Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena berkat asung kertha wara nugrahaNya, karya tulis ini

dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saya harapkan

karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca karya tulis ini

tentang pentingnya peranan masyarakat dalam perencanaan Pembangunan

Daerah.

Karya tulis dengan judul PERANAN MASYARAKAT DALAM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. disusun untuk dapat memenuhi

salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Dinas Tk. II tahun 2012.

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif demi

penyempurnaan karya tulis ini.

Akhirnya Penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca sebagai bahan referensi dalam melaksanakan tugas-tugas dan tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan kertas kerja ini.

Denpasar, Mei 2012

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................. 3

B. Identifikasi Masalah ............................. 7

C. Metode Penulisan ............................. 8

D. Sistematika Penulisan ............................. 8

Bab II Tinjauan Pustaka ............................ 10

Bab III Pembahasan dan Analisa ............................ 14

Bab IV Penutup

A. Kesimpulan ............................ 21

B. Saran ............................ 21

Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Gerakan reformasi yang terjadi petengahan tahun 1998 telah

membawa banyak perubahan pada kehidupan di Indonesia. Salah satu

bidang yang mengalami perubahan cukup nyata adalah politik dan

pemerintahan. Perubahan tersebut tampak dari amandemen UUD 1945,

yang merupakan landasan konstitusional pelaksanaan pemerintah di

Indonesia. Amansemen UUD 1945 kemudian diikuti dengan serangkaian

perubahan- perubahan kebijakan yang dibuat pemerintah. Dengan

berlandaskan semangat reformasi Pemerintah Pusat mulai melakukan

serangkaian perbaikan. Pemerintah Pusat yang selama ini memonopoli

perumusan dan penentuan suatu kebijakan baik itu lingkup nasional

maupun lingkup lokal, mulai membagi peran tersebut pada Pemerintah

Daerah. Kebijakan yang selama ini mayoritas bersifat top down perlahan

mulai tergantikan dengan model perumusan kebijakan yang berfifat bottom

up.

Sasaran utama dari pelaksanaan otonomi daerah tersebut adalah

untuk memacu pembangunan daerah dan sekaligus untuk mengurangi rasa

ketidakadilan dan ketergantungan pada Pemerintah Pusat yang selama ini

3
dirasakan oleh hampir seluruh daerah, khusunya dalam alokasi sumber

pembiayaan pembangunan, yang semakin meningkat jumlahnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mengamanatkan penyelenggaraan

perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah.Sehubungan dengan hal tersebut Bappeda adalah suatu lembaga

khusus yang berperan dalam penyusunan perencanaan program

pembangunan.

Perencanaan menentukan arah yang hendak ditempuh di masa depan

dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan. Keberhasilan suatu

pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas atau mutu dari perencanaan.

Kualitas suatu perencanaan, pemrograman dan penganggaran sangatlah

bergantung pada keakuratan data masukan yang akan diolah.

Kenyataannya, sering terjadi ketidakakuratan dalam pengumpulan dan

pengolahan data disebabkan keterbatasan kemampuan dan ketrampilan

petugas yang berimplikasi pada kualitas perencanaan.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber

daya yang tersedia. Sedangkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

4
jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Selanjutnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

pemerintah terdiri dari empat tahapan yaitu :

1. penyusunan rencana
2. penetapan rencana,
3. pengendalian pelaksanaan rencana, dan
4. evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga

secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.

Penyiapan rencana pembangunan lebih bersifat teknokratik, menyeluruh

dan terukur, masing-masing instansi pemerintah (SKPD) menyiapkan

rancangan rencana pembangunan. Selanjutnya adalah keterlibatan

masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang

dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahanan melalui musyawarah

perencanaan pembangunan.

Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua

pihak untuk melaksanakannya. Dalam hal ini Rencana Pembangunan

Daerah ditetapkan dengan Peaturan Daerah dan atau Peraturan Walikota.

Untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang

tertuang dalam rencana, dilakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan

perencanaan, melalui kegiatan koreksi dan penyesuaian.

