PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Oleh Kelompok 5:
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
segala karunianya kepada kita semua. Sehingga dalam kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan tugas paper tentang “Analisi Perencanaan Pembangunan Daerah”.
Sholawat serta salam tidak lupa pula saya sampaikan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke pada alam yang penuh
dengan pengetahuan, sehingga pada saat ini kami dapat mengerti dan memahami
dalam penyusunan makalah ini.
Sebagai penyusun kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
atas penyusunan makalah ini, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata
maupun penyampaian materi yang kurang pas atau kurang tepat.Karena kami juga
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………….…………………..………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………....….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……….……………………………………………… 22
3.2 Saran…………………….……………………………………..… 22
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
waktu tertentu serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Perlunya Perencanaan karena dengan menggunakan
perencanaan maka akan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, maksudnya
adalah perencanaan merupakan sarana untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan kegiatan. Dalam hal pembangunan suatu daerah perencanaan
sangatlah penting karena dengan menggunakan perencanaan maka
diharapkan kita tahu apa saja yang dibutuhkan dalam suatu pembangunan.
2
2. Manfaat praktis, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan
rujukan baik bagi praktisi sosial, politisi, maupun pemerintah yang
berkaitan dengan perencanaan pembangunan daerah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menjadiwewenangpemerintah pusat menjadi wewenang pemerintah
daerah melalui skema dana transfer atau disebut dengan desentralisasi
fiskal. Desentralisasi fiskal dengan otonomi daerahinitidak dapat
dipisahkan. Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda namun
salingmelengkapi. Desentralisasi fiskal yang efektifmembutuhkan
otoritas yang dimiliki semua tingkat pemerintah untuk
membuatkeputusanmengenai pengeluaran danpendapatan yang
mencukupi jugameningkatkan kemampuan daerah atau penyerapan
dari pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
tersebut. Mengikuti tema literatur desentralisasi fiskal yang
menyebutkan “money follows function”(Herwastoeti, 2010).
1. Prioritas berpengaruh terhadap efektivitas belanja daerah
Dalam pedoman penyusunan APBD yang dibuat oleh
pemerintah pusat memuat kebijakan agar prioritas pemerintah
sinkron terhadap prioritas nasional sesuai tahun anggaran yang
berlaku. Sehingga nantinya meskipun prioritas yang dilaksanakan
oleh daerah berbeda tetapi tetap sejalan dengan pemerintah pusat.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setiap daerah
kabupaten telah melaksanakan program prioritas sejalan dengan
prioritas nasional. Dengan adanya prioritas ini maka pemerintah
daerah dapat membelanjakan anggaran secara efektif sesuai
dengan prioritas daerah yang telah disusun tersebut
2. Ketepatan Alokasi berpengaruh terhadap efektivitas belanja
daerah
Dalam penelitian ini ketepatan alokasi tidak dapat
berpengaruh terhadap efektivitas belanja daerah dikarenakan
perbedaan karakteristik daerah dalam menggunakan anggaran.
Jumlah realisasi anggaran berbeda-beda untuk setiap kabupaten
dan kota sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
3. Ketepatan waktu berpengaruh terhadap efektivitas belanja daerah
5
Ketepatan waktu dalam penelitian diukur dari ketepatan
waktu penetapan perda APBD, ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan, ketepatan waktu penyampaian laporan
pelaksanaan pemerintah daerah (LPPD), keberadaan perda
tentang standar pelayanan publik dan standar prosedur
operasional. Ketepatan waktu penetapan perda APBD telah diatur
dalam undang-undang yang berlaku begitu pula dengan ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan dan penyampaian laporan
pelaksanaan pemerintah, ini berarti dengan ketepatan waktu
penetapan perda APBD maka anggaran yang dibelanjakan akan
sesuai dengan waktu pelaksanaan program prioritas sehingga
mengurangi penggunaan anggaran untuk kegiatan yang tidak
pasti, sehingga anggaran yang dibelanjakan oleh pemerintah
daerah dapat digunakan secara efektif
4. Transparansi danakuntabilitas berpengaruh terhadap efektivitas
belanja daerah
Dengan adanya transparansi maka dapatmembantu
mempersempit peluang korupsi di kalangan para pejabat publik
dengan “terlihatnya” segala proses pengambilan keputusan oleh
masyarakat luas (Max H. Pohan). Oleh karena itu dalam
penelitian ini transparansi dan akuntabilitas berpengaruh terhadap
efektivitas belanja daerah.
