di Indonesia. Sasaran menuju pencapaian good local
governance akan ditentukan juga oleh sejauhmana peran dan kontribusi media
dalam proses-proses tersebut, termasuk juga pada tahapan proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah yang meliputi aspek -aspek :
Wawasan ke depan (visionary);
Keterbukaan dan transparansi ( openness and transparency);
Partisipasi masyarakat ( participation);
Tanggung gugat (accountability);
Supremasi hukum (rule of law);
Demokrasi (democracy);
Profesionalisme & kompetensi ( professionalism and competency);
Daya tanggap (responsiveness);
Keefisienan dan keefektifan ( efficiency and effectiveness);
Desentralisasi (decentralization);
Kemitraan dengan dunia usaha swasta & masyarakat ( private sector and civil
society partnership);
Komitmen pada pengurangan kesenj angan (commitment to reduce inequ ality);
Komitmen pada lingkungan hidup ( commitment to environmental protection);
dan
Komitmen pada pasar yang fair ( commitment to fair market ).
Adapun jenis dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan
daerah yang wajib dimiliki oleh setiap daerah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan adalah:
RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah)
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)
Renstra SKPD (Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah)
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
Renja SKPD (Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah)
KUA (Kebijakan Umum APBD)
PPAS (Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara)
RKA-SKPD (Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah)
RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)
20

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

APBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)


KUA, PPAS, RKA-SKPD, dan RAPBD merupakan kelengkapan dokumen yang harus
disiapkan dalam rangka proses penyusunan APBD.

Gambar 3.2
Alur Prencanaan Pembangunan Daerah
Peran pers dan media dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan dilakukan melalui pemantauan, investigasi, advokasi, pengumpulan
pendapat masyarakat (pooling), evaluasi, kritik/komentar, pengawalan dan
penyebarluasan informasi serta memberi ruang bagi masyarakat banyak dalam
menyampaikan opini. Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah, antara lain:
1. Meningkatkan wawasan masyarakat dengan cara mensosialisasikan visi dan
misi pembangunan baik di tingkat na sional, regional (provinsi), maupun lokal
(kabupaten/kota), serta berbagai kebijakan pokok yang tertuang dalam
dokumen perencanaan daerah.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makna dan tanggung jawab
pembangunan di daerahnya, sehingga mendorong part isipasi mereka dalam
proses
perencanaan/pelaksanaan/pengawasan
pembangunan
serta
pemeliharaan hasil -hasil pembangunan.
3. Meningkatkan keterbukaan dan transparansi dengan mensosialisasikan
kepada masyarakat mengenai informasi dan agenda daerah berkaitan
21

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

dengan proses perencanaan pembangunan, serta produk -produk


perencanaan dan penganggaran yang menyangkut kepentingan publik.
4. Meningkatkan partisipasi dan kontribusi pemikiran masyarakat melalui
kegiatan jarring aspirasi (pooling pendapat) masyarakat berkaitan de ngan isuisu strategis daerah, harapan masyarakat, dan substansi -substansi rencana
pembangunan daerah.
5. Meningkatkan akuntabilitas proses perencanaan dengan mempublikasikan
pelaksanaan proses-proses perencanaan serta hasil-hasil rumusan materi
rencana dan kebijakan daerah untuk dikritisi dan ditanggapi masyarakat
lainnya.
6. Meningkatkan demokratisasi dan komitmen daerah terhadap pengurangan
kesenjangan melalui evaluasi, kritik, dan pengawalan terhadap isu -isu
pembangunan yang terkait kepentingan masyarakat mar ginal dan masalah
kesenjangan pembangunan.
7. Meningkatkan supremasi hukum melalui investigasi, pengkajian, dan advokasi
terhadap proses perumusan kebijakan publik dan penganggaran daerah.
8. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah daerah dalam perencanaan
dan penganggaran pembangunan melalui pemantauan dan pengawasan,
kajian dan kritik/masukan, sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan serta hasil -hasil yang
dicapai.
Komitmen dan kualitas media/jurnali sme dalam mencermati perencanaan
dan penganggaran, didasarkan atas beberapa elemen, antara lain:
kebenaran informasi
loyalitas jurnalis yang didedikasikan kepada masyarakat
kedisiplinan dalam melakukan verifikasi
independensi
komitmen memantau kekuasaan
mengadvokasi masyarakat yang ter-marginalisasi
orientasi pada public interest
cara penyajian yang memikat dan relevan
analisis yang proporsional dan komprehensif
berpegang pada hati nurani
Agar fungsi dan peranan media tersebut dapat dimainkan dengan leb ih
efektif dan efisien, maka media perlu memahami dengan baik proses perencanaan
dan penganggaran pembangunan daerah, materi/substansi pokok berbagai
dokumen perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah, serta payung
hukum yang menjadi acuannya.
Aspek legalitas yang dapat digunakan sebagai payung hukum bagi partisipasi
publik dan peran media dalam proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah, antara lain:
o Undang-Undang No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, khususnya pasal 9 s/d 12, pasal 16 s/d 18, dan pasal 22 s/d 27.
o Undang-Undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (pasal 150 -151)
22

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

o Undang-Undang No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan


(pasal 52 dan pasal 53)
o Peraturan Pemerintah No. 56/2005 tentang Sist em Informasi Keuangan Daerah
(pasal 12 dan pasal 13)
o Peraturan Pemerintah No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan (pasal 17)
o Peraturan Pemerintah No. 40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (pasal 4, 5, 10,12,15, 23)
o Peraturan Pemerintah No 3/2007 tentang LPPD, LKPJ, dan Informasi LPPD
kepada Masyarakat (pasal 27)
o Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006 SEB Meneg PPN/Kepala
BAPPENAS dan MENDAGRI Nomor 0008/M.PPN/01/2007 -050/264A/SJ tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musrenbang 2007