5
Evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian dari kegiatan

perencanaan pembangunan yang secara sistimatis mengumpulkan dan

menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan

dan kinerja pembangunan. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan

sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen perencanaan

pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan ( input),

keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (inpact).

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan

strategik merupakan langkah awal untuk melaksanakan mandat.

Perencanaan strategik instansi pemerintah memerlukan integrasi antara

keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lain agar mampu

menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis, nasional dan

global. Analisis terhadap lingkungan organisasi baik internal maupun

eksternal merupakan langkah yang sangat penting dalam memperhitungkan

kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan

tantangan/kendala (shreats) yang ada. Analisis terhadap unsur-unsur

tersebut sangat penting dan merupakan dasar bagi perwujudan visi dan misi

serta strategi instansi pemerintah.

Dengan perkataan lain, perencanaan strategis yang disusun oleh

suatu instansi pemerintah harus mencakup : (1) pernyataan visi, misi

strategi, dan faktor-faktor keberhasilan organisasi, (2) rumusan tentang

6
tujuan, sasaran dan uraian aktivitas organisasi, dan (3) uraian tentang cara

mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dengan visi, misi dan strategi yang

jelas maka diharapkan instasi pemerintah akan dapat menyelaraskan

dengan potensi peluang dan kendala yang dihadapi. Perencanaan strategik

bersama dengan pengukuran kinerja serta evaluasinya merupakan

rangkaian sistim akuntabilitas kinerja yang penting.

b. Identifikasi masalah
Didalam era Otonomi daearah dan alam demokrasi dewasa ini proses

partisipasi masyarakat merupakan tolok ukur bagi pemerintah dalam

pelaksanaan pemerintahan. Bahkan, Issu partisipasi masyarakat

dalamkebijakan publik tersebut juga telah menjadi issu yang sangat penting

hal tersebut ditandai dengan munculnya issu Good Governance dalam

mengelola kebijakan.Good governance dapat diartikan sebagai tindakan

atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat

mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk

mewujudkan nilai-nilai itu didalam tindakan dan kehidupan keseharian.


Dengan adanya beberapa ketentuan yang mengatur tentang Perencanaan

Pembangunan Daerah, maka berdasarkan hal tersebut identifikasi

permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah Peranan Masyarakat

dalam Perencanaan Pembangunan Daerah.


c. Metode penulisan

Untuk memperoleh data-data yang memadai sebagai bahan analisa dalam

penyusunan karya tulis ini dipergunakan metode :

7
1. Metode Kepustakaan yaitu dengan membaca buku-buku yang terkait

dengan permasalahan yang dirumuskan dan dengan data ini akan

didapatkan data sekunder.

2. Metode Empiris yaitu pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan

pengamatan dan pengalaman penulis sebagai pegawai pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Denpasar.

3. Metode Legalitas yaitu pengumpulan data yang dilakukan berdasarkan

Peraturan Per-Undang-Undangan yang berlaku.

d. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan dalam karya tulis ini disusun sesuai acuan yang telah

diberikan. Guna memudahkan didalam penyusunan karya tulis ini, penulis

tuangkan dalam bentuk sistematika seperti di bawah ini :

Bab I : Pendahuluan

Dalam Pendahuluan memuat tentang :

A Latar Belakang.

B Identifikasi Masalah.

C Metode Penulisan.

D Sistematika Penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

8
Memuat tentang kerangka teori yang dikemukakan oleh

beberapa ahli dan yang terkait dengan pembahasan

dalam karya tulis ini.

Bab III : Pembahasan dan Analisa

Menguraikan tentang langkah langkah yang telah

ditempuh oleh Pemerintah untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan judul

tulisan ini daan tinjauan akademisnya untuk mengetahui

efektifitasnya.