5. Efektivitas belanja daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi
Efektivitas belanja daerah sangat penting karena
mencerminkan efisiensi, tepat guna, tepat waktu pelaksanaan dan
penggunaan anggaran yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah.
Anggaran pemerintah daerah yang digunakan dengan sebaik
mungkin akan dapat memberikan hasil yang baik untuk
kepentingan masyarakat sehingga daya beli masyarakat semakin
meningkat, pertumbuhan ekonomi pun meningkat.
6
2.2 Tipologi Dalam Perencanaan Pembangunan
2.2.1 Point-point dalam Jurnal PWK
1. Wilayah adalah unit geografis dengan batas-batas spesifik
(tertentu) dimana setiap komponen memiliki arti
pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumberdaya
pembangunan.
2. Pengembangan wilayah pada dasarnya suatu usaha untuk
memadukan komponen wilayah yang berdimensi sosial,
ekonomi, budaya agar terwujud kehidupan yang akan lebih
baik.
3. Tipologi memiliki arti yaitu suatu pengelompokan pada
kategori-kategori yang telah ditentukan. atau bisa juga diartikan
sebagai karakteristik tertentu atau melihat kemiripan terhadap
suatu ciri tertentu atau merujuk pada kelompok tertentu.
4. Pengembangan daerah harus memperhatikan sruktu ruang kota
dan potensial sektoral wilayah.
5. Dalam perumusan tipologi kecamatan yang mana sudah
diidentifikasi dalam suatu kategori yakni wilayah maju dan
cepat tumbuh diarahkan untuk pengembangan hingga luar
wilayahnya. Selanjutnya wilayah yang berpotensi tertinggi
strategis pengembangannya dengan peningkatan pedapatan
wilayahnya. Pengembangan wilayah berkembang cepat
diarahkan pada optimlisasi fungsi sebagai sub pusat pelayanan.
Terakhir pengembangan wilayah tertinggal dengan
pembangunan di segala bidang.
6. Faktor-faktor yang terkait variabel fisik dan sosial ekonomi
wilayah, dan faktor utama itu adalah geografi, sejarah, politik,
kebijakan, pemerintah, administrasi, sosial budaya dan
ekonomi.
7
7. Karakkteristik kecamatan di kabupaten pemalang sangatlah
beragam, sebagian berkategori wilayah maju dan terdapat juga
wilayah yang relative tertinggal.
2.2.2 Point-point dalan jurnal kebijakan pembangunan
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipologi
kabupaten/kota di Sumatera Barat selama periode 2010-2018
sebagai bahan evaluasi dari pemerataan.
2. Tipologi daerah berdasarkan indicator ekonomi yaitu daerah
cepat maju dan cepat tumbuh, maju tapi tertekan, berkembang
cepat serta daerah relative tertinggal.
3. Dari 4 kudaran yang ada yang paling mendominasi adalah
daerah relative tertinggal yakni sebanyak 7 daerah, kelompok
daerah maju sebanyak 5 daerah, dan 4 daerah maju tetapi
tertekan, terakhir 3 daerah berkembang cepat.
4. Dari gambaran di atas maka menunjukkan adanya ketimpangan
kemajuan daerah di sumatera barat dan dengan dominasi
tipologi daerah adalah relative tetinggal atau masih lambat
tumbuh dan pendapatan perkapita dibawah rata-rata daerah
lainnya
5. Berdasarkan indicator kesejahteraan digambarkan bahwa 63%
pengelompokan daerah pada dominasi daerah dengan kualitas
manusia yang masih rendah.
2.2.3 Point-point dalam jurnal trias politika
1. Keikutsertaan masyarakat terhadap rencana pemerintah
memang masih rendah pelakanaannya, atau disebut juga
bersifat sentral semua nya ditentukan oleh pemerintah.
