BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LATAR BELAKANG
Posisi yang stategis sebagai perancang blue print pembangunan daerah yang
melibatkan berbagai macam pemangku kepentingan (stakeholders), Pemerintah
Daerah dituntut untuk selalu menjalin komunikasi dan sinergi dengan para
stakeholders tersebut. Salah satu satu stakeholders yang perannya semakin penting
saat ini adalah media massa. Di era komunikasi dan informasi seperti saat ini, media
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
pembangunan. Media mass a sangat berperan dalam menginformasikan dan
mensosialisasikan program-program pemerintah, termasuk di dalamnya tentang
perencanaan pembangunan.
Namun, selama ini, masih banyak program-program pemerintah tidak
tersampaikan kepada publik dengan baik, apalag i capaian Pemerintah Daerah yang
tidak terlihat masyarakat secara langsung. Hal ini karena peran media massa dalam
proses perencanaan pembangunan daerah dirasa masih belum optimal. Oleh karena
itu perlu diperjelas lagi mengenai peranan media massa dalam da lam proses
perencanaan pembangunan sehingga rencana pembangunan pemerintah daerah
dapat tersampaikan melalui pemberitaan mengenai kebijakan dan program -program
Pemerintah Daerah oleh media massa dan diterima oleh publik secara luas, jelas, dan
benar. Dengan tersosialisasikannya perencanaan pembangunan daerah, ke depan
diharapkan akan dihasilkan perencanaan pembangunan daerah yang semakin baik .
I.2
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
II.1
adalah diberikannya kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk meng urus
rumah tangganya sendiri. Kewenangan tersebut dijamin dengan lahirnya Undang undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diikuti oleh
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah. Selanjutnya kedua Undang-undang tersebut disempurnakan menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tent ang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang -undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka substansi dan esensi dari sistem
perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan daerah menjadi semakin perlu
untuk dimantapkan dan d isempurnakan, guna lebih menjamin penyelenggaraan
pembangunan di pusat dan daerah yang lebih berhasil guna dan berdayaguna.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun
rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu dan tanggap
terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2), dengan jenjang perencanaan jangka panjang
(25 tahun), jangka menengah (5 tahun) maupun jangka pendek atau tahunan (1
tahun). Setiap daerah (propins i/kabupaten/kota) harus menetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dalam Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga
dinyatakan bahwa rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda -agenda
pembangunan yang ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah, yang
penyusunannya dengan mengacu pada dokumen Rencana Pemb angunan Jangka
Panjang Nasional/Daerah.
II.1.3 Perencanaan Pembangunan Daerah
Dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, telah membawa perubahan yang mendasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Selama ini sistem pemerintahan sangat sentralistik
dengan kebijakan yang didominasi oleh pemerintah pusat ( top down), sedangkan
pada pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi maka kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan menjadi tanggung jawab daerah sesuai dengan
kewenangan yang diberikan.
Perubahan ini menuntut kemampuan Pemerintah Daerah untuk dapat
merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing masing. Pemberian kewenangan yang besar kepada daerah dimaksudkan agar
penyelenggaraan pemerintahan berjalan lebih efektif dan efisien sehingga
pelayanan kepada masyarakat berjalan lebih baik dan potensi daerah dapat
dimanfaatkan secara optimal.
6
SS
P m
i m P
II.2
MEDIA MASSA
2.
1.
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki
organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa
digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film (layar
lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri -ciri seperti:
a. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
b. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran
tertentu.
c. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan
menyeleksi informasi yang mereka terima.
d. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
2.
untuk membuat penilaian sama ada media dapat berfungsi dengan baik ataupun
tidak.
Teori interaksionisme melihat interaksi masyarakat dalam mendapatkan suatu
kabar. Jika ditinjau pada teori interaksionisme ini, terdapat interaksi dalam
mendapatkan suatu berita. Contohnya bagaimana para wartawan ingin
mendapatkan sesuatu berita. Para wartawan akan memintai keterangan dari saksi
yang melihat sesuatu kejadian ataupun jika in gin mendapatkan klarifikasi dari pihak
yang bertanggunngjawab. Para wartawan akan menganalisis setiap berita yang
diperolehnya tersebut benar atau salah jika melibatkan saksi kejadian dan juga
peristiwa yang lain. Peranan yang dimainkan oleh wartawan juga bisa dianggap
sebagai pihak tengah karena mereka akan berusaha untuk mendapatkan suatu berita
dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Begitu juga dengan bagian media massa
yang lain seperti televisi, bidang pengacaraan dalam suatu program dapat melahir kan
acara yang mampu berinteraksi dengan orang lain. Bagi teori ini, interaksi perkara
yang penting untuk mendapatkan sesuatu berita dan juga menilai berita tersebut
benar ataupun salah.
Dalam teori konflik, peranan media massa dapat dilihat dari segi sosial.