Bab IV : Penutup

Berisikan kesimpulan dari pembahasan dan saran yang

diberikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota

Denpasar untuk meningkatkan kualitas dan langkah-

langkah yang telah ditempuh untuk mengatasi

permasalahan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

9
Dalam konsep demokrasi modern, kebijakan negara tidaklah hanya berisi

cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yangmewakili rakyat, tetapi opini

publik (public opinion) jugamempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan

atautercermin dalam kebijakan-kebijakan negara atau dengan kata lain

setiap kebijakan negara haruslah selalu berorientasi padakepentingan umum

(public interest). Apabila kepentingan publikadalah sentral, maka menjadikan

administrator publik (eksekutif)sebagai profesional yang proaktif adalah mutlak,

yaitu administratoryang selalu berusaha meningkatkan responbilitas obyektif

dansubyektif terhadap aspirasi masyarakat didalam membuat kebijakanpublik.

Selain itu didalam proses pembuatan kebijakan negara,administraror tidak boleh

bersikap hampa nilai (value free) tetapiharus sarat dengan nilai ( value laden).

Hal tersebut dapatdiartikan bahwa eksekutif dan legislatif harus lebih

banyakmemperhatikan kepentingan publik, sehingga pengertian publikdalam

pengambilan kebijakan publik menjadi lebih bermakna.Horold D. Lasswell dan

Abraham Kaplan memberikan artikebijakan sebagai suatu program pencapaian

tujuan, nilai-nilai danpraktek-praktek yang terarah. (M. Irfan Islamy, 2002:

17).Pengertian berikutnya dikemukakan oleh James A. Ander, bahwakebijakan

adalah suatu rangkaian tindakan yang mempunyai tujuantertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang pelaku atausekelompok pelaku guna memecahkan

suatu masalah tertentu. (M.

10
Irfan Islamy, 2002: 17)Amara Raksasataya mengemukakan kebijakan sebagai

suatutaktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.

Oleh karena itu suatu kebijakan memuat tiga elemen yaitu:

1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai

2. Taktik atau strategi yang diarah untuk mencapai tujuanyang diinginkan

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkanpelaksanaan secara nyata dari

taktik atau strategi. (M.Irfan Islamy, 2002: 17)

Sama halnya dengan policy yang memiliki berbagai definisidari para ahli,

maka definisi kebijakan negara atau public policy punjuga beragam.

Selanjutnya Dye mengatakan bahwa bila pemerintah memilihuntuk melakukan

sesuatu, maka harus ada tujuannya (obyektifnya)dan kebijakan itu harus meliputi

semua tindakan pemerintah. Jadibukan semata-mata merupakan pernyataan

pemerintah ataupejabat pemerintah saja. Apabila pemerintah memilih

tidakmelakukan sesuatu, akan mempunyai dampak atau pengaruh yangsama

besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.

Sedangkan David Easton memberikan arti kebijakan NegarasebagaiPengalokasian

nilai-nilai secara paksa (syah) kepadaseluruh anggota masyarakat. (M. Irfan

Islamy; 2002 : 19)

Berdasarkan definisi ini, Easton menegaskan bahwa hanyapemerintahlah

yang secara sah dapat berbuat sesuatu kepada masyarakatnya dan pilihan

pemerintah untuk melakukan sesuatuatau tidak melakukan sesuatu tersebut

11
dirupakan dalam bentukpengalokasian nilai-nilai pada masyarakat. Hal ini

disebabkankarena pemerintah yang oleh Easton disebut sebagai authorities

inpolitical system atau para penguasa dalam suatu sistem politikyang terlibat

dalam masalah-masalah sehari-hari yang telahmenjadi tanggung jawab atau

perannnya.

Berdasarkan beberapa pengertian kebijakan negara tersebutdi atas dan

dengan mengikuti paham bahwa kebijakan negara harus mengabdi pada

kepentingan masyarakat, maka dapat disimpulkanbahwa kebijakan negara adalah

serangkaian tindakan yangditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan

olehpemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuantertentu

demi kepentingan seluruh masyarakat.

Intisari kebijakan negara tersebut mempunyai implikasisebagai berikut:

1. Bahwa kebijakan negara itu dalam bentuk perdananyaberupa penetapan

tindakan-tindakan pemerintah.