2. Dengan kurangnya partisipasi masyarakat menyebabkan tidak
meratanya suatu pembangunan di berbagai daerah.
3. Pola pembangunan yang bersifat sentral atau top –down
memang bukan suatu perencanaan yang dapat sejalan dengan
keinginan masyarakat.
8
4. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pada dasarnya
untuk menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan bagi
masyarakat.
5. Keputusan terkait pembangunan lebih banyak ditentukan oleh
pemerintah desa serta fasilitator masyarakat.
6. Kehadiran masyarakat dalam forum juga masih sedikit atau
masih rendah.
9
seluruh kementerian dan lembaga. Penyusunan rancangan Renstra ini
bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi
kementerian/lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala negara
terpilih.
Renja-KL disusun berpedoman pada Renstra-KL yang telah ada lebih dulu
dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional. Penyusunan Renja-KL
dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) karena keduanya saling terkait. RKP adalah perencanaan yang meliputi
periode satu tahun yang dalam hal ini sebagai Rencana Pembangunan Jangka
Tahunan dan merupakan penjabaran dari RPJM Nasional. RKP berisi prioritas
pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian yang menyeluruh termasuk kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam
bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang masih bersifat
indikatif. Dari RKP inilah kemudian dijadikan pedoman menyusun Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) dan dibuat kebijakan melalui
Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai
bentuk nyata dari pelaksanaan pembangunan. Begitu pula dengan di
pemerintahan daerah, menggunakan sistematika yang sama yang telah diatur
10
di Undang-Undang SPPN yang secara singkat hampir sama dengan proses
kebijakan pembangunan nasional.
11
2.4 Identifikasi Daerah Perencanaan
Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah
merupakan pemerintah yang mempunyai kewenangan yang sangat strategis
dan kedudukan yang strategis hal ini berkaitan dengan fungsinya selaku
“pelayanan publik” guna meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran,
keamanan, keadilan dan ketenteraman bagi masyarakat. Perencanaan
pembangunan daerah adalah suatu kegiatan untuk dilaksanakan di masa yang
akan datang, berawal dari tahapan proses penyusunan program dan aktivitas
yang mengikutsertakan berbagai sektor demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan daerah ataupun wilayah yang menjadi sasaran pembangunan.
Identifikasi kebutuhan data daerah dalam perencanaan dapat ditentukan
oleh beberapa hal, yaitu:
1. Pendidikan. Kecukupan dan kelayakan sarana yang ada terhadap
pengguna, kecukupan dari sisi kuantitas dan kualitas pendidikan.
2. Kesehatan. Menunjukkan ketersediaan fasilitas kesehatan bagi
masyarakat dan aksesiblitas masyarakat terhadap sarana kesehatan dan
mengukur tingkat kesehatan masyarakat.
3. Pekerjaan umum. Perkembangan pembangunan fisik jalan dan
manajemen pengelolaan atau pemeliharaan, serta menunjukkan kerapatan
jalan.
4. Perumahan.
5. Penataan ruang.
6. Perencanaan pembangunan.
7. Perhubungan. Efektivitas manajemen angkutan dan sarana untuk
mengakomodasi mobilitas orang dan barang serta melihat skala
pelayanan dan kapasitas angkutan yang tersedia.
8. Lingkungan hidup. Menunjukkan luas pemanfaatan lahan dan tingkat
kerusakan lingkungn pada suatu daerah.
9. Kependudukan. Menggambarkan perkembangan kependudukan suatu
daerah, struktur kependudukan, dinamika kependudukan, serta peta
persebaran penduduk dalam struktur ruang wilayah.
12
10. Pemberdayaan perempuan. Keikutsertaan dan peran perempuan dalam
pembangunan suatu daerah.
11. Keluarga berencana. Kesadaran masyarakat akan program keluarga
berencana demi pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
12. Sosial. Tingkat penanggulangan masalah sosial yang ada di dalam
masyarakat.
13. Tenaga kerja. Menunjukkan potensi tenaga kerja yang ada di suatu
daerah, menyatakan potensi angkatan kerja yang siap masuk pasar kerja,
menunjukkan peningkatan kesempatan kerja di daeah.