23

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV
PENUTUP

IV.1

KESIMPULAN

Sebagai institusi yang mengemban tugas untuk merencanakan


pembangunan daerah baik untuk jangka panjang, jangka menengah, maupun
tahunan, Pemerintah Daerah dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas
perencanaannya sehingga perencanaan bisa sejalan dengan implementasi di
lapangan. Pemerintah Daerah dituntut untuk selalu menjalin ko munikasi dan sinergi
dengan para stakeholders. Salah satu satu stakeholders yang perannya semakin
penting saat ini adalah media massa. Di era komunikasi dan informasi seperti saat ini,
media memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasila n
pembangunan. Media massa sangat berperan dalam menginformasikan dan
mensosialisasikan program-program pemerintah, termasuk di dalamnya tentang
perencanaan pembangunan.
Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah, antara lain:
1. Meningkatkan wawasan masyarakat dengan cara mensosialisasikan visi dan
misi pembangunan baik di tingkat nasional, regional (provinsi), maupun lokal
(kabupaten/kota), serta berbagai kebijakan pokok yang tertuang dalam
dokumen perencanaan daera h.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makna dan tanggung jawab
pembangunan di daerahnya, sehingga mendorong partisipasi mereka dalam
proses
perencanaan/pelaksanaan/pengawasan
pembangunan
serta
pemeliharaan hasil -hasil pembangunan.
3. Meningkatkan keterbukaan dan transparansi dengan mensosialisasikan
kepada masyarakat mengenai informasi dan agenda daerah berkaitan
dengan proses perencanaan pembangunan, serta produk -produk
perencanaan dan penganggaran yang menyangkut kepentingan publik.
4. Meningkatkan partisipasi dan kontribusi pemikiran masyarakat melalui
kegiatan jarring aspirasi (pooling pendapat) masyarakat berkaitan dengan isu isu strategis daerah, harapan masyarakat, dan substansi -substansi rencana
pembangunan daerah.
5. Meningkatkan akuntabilitas proses perencanaan dengan mempublikasikan
pelaksanaan proses-proses perencanaan serta hasil-hasil rumusan materi
rencana dan kebijakan daerah untuk dikritisi dan ditanggapi masyarakat
lainnya.
6. Meningkatkan demokratisasi dan komitmen daerah terhadap pengurangan
kesenjangan melalui evaluasi, kritik, dan pengawalan terhadap isu -isu
24

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

pembangunan yang terkait kepentingan masyarakat marginal dan masalah


kesenjangan pembangunan.
7. Meningkatkan supremasi hukum melalui investigasi, pengkajian, dan advokasi
terhadap proses perumusan kebijakan publik dan penganggaran daerah.
8. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah daerah dalam perencanaan
dan penganggaran pembangunan melalui pemantauan dan pengawasan,
kajian dan kritik/masukan, sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh proses
perencanaan dan penganggaran pembangunan serta hasil -hasil yang
dicapai.

25

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I................................ ................................ ................................ ................................ ............... 1


PENDAHULUAN ................................ ................................ ................................ ........................ 1
I.1

LATAR BELAKANG

I.2

RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II ................................ ................................ ................................ ................................ ............. 3


TINJUAN PUSTAKA ................................ ................................ ................................ .................. 3
II.1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

II.1.1 Aspek Legal Perencanaan Pembangunan ................................ ................ 4


II.1.2 Sistem Perencanaan Pembangunan ................................ ............................ 5
II.1.3 Perencanaan Pembangunan Daerah ................................ .......................... 6
II.1.4 Mekanisme Perencanaan Pembangunan Daerah ................................ .. 7
II.2

MEDIA MASSA

II.2.1 Jenis Media Massa: ................................ ................................ ............................. 9


II.2.2 Teori-Teori Media Massa ................................ ................................ ................. 10
II.2.3 Peran Media Massa ................................ ................................ ........................... 11
II.2.4 Karakteristik Media Massa ................................ ................................ .............. 12
II.2.5 Fungsi Media Massa ................................ ................................ ......................... 12
II.2.6 Pengaruh media massa ................................ ................................ .................. 13
II.2.7 Fungsi-fungsi media massa ................................ ................................ ........... 13
II.2.8 Pengaruh media massa pada pribadi ................................ ........................ 13
BAB III ................................ ................................ ................................ ................................ .......... 15
PEMBAHASAN ................................ ................................ ................................ ......................... 15
III.1 KONDISI SOSIALISASI PRENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PADA
MASYARAKAT
15
III.2 PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH
17
III.2.1 Peran Komunikasi dalam Pembangunan ................................ ................. 17
III.2.2 Peran Media Massa dalam Perencanaan Pembangunan Daerah ..20
BAB IV................................ ................................ ................................ ................................ .......... 24
PENUTUP................................ ................................ ................................ ................................ .... 24
IV.1 KESIMPULAN

24

PERAN MEDIA MASSA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Gambar 2.1 ................................ ................................ ................................ ................................ .. 8


Mekanisme Proses Perencanaan Pembangunan Daerah ................................ .......... 8
Gambar 3. 1................................ ................................ ................................ ............................... 19
Peranan Komunikasi Dalam Pembangunan ................................ ................................ .19
Gambar 3.2 ................................ ................................ ................................ ................................ 21
Alur Prencanaan Pembangunan Daerah ................................ ................................ ....... 21

Anda mungkin juga menyukai