2. Bahwa kebijakan negara itu tidak cukup hanya dinyatakantetapi dilaksanakan

dalam bentuknya yang nyata.

3. Bahwa kebijakan negara baik untuk melakukan sesuatuatau tidak melakukan

sesuatu itu mempunyai dan dilandasidengan maksud tertentu dan tujuan

tertentu.

4. Bahwa kebijakan negara itu harus senantiasa ditujukanbagi kepentingan seluruh

anggota masyarakat.

12
Harus ditegaskan sekali lagi, bahwa administrator publikbukan membuat kebijakan

negara atas nama kepentingan publik,tetapi benar-benar bertujuan untuk

mengatasi masalah danmemenuhi keinginan seluruh anggota masyarakat.

BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS

Pembangunan merupakan sebuah proses yang terencana yang ditujukan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu proses yang paling

13
penting adalah perencanaan pembangunan. Oleh karena itu didalam proses

perencanaan peran serta masyarakat mutlak diperlukan sebab didalam

pembangunan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi

juga subjek pembangunan. Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan tersebut diatas telah dinyatakan didalam Bab II

Pasal 4 Huruf d yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan bertujuan

untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang nyata baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,

lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing,

maupun peningkatan indek pembangunan manusia.

Perencanaan Pembangunan Daerah dilakukan pemerintah daerah bersama

para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing

masing.Perencanaan Pembangunan Daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan

potensi yang dimiliki oleh masing masing daerah, sesuai dinamika perkembangan

daerah,regional dan nasional.

Didalam kaitannya dengan proses pembangunan nasional untuk perencanaan

pembangunan yang dituangkan didalamtahapan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP), RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana kerja

Pembangunan (RKP) dan APBN/D merupakan bagian dari sebuah kebijakan publik

yang dikuatkan dengan Undang-Undang atau Perda. Produk-produk dokumen

14
perencanaan tersebut merupakan bagian dari kebijakan publik sebab implikasi dari

produk-produk perencanaan tersebut adalah masyarakat karena pada hakekatnya

pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal

tersebut sesuai dengan intisari dari kebijakan publik yang telah disebutkan diatas,

bahwa Dokumen-dokumen perencanaan pembangunan menetapkan tindakan-

tindakan pemerintah dimasa datang, mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas

serta senantiasa ditujukan untuk kepentingan seluruh

anggotamasyarakat.Perencanaan pembangunan yang ditujukan untukkepentingan

masyarakat tidak akan berhasil tanpa peran sertamasyarakat didalam pembuatan

perencanaan tersebut. Menyadari akan pentingnya peran serta masyarakarakat,

pemerintahmengharuskan didalam pembuatan perencanaan pembangunan

baikpusat maupun daerah dilakukan musyawarah secara berjenjangdari tingkat

bawah (bottom up). Proses tersebut diawali denganMusrenbang desa, Musrenbang

kecamatan, Musrenbang Kabupatendan Musrenbang Provinsi dengan tujuan untuk

mengoptimalkanpartisipasi masyarakat sesuai dengan amanat undang-undang.

Jika ditinjau dari proses kebijakan publik proses perencanaan pembangunan

meliputi empat kegiatan yaitu perumusan masalah, perumusan agenda (agenda

setting), perumusan usulan dan pengesahan usulan. Proses tersebut dimulai dari

tingkat musrenbang desa dimana masyarakat desa dapat berpartisipasi untuk

memberikan masukan tentang permasalahan yang dihadapi mereka beserta

alternatif pemecahannya di tingkat desa untuk dibawa ditingkat musrenbang

15
kecamatan dan selanjutnya dibawa ke musrenbang kabupaten maupun provinsi.