14. Koperasi dan UMKM. Peningkatan koperasi dan UMKM serta
ketersediaan modal dalam mengembangkan usaha tersebut demi
meningkatkan taraf hidup masyarakat pada suatu daerah.
15. Penanaman modal daerah. Menunjukkan kapasitas keuangan daerah dan
tingkat ketergantungan anggaran daerah.
16. Kebudayaan. Jumlah budaya daerah dan aktivitas pengembangan budaya
daerah.
17. Pemuda dan olahraga. Keterlibatan pemuda dalam meningkatkan mutu
daerah dan keikutsertaan pemuda dalam pengembangan olah raga.
18. Kesbanglinmas poldane. Menunjukkan tingkat keamanan suatu daerah
dan tingkat kerawanan sosial suatu daerah.
19. Pemerintahan umum. Menunjukkan kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk mengatur sistem pemerintahan daerah.
20. Kepegawaian. Menunjukkan kecukupan dari sisi kualitas dan kuantitas
aparat dalam melayani masyarakat.
21. Pemberdayaan masyarakat. Menunjukkan keterwakilan masyarakat
dalam politik dan pengembangan daerah.
22. Kearsipan. Menunjukkan pengembangan sistem kearsipan dan layanan
pengguna arsip.
23. Komunikasi dan informatika. Menunjukkan kemajuan teknologi
informasi yang ada.
13
24. Pertanian. Melihat komposisi penggunaan lahan pada suatu wilayah.
Produktivitas dan peranan pertanian secra lebih rinci dalam
perekonomian wilayah dan merupakan bahan kebijakan pemberdayaan
pertanian.
25. Kehutanan. Melihat potensi hutan menurut peruntukannya, diketahui
perkembangan luas hutan untuk kebijakan pelestarian.
26. Energi dan sumberdaya mineral. Menunjukkan produksi dan
perkembangan produksinya serta persebarannya pada tiap daerah,
melihat peranan pertambangan dalam perekonomian daerah.
27. Pariwisata. Menunjukkan pemberdayaan pariwisata daerah dan tingkat
wisatawan daerah.
28. Kelautan dan perikanan. Menunjukkan potensi dan produktivitas laut dan
pemberdayaan nelayan.
29. Perdagangan. Memperlihatkan persebaran lokasi pasar dalam daerah
perencanaan dan peranannya dalam perekonomian daerah.
30. Perindustrian. Menunjukkan peta industri menurut jenisnya dan jumlah
pelaku usaha industri, serta peranan sektor industri dalam perekonomian
daerah.
31. Transmigrasi. Tingkat migrasi suatu daerah.
14
perubahan, terutama yang terkait dengan masalah-masalah
kemasyarakatan sebagai ornamen penting dalam proses pembangunan.
Berdasarkan ruang lingkupnya, aspek lingkungan dapat terbagi
menjadi dua bagian, pertama, lingkungan internal, yakni lingkungan yang
berada di dalam “populasi’ dimana dalam perencanaan pembangunan
daerah dilaksanakan; kedua, lingkungan eksternal, yakni lingkungan
yang berada diluar “populasi” tetapi mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap tingkat keberhasilan suatu program pembangunan. Aspek-aspek
lingkungan ini dapat meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi, budaya,
politik.
2. Aspek Politik Dalam Perencanaan pembangunan
Pengkajian terhadap aspek politik dan keterlibatan aktor dalam
perencanaan pembangunan juga penting untuk membantu mengevaluasi,
agar pembangunan tidak hanya menjadi proses birokratis dan formalitas
penyelenggaraan pemerintahan. Secara akademik, fokus untuk melihat
aspek politik dan keterlibatan aktor secara riil dalam perencanaan
pembangunan daerah belum terlalu digeluti. Pengkajian yang dilakukan
dengan melihat sisi administratif dalam perencanaan pembangunan tidak
mencukupi untuk memastikan pembangunan sesuai dengan kebutuhan
publik. Kenyataannya, visi misi kepala daerah yang mendasari rencana
pembangunan pemerintah hanya disusun oleh segelintir elite. Sementara
itu, mekanisme bagi partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan baru sebatas forum Musrenbang, yang sangat mudah
diabaikan oleh para politisi dan birokrat, seperti ketika zaman Orde Baru.