Terdapat 2 aliran dalam teori ini yaitu faktor ekonomi yang dipelopori oleh Max
Webber dan juga faktor keagamaan serta faktor pembentukan masyarakat oleh
Webber. Peranan dalam media massa dapat diambil dalam faktor pembentu kan
masyarakat oleh Webber. Teori konflik ini berlaku apabila sedang ada krisis dalam
masyarakat. Jika setiap struktur tidak menjalankan fungsi dengan sempurna akan
menghasilkan konflik. Dalam media massa, konflik juga bisa berlaku. Apabila media
massa gagal dalam menjalankan fungsinya sendiri maka akan terjadi konflik. Sebagai
contoh, penggunaan surat kabar sebagai media untuk menjatuhkan orang lain dan
berita salah yang telah memberikan pandangan negatif masyarakat terhadap media
massa. Jika ini tidak dikendalikan akan menghasilkan kasus.
11
12
13
14
BAB III
PEMBAHASAN
III.1
Didalam era demokrasi dewasa ini proses partisipasi public merupakan tolok
ukur bagi pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan. Bahkan, Issu partisipasi
masyarakat dalam kebijakan publik tersebut juga telah menjadi issu global hal
tersebut ditandai dengan munculnya issu Good Governance dalam mengelola
kebijakan sebuah negara . M.M Billah menyatakan good governance dapat diartikan
sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai -nilai yang bersifat
mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi m asalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu didalam tindakan dan kehidupan keseharian.
Berdasarkan pendapat ahli dan kriteria good governance, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi dan transparansi publik merupakan elemen yang
penting bagi pencapaian tujuan pembangunan dan demokratisasi nasional.
Pemerintah menanggapi berkembangannya issu tersebut dengan meluncurkan
berbagai macam regulasi guna menjamin partisipasi masyarakat didalam
pembangunan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai dengan
pengawasan.
Pembangunan merupakan sebuah proses yang terencana yang ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu proses yang paling
penting adalah perencanaan pembangunan. Oleh karena itu didalam proses
perencanaan peran serta masyara kat mutlak diperlukan sebab didalam
pembangunan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi juga
subjek pembangunan.
Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan tersebut diatas telah dinyatakan didalam Bab II Pasal 4 Huruf d yang
menyatakan bahwa perencanaan pembangunan bertujuan untuk mengoptimalkan
partipasi masyarakat. Dengan demikian, Undang -Undang tersebut telah menjamin
bahwa dalam setiap langkah perencanaan pembangunan baik ditingkat pusat
maupun daerah partisipasi masyarakat wajib untuk didengar dan dipertimbangkan
oleh pemerintah.
Didalam kaitannya dengan proses pembangunan nasional untuk
perencanaan pembangunan yang dituangkan didalam tahapan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM), Rencana kerja Pembangunan (RKP) dan APBN/D merupakan bagian dari
sebuah kebijakan publik yang dikuatkan dengan Undang -Undang atau Perda.
Produk-produk dokumen perencanaan tersebut merupakan bagian dari kebijakan
publik sebab implikasi dari produk-produk perencanaan tersebut adalah masyarakat
15
16
18
Gambar 3. 1
Peranan Komunikasi Dalam Pembangunan
Hedebro (1979) mendaftar 12 peran yang dapat dilakukan komunikasi dalam
pembangunan, antara lain:
1. Komunikasi dapat menciptakan iklim bagi perubahan dengan membujukkan
nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilku yang menunjang modernisasi.
3. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan -keterampilan baru, mulai daribaca tulis ke pertanian, hingga ke keberhasilan lingkungan, hingga reparasimobil.
4. Media massa dapat bertindak sebagai pengganda sumber -sumber daya
pengetahuan.
5. Media massa dapat mengantarkan pengalaman -pengalaman yang seolah-olah
dialami sendiri, sehingga mengurangi biaya psikis yang ekonomis untuk
menciptakan kepribadian yang mobile.
6. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk
bertindak nyata.
7. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma -norma baru dan
keharmonisan dari masa transisi
8. Komunikasi dapat membuat orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan di tengah kehidupan bermasyarakat.
9. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang
bercirikan tradisional, dengan membawakan pengetahuan kepada massa.Mereka
yang beroleh informasi, akan menjadi orang yang berarti, dan parapemimpin
tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa ada orang -oranglain yang
juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.
10. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai seuatu yang mengatasi
kesetiaan-kesetiaan lokal.
19
Gambar 3.2
Alur Prencanaan Pembangunan Daerah
Peran pers dan media dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan dilakukan melalui pemantauan, investigasi, advokasi, pengumpulan
pendapat masyarakat (pooling), evaluasi, kritik/komentar, pengawalan dan
penyebarluasan informasi serta memberi ruang bagi masyarakat banyak dalam
menyampaikan opini. Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan dan
penganggaran pembangunan daerah, antara lain:
1. Meningkatkan wawasan masyarakat dengan cara mensosialisasikan visi dan
misi pembangunan baik di tingkat na sional, regional (provinsi), maupun lokal
(kabupaten/kota), serta berbagai kebijakan pokok yang tertuang dalam
dokumen perencanaan daerah.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makna dan tanggung jawab
pembangunan di daerahnya, sehingga mendorong part isipasi mereka dalam
proses
perencanaan/pelaksanaan/pengawasan
pembangunan
serta
pemeliharaan hasil -hasil pembangunan.
3. Meningkatkan keterbukaan dan transparansi dengan mensosialisasikan
kepada masyarakat mengenai informasi dan agenda daerah berkaitan
21
23
BAB IV
PENUTUP
IV.1
KESIMPULAN
25
LATAR BELAKANG
I.2
RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
MEDIA MASSA
24