Namun, ditingkat kabupaten, provinsi ataupun negara ini terjadi proses selanjutnya

yaitu penyusunan agenda pemerintah, didalam proses inilah terjadi penyaringan

usulan-usulan untuk disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan politik atau

pemerintah yang dapat menyebabkan bias terhadap kepentingan publik terutama

yang diusulkan masyarakat melalui musrenbang. Selanjutnya, setelah melalui

tahapan agenda setting selanjutnya usulkan untuk proses legislasi yang dilakukan

oleh pemerintah beserta DPR/D untuk ditetapkan sebagai Peraturan / Undang-

Undang.

Didalam penentuan kebijakan pembangunan daerah, aspirasimasyarakat

dapatdilakukan melalui tiga jalur yaitu :

1. Jalur Musrenbang dimana masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya secara

langsung sesuaidengan tingkatannnya.

2. Jalur Politik atau melalui partai politik yang dilakukanoleh anggota dewan

dalam masa reses.

3. Jalur birokrasi yang dapat langsung disampaikanmelalui SKPD maupun kepala

daerah.

Jalur musrenbang dapat dikatakan sebagai jalur utama didalammenyalurkan

aspirasi dan peran serta masyarakat didalampenentuan perencanaan

pembangunan. Melalui jalur inilahmayoritas aspirasi masyarakat disalurkan sebagai

masukkan bagiproses perencanaan pembangunan selanjutnya.Walaupun dikatakan

16
sebagai jalur utama aspirasi masyarakat,aspirasi yang disampaikan dijalur ini juga

dapat dikatakan sebagaijalur yang paling lemah pada proses perumusan agenda

dan usulankegiatan. Masyarakat tidak banyak tahu seberapa besar peluang

usulannya yang ditampung dan ditindaklanjuti dalam prosespembangunan atau

seberapa besar persentase kegiata-kegiatanyang tertuang didalam dokumen

perencanaan yang berasal dariaspirasi musrenbang. Inilah problem utama

partisipasi masyarakatyang dihadapi didalam proses kebijakan penentuan

perencanaanpembangunan di Indonesia.Jika dilihat lebih lanjut maka penyebab

lemahnya aspirasimasyarakat tersebut dapat digolongkan menjadi dua

kelompokyaitu :

1. Eksternal, yang dimaksud adalah kondisi diluar sistembirokrasi pemerintah yaitu

masyarakat umum.

2. Internal, yang dimaksud adalah kondisi didalam sistembirokrasi pemerintah.

Penyebab utama kelemahan dari sisi ekternal atau masyarakattermasuk

didalamnya LSM, Kelompok-kelompok masyarakat dancivil society lainnya untuk

lebih berperan serta dalam prosesperencanaan pembangunan adalah kapasitas

dan kapabilitasmereka yang tidak mencukupi untuk mengikuti proses

perencanaanpembangunan tersebut.

Didalam banyak kesempatan sering menemui dari sekianbanyak masyarakat yang

diundang dalam sebuah forum yangberani mengutarkan pendapat hanya segelitir

17
orang, sebagian besaryang lain hanya diam tidak berpendapat bahkan

menginginkanforum tersebut segera disudahi.

Musrenbangda merupakan salah satu bentuk peran aktif masyarakat dalam

perencanaan pembangunandaerah. Kegiatan ini dilaksanakan secara berjenjang

dari tingkat desa, kecamatan, Forum SKPD/ForumGabungan SKPD. Pada tingkat

kota, kegiatan ini diikuti oleh segenap stake holder dandilaksanakan untuk

mematangkan rancangan RKPD Kabupaten berdasarkan Rencana Kerja

SKPD.Selanjutnya, hasil dari Musrenbangda ini akan digunakan untuk

pemutakhiran Rancangan RKPD.

Dikatakan juga bahwa, pembangunandaerah adalah proses pembangunan yang

berlangsung terus menerus dan berkelanjutan yang dilaksanakandi daerah.