Dengan minimnya saluran partisipasi ini, masyarakat akhirnya lebih
memilih berdemonstrasi jika kepentingan mereka tidak terwadahi (Fuady,
2012).
Negosiasi politik seharusnya terjadi antara Gubernur DIY dengan
Presiden RI. Namun, apabila melihat dalam regulasi, sebenarnya negosiasi
tidak muncul. Alasannya pertama, Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat di daerah harus menjalankan mandat kebijakan dari pemerintah
15
pusat. Kedua, ada mekanisme pelembagaan, misalnya sinkronisasi
Musrenbang. Di dalam Musrenbang, pihak negara juga hadir, Pemerintah
Pusat juga hadir dalam Musrenbang yang diselenggarakan oleh Pemda
DIY. Dalam Musrenbang pembahasan visi “DIY Menyongsong Abad
Samudra Hindia” pun Menteri Dalam Negeri dan Menteri Bappenas hadir
untuk memberikan arahan pembangunan terhadap DIY yang semestinya
menjadi prioritas. Sesuai dengan Permendagri Nomor 86 Tahun 2017,
negara mengatur bahwa semua dokumen perencanaan dari jangka panjang
dan jangka menengah mengenai pembangunan harus dikonsultasikan
kepada Mendagri, sehingga pemerintah pusat tetap mengontrol setiap
daerah otonom di negara ini. Dalam hal ini, DIY juga termasuk. DIY tidak
bisa lepas dari upaya sinkronisasi dengan target pembangunan dan
kebijakan nasional. Pembangunan DIY tetap harus mengikuti surat edaran
SPB Menteri Dalam Negeri dan Menteri Bappenas agar perencanaan
strategis, termasuk RPJMD, hingga nantinya bisa diturunkan ke Renstra,
harus menunjukkan dukungan dari Pemerintah Daerah ke Pusat. Dari
proses inilah kemudian Bappeda DIY menyusun isu-isu strategis
berdasarkan sinkronisasi janji kepala daerah dengan kebijakan nasional.
Eugene J. McCann melihat kebijakan perencanaan sebagai objek
dari elite dan politik non-elite karena kemampuan mereka untuk
menetapkan kegiatan ekonomi dan sosial ke lokasi tertentu dan
melegitimasi keputusan tersebut dengan mengacu pada cita-cita yang
sangat penting untuk karakter kehidupan sehari-hari di daerah setempat.
Kebijakan perencanaan memengaruhi reputasi sosial dan berdampak pada
kualitas hidup kelompok tertentu dan membentuk kemampuan atau
kemauan mereka untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi, politik, atau
sosial. Analisis politik di sekitar kebijakan ini memberikan peluang untuk
memahami bagaimana ekonomi, budaya, dan politik dalam kehidupan
publik (McCann, 2002).
16
3. Aspek Potensi Dan Masalah
Potensi dan masalah merupakan dua hal yang sangat penting dan
perlu diketahui oleh setiap perencana dalam upaya menyusun perencanaan
pembangunan daerah. Potensi dan masalah merupakan fakta yang ada
dilapangan dan sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan. Bahkan
hal tersebut dapat menjadi suatu pijakan awal dalam proes penyusunan
perencanaan. Salah satunya yaitu Perencanaan Pembangunan Wilayah
Berdasarkan Konsep Produktifitas Unggulan
Mengingat keterbatasan sumberdaya pembangunan seperti
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya,
mengharuskan upaya pemanfaatan sumberdaya dilakukan melalui
perencanaan yang tepat, melalui pendekatan pengembangan
sektor/komoditas unggulan dan pendekatan pengembangan wilayah
unggulan, dengan mempertimbangkan sisi komparatif maupun kompetitif.
Arah kebijakan dan strategi dalam angka perencanaan pembangunan
wilayah berdasarkan konsep produktivitas adalah :
a. Program Reorientasi Pembangunan Ekonomi Daerah Yang Bertumpu
Pada Komoditas Unggulan Yang Disesuaikan Dengan Daya Dukung
Wilayah.
b. Pengembangan Kawasan Andalan Kawasan andalan, strategis dan
cepat tumbuh perlu memperoleh prioritas dalam pengembangannya.