Pembangunan daerah dilaksanakan dalam berbagai aspek ekonomi, sosial, politik

dan budaya,dengan tetap memperhatikan sumber daya dan daya dukung alam

yang tersedia. Untuk itu, demi suksesnyapembangunan daerah, diperlukan

perencanaan yang matang. Dalam rangka mengefektifkan danmengoptimalkan

proses perencanaan pembangunan daerah, diperlukan pengelolaan dan

penyelenggaraanpembangunan yang terpadu dan menjadi tanggung jawab

bersama antara pemerintah, badan legislatif dan masyarakat. Ini berarti, bahwa

saat ini masyarakat harus berperan aktif dalam setiap kegiatan

pembangunan.Posisi perencana dalam kegiatan perencanaan adalah sebagi

pengamat yang netral dan semua rencana disusun berdasarkan hasil observasi,

18
pengalaman dan pengetahuan perencana. Keputusan keputusan perencanaan

diambil berdasarkan analisa perencana.

Partisipasi masyarakat dalam pengambilan setiap keputusan perencanaan

dapat menghabiskan banyak waktu akibat banyaknya kepentingan masyarakat

yang terlibat. Tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi dalam benturan

berbagai kepentingan. Solusi yang paling sering ditempuh untuk menyelesaikan

benturan kepentingan tersebut adalah mengambilkeputusan yang menguntungkan

lebih banyak pihak dan tidak ada pihak yang menjadi korban. Strategic planning

difokuskan pada masalah masalah yang menjadi prioritas dan disusun ke dalam

rencana aksi (action pan) dengan jangka waktu dan rencana pembiayaan yang

realistis.

Rencana atau Program Rencana biasanya dirumuskan dalam bentuk program atau

proyek pembangunan. Dokumen Rencana/Program biasanya berisi serangkaian

langkah atau strategi yang lebih rinci untuk mencapai visi, misi atau tujuan

pembangunan daerah. Sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan, program

atau proyek harus memiliki tujuan dan sasaran serta indikatornya, cara/metode,

lokasi, prakiraan biaya dan tahapan waktu pelaksanaannya yang jelas, serta

memiliki kejelasan keterkaitan dengan dan kontribusinya terhadap pencapaian visi,

misi dan tujuan pembangunan daerah.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Peran serta masyarakat pengambilan kebutuhan kebijakan publik sudah

direspon oleh pemerintah melalui serangkaian regulasi yang menjamin peran serta

aktif masyarakat. Dengan diluncurkannya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional memberikan landasan bagi peran serta atau

partisipasi aktif masyarakat di dalam perencanaan pembangunan nasional.

Namun, di dalam implementasinya kebijakan tersebut dilapangan ditemukan

banyak kendala baik yang berasal dari masyarakat, partai politik, pemerintah

maupun sistem perencanaan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu guna

memperkuat aktualiasi peran serta masyarakat di dalam perencanaan

pembangunan tidak cukup hanya di perbaiki pada satu sisi saja namun harus

dilakukan secara komprehensif.

B. Saran.

Saran guna meningkatkan peran serta masyarakat di dalam penyusunan

perencanaan pembangunan adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan didalam penyusunan perencanaan

pembangunan sebaiknnya dilakukan secara berkesinambungan. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan penyusunan perencanaan

pembangunan terhadap tokoh-tokoh masyarakat di pedesaan.


2. Diperlukan sosialisasi dokumen perencanaan pembangunan daerah sampai

ketingkat pemerintahan yang paling bawah sehingga masyarakat dapat

mengetahui program-program pembangunan pemerintah.

21
3. Perbaikan sistem perencanaan pembangunan dengan memberikan akses bagi

masyarakat untuk merencanakan keuangan.


4. Perbaikan sistem perencanaan pembangunan dengan membuat sistem

pemantuan aspirasi masyarakat sehingga masyarakat tahu sampai sejauh

mana aspirasi mereka dapat diterima oleh pemerintah.

22
Daftar Pustaka

Rihandoyo, S.SOS, MM, Msi. Aktualisasi Peran Serta Masyarakat

DalamPerencanaanPembangunan Daerah

M.Irfan Islamy, 2002: 17.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Bumi Aksara,Jakarta. 2002.

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah.

23

Anda mungkin juga menyukai