Pengembangan kawasan ini diharapkan menjadi stimulan dalam
meningkatkan pembangunan kawasan lain di sekitarnya yang kurang
berkembang. Upaya lainnya adalah dengan meningkatkan koordinasi
dalam rangka pengembangan kerjasama dalam rangka meningkatkan
hubungan dan keterkaitan antardaerah serta mengurangi persaingan
yang tidak sehat antardaerah terutama pada daerah yang baru
mengalami pemekaran dengan daerah induk.
c. Mobilisasi Tenaga Kerja dan Peningkatan Kualitas Sumberdaya
Manusia Melalui Program Transmigrasi
17
4. Aspek Institusi Perencana
Institusi perencana adalah organisasi pemerintah yang
bertanggungjawab melakukan perencanaan pembangunan daerah. Karena
pembangunan pada dasarnya merupakan tugas pemerintah dalam rangka
memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada masyarakat, maka hal ini
perlu dilaksanakan mulai dari perencanaan hingga evaluasinya. Dalam
konteks perencanan pembangunan daerah, organisasi/institusi perencana
hendaknya dikoordinasikan oleh suatu instansi tersendiri. Hal ini penting
karena perencanaan pembangunan daerah merupakan pekerjaan yang
sangat kompleks dilihat dari segi permasalahan maupun kebutuhan,
sehingga diperlukan satu institusi yang bertanggung jawab untuk
melaksanakannya/ mengkoordinasikannya.
Institusi perencana harus benar-benar berperan sebagai pelaksana
fungsi manajemen dalam bidang perencanaan dan bertanggung jawab
secara penuh atas hasilnya sebagai wujud pengejewantahan dari
pelaksanaan manajemen pembangunan. Institusi perencana harus mampu
mengkoordinasikan proses perencanaan pembangunan daerah secara
intensif dan menyeluruh, serta senantiasa melakukan kajian-kajian/analisis
dalam rangka mengevaluasi hasil-hasil perencanaan yang telah
dirumuskan.
Dalam hal ini institusi perencana tidak hanya bertindak sebagai
“penampung” berbagai usulan/rencana dari institusi teknis lainnya,
melainkan harus mampu bertindak sebagai “motor” penggerak yang dapat
mengakomodir, menganalisis, menjabarkan berbagai permasalahan dan
kepentingan-kepentingan yang berbeda menuju suatu konsensus bersama
dalam wujud hasil rumusan hasil perencanaan pembangunan daerah. Oleh
karena itulah pemahamn tentang kerangka institusi perencana menjadi
sangat penting.
5. Aspek Ruang Dan Waktu
Perencanaan pembangunan daerah merupakan salah satu tahapan
dalam proses pembangunan daerah. Oleh karena itu, sebagai suatu tahapan
18
tentunya ia akan terikat oleh suatu dimensi yang disebut dengan dimensi
ruang dan waktu. Ini berati bahwa perencanaan pembangunan daerah
sebagai suatu tahapan dalam proses pembangunan memiliki keterkaitan
dengan tahapan-tahapan berikutnya bahkan dapat menjadi landasan awal
bagi pelaksanaan tahapan berikutnya. Aspek ruang dan waktu harus jelas
menggambarkan suatu kebutuhan dalam timing yang tepat tentang kapan
perencanaan pembangunan daerah mulai disusun, kapan mulai
diberlakukan, untuk berapa lama masa pemberlakuannya, serta kapan
dilakukan evaluasi atau perencanaan ulang (replanning).
Melihat pembagian jangka waktu yang dikenal di Indonesia selama
ini, kita dapat membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu jangka pendek
(untuk yang satu tahunan), jangka menengah (untuk yang lima tahunan),
dan jangka panjang (untuk waktu di atas lima tahunan). Meskipun berbeda
dalam waktu, dalam proses pembangunan yang ideal, perencanaan dalam
setiap periode waktu harus memiliki keterkaitan dan menunjukkan
kesinambungan yang terus-menerus sampai batas waktu yang ditetapkan
sebagai suatu fase pembangunan.
Penyerasian periode waktu pelaksanaan Rencana Tata Ruang
dalam Indikasi Program agar sesuai dengan periode
pelaksanaan/pentahapan Rencana Pembangunan Nasional. Penyusunan
Indikasi Program dalam pelaksanaan yang sudah dilengkapi dengan peta
program yang tercantum dalam RPJMN sehingga memudahkan
penyerapan ke dalam Renstra K/L/SKPD dan Renja K/L/SKPD.
Penguatan fungsi kelompok kerja Pemanfaatan Ruang BKPRD untuk
mengimplementasikan Lampiran Indikasi Program yang telah sesuai
dengan Rencana Pembangunan Nasional BKPRN, BKPRD, dan PPNS
bekerjasama dalam mengendalikan pemanfaatan ruang strategis nasional
yang tercantum dalam rencana tata ruang Pelaporan secara berkala tentang
pengendalian pemanfaatan ruang strategis nasional dalam RTR oleh
BKPRD kepada BKPRN (cq Kementerian ATR/BPN dan Kementerian
Dalam Negeri selaku pembina BKPRD). BKPRN dan BKPRD melakukan
19
penanganan dan penyelesaian konflik pemanfaatan ruang strategis nasional
serta memberikan alternatif pemecahannya sesuai kewenangannya.
Penguatan Peran BKPRD dalam mengkoordinasikan: Penyusunan
peraturan zonasi, perizinan pemanfaatan ruang, penyusunan mekanisme
insentif dan pengenaan sanksi untuk pengendalian pemanfaatan ruang
strategis nasional sesuai dengan RTR yang berada dalam wilayah
administra
6. Aspek Legalisasi Kebijakan
Dalam perencanaan pembangunan daerah, masalah legalisasi
kebijaksanaan memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya
dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Aspek ini menjadi penting
ketika hasil perencanaan pembangunan daerah dipandang sebagai suatu
keputusan dari suatu kebijakan yang harus dilaksanakan. Pelanggaran
terhadap hasil suatu perencanaan dapat dipandang sebagai tindakan
penyelewengan yang dapat mengakibatkan implikasi hukum terhadap para
pelanggarnya.
Dengan adanya legalisasi kebijakan terhadap hasil perencanaan
pembangunan daerah, implementasinya harus sesuai dengan batasan-
batasan yang telah ditetapkan dalam perencanaan tersendiri. Hal ini
penting untuk menghindari atau meminimalkan ekses yang timbul sebagai
dampak sebagai suatu proses pembangunan. Oleh karena itu, sudah
selayaknya apabila para pelaksana pembangunan memperhatikan dengan
sungguh-sungguh dan memahami dengan baik tentang hasil-hasil
perencanaan pembangnan daerah yang telah diambil sebagai satu
kebijakan pemerintah dan merupakan produk hukum yang harus ditaati.
Tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004, antara lain:
Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah
maupun antara Pusat dan Daerah
20
Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan Mengoptimalkan
partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan
sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan
21
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Perencanaan Pembangunan daerah merupakan proses penting
untuk menentukan tindakan masa depan dalam pelaksanaan pembangunan
di daerah tersebut. Dengan menggunakan Perencanaan maka diharapkan
pelaksanaan pembangunan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Dalam
Perencanaan Pembangunan Daerah, proses penyusunan tahapan-tahapan
kegiatannya melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/
daerah dalam jangka waktu tertentu.
Hakekat Perencanaan sebenarnya adalah suatu cara rasional untuk
mempersiapkan masa depan. Disisi lain perencanaan pada dasarnya adalah
proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa dalam suatu lingkup
waktu tertentu serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Perlunya Perencanaan karena dengan menggunakan
perencanaan maka akan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, maksudnya
adalah perencanaan merupakan sarana untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan kegiatan.
1.2 Saran
Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan daerah yang akan
diimplementasikan oleh pemerintah nanti, sebaiknya haruslah sesuai dengan
rancangan yang sudah ditetapkan, ada tahap-tahap yang harus dilalui dalam
pelaksanaan pembangunan, serta memperhatikan aspek-aspek dalam
perencanaan pembangunan daerah, agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
22
DAFTAR PUSTAKA